PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN
(Studi Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh:
100903068
NURDIANA SARI POHAN
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ILMU ADMINISTRASI NEGARA
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini diajukan untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh :
Nama : Nurdiana Sari Pohan
NIM :100903068
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Judul : PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN
(Studi Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai)
Medan, Juli 2014
Dosen Pembimbing Ketua Departemen
Ilmu Adminstrasi Negara
Drs. M.Husni Thamrin Nasution, M.Si Drs. M.Husni Thamrin Nasution, M.Si NIP. 196401081991021001 NIP. 196401081991021001
DEKAN
FISIP USU
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NURDIANA SARI POHAN 100903068
ABSTRAK
PENINGKATAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN (Studi Pada Kantor Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai)
Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan mental atau pikiran dan emosi perasaan sumbangan dalam usaha mencapai tujuan serta turut tanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. Sedangkan pembangunan merupakan upaya untuk memenuhan kebutuhan dasar manusia, baik secara individual maupun kelompok, dengan cara-cara yang tidak menimbulkan kerusakan, baik terhadap kehidupan sosial maupun lingkungan alam.
Tempat ataupun lokasi penelitian ini dilaksanakan yakni di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan secara mendalam, ada beberapa tahapan yang dilakukan penulis, yaitu; pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen Kantor Dinas Pekerjaan Umum seperti Susunan Organisasi dan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Kelurahan dan berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin dijawab. Kedua, penulis melakukan sejumlah wawancara dengan pegawai pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun yang menjadi informannya adalah informan kunci yaitu Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan informan utama yaitu Kepala Seksi Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai.
Hasil wawancara terhadap informan menunjukkan kenyataan bahwa partisipasi masyarakat di Kota Tanjung Balai secara umum rendah dan Peningkatan partipasi masyarakat masih belum signifikan dalam menunjang proses pembangunan infrastruktur jalan. Untuk itu diperlukan upaya-upaya yang dapat memperbaiki tingkat partisipasi masyarakat di Kota Tanjung Balai.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim ... Assallamualaikum Wr.Wb
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmad
dan anugerah-Nya penulis mendapat kesempatan untuk menyelesaikan studi di
Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU dan atas pertolongan-Nya pula
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai jadwal. Serta salawat dan salam
kepangkuan Nabi Besar Muhammdad SAW yang telah membawa umat manusia ke
jalan kebenaran.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat wajib bagi setiap mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Administrasi Negara. Hal
ini dimaksudkan agar mahasiswa mendapatkan gambaran langsung tentang ilmu
yang diperoleh dibangku kuliah dan menambah bekal pengalaman yang
berhubungan dengan ilmu sosial dan ilmu politik secara khusus.
Dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi yang membahas
mengenai “Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur
Jalan (Studi Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai)”, penulis
dibantu oleh banyak pihak. Bantuan tersebut berupa materi, moril, maupun spiritual
sehingga penulis dapat termotivasi untuk menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis, diantaranya kepada:
1. Teristimewa dan terkasih buat kedua orang tua saya, Alm. H. Zulabri
memberikan banyak kasih sayang,doa dan dorongan moril yang tak
pernah henti kepada penulis, Insya Allah Penulis akan sekuat tenaga
untuk selalu membuat mamak sama bapak bangga.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan FISIP USU.
3. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M. Si, selaku Ketua
Departemen Ilmu Administrasi Negara.
4. Ibu Dra. Elita Dewi, M. Sp, selaku Sekretaris Departemen Ilmu
Administrasi Negara.
5. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M. Si, selaku dosen
pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing
dan memberi petunjuk serta arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Drs. Alwi Hashim, M. Si, selaku dosen wali yang membantu
penulis selama masa perkuliahan.
7. Seluruh dosen dan pegawai Departemen Ilmu Administrasi Negara
FISIP USU.
8. Kak Dian dan Kak Mega yang telah membantu penulis dalam urusan
administrasi.
9. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai beserta seluruh staf
dan pegawainya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk mengadakan penelitian di kantor tersebut.
10.Buat abang Abdul Latif, ST yang selalu mendukung penulis untuk
11.Buat teman-temanku yang selalu mendukung penulis. Sara, Anes, Putri,
Janet dan teman-teman di AN 2010 terima kasih uda bersama-sama
dengan penulis melalui bangku perkuliahan.
12.Dan banyak lagi pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian skripsi ini tapi tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis
ucapkan terima kasih banyak.
Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karenanya penulis
mengharapkan adanya masukan dan saran yang sifatnya membangun dari semua
pihak, guna untuk menyempurnakan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Juli 2014 Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
1.5. Kerangka Teori ... 5
1.5.1 Pengertian Peningkatan Partisipasi ... 6
I.5.1.1. Pengertian Partisipasi ... 6
I.5.1.3. Partisipasi Masyarakat ... 9
I.5.1.4. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat ... 14
I.5.1.4. Konsep Partisipasi Masyarakat ... 17
I.5.1.5. Hambatan Dan Kendala Dalam Partisipasi Masyarakat .. 19
I.5.1.6. Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat ... 19
I.5.2. Defenisi Pembangunan ... 19
I.5.2.1. Pambangunan Fisik ... 25
I.5.3. Perencanaan Pembangunan Partisipatif ... 27
1.6 Defenisi Konsep ... 30
1.7 Sistematis Penulisan ... 31
BAB II METODE PENELITIAN II.1. Bentuk Penelitian ... 33
II.2. Lokasi Penelitian ... 33
II.3. Informan Penelitian ... 33
II. 4. Teknik Pengumpulan Data ... 35
II.5. Teknik Analisis Data ... 36
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 37
BAB V ANALISA DATA ... 55
V.1. Analisa ... 55
V.2. Pambahasan ... 66
BAB VI PENUTUP ... 69
VI. Saran ... 69
VI.2. Pembahasan ... 70
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NURDIANA SARI POHAN 100903068
ABSTRAK
PENINGKATAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN (Studi Pada Kantor Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai)
Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan mental atau pikiran dan emosi perasaan sumbangan dalam usaha mencapai tujuan serta turut tanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. Sedangkan pembangunan merupakan upaya untuk memenuhan kebutuhan dasar manusia, baik secara individual maupun kelompok, dengan cara-cara yang tidak menimbulkan kerusakan, baik terhadap kehidupan sosial maupun lingkungan alam.
Tempat ataupun lokasi penelitian ini dilaksanakan yakni di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan secara mendalam, ada beberapa tahapan yang dilakukan penulis, yaitu; pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen Kantor Dinas Pekerjaan Umum seperti Susunan Organisasi dan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Kelurahan dan berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin dijawab. Kedua, penulis melakukan sejumlah wawancara dengan pegawai pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun yang menjadi informannya adalah informan kunci yaitu Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan informan utama yaitu Kepala Seksi Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai.
Hasil wawancara terhadap informan menunjukkan kenyataan bahwa partisipasi masyarakat di Kota Tanjung Balai secara umum rendah dan Peningkatan partipasi masyarakat masih belum signifikan dalam menunjang proses pembangunan infrastruktur jalan. Untuk itu diperlukan upaya-upaya yang dapat memperbaiki tingkat partisipasi masyarakat di Kota Tanjung Balai.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.
Partisipasi masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kehidupan masyarakat dalam upaya meningkatkan proses belajar masyarakat;
mengarahkan masyarakat menuju masyarakat yang bertanggung jawab;
mengeliminasi perasaan terasing sebagian masyarakat serta ; menimbulkan
dukungan dan penerimaan dari pemerintah (Carter dalam Rustiningsih (2002).
Pada tahun 2008, pemerintah melaksanakan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan),
keberlanjutan pelaksanaan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan) tahun 1999. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan
kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang
representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social
capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat
jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam
kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat..
Masyarakat sebagai salah satu instrumen dari pembangunan dirasa sangat
perlu memberikan partisipasinya secara maksimal dalam berbagai aspek
pembangunan baik aspek perencanaan maupun sampai aspek pengawasan
pembangunan. Pembangunan yang baik harusnya juga mencakup peran serta
Tingkat partisipasi masyarakat di Kota Tanjung Balai pada tahapan
Sosialisasi hingga tahapan pelaksanaan pada kegiatan pembangunan infrastruktur
jalan termasuk masih rendah.
Apabila tingkat partisipasi suatu daerah dikategorikan rendah, maka dengan
sendirinya tujuan dan manfaat dari kegiatan partisipasi tersebut tidak akan tercapai
secara optimal. Beberapa tujuan dan manfaat partisipasi masyarakat seperti
peningkatan proses belajar masyarakat maupun mengarahkan masyarakat menuju
masyarakat yang bertanggung jawab adalah bersifat abstrak sehingga tidak mudah
untuk diidentifikasi keberhasilan pencapaiannya.
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting untuk
mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan
penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi mengingat gerak
laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan dari ketersediaan
infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi.
Karena dengan infrastruktur yang memadai diharapkan suatu daerah akan
dapat memperoleh kemajuan yang tentunya sangat terkait dengan ketersedian
berbagai fasilitas yang menunjang bagi masyarakat di daerah tersebut.
Pembangunan infrastruktur fisik merupakan salah satu yang utama guna
memberikan kemudahan akses kepada masyarakat di daerah tersebut ataupun
masyarakat dari daerah lain yang ingin ke daerah tersebut.
Infrastruktur jalan dipandang merupakan hal yang utama guna menunjang
segala aspek kehidupan bermasyarakat. Infrastruktur jalan yang baik tentunya akan
memberikan dampak yang sangat positif bagi masyarakat di daerah itu.
Ketersediaan infrastruktur jalan yang baik akan mempermudah aktifitas masyarakat
baik itu aktifitas ekonomi, sosial, maupun budaya.
Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai sebagai penanggung jawab
dalam hal pembangunan infrastruktur terutama pembangunan infrastruktur jalan
harus mampu memberikan pelayanan serta menyediakan infrastruktur jalan yang
baik dan memadai demi menunjang kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.
Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai tentunya paham betul mengenai
pembangunan infrastruktur jalan di wilayah tersebut, dengan keadaan jalan yang
masih memerlukan perbaikan di beberapa tempat ini penulis merasa bahwa peran
aktif masyarakat serta Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai guna
meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan di Kota Tanjung Balai.
Dengan segala permasalahan yang ada, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai partisipasi masyarakat di Tanjung Balai. Hal
tersebut membuat peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul
“Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan Di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai”
1.2 Perumusan Masalah.
Pada dasarnya penelitian di lakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data
yang antara lain dapat digunakan untuk dapat memecahkan masalah.. (Faisal
Bedasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi
perumusan masalah dalam penelitian adalah “Bagaimana Peningkatan
Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan Studi Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai”
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentunya mempunyai sasaran yang hendak
dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentu jelas di ketahui sebelumnya,
suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk menenmukan,
mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan itu sendiri.
Tujuan dari penelitian ini adalah menjawab rumusan masalah yang telah
dikemukaan sebelumnya yakni untuk menganalisis Peningkatan Parsipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastuktur Jalan (Studi Pada Kantor Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai).
1.4 Manfaat Penelitian.
Selain dari tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini,ada juga manfaat
yang diharapkan:
1. Manfaat secara praktis
Secara praktis penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintahan atau
lembaga-lembaga lain yang membutuhkan serta menjadi acuan dalam
merencanakan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
infrastuktur di Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai
Sebagai suatu tahapan untuk melatih dan menggembangkan kemampuan
berfikir dan bahan referensi yang kemudian dituangkan dalam bentuk karya
ilmiah dan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi setara-1 di
Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
1.5 Kerangka Teori
Kerangka teori adalah bagian dari penelitian ,tempat peneliti memberikan
penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok,sub pokok,sub
variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian (Arikunto,2002:92).
Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah
yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan
referensi yang jelas dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan memberikan
pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami maslah yang
diteliti. Adapun kerangka teori dalam penelitian adalah sebagai berikut.
1.5.1 Pengertian Peningkatan Partisipasi Masyarakat I.5.1.1. Pengertian Partisipasi
Kata partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Participation”, take a
part, artinya peran serta atau ambil bagian atau kegiatan bersama-sama dengan
orang lain. Partisipasi merupakan keterlibatan mental atau pikiran dan emosi
perasaan sumbangan dalam usaha mencapai tujuan serta turut tanggung jawab
terhadap usaha yang bersangkutan.
Partisipasi dalam urusan publik belakangan ini menjadi sorotan. Banyak
kalangan yang menggunakan kata partisipasi sehingga tanpa kata partisipasi
mendapatkan tempat di masyarakat. Kata ini dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan
yang bernuansa pembangunan, kebijakan dan pelayanan pemerintah. Sementara
akhiran “tif” menunjukkan kata sifat yaitu untuk menerangkan kata dasarnya,
sehingga partisipatif lebih bermakna sebagai kata sifat yang menjelaskan proses
(Jakti, 1987).
Partisipasi sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan kapital yang
dimiliki seseorang tersebut. Partisipasi hanya mungkin dilakukan seseorang bila
ada kapital sosial, yaitu jaringan kerja, aturan-aturan yang jelas dan kepercayaan.
Jaringan merupakan lintasan bagi proses berlangsungnya pertukaran, sementara
kepercayaan menjadi stimulus agar proses pertukaran tersebut berjalan lancar
sementara aturan merupakan jaminan bahwa proses pertukaran itu berlangsung adil
atau tidak (Saragi, 2004).
Menurut Repository (2010) partisipasi adalah suatu gejala demokrasi
dimana orang diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut
memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat
kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun
bidang mental serta penentuan kebijaksanaan. Dari pengertian partisipasi di atas
disimpulkan bahwa partisipasi adalah ikut sertanya seseorang atau sekolompok
orang dalam pelaksanaan, serta memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat
kematangan dan tingkat kewajibannya yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang karena adanya dorongan atau sedikit paksaan dari orang lain. Ini
dapat dilihat dari kata “ diikutsertakan” yang mengandung makna bahwa
keterlibatan ini bukan datang dari diri sendiri tetapi karena adanya paksaan dari
Berbeda dengan pendapat di atas menurut Koentjaraningrat (dalam Rahmat,
2009:81) partisipasi merupakan frekuensi turut sertanya dalam aktivitas-aktivitas
bersama, dan menurut Canboys (2010) partisipasi adalah keterlibatan mental dan
emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di
dalamnya. Hal senada juga diungkapkan Ndraha (dalam Rahmat,2009:80) yang
mengartikan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional seseorang
atau sekolompok masyarakat di dalam situasi kelompok yang mendorong
bersangkutan atas kehendak sendiri menurut kemampuan yang akan ada untuk
mengambil bagian dalam usaha mencapai tujuan bersama dalam pertanggung
jawaban. Dan menurut Isbandi (2007:27) partisipasi adalah keikutsertaan
masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di
masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif menangani
masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan kertelibatan dalam proses
mengevaluasi perubahan yang terjadi. .Dari keempat pengertian partisipasi di atas
dapat disimpulkan partisipasi adalah keikutsertaan atau keterlibatan seseorang atau
sekolompok orang dalam memberikan sesuatu dalam bentuk apapun sebagai
usaha mencapai tujuan bersama atas kehendak sendiri atau dengan kata lain tanpa
adanya dorongan atau paksaan dari pihak manapun.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan adanya
perbedaan pendapat dari para ahli tentang arti parisipasi meskipun terdapat pula
kesamaannya. Letak perbedaan yang menonjol yaitu pada kata dikutsertakan dan
keikutsertaan. Diikutertakan berarti seseorang ikut serta bukan karena kemauannya
secara penuh tetapi karena adanya dorongan atau ajakan atau sedikit paksaan dari
orang lain, sedangkan keikutsertaan adalah timbul atas kehendak sendiri secara
I.5.1.2. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat menjadi mengemuka dan penting dalam pelaksanaan
pembangunan termasuk didalamnya penataan ruang diantaranyakarena beberapa
hal positif yang dikandungnya : (Alastaire White dalam RA. Santoso Sastropoetro,
1998)
a. Dengan partisipasi lebih banyak hasil kerja yang dapat dicapai.
b. Dengan partisipasi pelayanan atau service dapat diberikan dengan biaya
yang rendah.
c. Partisipasi memiliki nilai dasar yang sangat berarti untuk peserta,
karena menyangkut kepada harga dirinya.
d. Merupakan katalisator untuk pembangunan selanjutnya.
e. Mendorong timbulnya rasa tanggungjawab.
f. Menjamin bahwa suatu kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat telah
dilibatkan
g. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan dengan arah yang benar.
h. Menghimpun dan memanfaatkan berbagai pengetahuan yang terdapat
didalam masyarakat, sehingga terjadi perpaduan berbagai keahlian.
i. Membebaskan orang dari kebergantungan kepada keahlian orang lain.
j. Lebih menyadarkan manusia terhadap penyebab dari kemiskinan,
sehingga menimbulkan kesadaran terhadap usaha untuk mengatasinya.
Arnstein (dalam Saragi, 2004) menetapkan tipologi yang dikenal dengan
delapan anak tangga partisipasi masyarakat, yang menjelaskan peran serta
masyarakat di dasarkan pada kekuatan masyarakat, yaitu :
b. Therapy, berarti telah ada komunikasi tetapi masih bersifat terbatas,
inisiatif datang dari pemerintah dan hanya satu arah.
c. Information menyiratkan bahwa komunikasi sudah mulai banyak terjadi
tetapi masih bersifat satu arah.
d. Consulation, berarti komunikasi telah terjadi dua arah.
e. Placation, berarti bahwa komunikasi telah berjalan dengan baik dan
sudah ada kesepakatan antara masyarakat dengan pemerintah.
f. Partnership, adalah kondisi dimana pemerintah dan masyarakat mitra
sejajar.
g. Delegated power, bahwa pemerintah memberikan kewenangan kepada
masyarakat untuk mengurus sendiri keperluannya.
h. Citizen Control bermakna bahwa masyarakat menguasai kebijakan
publik dan perumusan, implementasi hingga evaluasi dan kontrol.
Ada tiga bentuk partisipasi, yaitu :
1. Partisipasi sebagai bentuk kontribusi, yaitu interpretasi dominan dari
partisipasi dalam pembangunan di dunia ketiga adalah melihatnya sebagai
suatu keterlibatan secara sukarela atau bentuk kontribusi lainnya dari
masyarakat desa menetapkan sebelumnya program dan proyek
pembangunan.
2. Partisipasi sebagai organisasi, meskipun diwarnai dengan perdebatan
yang panjang antara praktisi dan teoritisi mengenai organisasi sebagai
instument yang fundamental bagi partisipasi, namun dapat dikemukakan
bahwa perbedaan organisasi dan partisipasi terletak pada hakekat bentuk
dibentuk sebagai hasil dari adanya partisipasi. Selanjutnya dalam
melaksanakan partisipasi dapat dilakukan melalui beberapa dimensi, yaitu:
1. Sumbangan pikiran (ide atau gagasan)
2. Sumbangan materi (dana, barang dan alat)
3. Sumbangan tenaga (bekerja atau memberi kerja)
4. Memanfaatkan atau melaksanakan pelayanan pembangunan
3. Partisipasi sebagai pemberdayaan, yaitu partisipasi merupakan latihan
pemberdayaan bagi masyarakat desa meskipun sulit untuk mendefenisikan
akan tetapi pemberdayaan merupakan upaya untuk mengembangkan
keterampilan dan kemampuan masyarakat desa untuk ikut terlibat dalam
pembangunan.
Menurut Adi Isbandi Rukminto (2003:252), partisipasi masyarakat atau
keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dapat dilihat dalam beberapa tahapan,
yaitu :
1. Tahap Assesment
Dilakukan dengan mengidentifikasi masalah dan sumber daya yang
dimiliki. Untuk ini masyarakat dilibatkan secara aktif merasakan
permasalahan yang sedang terjadi yang benar-benar keluar dari
pandangan mereka sendiri.
2. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan
Dilakukan dengan melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah
yang mereka hadapi dan cara mengatasinya dengan memikirkan
beberapa cara alternatif program.
Dilakukan dengan melaksanakan program yang sudah direncanakan
dengan baik agar tidak melenceng dalam pelaksanaannya di lapangan
sehingga tahapan ini dianggap sebagai tahapan yang paling krusial.
4. Tahap Evaluasi (termasuk evaluasi Input, Proses dan Hasil)
Dilakukan dengan adanya pengawasan dari masyarakat dan pemerintah
terhadap program yang sedang berjalan.
Menurut Keith Davis (Reksopoetranto, 1992), kata partisipasi secara
etimologis berasal dari bahasa inggris “participation” yang berarti mengambil
bagian, participator dimaknai sebagai yang mengambil bagian atau sering disebut
dalam bahasa umum sebagai keikutsertaan. Karenanya partisipasi sering dikatakan
sebagai peran serta atau keikutsertaan mengambil bagian dalam kegiatan tertentu.
Karenanya terdapat keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang
dalam situasi kelompok yang mendorong partisipan untuk memberikan sumbangan
kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta tanggungjawab terhadap
usaha mencapai tujuan yang bersangkutan. Hal yang terakhir senada dengan
batasan yang diberikan dalam batang tubuh UU 25/2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, Pasal 2 ayat 4 huruf d bahwa partisipasi
merupakan keikutsertaan masyarakat untuk mengakomodasi kepentingan mereka
dalam proses penyusunan rencana pembangunan. Selain kedua pendapat tersebut,
terdapat beberapa pendapat lain tentang definisi pastisipasi :
a. Keterlibatan orang secara sukarela tanpa tekanan dan jauh dari
pemerintah atau kepentingan eksternal (Sumarto, 2003).
b. Keterlibatan masyarakat secara aktif dalam keseluruhan proses
kegiatan, sebagai media penumbuhan kohesifitas antar masyarakat,
memiliki dan tanggungjawab pada program yang dilakukan (Handayani,
2006).
c. Keikutsertaan masyarakat baik dalam bentuk pernyataan ataupun
kegiatan (Wardoyo, 1992).
d. Keikutsertaan masyarakat dalam program-program pembangunan
(Rahardjo, 1985).
e. Aksi dari kepercayaan akan pembangunan. Karena pastisipasi
mempunyai nilai intrinsik kebaikan dan berfokus pada pencarian cara
untuk menyelesaikan masalah (Cooke and Kothari, 2002).
f. Seseorang yang berpartisipasi sebenarnya mengalami keterlibatan
dirinya atau egonya yang sifatnya lebih daripada keterlibatan dalam
pekerjaan atau tugas saja (Alport dalam Reksopoetranto, 1992).
Karenanya dalam beberapa definisi tersebut terdapat beberapa kata kunci
tentang definisi pastisipasi :
a. Keikutsertaan
b. Secara sukarela
c. Keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasan
d. Berbentuk pernyataan ataupun kegiatan nyata
e. Media penumbuhan kohesifitas
f. Akomodasi kepentingan bersama
I.5.1.3. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat
Sebagai bentuk keikutsertaan masyarakat/kelompok terdapat beberapa
1. Menurut Vaneklasen dan Miller membagi pastisipasi atas (Handayani,
2006):
a. Partisipasi Simbolis
Masyarakat duduk dalam lembaga resmi tanpa melalui proses
pemilihan dan tidak mempunyai kekuasaan yang sesungguhnya.
b. Partisipasi Pasif
Masyarakat diberi informasi atas apa yang sudah diputuskan dan apa
yang sudah terjadi. Pengambil keputusan menyampaikan informasi
tetapi tidak mendengarkan tanggapan dari masyarakat sehingga
informasi hanya berjalan satu arah.
c. Partisipasi Konsultatif
Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab beberapa
pertanyaan. Hasil jawaban dianalisis pihak luar untuk identifikasi
masalah dan cara pengatasan masalah tanpa memasukkan
pandangan masyarakat.
d. Partisipasi dengan Insentif Material
Masyarakat menyumbangkan tenaganya untuk mendapatkan
makanan, uang, atau imbalan lainnya. Masyarakat menyediakan
sumber daya, namun tidak terlibat dalam pengambilan keputusan
sehingga mereka tidak memiliki keterikatan untuk meneruskan
partisipasinya ketika masa pemberian insentif selesai.
e. Partisipasi Fungsional
Masyarakat berpartisipasi karena adanya permintaan dari lembaga
eksternal untuk memenuhi tujuan. Mungkin ada keputusan bersama
f. Partisipasi Interaktif
Masyarakat berpatisipasi dalam mengembangkan dan menganalisa
rencana kerja. Partisipasi dilihat sebagai hak, bukan hanya sebagai
alat mencapai tujuan, prosesnya melibatkan metodologi dalam
mencari perspektif yang berbeda dan serta menggunakan proses
belajar yang terstruktur. Karena masyarakat terlibat dalam
pengambilan keputusan maka mereka akan mempunyai keterikatan
untuk mempertahankan tujuan dan institusi lokal yang ada di
masyarakat juga menjadi kuat.
g. Pengorganisasian Diri
Masyarakat berpartisipasi dengan merencanakan aksi secara
mandiri. Mereka mengembangkan kontak dengan lembaga eksternal
untuk sumber daya dan saran-saran teknis yang dibutuhkan, tetapi
kontrol bagaimana sumber daya tersebut digunakan berada di tangan
masyarakat sepenuhnya.
Secara ideal partisipasi semestinya berwujud partisipasi interaktif ataupun
pengorganisasian diri, tetapi tentunya hal tersebut menuntut kapabilitas sumber
daya manusia yang optimal. Di negara dunia ketiga yang umumnya
berpemerintahan totaliter menggunakan model partisipasi simbolis, pasif ataupun
konsultatif.
Partisipasi masyarakat telah sekian lama diperbincangkan dan
didengungkan dalam berbagai forum dan kesempatan. Intinya adalah agar
masyarakat ikut serta dengan pemerintah memberi bantuan guna meningkatkan,
Maka secara umum partisipasi dapat diartikan sebagian “pengikutsertaan” atau
pengambil bagian dalam kegiatan bersama.
2. Menurut Soetrisno (1995:221), secara umum ada 2 (dua) jenis definisi
partisipasi yang beredar di masyarakat, yaitu:
a. Partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan
masyarakat terhadap rencana/proyek pembangunan yang
dirancang dan ditentukan tujuan oleh perencana. Ukuran
tinggi rendahnya partisipasi masyarakat dalam defenisi ini
pun diukur dengan kemauan masyarakat ikut menanggung
biaya pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam
melaksanakan pembangunan.
b. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan kerja
sama erat antara perencana dan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan
mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai.
Ukuran tinggi dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam
pembangunan tidak hanya diukur dengan kemauan
masyarakat untuk menanggung biaya pembangunan, tetapi
juga dengan ada tidaknya hak masyarakat untuk ikut
menentukan arah dan tujuan proyek yang akan dibangun di
wilayah mereka. Ukuran lain yang dapat digunakan adalah
ada tidaknya kemauan masyarakat untuk secara mandiri
1.5.1.4. Konsep Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses teknis untuk memberikan
kesempatan dan wewenang yang lebih luas kepada masyarakat untuk secara
bersama-sama memecahkan berbagai persoalan. Pembagian kewenangan ini
dilakukan berdasarkan tingkat keikutsertaan (level of involvement) masyarakat
dalam kegiatan tersebut. Partisipasi masyarakat bertujuan untuk mencari solusi
permasalahan yang lebih baik dalam suatu komunitas dengan membuka lebih
banyak kesempatan bagi masyarakat untuk ikut memberikan kontribusi sehingga
implementasi kegiatan berjalan lebih efektif, efesien, dan berkelanjutan.
Arnstein (1969) menjelaskan partisipasi sebagai arti di mana warga negara
dapat mempengaruhi perubahan sosial penting, yang dapat membuat mereka
berbagi manfaat dari masyarakat atas. Dia mencirikan delapan anak tangga yang
meliputi: manipulasi, terapi, memberi tahu, konsultasi, penentraman, kerjasama,
pelimpahan kekuasaan, dan kontrol
warga negara.
Menurut Marisa B. Guaraldo Chougil tangga partisipasi masyarakat di
negara-negara yang kurang berkembang (underdeveloped), dapat dibagi menjadi 8
tingkatan yaitu :
a. Pemberdayaan (Empowerment)
b. Kemitraan (Partnership)
c. Mendamaikan (Conciliation)
d. Dissimulasi/Pura-pura (Dissimulation) e. Diplomasi (Diplomation)
h. Management Diri Sendiri (Self Management).
Dalam penelitian ini akan dipergunakan 5 (lima) bentuk partisipasi. Bentuk
partisipasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah disesuaikan dengan bentuk
kegiatan partisipasi yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur. Lima
bentuk partisipasi tersebut adalah prakarsa/inisiatif, pembiayaan, pengambilan
keputusan, mobilisasi tenaga dan pelaksanaan
operasional pembangunan.
1.5.1.5. Hambatan & Kendala Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan
Kok dan Elderbloem dalam Nampila (2005) dalam Rustiningsih (2002)
serta Hana (2003) menguraikan ada beberapa kendala dalam mewujudkan
pembangunan partisipatif, yaitu :Hambatan struktural yang membuat iklim atau
lingkungan menjadi kurang kondusif untuk terjadinya partisipasi, Hambatan
internal masyarakat sendiri, Hambatan karena kurang terkuasainya metode dan
teknik partisipasi. Apabila tidak ada kesepakatan masyarakat terhadap kebutuhan
dalam cara mewujudkan kebutuhan tersebut, serta apabila kebutuhan tesebut tidak
langsung mempengaruhi kebutuhan mendasar anggota masyarakat.
1.5.1.6. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan
Korten, 1983 dalam Setiawan, (2005) menyebutkan terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Faktor-faktor
tersebut dapat dikelompokkan dalam dua kategori yakni faktor internal dan faktor
berpengaruh dalam program partisipasi masyarakat. Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang berasal dari luar komunitas, dan ini akan meliputi dua aspek.
menyangkut system social politik makro dimana komunitas tersebut berada.
I.5.2. Defenisi Pembangunan
Definisi pembangunan melalui serangkaian pemikiran telah berkembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan
Marx), pandangan Marxis, modernisasi oleh Rostow, strukturalisme bersama
modernisasi memperkaya ulasan pendahuluan pembangunan sosial, hingga
pembangunan berkelanjutan. Namun, ada tema-tema pokok yang menjadi
pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu
upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah
kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang
paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004). Mengenai pengertian
pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti
halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu
orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu
dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa
pemba-ngunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy
Supriyadi Bratakusumah, 2005).
Menurut Phillip Roupp, “Development signifies change from some thing
thought to be less desirable to something to be more desirable”. (Pembangunan
adalah perubahan dari sesuatu yang kurang berarti kepada sesuatu yang lebih
kata lain dapat dikatakan “development is not a static concept, it is continously
changing” dalam Khairuddin (2000: 23)
Dalam RP. Mirza menyatakan “Development is basically a human enter
prise and therefore it requires the combined efforts of all systems of knowledge, be they physical, biological, social or human to comprehend and articulate it”.
(Pembangunan pada dasarnya adalah usaha manusia dan untuk memahami
pembangunan tersebut dibutuhkan usaha-usaha yang terpadu dari seluruh sistem
pengetahuan, baik fisik, biologi, sosial maupun tentang manusia). Pembangunan
adalah usaha yang tidak dilakukan tanpa melibatkan potensi yang ada
dilingkungan, Khairuddin (2000: 23).
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai
“Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana
dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju
modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Sedangkan
Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana,
yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya
yang dilakukan secara terencana”.
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup
seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan,
pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes
(1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan
budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk
memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat,
dan mikro (commuinity/group). Makna penting dari pembangunan adalah
adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi.
Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah
semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan
terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi
secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan (Riyadi dan
Bratakusumah, 2005).
Dengan demikian berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut diatas
dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat dipisahkan
dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya
pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan.
Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan/perluasan (expansion)
atau peningkatan (improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas
masyarakat.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Parsudi Suparlan dalam tulisannnya
tentang Antropologi Pembangunan, yang mana tulisan tersebut sebagai
penghormatan kepada Koentjaraningrat (1997), mendefinisikan pembangunan
sebagai serangkaian upaya yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah,
badan-badan atau lembaga-lembaga internasional, nasional atau lokal yang
terwujud dalam bentuk-bentuk kebijaksanaan, program, atau proyek, yang secara
terencana mengubah cara-cara hidup atau kebudayaan dari sesuatu masyarakat
sehingga warga masyarakat tersebut dapat hidup lebih baik atau lebih sejahtera
daripada sebelum adanya pembangunan tersebut.
program - program yang sudah ditentukan secara politik oleh para pengambil
kebijakan (hhtp://www.pustakabersama.net/buku.php).
Sedangkan menurut Inayatullah, 1967, pembangunan ialah perubahan
menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari
nilai-nilai kemanusiaan, yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai
kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya dan terhadap tujuan politiknya,
dan yang memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri
mereka sendiri.
Rogers dan Shoemaker (1971) mengatakan bahwa pembangunan ialah suatu
jenis perubahan social dimana ide – ide baru diperkenalkan kepada suatu system
social untuk menghasilkan pendapatan perkapita dan tingkat kehidupan yang lebih
tinggi melalui metode produksi yang lebih modern dan organisasi social yang lebih
baik.
Kleinjans (1975) mengatakan bahwa pembangunan merupakan pencapaian
pengetahuan dan keterampilan baru yang pada akhirnya bukan soal teknologi atau
GNP, tumbuhnya suatu kesadaran baru, perluasan wawasan manusia,
meningkatnya semangat kemanusiaan dan suntikan kepercayaan diri.
Rogers 1983 mendefinisikan pembangunan adalah suatu proses perubahan
social dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan
untuk kemajuan social dan material (termasuk bertambah besarnya keadilan,
kebebasan dan kualitas lainnya yang dihargai) oleh mayoritas rakyat melalui
control yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa berbicara mengenai
pembangunan artinya kita berbicara mengenai perubahan, kemajuan masyarakat,
gaya hidup masyarakat. Dan semua itu tidak lepas dari yang namanya proses
perluasan, proses peningkatan, baik itu untuk kepentingan masyarakat maupun diri
sendiri (hal ini seperti yang dikatakan oleh Rogers).
Tujuan pembangunan di negara manapun, pasti bertujuan untuk kebaikan
masyarakatnya. Meskipun istilah yang digunakan beragam, tepai hakikatnya sama,
yakni kesejahteraan masyarakat. Sedangkan tujuan itu sendiri memberikan arah
yang hendak dicapai. Tidak ada satupun tujuan yang benar-benar merupakan tujuan
akhir dalam arti sesungguhnya. Seperti yang diungkapkan Afifuddin (2012: 47)
“pada umumnya, komponen-komponen dari cita-cita akhir dari negara-negara
modern di dunia, baik yang sudah maju maupun yang sedang berkembang, adalah
hal-hal yang pada hakikatnya bersifat relatif dan sukar membayangkan tercapainya
‘titik jenuh yang absolut’ yang setelah tercapai tidak mungkin ditingkatkan lagi
seperti:
a. Keadilan sosial;
b. Kemakmuran yang merata;
c. Perlakuan sama dimata hukum;
d. Kesejahteraan material; mental; dan spritiual;
e. Kebahagiaan untuk semua;
f. Ketentraman; dan
g. Keamanan.”
1.5.2.1. Pembangunan Fisik
Pendekatan pembangunan yang akan dilaksanakan sangat tergantung pada
mereka terhadap pembangunan itu sendiri. Secara sederhana, sesungguhnya dapat
dikatakan apapun pendekatan pembangunan yang dilakukan hasilnya untuk
meningkatkan kebutuhan dasar manusia, semua hasil yang ingin dicapai dalam
pembangunan terutama pembangunan fisik adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan (Khairuddin. 2000: 38). Peningkatan kesejahteraan ini tidak lain
adalah peningkatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Menurut hendra
Esmara dan Tjokroamidjojo membagi kebutuhan dasar manusia menjadi dua
kategori sebagai berikut:
1. Kebutuhan dasar keluarga atau individu, seperti: pangan,
perumahan, sandang, dan beberapa peralatan rumah tangga.
2. Kebutuhan masyarakat secara keseluruhan, seperti air minum,
sanitasi, pengangkutan umum dan kesehatan, fasilitas – fasilitas
pendidikan dan kebudayaan.
Menurut Mashoed (2004: 12-13) salah satu program pemberdayaan
masyarakat dapat dilakukan dengan perbaikan fisik lingkungan (prasarana)
pemukiman kampung, meliputi antara lain perbaikan jalan lingkungan, saluran,
fasilitas persampahan, dan MCK umum.
Prasrana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya,
sedangkan sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya sesuia
yang tertera pada Undang - Undang Nomot 04 Tahun 1992 tentang perumahan dan
pemukiman. Dapat dipahami bahwa prasarana merupakan prasarana dasar yang
bersifat fisik sebagai faktor utama kebutuhan masyarakat yang bersifat statis,
terselenggaranaya kemudahan dalam melakukan aktivitas bagi masyarakat dan
cenderung bersifat tidak statis.
Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002
tentang bangunan gedung disebutkan pada Bab I ayat 1 bahwa Bangunan gedung
adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah
dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik
untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan
sosial, budaya maupun kegiatan khusus. Sedangkan pada ayat 13 dijelaskan bahwa
prasarana dan sarana bangunan gedung adalah fasilitas kelengkapan di dalam dan
di luar bangunan gedung yang mendudkung pemenuhan terselenggaranaya fungsi
bangunan gedung. Gedung adalah salah satu fasilitas yang bersifat fisik demi
menunjang aktivitas masyarakat agar kesejahteraannya meningkat
I.5.3. Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan berasal dari kata rencana, yang berarti rancangan atau
rangka sesuatu yang akan dikerjakan. Pada dasarnya perencanaan sebagai
fungsi manajemen adalah proses pengambilan keputusan dari sejumlah
pilihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki (Ginanjar Kartasasmita,
1994).
Dari pengertian sederhana tersebut dapat diuraikan beberapa
komponen penting, yakni tujuan; apa yang hendak dicapai, kegiatan; kegiatan
untuk merealisasikan tujuan, dan waktu; kapan bilamana kegiatan
Secara sederhana pembangunan sering diartikan suatu upaya untuk
melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang dimaksud
adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang pula ada
yang mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga pertumbuhan. Seiring
dengan perkembangannya hingga saat ini belum ditemukan adanya suatu
kesepakatan yang dapat menolak asumsi tersebut.
Akan tetapi untuk dapat membedakan keduanya tanpa harus
memisahkan secara tegas maka pembangunan dapat diartikan suatu perubahan.
Mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang
lebih baik dari kondisi sekarang. Sedangkan pembangunan sebagai suatu
pertumbuhan menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus
berkembang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan sesuatu
yang mutlak harus terjadi dalam pembangunan (Siagian, 1991).
Dengan demikian perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai
suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang
didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan
untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/ aktivitas kemasyarakatan. Baik
yang bersifat fisik (material) maupun nonfisik (mental dan spritual) dalam
rangka mencapai tujuan yang lebih baik.
Dari kajian literatur tentang partisipasi masyarakat di negara-negara
berkembang menunjukkan bahwa konsep partisipasi di interpretasikan secara
luas, seperti yang disampaikan Cohen dan Uphoff (1997), bahwa:
mengimplementasikan program, serta menikmati keuntungan-keuntungan dari program terseut. Keterlibatan masyarakat dalam mengevaluasi program, suatu proses aktif, dimana rakyat dari suatu komuniti mengambil inisiatif dan menyatakan dengan tegas otonomi mereka”.
Menurut FAO seperti yang dikutip Mikkelsen (1999 : 64), berbagai
penafsiran yang berbeda dan sangat beragam mengenai arti kata tentang
partisipasi yaitu:
1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek
tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan.
2. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, mengandung arti bahwa
orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan
menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.
3. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat
dengan staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring
proyek, agar supaya memperoleh imformasi mengenai konteks lokal dan
dampak sosial.
4. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam
perubahan yang ditentukannya sendiri.
5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan
diri, kehidupan dan lingkungan mereka.
Menurut Oakley (1991 : 14), berpendapat bahwa “partisipasi merupakan
perwujudan kesejahteraan rakyat tidak akan terwujud, karena masyarakatlah yang
lebih tahu akan kebutuhannya dan cara mengatasi permasalahan pembangunan
yang terjadi dalam masyarakat”
1.6 Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang
menjadi pusat penelitian ilmu sosial. (Singarimbun, 1995:33)
Berdasarkan pengertian tersebut, maka penulis mengemukakan defenisi dari
beberapa konsep yang digunakan yaitu:
1. Peningkatan Partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang
diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut
memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat
kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik
maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan.
2. Partisipasi Masyarakat adalah Partisipasi masyarakat merupakan suatu
proses teknis untuk memberikan kesempatan dan wewenang yang lebih
luas kepada masyarakat untuk secara bersama-sama memecahkan
berbagai persoalan.
3. Perencanaan partisipatif adalah proses dialog antara masyarakat,
pemerintah dan berbagai stakeholder secara lintas sektoral dan lintas
pelaku dalam suatu wadah forum musyawarah pembangunan untuk
merumuskan visi, misi, arah kebijakan dan program yang berbasis pada
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian iniadalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penlitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan
sistematika penulisan.
BAB II METODE PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan
penelitian, teknik penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik
analisis data.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum atau karakteristik
lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi, misi, dan sktruktur
organisasi serta hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah
penelitian.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat tentang hasil data yang diperoleh dari lapangan
selama penelitian berlangsung dan dokumen-dokumen lain yang
BAB V ANALISA DATA
Bab ini memuat tentang kajian dan analisis data yang diperoleh saat
penelitian dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang
diteliti.
BAB VI PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran-saran yang dianggap perlu
BAB II
METODE PENELITIAN
II.1 Bentuk penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif
menghendaki suatu informan dalam bentuk deskripsi dan lebih menghendaki
makna yang berada dibalik deskripsi data tersebut. Menurut Zuriah (2006:47)
penelitian dengan menggunakan metode deskripsi adalah penelitian yang diarahkan
untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian - kejadian secara
sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam
penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling
berhubungan dan menguji hipotesis.
II.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung
Balai.
II.3. Informan Penelitian
Menurut Sugiyono (2008:215) dalam sebuah penelitian kualitatif tidak
menggunakan istilah populasi atau sampel. Populasi dalam penelitian kualitatif
adalah social situation yang terdiri dari tempat, pelaku dan aktivitas yang saling
bersinergis. Dan sampel bukan responden akan tetapi narasumber atau partisipan
Hendrarso (dalam Usman 2009:56) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif
tidak dimaksuksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian yang
dilakukan sehingga subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian
ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan
yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses
penelitian. Informan penelitian meliputi :
1. Informan kunci (key informant) : yaitu mereka yang mengetahui dan
memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau
informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang
diteliti.
2. Informan utama : yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam
interkasi sosial yang sedang diteliti.
3. Informan tambahan : yaitu mereka yang dapat memberikan informasi
walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menentukan informan dengan
menggunakan teknik snowball sampling atau dilakukan secara berantai dengan
menanyakan informasi pada orang yang telah diwawancarai atau dihubungi
sebelumnya, demikian seterusnya (Poerwandari, 1998). Melalui teknik ini,
snowball subject atau sampel dipilih berdasarkan rekomendasi orang ke orang yang
sesuai dengan penelitian dan memadai untuk diwawancarai (Patton, 2002). Dalam
penelitian ini, maka peneliti menggunakan informan yang terdiri dari :
1. Informan Kunci penelitian ini adalah Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota
Tanjung Balai.
2. Informan utama penelitian ini adalah Kepala Seksi Jalan Dan Jembatan
II.4.Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dan informasi serta bahan-bahan lain untuk
mendukung dan menyelesaikan penelitian, maka penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Teknik pengumpulan data primer. Merupakan data yang langsung dari
objek penelitian, terdiri dari :
a. Metode wawancara yaitu cara pengumpulan data melalui tanya
jawab langsung dengan informan yang dianggap mengetahui
permasalahan penelitian secara mendalam.
b. Metode observasi yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan langsung oleh peneliti ke lokasi objek penelitian.
2. Teknik pengumpulan data sekunder. Merupakan data yang diperoleh untuk
mendukung data primer, terdiri dari :
a. Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan
menggunakan literatur seperti buku, jurnal, dan sebagainya yang
mendukung data.
II.5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data
kualitatif. Menurut Moleong (2006:247), teknik analisis kualitatif dilakukan
dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang
terkumpul, menyusunnya dalam satu kesatuan yang kemudian dikategorikan pada
tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya dengan
analisis dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan
melakukan analisis terhadap masalah yang ditemukan di lapangan, sehingga
diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti kemudian menarik
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
III.1. PROFIL DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TANJUNG BALAI III..1.1. TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tanjungbalai No. 26 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Tanjungbalai.
Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjungbalai mengemban tugas melaksanakan
Kewenangan Otonomi Daerah di Bidang Pekerjaan Umum mempunyai fungsi
sebagai berikut :
a. Perumusan Kebijaksanaan Teknis di Bidang Pekerjaan Umum.
b. Pemberian Perizinan dan Pelaksanaan Pelayanan.
c. Pengelolaan Urusan Ketata Usahaan Dinas.
III.1.2. STRUKTUR ORGANISASI
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tanjung Balai No. 26 Tahun 2004
tentang Organisasi Dinas – dinas Daerah Kota Tanjungbalai. Dinas Pekerjaan
Umum Kota Tanjungbalai adalah Instansi yang berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Walikota Tanjungbalai.
Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjungbalai dipimpin oleh seorang Kepala
Dinas ( Eselon II.b ). Kepala dinas dibantu 1 ( Satu ) orang Pejabat Struktural
Eselon III.a dan 4 (Empat) orang Pejabat Struktural Eselon III.b dan 1( Satu) orang
Pejabat Struktural UPT Eselon IV.a, yaitu :
1. Bagian Sekretaris yang dibawahi 2 ( dua ) sub bagian yaitu :
2. Bidang Program menbawahi :
a. Seksi Perencanaan.
b. Seksi Evaluasi dan Pelaporan.
3. Bidang Pengairan membawahi ;
a. Seksi Irigasi, Sungai dan Rawa.
b. Seksi Operasi dan Pemeliharaan.
4. Bidang Bina Marga membawahi :
a. Seksi Jalan / Jembatan.
b. Seksi Peralatan dan Pemeliharaan.
5. Bidang Cipta Karya membawahi :
a. Seksi Perumahan dan Bangunan Gedung.
b. Seksi Prasarana Dasar Permukiman.
Disamping Jabatan Struktural diatas usaha untuk mengoptimalkan kinerja
Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai mempunyai kelompok Jabatan
Fungsional yaitu :
1. Bendahara Penerima.
2. Bendahara Gaji.
3. Bendahara Barang.
III.2. SUMBER DAYA MANUSIA
Jumlah SDM per 31 Desember 2013 untuk mendukung pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjungbalai adalah sebanyak 52
orang. Komposisi SDM tersebut berdasarkan fungsional Jabatan yaitu :
● Pejabat Struktural 16 orang
● Bendahara Penerimaan 1 orang
● Pengurus Barang 1 orang
● Penerima Barang 1 orang
● Staf 32 orang
52 orang
Komposisi SDM tersebut berdasarkan Strata Pendidikan Golongan yaitu :
● Menurut Srata Pendidikan :
- Magister ( S-2 ) 3 orang
- Sarjana ( S-1 ) 23 orang
- Sarjana Muda 5 orang
- SLTA 20 orang
- SLTP 1 orang
- SD - orang
52 orang
● Menurut Golongan :
- Golongan IV 3 orang
- Golongan III 26 orang
- Golongan II 22 orang
- Golongan I 1 orang
52 orang
III.3. VISI DAN MISI
Visi merupakan pandangan jauh kedepan, kemana dan bagaimana instansi
menentang tentang keadaan masa depan berisikan cipta dan citra yang ingin
diwujudkan oleh instansi pemerintah. Dengan mengacu pada batasan tersebut, visi
Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai dijabarkan sebagai berikut :
“ TERSEDIANYA INFRASTRUKSTUR PEKERJAAN UMUM YANG
HANDAL, BERMANFAAT DAN BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG
TERWUJUDNYA TANJUNGBALAI SEBAGAI KOTA PELABUHAN, PUSAT
PERDAGANGAN DAN INDUSTRI REGIONAL DENGAN
MASYARAKATNYA YANG MADANI “
Untuk memberikan kejelasan agar tidak menimbulkan asumsi dan persepsi
yang berbeda, perlu dijelaskan hakekat yang terkandung dalam visi dimaksud
sebagai berikut :
1. TERSEDIANYA
Adalah ada.
2. INFRASTRUKTUR
Adalah segala sesuatu sarana yang merupakan kegiatan fisik sebagai
pendukung dalam bidang ke PU-an.
3. HANDAL
Adalah kuat dan kokoh.
4. BERMANFAAT
Adalah berfungsi dan berguna.
5. BERKELANJUTAN
Adalah berkesinambungan terus menerus.
Adalah tempat persinggahan alat transportasi air.
7. PUSAT PERDAGANGAN
Adalah wilayah inti pertukaran informasi dan barang.
8. INDUSTRI REGIONAL
Adalah kawasan usaha produksi barang – barang .
9. MASYARAKAT MADANI
Adalah kelompok orang – orang yang beraneka ragam.
MISI PERTAMA : ”Memenuhi kebutuhan infrastruktur ke PU-an berupa
infrastruktur di bidang sumber daya air melalui
pengembangan jaringan irigasi, serta mengamankan pusat –
pusat produksi dan permukiman dari bahaya daya rusak air
“
Tujuan 1 : Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya air Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tanjungbalai dengan sasaran yaitu :
Sasaran Program
1. Terwujudnya kelestarian sumber
daya air.
1. Pengembangan dan peningkatan
MISI KEDUA : “ Memenuhi kebutuhan infrastruktur ke Pu-an bidang ke bina
margaan dalam rangka mendukung pengembangan wilayah
dan kelancaran distribusi barang dan jasa “
Tujuan 1 : Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana transportasi dengan
sasaran dan program sebagai berikut :
Sasaran Program
1. Terwujudnya jaringan transportasi
darat yang aman dan lancar.
1. Pembangunan, peningkatan,
pemeliharaan jalan dan
jembatan.
MISI KETIGA : “ Mengembangkan infrastruktur PU di bidang perumahan dan
permukiman untuk mewujudkan perumahan dan permukiman
yang layak huni dan produktif “
Tujuan 1 : Meningkatkan kualitas dan kuantitas perumahan dan permukiman
dengan sasaran :
Sasaran Program
1. Terciptanya lingkungan permukiman
yang sehat dan sejahtera.
1. Penyediaan, perbaikan dan
pengembangan lingkungan
MISI KEEMPAT : “ Melaksanakan pembinaan bangunan gedung yang
memenuhi standar keselamatan dan keamanan bangunan “
Tujuan 1 : Meningkatkan kualitas dan kuantitas pembangunan prasarana
pendukung kota dengan sasaran program sebagai berikut :
Sasaran Program
1.Tercapainya peningkatan
pembangunan prasarana umum yang
refresentatif.
1. Pembangunan dan peningkatan
fasilitas kota.
MISI KELIMA : “ Mendorong berkembangnya industri konstruksi yang
kompetitif “
Tujuan 1 : Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
infrastruktur dengan sasaran :
Sasaran Program
1. Peningkatan kualitas kemitraan
Dengan stakeholder
1. Pembinaan dan peningkatan
Kemitraan.
MISI KEENAM : “ Mengembangkan teknologi ke PU-an yang tepat guna dan
Tujuan 1 : Mewujudkan perencanaan pembangunan infrastruktur yang efektif
dan efesien dengan sasaran dan program sebagai berikut :
Sasaran Program
1. Terciptanya kualitas perencanaan
yang aktual dan akurat
1. Perencanaan pembangunan kota
MISI KETUJUH : “ Menerapkan organisasi yang efesien, tata laksana yang
efektif dan terpadu dengan prinsip good governance serta
mengembangkan SDM yang propesional “
Tujuan 1 : Meningkatkan professional sumber daya manusia apartur Dinas
Pekerjaan Umum dengan sasaran da program sebagai berikut
Sasaran Program
1. Terselenggaranya kesempatan
mengikuti diklat
2. Terciptanya pasilitas pendukung
kerja aparat.
1. Peningkatan kualitas SDM
aparat
2. Pengembangan kinerja SDM
Tujuan 2 : Meningkatkan penyusunan, penyempurnaan prosedur dan
penyelenggaraan pelayanan umum dengan sasaran dan program
sebagai berikut :
Sasaran Program
1. Mewujdkan sistem akuntabilitas
Kinerja dan peningkatan pelayanan.
2. Meningkatkan sistem waskat
1. Pengembangan LAKIP
2.Peningkatan waskat dan
fungsional.
MISI KEDELAPAN : “ Meningkatkan kemampuan organisasi masyarakat
setempat (OMS) ,partisifasi dan peran serta masyarakat
BAB IV PENYAJIAN DATA
Pada bab ini penulis akan menyajikan deskripsi dari data yang diperoleh
melalui penelitian dilapangan melalui metode-metode pengumpulan data yang
telah disebutkan pada bab terdahulu. Demikian juga halnya permasalahan yang
hendak dijawab dalam bab ini adalah Bagaimanakah Peningkatan Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan.
Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab
permasalahan secara mendalam, ada beberapa tahapan yang dilakukan penulis,
yaitu; pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen Kantor
Dinas Pekerjaan Umum seperti Susunan Organisasi dan Tugas Pokok dan Fungsi
(Tupoksi) Dinas Pekerjaan Umum dan berbagai hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang ingin dijawab. Kedua, penulis melakukan sejumlah wawancara
dengan pegawai pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Adapun yang menjadi informannya adalah informan kunci
yaitu Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan informan utama yaitu Kepala Seksi Jalan
dan Jembatan.
Data-data tersebut berupa pernyataan dari para informan mengenai
permasalahan penelitian skripsi ini. Sedangkan data-data sekunder didapatkan
dari studi kepustakaan dan karya-karya ilmiah yang ada serta dokumen-dokumen
yang didapat dari lokasi penelitian. Pengumpulan data dilakukan selama kurang
lebih dua minggu di lokasi penelitian, tepatnya di Kantor Dinas Pekerjaan Umum
IV.1. Penyajian Data Primer
Berikut ini adalah penyajian data-data yang diperoleh melalui metode
wawancara dengan berbagai informan baik dari informan kunci yaitu Kepala Dinas
Pekerjaan Umum maupun informan utama yaitu Kepala Seksi Jalan dan Jembatan.
Adapun daftar pertanyaan dalam wawancara ini disesuaikan dengan permasalahan
di dalam penelitian, yang juga merupakan tujuan dari penelitian ini.
1. Wawancara dengan Bapak Ir. H. Ramadhani Purba selaku Kepala Dinas
Pekerjaan Umum, Kota Tanjung Balai.
a. Pertanyaan terkait upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan oleh
Dinas Pekerjaan Umum dalam meningkatkan peran masyarakat
dalam proses pembangunan infrastruktur jalan.
“Upaya-upaya yang dilakukan lebih kepada mensosialisasikan program-program pembangunan kepada Kecamatan, Kelurahan atau bahkan ke masyarakatnya langsung dengan harapa hal ini dapat memberikan rasa kepada masyarakat bahwa masyarakat dipandang penting dalam proses pembangunan, memang pada kenyataannya peningkatan partisipasi masyarakat belum sesuai dengan yang diharapkan dan belum memberikan dampak yang signifikan pada proses pembangunan tersebut”.
b. Pertanyaan terkait siapa-siapa saja yang dilibatkan dalam upaya
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
infrastruktur jalan.
dapat berkontribusi bagi pembangunan di daerahnya secara khusus. Hal ini juga tentunya akan menimbulkan peran serta masyarakat secara maksimal”.
c. Pertanyaan terkait seberapa baikkah tingkat partisipasi masyarakat
dalam pembangunan infrastruktur selama ini.
“Tingkat partisipasi masyarakat yang ada sebenernya masih rendah tetapi tentunya peran tersebut harus terus dimaksimalkan agar menjadi lebih baik ke depannya. Usaha-usaha peningkatan partisipasi masyarakat tentunya akan berdampak sangat baik bagi daerah ataupun bagi masyarakat itu sendiri karena dapat memicu kemandirian dalam masyarakat tersebut”.
d. Pertanyaan terkait peran Kepala Dinas Pekerjaan Umum secara
khusus dalam peningkatan partipasi masyarakat terutama dalam
pembangunan infrastruktur jalan.
e. Pertanyaan terkait sudah baikkah pembangunan infrastruktur jalan di
Kota Tanjung Balai secara umum.
“Secara umum pembangunan infrastruktur jalan tergolong cukup baik walaupun masih terdapat beberapa kekurangan yang ada di beberapa daerah tetapi hal itulah yang menjadi PR kami ke depannya agar mampu menutupi permasalahan infrastruktur jalan. Ketersediaan jalan yang baik memang belum menyentuh ke pelosok-pelosok desa di Kota Tanjung Balai hal inilah yang kami rasa perlu digalakkan agar masyarakat desa pun dapat merasakan dampak pembangunan di daerahnya”.
2. Wawancara dengan Bapak Basuki Daulay ST selaku Kepala Seksi Jalan Dan
Jembatan Dinas Pekerjaan Umum, Kota Tanjung Balai.
a. Pertanyaan terkait sosialisasi yang dilakukan untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur jalan.