• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV Berisi Hasil Penelitian Dan Pembahasan

KAJIAN PUSTAKA A.Hasil Belajar

1. Definisi belajar

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar

1. Definisi belajar

Belajar merupakan aktivitas yang sangat penting bagi

perkembangan individu. Belajar akan terjadi setiap saat dalam diri seseorang, dimanapun dan kapan proses belajar akan terjadi. Menurut Crow and Crow dalam Educational Psychology (1984), belajar adalah perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan, dan berbagai sikap, termasuk penemuan baru dalam mengerjakan sesuatu, usaha memecahkan rintangan, dan menyesuaikan dengan suasana baru.

Menurut Cronbach dalam bukunya Educational Psychology

mengemukakan “ learning is shown by a change in behavior as result

of experience” (dalam Sriyanti, 2011:16-17) menurutnya belajar belajar yang baik harus ditempuh dengan mengalami secara langsung.

Menurut Dictionary of psychology disebutkan bahwa belajar memiliki dua definisi. Pertama belajar dapat diartikan “ the process of

acquiring knowledge”. Kedua belajar diartikan “ a relatively permanent change potentiality which occours as a result of reinforced

practice”. Pengertian pertama, belajar memiliki arti suatu proses untuk

memperoleh pengetahuan. Pengertian kedua, belajar berarti suatu perubahan kemampuan untuk bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat (dalam Sriyanti, 2011: 17). Pengertian

19

belajar dari Dictionary of psychology ini menekankan aspek proses serta keadaan sebagai hasil belajar.

Kimble (dalam Sriyanti, 2011: 17) yang mendefinisikan belajar sebagai berikut “ learning is a relatively permanent change in behavior or in behavioral potentiality that results from exsperience and cannot be attributed to temporary body states such as those induced by ilness, fatigue, or drugs. Dengan kata lain belajar dalah perubahan relatif permanen dalam tinggkah laku atau potensi perilaku yang diperoleh dari pengalaman dan tidak berhubungan dengan kondisi tubuh pada saat tertentu semacam penyakit, kelelahan, atau

obat-obatan. Menurut Caurine (dalam Sriyanti, 2011:17)

mendefinisikan belajar adalah modifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman.

Berdasarkan beberapa definisi tentang belajar maka belajar merupakan proses perkembangan hidup manusia. Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Belajar itu membutuhkan proses yang lama dan kemampuan orang itu tidak sama pasti berbeda-beda. Belajar juga dipengaruh oleh faktor dari dalam diri sendiri dan juga faktor dari luar (Sriyanti, 2011:17)

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan

20

terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, tujuan belajar telah ditetapkan terlebih dahulu oleh guru, anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi dua faktor yakni faktor lingkungan dan faktor dari dalam diri siswa sendiri, terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai, seperti dikemukakan oleh Clark (dalam Hosnan, 2014: 159) bahwa hasil belajar disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% oleh lingkungan.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku baik peningkatan pengetahan, perbaikan sikap, maupun peningkatan ketrampilan yang dialami siswa setelah menyelelesaikan kegiatan pembelajaran. Hasil belajar sering disebut juga dengan prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari berbuatan belajar. Karena belajar merupakan suatu perubahan sikap dan tingkah laku seseorang berdasarkan pengalamnya. Hasil belajar memiliki pengertian yang cukup luas. Hasil belajar yang tergolong penting adalah peningkatan kompetensi (pengetahuan, sikap, dan ketrampilan) pada objek yang dipelajari, motivasi berprestasi, rasa percaya diri, dan kemampuan mengembangkan pengetahuan, dan ketrampilan yang diperoleh dimasyarakat. Hasil belajar ada yang dapat diukur langsung dan ada yang baru muncul dampaknya setelah beberapa lama berlalu.

21

Sejak awal tahun akademik, target hasil belajar (kompetensi) sudah ditetapkan dan sudah disampaikan kepada siswa. Sistem penilaian untuk mengukur hasil belajar sudah direncanakan. Ada beberapa bentuk penilaan hasil belajar yang dapat digunakan oleh guru, yaitu dalam bentuk tes (tertulis, lisan, kinerja) maupun non-tes (tugas, paper, proyek, portofolio, dan sebagainya). Dengan keterbukaan sistem penilaian ini, diharapkan siswa lebih siap dan membuat target belajar sendiri untuk memperoleh nilai yang terbaik.

Dalam konteks manajemen kelas, hasil belajar per siswa perlu dipantau untuk mengambil beberapa keputusan dan tindak lanjut. Siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Perlakuan yang sama kepada siswa yang memiliki kemampuan berbeda menyebabkan hasil belajar yang kurang optimal. Siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar dapat diberi tindakan remidial. Pada jenis kompotensi yang memiliki sekuinsial. Kesulitan belajar pada jenjang pertama yang tidak diatasi dapat menyebabkan kesulitan pada jenjang berikutnya dan menyebabkan kegagalan belajar pada akhir kegiatan belajar.

Berdasarkan hasil penelitian dari Prensky (dalam Hosnan, 2014:159) dikatakan mengapa siswa-siswi membutuhkan cara belajar dan mengajar yang baru. Dia menampilkan konsep kemitraan, dimana benar-benar sebuah kolaborasi dan pembelajaran investigasi, yang didalamnya berisikan siswi dan guru melakukan pendekatan belajar dengan cara bekerja sama, masing-masing dengan asumsi peran

22

penting dan aktif dalam sebuah hubungan dialektis yang sesungguhnya. Melalui penjelasan tentang peran dan tanggung jawab siswa dan guru, beliau membangun lingkungan pendidikan kaya dimana pembelajar berperan aktif dan guru-guru menciptakan kesempatan untuk belajar, bereksplorasi, dan bertanya dan mengatur media bagi guru untuk bekerja sama dengan orang tua dan masyarakat luas.

Hasil belajar secara keseluruhan biasanya akan tampak berupa berikut ini:

a. Terciptanya berpikir rasional dan kritis, yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis, seperti” bagaimana” (how) dan “mengapa” (why).

b. Terciptanya ketrampilan, seperti menulis dan berolahraga yang

meskipun sifatnya motorik, ketrampilan-ketrampilan itu

memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.

c. Adanya proses pengamatan, yakni proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara objektif sehingga anak didik mampu mencapai pengertian yang benar, antara lain:

1) Terciptanya berpikir asosiatif, yakni berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan daya ingat.

23

2) Terciptanya apresiasi (menghargai karya-karya bermutu) dan menghindari hal yang mubazir.

3) Lahirnya kebiasaan, seperti peserta didik belajar berkali-kali menghindari kecendrungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.

4) Perilaku sikap, yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, wawas dan sebagainya.

5) Perubahan sikap, yakni kecendrungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan (Hosnan, 2014:160)

Dokumen terkait