• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1 Definisi

1. Usahatani cabai merah adalah usaha yang mengusahakan tanaman cabai merah mulai dari penyediaan lahan, tenaga kerja, input produksi sampai menghasilkan output produksi.

2. Petani cabai merah adalah petani yang mengusahakan tanaman cabai merah sebagai penyewa ataupun pemilik lahan.

3. Input produksi adalah semua korbanan yang digunakan dalam usahatani cabai merah sehingga menghasilkan suatu keluaran (output).

4. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk menghasilkan output (Rp).

5. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi (y).

Biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan atau petani tidak mempengaruhi hasil output / produksi. Berapapun jumlah output yang dihasilkan biaya tetap itu sama saja. Contoh: sewa tanah, pajak, alat pertanian, iuran irigasi (Rp).

6. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi besarnya produksi (y) (Rp).

7. Produksi usahatani cabai merah adalah hasil yang diperoleh dari usahatani cabai merah dan siap untuk dijual (Kg).

24

9. Penerimaan usahatani cabai merah adalah hasil produksi dikali dengan harga jual cabai merah (Rp/Kg).

10. Pendapatan usahatani cabai merah adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya (Rp).

11. Kelayakan usahatani adalah suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui apakah usahatani layak atau tidak layak untuk diusahakan.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batu Bara.

2. Sampel penelitian adalah petani yang menanam cabai merah di Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batu Bara.

3. Penelitian dilakukan pada tahun 2018.

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis

Kecamatan Limapuluh adalah satu kecamatan dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Batu Bara. Kecamatan Limapuluh memiliki luas wilayah 239.55 Km2 atau 23.955 Ha yang terdiri dari 35 desa dan 224 dusun terletak antara 3o 17ˈ- 06 3ˈ LU dan 99o 41ˈ - 87o 2ˈ BT dengan ketinggian 0-15 m dpl, rata-rata curah hujan 78,91 mm dan suhu udara 25-34oC. Kecamatan Limapuluh berbatasan langsung dengan Kecamatan Air Putih dan Sei Suka di sebelah Utara, Kabupaten Simalungun di sebelah Barat, Kecamatan Talawi di sebelah Selatan, dan Selat Malaka di sebelah Timur.

Secara umum keadaan geografis Desa Lubuk Cuik memiliki luas sebesar 362 Ha dan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara :Berbatasan dengan Desa Gambus Laut;

- Sebelah Timur :Berbatasan dengan Desa Gambus Laut/Desa Bulan Bulan ;

- Sebelah Selatan :Berbatasan dengan Desa Tanah Itam Ulu;

- Sebelah Barat :Berbatasan dengan Desa Tanah Itam Ilir.

Dari 35 desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Limapuluh, Kelurahan Limapuluh Kota memiliki jarak terdekat yakni tidak sampai 1 km ke kantor Bupati atau 0 km,

26

jarak terjauh adalah kantor Desa Gambus Laut yang secara geografis berbatasan dengan Kecamatan Sei Suka, jarak desa ini ke Kecamatan Limapuluh sekitar 27 km.

Adapun 35 desa yang ada di Kecamatan Limapuluh, seperti terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Limapuluh Tahun 2017

No Desa/Kelurahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Mangkai Baru 230 0,96

33 Gunung Bandung 294 1,23

34 Titi Merah 210 0,88

35 Pematang Tengah 238 0,99

Jumlah 23.955 100

Sumber : Lima Puluh Dalam Angka, 2018

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa, luas desa terbesar di Kecamatan Limapuluh adalah Desa Perk Tanah Gambus yaitu 4.108 Ha atau sebesar 17,15 % dari seluruh luas desa di Kecamatan Limapuluh. Sedangkan desa yang memiliki luas paling sedikit adalah Kelurahan Limapuluh kota yaitu 110 Ha atau sebesar 0,46 % dari total luas Kecamatan Limapuluh.

Kecamatan Limapuluh memiliki jumlah penduduk sebesar 90.667 jiwa dengan jumlah laki-laki sebesar 45.073 jiwa dan perempuan sebesar 45.594 jiwa. Kecamatan Limapuluh memiliki luas wilayah 23.995 Ha yang terdiri dari 35 desa. Kantor Kecamatan Limapuluh sendiri berjarak sekitar 1 km dari kantor bupati Kabupaten Batu Bara. Untuk lebih jelasnya tentang keadaan Kecamatan Limapuluh dapat dilihat pada Gambar 2.

28

Gambar 2 . Peta Kecamatan Limapuluh 4.1.2 Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Lubuk Cuik sampai akhir bulan Desember tahun 2017 tercatat sebanyak 3.876 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 1.958 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 1.918 jiwa. Desa Lubuk Cuik memiliki jumlah kepala keluarga sebesar 1.095 KK dengan kepadatan penduduk per/km 60,5 jiwa. Jumlah penduduk Desa Lubuk Cuik menurut umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2017

Sumber : Kantor Kepala Desa Lubuk Cuik, 2018

Selanjutnya untuk jumlah penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2017 No Mata Pencaharian Laki-Laki

(Jiwa)

30

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Kebutuhan masyarakat di Desa Lubuk Cuik cukup terpenuhi. Untuk mencapai desa ini ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua dua atau roda empat. Sarana prasarana di desa ini terdiri dari sarana pemerintahan desa, sarana pendidikan umum, sarana pendidikan islam, sarana ibadah, sarana kesehatan, sarana perekonomian/perdagangan, dan lain-lain. Berikut dijelaskan dalam Tabel 7.

Tabel 7. Sarana dan Prasarana Tahun 2017

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit) 1 Sarana pemerintahan Desa

 Kantor Kepala Desa 1

 Balai Pertemuan/Aula 1

 Pos Kamling 2

2 Sarana Pendidikan Umum

 PAUD 3

 SD 2

3 Sarana Pendidikan Islam

 Madrasah Iftidaiyah 1

Sambungan Tabel 7. Sarana dan Prasarana Tahun 2017 No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

4 Sarana Ibadah

 Masjid 2

 Musholla 5

 Gereja 2

5 Sarana Kesehatan

 Posyandu 3

6 Fasilitas Perdagangan

 Kios/Toko/Warung 10

 Material/Toko

Bahan Bangunan 1

7 Lain-Lain

 Lapangan

Sepakbola/futsal 1

 Lapangan

Badminton 2

 Lapangan Bola

Volly 2

Jumlah 38

Sumber : Kantor Kepala Desa Lubuk Cuik, 2018

4.2 Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman cabai merah di Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Limapuluh.

a. Umur

Pada penelitian, jumlah petani yang menjadi sampel adalah 37 sampel. Petani sampel berdomisili di Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Limapuluh. Petani yang dijadikan sampel merupakan petani yang menanam cabai merah di Lubuk Cuik. Umur petani tanaman cabai merah dalam penelitian ini berkisar 26-66 tahun. Untuk selengkapnya klasifikasi umur petani cabai merah di Desa Lubuk Cuik dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 . Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Umur No. Kelompok Umur

Sumber: Analisis Data Primer

32

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa kelompok umur petani sampel dengan jumlah terbanyak dalam usahatani cabai merah adalah kelompok umur 40-46 yaitu 10 jiwa dengan persentase 27,02 %. Sedangkan kelompok petani sampel dengan jumlah paling sedikit dalam usahatani cabai merah adalah kelompok umur 54-60 dan 61-66 yaitu 3 jiwa dengan persentase 8,10 %.

b. Pendidikan Terakhir

Kemampuan petani dalam mengelola usahataninya sebagian besar ditentukan oleh tingkat pendidikannya, baik pendidikan formal maupun nonformal. Berikut disajikan pendidikan terakhir petani sampel dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Pendidikan terakhir Jumlah

(Jiwa)

Persentase (%)

1 SD 11 29,72

2 SMP 19 51,35

3 SMA 6 16,21

4 S1 1 2,70

Jumlah 37 100

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa kelompok pendidikan terakhir dengan jumlah terbanyak dalam usahatani cabai merah adalah SMP sebanyak 19 jiwa.

c. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan atau jumlah anggota keluarga petani cabai merah di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Distribusi Petani sampel berdasarkan Jumlah Tanggungan No. Jumlah Tanggungan

(Jiwa)

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa untuk jumlah tanggungan terbanyak ada pada kelompok 0-3 yaitu 30 jiwa dengan persentase sebesar 81,08 % dan yang terkecil pada kelompok >3 yaitu 7 jiwa (18,9 %).

d. Lama Berusahatani

Adapun karakteristik petani sampel di Desa Lubuk Cuik berdasarkan lama berusahatani dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Distribusi Petani Berdasarkan Lama Berusahatani No. Lama Berusahatani

(Tahun)

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa kelompok lama berusahatani dengan jumlah terbanyak dalam usahatani cabai merah adalah kelompok 13-17 tahun yaitu 9 jiwa dengan persentase 24,32 %. Sedangkan kelompok lama berusahatani dengan jumlah paling sedikit dalam usahatani cabai merah adalah kelompok 28-30 tahun

34

e. Luas Lahan

Adapun karakteristik petani sampel di Desa Lubuk Cuik berdasarkan luas lahan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Distribusi Petani Berdasarkan Luas lahan No. Luas lahan (Ha) Jumlah

(Jiwa)

Persentase (%)

1 0,08-0,12 3 8,10

2 0,16-0,2 9 24,32

3 0,24-0,28 4 10,81

4 0,32-0,36 6 16,21

5 0,4-0,44 8 21,62

6 7

0,48-0,52 0,56-0,6

3 4

8,10 10,81

Jumlah 37 100

Sumber: Analisis Data Primer

5.1. Ketersediaan Input Produksi Tabel 13. Ketersediaan Input Produksi

No

Input Produksi

Ketersediaan Input Produksi

Keterangan Baik Tidak Baik

1 Benih  Keberadaan toko sarana

produksi dalam lingkungan desa, sehingga petani tidak perlu keluar desa untuk membeli benih.

2 Pupuk  Ada banyak toko sarana

produksi yang menjual berbagai jenis pupuk yang dibutuhkan oleh petani cabai merah di Desa Lubuk Cuik

3 Pestisida  Ketersediaan pestisida di

daerah penelitian cukup baik, hal ini dibuktikan dengan banyaknya toko sarana produksi yang menjual berbagai jenis pestisida yang dibutuhkan oleh petani cabai merah.

4 Modal 

Petani cabai merah umumnya menggunakan modal sendiri dalam usahataninya.

Ketersediaan input produksi (benih, pupuk, pestisida, modal) dalam usahatani cabai merah secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut :

Benih

Petani cabai merah di Desa Lubuk Cuik menggunakan dua jenis benih yaitu benih

36

produksi cabai merah sebelumnya. Benih lokal yang dipakai berasal dari tanaman yang kuat, sehat dan jarang terkena hama penyakit. Sebelum digunakan, benih yang berada pada tanaman dibiarkan hingga menua dan kering. Kemudian ambil benih yang mengering tadi, di potong secara membujur kemudian pisahkan kulit buah dan biji. Ambil biji yang berada pada bagian tengah. Setelah itu rendam biji tersebut dengan menggunakan air bersih. Jika ada biji yang mengambang berarti biji tersebut tidak berkualitas baik. Setelah itu biji dapat dijemur

Berbeda dengan benih lokal, benih label dibeli dari toko sarana produksi dengan harga Rp 115.000/bungkus. Benih label ini memiliki benih berkisar 1.500 benih per bungkus. Benih label ini dapat langsung dipakai tanpa pengolahan terlebih dahulu seperti benih lokal.

Pada saat ini masih banyak petani cabai merah yang memilih benih lokal dibanding benih label. Kurangnya minat petani untuk menggunakan benih label dibanding lokal karena mahalnya harga bibit sementara modal petani umumnya sedikit. Faktor lainnya adalah kekhawatiran petani terjadinya gagal panen dan anggapan petani terhadap benih label yang lebih rentan terhadap iklim dan penyakit.

Ketersediaan benih cabai merah di Desa Lubuk Cuik dapat terpenuhi dengan baik, terbukti banyaknya toko sarana produksi yang menyediakan benih cabai merah.

Keberadaan toko sarana produksi masih dalam lingkungan desa, sehingga petani tidak perlu keluar untuk membeli benih.

Pupuk

Dalam usahatani cabai merah, pemupukan dilakukan dengan 2 tahap yaitu pemupukan dasar dan pemupukan susulan. Pupuk dasar diberikan sebelum cabai merah ditanam di lahan Pemupukan dasar berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah. Pupuk dasar ini terdiri dari pupuk kandang dengan harga Rp Rp 10.000/karung, NPK Phonska dengan harga Rp 2.600/Kg, Urea Rp 1.800/Kg, KCL Rp 6.000/Kg, ZA Rp 1.600/Kg, dan TSP Rp 2.200/kg.

Pemupukan susulan dilakukan untuk menambah unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman agar tanaman mampu tumbuh dengan baik. Pemupukan susulan dapat dilakukan melalui daun ataupun akar. Pemupukan susulan terdiri dari pupuk cantik (pupuk nitrogen), pupuk NPK, pupuk KCL.

Ada banyak toko sarana produksi yang menjual berbagai jenis pupuk yang dibutuhkan oleh petani cabai merah di Desa Lubuk Cuik. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa ketersediaan pupuk di daerah penelitian cukup baik.

Pestisida

Pestisida yang umumnya digunakan petani sampel terdiri dari insektisida, fungisida dan herbisida. Untuk insektisida petani sampel menggunakan Klopindo dengan harga Rp 20.000/bungkus, Rotraz dengan harga Rp 75.000/botol, Sagri Beat dengan harga Rp 82.000/bungkus, dan Indomektin dengan harga Rp 70.000. Untuk fungisida petani menggunakan Amistar Top dengan harga Rp 82.000/botol, Ziflo dengan harga Rp 105.000/Kg, Nativo dengan harga Rp 60.000/bungkus, dan Bion M dengan harga Rp

38

165.000/bungkus. Untuk herbisida petani sampel menggunakan Roundup dengan harga Rp 60.000/liter dan Basmilang dengan harga Rp 50.000/botol.

Ketersediaan pestisida di daerah penelitian cukup baik, hal ini dibuktikan dengan banyaknya toko sarana produksi yang menjual berbagai jenis pestisida yang dibutuhkan oleh petani cabai merah.

Modal

Petani cabai merah umumnya menggunakan modal sendiri dalam usahataninya.

Petani sampel yang menggunakan kredit bukan dalam bentuk uang melainkan dalam bentuk pupuk, pestisida dan hal lain yang dibutuhkan petani. Peminjaman ini tidak dikenakan bunga ataupun biaya yang lain. Petani dapat membayar ketika panen sudah tiba. Beberapa petani juga membuat kesepakatan kepada peminjam modal untuk menjual hasil panen petani kepada pemilik modal. Petani yang menggunakan modal sendiri umumnya menggunakan modal dari musim tanam sebelumnya.

5.2 Pendapatan Petani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan dinayatakan dengan rumus

Keterangan:

Pd : Pendapatan

TR : Total Revenue (Total penerimaan) TC : Total Cost (Total Biaya)

Pd = TR -TC

Berdasarkan hasil wawancara dari petani sampel bahwa produksi yang diperoleh petani sampel memiliki hasil yang bervariasi berkisar 300-2.500 kg dengan rata-rata produksi yaitu 1.335 kg. Tidak hanya produksi yang bervariasi, harga jual di petani juga berbeda-beda, berkisar Rp 23.000-30.000/kg dengan rata-rata Rp 26.189,18919/kg. Dari uraian tersebut dihasilkan jumlah penerimaan sebesar Rp 1.329.850.000 dengan rata-rata Rp 35.941.891. Uraian data tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Rata-Rata Produksi, Harga Jual, Penerimaan, Biaya Produksi dan Jumlah Pendapatan Bersih Usahatani/Musim Tanam/Bulan/Petani dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

No. Uraian Rataan

1 Produksi (kg) 1.335

2 Harga Jual (Rp/kg) 26.189

3 Jumlah Penerimaan (Rp) 35.941.891

4 Jumlah Biaya Produksi (Rp) 11.068.984

5 Jumlah Pendapatan Bersih Usahatani/MT (Rp) 24.872.908,11 6 Jumlah Pendapatan Bersih Usahatani/Bulan (Rp) 6.218.227,027 Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 14 diperoleh rata-rata pendapatan bersih usahatani dalam 1 musim tanam per petani adalah Rp 24.872.908,11 dan rata-rata pendapatan bersih usahatani cabai merah di Desa Lubuk Cuik sebesar Rp 6.218.227,027/bulan.

Berdasarkan hasil wawancara dari petani sampel bahwa produksi yang diperoleh petani sampel memiliki hasil yang bervariasi berkisar 3.125-5.000 kg/ha dengan rata-rata produksi yaitu 4.044 kg/ha. Tidak hanya produksi yang bervariasi, harga jual di petani juga berbeda-beda, berkisar Rp 23.000-30.000/kg dengan rata-rata

40

Rp 3.931.978.594/ha dengan rata-rata Rp 106.269.691/ha. Uraian data tersebut dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Rata-Rata Produksi, Harga Jual, Penerimaan, Biaya Produksi dan Jumlah Pendapatan Bersih Usahatani/Musim Tanam/Bulan/Hektar dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

No. Uraian Rataan

1 Produksi (kg) 4.044

2 Harga Jual (Rp/kg) 26.189

3 Jumlah Penerimaan (Rp) 106.269.691

4 Jumlah Biaya Produksi (Rp) 33.209.858

5 Jumlah Pendapatan Bersih Usahatani/MT (Rp) 73.059.832 6 Jumlah Pendapatan Bersih Usahatani/Bulan (Rp) 18.264.958 Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 15 diperoleh rata-rata pendapatan bersih usahatani dalam 1 musim tanam per hektar adalah Rp 73.059.832 dan rata-rata pendapatan bersih usahatani cabai merah di Desa Lubuk Cuik sebesar Rp 18.264.958/bulan.

Untuk menganalisis hipotesis yang menyatakan bahwa pendapatan petani cabai merah di Desa Lubuk Cuik dikategorikan pendapatan besar atau kecil dapat dibandingkan dengan Upah Minimum Kabupaten Batu Bara tahun 2017 yaitu sebesar Rp 2.504.499,06/bulan. Berikut kriteria pengambilan keputusannya yaitu : Jika pendapatan usahatani cabai merah UMK maka H0 diterima dan H1ditolak Jika Pendapatan usahatani cabai merah UMK maka H0 ditolak dan H1 diterima

Dari penelitian diketahui bahwa rata-rata pendapatan petani cabai merah (Rp 6.218.227,027) > upah minimum Kabupaten Batu Bara (Rp 2.504.499,06/bulan), sesuai dengan kriteria pengambilan keputusan maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Artinya rata-rata pendapatan usahatani cabai merah di Desa Lubuk Cuik lebih besar

dari UMK (upah minimum kabupaten) Batu Bara. Dengan demikian, hipotesis 1 dapat diterima.

5.3 Analisis Kelayakan Usahatani

5.3.1 Analisis BEP harga, BEP Produksi dan BEP Penerimaan

Break Event Point (BEP) merupakan suatu keadaan impas atau keadaan kembali modal sehingga usaha tidak untung dan tidak rugi atau hasil penjualan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Ada tiga perhitungan yaitu produksi, harga dan penerimaan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

b. BEP Produksi Keterangan :

BEP : Break Event Point TC : Total Cost

P :Price b. BEP Harga

Keterangan :

BEP : Break Event Point TC : Total Cost

Y : Produksi c. BEP Penerimaan

42

BEP :Break Event Point TC :Total Cost

Berdasarkan hasil penelitian, nilai BEP harga, BEP Produksi dan BEP penerimaan dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Analisis BEP Harga, BEP Produksi, dan BEP Penerimaan Sumber: Analisis Data Primer

Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa rata-rata harga jual usahatani cabai merah lebih besar dari BEP harga (Rp 26.189 > Rp 8.220), rata-rata jumlah produksi usahatani cabai merah lebih besar dari BEP produksi (4.044 kg > 1.272 kg), dan rata-rata penerimaan usahatani cabai merah lebih besar dari BEP penerimaan (Rp 35.941.891

> Rp 106.269.691). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa usahatani cabai merah tersebut layak untuk diusahakan.

5.3.2 Analisis R/C

Return Cost Ratio (R/C) adalah perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya. Secara sistematika dapat ditulis :

Keterangan : a : R/C

*

}

R : Py.Y C : FC + VC

R/C < 1, usahatani tidak layak diusahakan R/C >1, usahatani layak diusahakan

Berdasarkan hasil penelitian, nilai R/C dalam usahatani cabai merah dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Analisis R/C dalam Usahatani Cabai Merah

No. Uraian Nilai Keterangan

1 R/C 3,26 Layak

Sumber: Analisis Data Primer

Kelayakan usahatani dapat diukur dengan menggunakan analisis R/C ratio. Return Cost Ratio (R/C) adalah perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya. Jika R/C < 1, usahatani tersebut tidak layak untuk diusahakan sedangkan jika R/C >1, usahatani tersebut layak untuk diusahakan.

Berdasarkan hasil tabulasi Tabel 17, dapat dilihat bahwa rata-rata R/C sebesar 3,26 (3,26 > 1). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa usahatani cabai merah tersebut layak untuk diusahakan.

Dengan demikian, hipotesis 2 yang menyatakan usahatani cabai merah layak diusahakan. dapat diterima.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Input produksi (benih, pupuk, pestisida, modal) usahatani cabai merah tersedia di daerah penelitian.

2. Pendapatan petani cabai merah di Desa Lubuk Cuik dikategorikan pendapatan tinggi atau lebih besar jika dibandingkan dengan Upah Minimum Kabupaten Batu Bara

3. Usahatani cabai merah di Desa Lubuk Cuik memilki nilai rataan BEP harga sebesar Rp 8.220/Ha , BEP Produksi 1.272 kg/ha, BEP Penerimaan sebesar Rp 33.209.858/Ha dan R/C sebesar 3,26 yang artinya usahatani cabai merah di Desa Lubuk Cuik layak diusahakan secara ekonomi.

6.2 Saran

1. Kepada Pemerintah

Diharapkan menjaga harga cabai merah tetap stabil dengan membangun kerjasama yang baik antara petani cabai merah dengan perusahaan.

2. Kepada Petani

Sebaiknya petani mulai mempertimbangkan untuk menggunakan benih cabai unggulan agar produksi dan pendapatan dapat meningkat.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Agar melakukan penelitian mengenai analisis perbandingan pendapatan benih lokal dan benih label.

DAFTAR PUSTAKA

Agroplus. 2015. Hamparan Cabai Merah di Lubuk Cuik. Medan: Cosmic Media Network [online: diakses 16 Oktober 2017] url:

http://agroplus.co.id/hamparan-cabai-merah-di-lubuk-cuik-bag-1/

Alif, S.M. 2017. Kiat Sukses Budidaya Cabai Keriting. Yogyakarta:Bio Genesis Badan Litbang Pertanian. 2011. Kiat Sukses Berinovasi Cabai [online: diakses 16 Oktober 2017] url: http://www.litbang.pertanian.go.id/download/one/81/file/sukses-Berinovasi Cabai.pdf

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2014. Statistik Tanaman Hortikultura Sumatera Utara tahun 2014

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2015. Statistik Tanaman Hortikultura Sumatera Utara tahun 2015

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2017. Sumatera Utara dalam Angka tahun 2017

Badan Pusat Statistik Kabupaten Batu Bara. 2017. Batubara dalam Angka tahun 2017

Cahyono. 2008. Tomat, Usahatani dan Penanganan Pasca Panen.

Yogyakarta:Kanisius

Damanik, A.M. 2015. Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsicum annum L.) dengan cabai rawit (Capsicum annum L.) di desa Hinalang, Kecamatan Purba, kabupaten Simalungun. Skripsi Sarjana. Medan: Universitas Sumatera Utara

Maulida, Silvana. 2012. Pengantar Usahatani:Kelayakan Usahatani.

Malang:Universitas Brawijaya(UB Press)

Redaksi Agromedia. 2011. Petunjuk Praktis Bertanam Cabai. Jakarta:AgroMedia Pustaka

Rusmanto. 2017. Analisis Kelayakan Usahatani Jagung di desa Lantasan Baru, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Serdang Bedagai. Skripsi Sarjana.

Medan:Universitas Sumatera Utara

Setiadi. 2011. Bertanam Cabai di Lahan dan Pot. Jakarta:Penebar Swadaya Shinta, A. 2011. Ilmu Usahatani. Malang:Universitas Brawijaya(UB Press)

Sugianto.,et al. 2007. Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif.

Jakarta:Bramedia Pustaka Utama

Supriana, Tavi. 2017. Metode Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Medan: USU Press

Suratiyah, Ken. 2015. Ilmu Usahatani Edisi Revisi. Jakarta:Penebar Swadaya Syukur.,et al. 2012. Sukses Panen Cabai Tiap Hari. Jakarta:AgroMedia Pustaka Syukur.,et al. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman.Jakarta:Penebar Swadaya

Syukur, M. 2016. 8 Kiat Sukses Panen Cabai Sepanjang Musim. Jakarta:AgroMedia Pustaka

Wahyudi. 2011. 5 Jurus Sukses Bertanam cabai. Jakarta:AgroMedia Pustaka

Wiryanta, Bernardinus T. Wahyu. 2002. Bertanam Cabai Pada Musim Hujan.

Jakarta: Agromedia Pustaka

Yanti, D. 2014. Studi Kelayakan Usahatani Cabai Besar (Capsicum annum L.) di kelurahan Lempake Kecamatan Samarinda Utara Kota Samarinda. Universitas 17 Agustus 1945:Samarinda

48

Lampiran 1. Karakteristik Sampel dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik No

Sampel

Luas

Lahan (Ha) Umur Pendidikan

Lama Berusahatani

Sambungan Lampiran 1. Karakteristik Sampel dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik No

Sampel

Luas

Lahan (Ha) Umur Pendidikan Lama Berusahatani (Tahun)

Jumlah Tanggungan (Jiwa)

Status Kepemilikan Lahan

21 0,4 36 SMP 8 2 Milik Sendiri

22 0,32 40 SMP 15 2 Milik Sendiri

23 0,4 47 SMA 15 4 Milik Sendiri

24 0,16 52 SD 23 3 Milik Sendiri

25 0,2 42 SMP 20 2 Milik Sendiri

26 0,4 31 SMA 6 2 Milik Sendiri

27 0,28 66 S1 5 1 Milik Sendiri

28 0,08 47 SD 14 3 Milik Sendiri

29 0,12 45 SD 5 4 Milik Sendiri

30 0,4 40 SMP 15 2 Sewa

31 0,16 42 SMP 5 3 Milik Sendiri

32 0,28 26 SMP 3 1 Milik Sendiri

33 0,4 28 SD 8 1 Milik Sendiri

34 0,4 48 SMP 18 2 Milik Sendiri

35 0,24 56 SD 20 3 Milik Sendiri

36 0,48 51 SMP 25 2 Milik Sendiri

37 0,2 40 SMP 19 3 Sewa

Jumlah 11,96 1.581 - 529 93 -

Rataan 0,32 42,7297297 - 14,2972973 2,51 -

50

Lampiran 2. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik No

Sampel

Luas Lahan

(Ha) Produksi (Kg)

Produktivitas (Kg/Ha)

1 0,2 1.000 5.000

2 0,6 2.500 4.166

3 0,32 1.300 4.062

4 0,4 1.650 4.125

5 0,6 2.600 4.333

6 0,32 1.300 4.062

7 0,12 450 3.750

8 0,16 600 3.750

9 0,16 500 3.125

10 0,52 2.300 4.423

11 0,24 900 3.750

12 0,56 2.500 4.464

13 0,32 1.250 3.906

14 0,48 2.200 4.583

15 0,36 1.500 4.166

16 0,6 2.400 4.000

17 0,2 800 4.000

18 0,16 700 4.375

19 0,32 1.350 4.218

Sambungan Lampiran 2. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

Sambungan Lampiran 2. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

Dokumen terkait