• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH (Studi Kasus: Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batu Bara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH (Studi Kasus: Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batu Bara)"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH (Studi Kasus: Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten

Batu Bara)

SKRIPSI

OLEH :

AYU RANTI NINGSIH 140304048

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH (Studi Kasus: Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten

Batu Bara)

SKRIPSI

OLEH :

AYU RANTI NINGSIH 140304048 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

3

(4)
(5)

ABSTRAK

Ayu Ranti Ningsih (140304048) dengan judul skripsi “Analisis Kelayakan Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batu Bara”.

Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si. selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketersediaan input produksi (benih, pupuk, pestisida, modal) usahatani cabai merah, mengetahui pendapatan usahatani cabai merah, dan mengetahui kelayakan usahatani cabai merah.

Metode penentuan daerah penelitian ditetapkan secara purposive atau sengaja dengan pertimbangan Kecamatan Limapuluh merupakan daerah penghasil cabai merah terbesar di Batu Bara. Penelitian ini menggunakan data primer dengan menggunakan kuesioner atau wawancara kepada petani di daerah penelitian. Metode penentuan sampel diperoleh dari rumus Slovin dengan sampel sebesar 37 sampel. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, rumus pendapatan dan analisis kelayakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa input produksi usahatani cabai merah tersedia di daerah penelitian, pendapatan petani sampel dikategorikan tinggi dibandingkan dengan UMK Batu Bara dan usahatani layak diusahakan. .

Kata Kunci: Cabai Merah, Pendapatan, Kelayakan Usahatani

(6)

Ayu Ranti Ningsih (140304048) with the thesis title is "Feasibility Analysis of Red Chili Farming in Lubuk Cuik Village, Limapuluh District, Batu Bara Regency".

Bapak Ir. M. Jufri, M.Sc. as a Member of Supervising Commission.

The purpose of this study is to determine the availability of production inputs (seeds, fertilizers, pesticides, capital) red chili farming, knowing the income of red chili farming, and know the feasibility of red chili farming.

The method of determining the research area is determined purposively or deliberately with the consideration that Kecamatan Limapuluh is the largest red chilli producing area in Batu Bara. This study uses primary data by using questionnaires or interviews to farmers. The sampling method obtained from Slovin formula with sample of 37 samples. Data analysis method used in this research is descriptive method, income formula and feasibility analysis.

The results showed that the input of red chili farming production is available in the research area, the income of the sample farmers is categorized is high compared to the UMK Batu Bara and the feasible farm.

Keywords : Red Chili, Income, feasibility of farming

(7)

RIWAYAT HIDUP

AYU RANTI NINGSIH, lahir di Sidorejo, Kabupaten Labuhanbatu Selatan pada tanggal 02 April 1996. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari Bapak Winarno dan Ibu Leni Marlina.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2002 masuk Sekolah Dasar Negeri No. 118279 Sapil-pil II, lulus tahun 2008.

2. Tahun 2008 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Torgamba, lulus tahun 2011.

3. Tahun 2011 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kotapinang, lulus tahun 2014.

4. Tahun 2014 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis selama duduk di bangku kuliah adalah sebagai berikut:

1. Pengurus BKM Al-Mukhlisin, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara 2. Pengurus Forum Mahasiswa Ilmuan Pertanian (FORMILTAN), Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara Tahun 2016 3. Pengurus Kegiatan Agriculture Fair 2016

4. Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Nenassiam, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batu Bara Tahun 2017

(8)
(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan judul “Analisis Kelayakan Usahatani Cabai Merah” (Studi Kasus : Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara).

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Lily Fauzia, M. Si selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, serta saran dan selalu memberikan banyak nasehat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. M. Jufri, M. Si selaku Anggota Komisi Pembimbing dan selaku Sektretaris Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta mengajarkan pentingnya saling menghargai dalam berbagai hal sekecil apapun sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

4. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Winarno dan Leni Marlina, serta adik Della Elfita, Dian Fauzia dan Bagus Pasha Prayoga yang telah memberikan banyak

(10)

6. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis serta seluruh pegawai Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, khususnya pegawai yang ada di Departemen Agribisnis yang telah membantu seluruh proses administrasi.

7. Bapak Umar Dani selaku PPL Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batu Bara, dan Bapak Salidi selaku Sekretaris Kelompok Tani Makmur di Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batu Bara.

8. Seluruh instansi dan sampel yang terkait dengan penelitian penulis yaitu Bapak dan Ibu Staf Pemerintahan khususnya Bapak Juliadi selaku Kepala Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batu Bara serta seluruh petani sampel yang telah bersedia membantu peneliti memberikan data untuk penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2018

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.2 Landasan Teori ... 10

2.3 Penelitian Terdahulu ... 13

2.4 Kerangka Pemikiran ... 14

2.5 Hipotesis Penelitian ... 17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 19

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 20

3.4 Metode Analisis Data ... 20

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 23

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 25

(12)

5.1 Ketersediaan Faktor Produksi ... 34 5.2 Pendapatan Petani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik ... 37 5.3 Analisis Kelayakan Usahatani... 40 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 44 6.2 Saran ... 44 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1 Harga Produsen Sektor Pertanian Kelompok Sayur-Sayuran Komoditi Cabai Merah (Rp per Kg) Tahun 2017

2 2 Produksi Sentra Cabai Merah Menurut Kabupaten di Sumatera

Utara Tahun 2017

4 3 Luas Panen dan Produksi Cabai Merah di Kabupaten Batu Bara

Tahun 2017

18

4 Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Limapuluh Tahun 2017

26 5 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun

2017

28 6 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2017 29 7 Sarana dan Prasarana di Desa Lubuk Cuik Tahun 2017 29

8 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Umur 31

9 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan 31 10 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan 32 11 Distribusi Petani Berdasarkan Lama Berusahatani 32 12 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan 33

13 Ketersediaan Input Produksi 34

14 Rata-Rata Produksi, Harga Jual, Penerimaan, Biaya Produksi dan Jumlah Pendapatan Bersih Usahatani/MT/Bulan/Petani dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

38

15 Rata-Rata Produksi, Harga Jual, Penerimaan, Biaya Produksi dan Jumlah Pendapatan Bersih Usahatani/MT/Bulan/Hektar dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

39

16 Analisis BEP Harga, BEP Produksi dan BEP Penerimaan Usahatani Cabai Merah

41

17 Analisis R/C dalam Usahatani Cabai Merah 42

(14)

No Gambar Judul Hal

1 Skema Kerangka Pemikiran 16

2 Peta Kecamatan Limapuluh 27

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1 Karakteristik Sampel dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik 2 Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Usahatani Cabai Merah di Desa

Lubuk Cuik

3 Total Penerimaan/Musim Tanam/Sampel dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

4 Total Penerimaan/Musim Tanam/Hektar dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

5 Biaya Variabel Benih/Musim Tanam/Sampel dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

6 Biaya Variabel Benih/Musim Tanam/Hektar dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

7 Biaya Variabel Pupuk Dasar/Musim Tanam/Sampel dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

8 Biaya Variabel Pupuk Dasar/Musim Tanam/Hektar dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

9 Biaya Variabel Pupuk Susulan/Musim Tanam/Sampel dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

10 Biaya Variabel Pupuk Susulan /Musim Tanam/Hektar dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

11 Biaya Variabel Insektisida/Musim Tanam/Sampel dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

12 Biaya Variabel Insektisida/Musim Tanam/Hektar dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

13 Biaya Variabel Fungisida/Musim Tanam/Sampel dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

14 Biaya Variabel Fungisida/Musim Tanam/Hektar dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

(16)

No Judul

15 Biaya Variabel Herbisida/Musim Tanam/Sampel dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

16 Biaya Variabel Herbisida/Musim Tanam/Hektar dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

17 Biaya Variabel Pestisida/Musim Tanam/Sampel dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

18 Biaya Variabel Pestisida/Musim Tanam/Hektar dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

19 Biaya Lain-lain/Musim Tanam/ Sampel dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

20 Curahan dan Upah Tenaga Kerja Kegiatan Pengolahan Lahan, Pengapuran dan Pemupukan Dasar dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik 21 Curahan dan Upah Tenaga Kerja Kegiatan Pemasangan Mulsa,

Pembenihan dan Penamaman dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

22 Curahan dan Upah Tenaga Kerja Kegiatan Pengairan, Penyulaman dan Pengajiran dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

23 Curahan dan Upah Tenaga Kerja Kegiatan Pemupukan Susulan, Pengendalian HPT dan Panen dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

24 Total Curahan Tenaga Kerja dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

25 Total Upah Tenaga Kerja/Musim Tanam/Sampel dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

26 Total Upah Tenaga Kerja/Musim Tanam/Hektar dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

27 Biaya Penyusutan Alat/Musim Tanam/Sampel dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

28 Biaya Penyusutan Alat/Musim Tanam/Hektar dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

(17)

xiii

No Judul

29 Biaya PBB & Sewa Tanah/Musim Tanam/Sampel dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

30 Biaya PBB & Sewa Tanah /Musim Tanam/Hektar dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

31 Total Biaya Produksi/Musim Tanam/Sampel dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

32 Total Biaya Produksi/Musim Tanam/Hektar dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

33

34

Total Pendapatan Bersih Usahatani/Bulan/Sampel dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

Total Pendapatan Bersih Usahatani/Bulan/Hektar dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

35 Perbandingan Pendapatan Bersih Usahatani/Bulan dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik dengan Upah Minimum Kabupaten Batu Bara 2017

36 Analisis Titik Impas (Break Event Point) /Musim Tanam/Sampel dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

37 Analisis Titik Impas (Break Event Point) /Musim Tanam/Hektar dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

38 Analisis R/C dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

(18)

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki arti dan kedudukan penting dalam perekonomian nasional. Sektor ini berperan sebagai sumber penghasil bahan makan, sumber bahan baku bagi industri, mata pencaharian sebagian besar penduduk, penghasil devisa negara dari ekspor komoditasnya bahkan berpengaruh besar terhadap stabilitas dan keamanan sosial. Selain berpotensi ekonomis, tanaman hortikultura juga memiliki manfaat ekologi, yaitu melestarikan lingkungan hidup yang berkelanjutan dan mengurangi dampak pemanasan global masyarakat ( Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2014).

Salah satu sub sektor yang menjadi pusat perhatian saat ini adalah sub sektor hortikultura. Hortikultura merupakan sub sektor yang mempunyai potensi dan kontribusi yang besar bagi petani. Sub sektor ini memberi peran strategis dalam pendapatan dan penyerapan lapangan kerja. Saat ini pemerintah berusaha untuk menjadikan hortikultura sebagai salah satu fokus 2018.

Salah satu pilihan menarik dari sub sektor hortikultura adalah cabai merah.

Komoditas ini harga jualnya tidak bisa ditebak. Kadang tinggi, kadang rendah.

Namun, meskipun harganya turun naik, permintaannya tidak pernah surut khususnya di Sumatera Utara. Pada tahun 2017 harga cabai merah Sumatera Utara memiliki banyak varian harga di setiap kabupaten. Harga rata-rata tertinggi terjadi di

(19)

2

Kabupaten Mandailing Natal sebesar Rp 43.500/kg, namun Batu Bara yang merupakan salah satu sentra produksi cabai merah memilki harga rata-rata terendah yaitu Rp 18.000/kg. Selama tahun 2017, harga tertinggi yaitu Rp 84.000/kg pada bulan November di Kabupaten Asahan, sedangkan harga terendah Rp 10.000/kg pada bulan Agustus di Kabupaten Batu Bara. Seperti terlihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 1. Harga Produsen Sektor Pertanian Kelompok Sayur-Sayuran Komoditi Cabai Merah (Rp per Kg) Tahun 2017

Bulan Kabupaten

Karo Simalungun Batu Bara Dairi Tapanuli Utara

Mandailing Natal

Januari 20.000 23.000 24.000 18.000 21.500 29.000

Februari 31.000 28.000 17.000 17.000 30.000 40.000

Maret 41.000 37.500 17.000 40.000 34.500 45.000

April 17.000 28.000 17.000 10.000 18.000 40.000

Mei 26.000 24.000 17.000 23.000 27.500 45.000

Juni 14.000 18.000 17.000 25.000 17.000 21.000

Juli 19.000 19.500 12.000 20.000 18.000 27.000

Agustus September Oktober November Desember

26.000 48.000 67.000 75.000 50.000

24.000 40.000 52.500 67.500 46.000

10.000 16.000 23.000 23.000 23.000

19.000 23.000 43.000 50.000 41.000

20.000 50.000 55.000 57.500 52.500

25.000 50.000 60.000 80.000 60.000 Rata-Rata 36.166,67 34.000 18.000 27.416,67 33.458,33 43.500 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018

(20)

Dilihat dari Tabel 1, harga cabai merah memiliki harga yang sangat berfluktuasi tiap bulannya. Meskipun harga cabai merah di pasaran sering naik dan turun cukup tajam, tetapi minat petani untuk menanam cabai merah tidak pernah surut terutama petani cabai merah di Batu Bara. Menurut Badan Pusat Statistik 2017, konsumsi cabai merah di Sumatera Utara 0,43 kg/kapita dengan pengeluaran sebesar Rp 12.971 dalam sebulan. Seiring bertambahnya populasi di Sumatera Utara, tentu akan meningkatkan konsumsi cabai merah.

Tanaman cabai merah yang memiliki nama ilmiah Capsicum annum L. ini berasal dari kawasan Amerika Selatan dan Tengah. Tanaman ini dapat diperbanyak dengan biji. Komoditas cabai merah digunakan dihampir semua jenis masakan karena merupakan bumbu masak utama yang umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar.

Karena merupakan komoditas yang banyak digunakan, cabai merah memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan banyak diusahakan oleh petani Sumatera Utara. Selain itu, tanaman ini merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi, sehingga dapat ditemukan di seluruh kabupaten/kota kecuali Kota Sibolga (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2015).

Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu sentra produksi cabai merah terbesar di Sumatera Utara setelah Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun. Sesuai dengan laporan Badan Pusat Statistik, Kabupaten Batu Bara menempati posisi ketiga produksi cabai merah terbesar di Sumatera Utara. Seperti terlihat pada Tabel 2 berikut ini.

(21)

4

Tabel 2. Produksi Sentra Cabai Merah Menurut Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2017

No Kabupaten Luas Panen (ha) Produksi (ton) 1

2

Karo

Simalungun

4.656 1.875

38.013 33.227 3

4

Batu Bara Dairi

1.079 1.664

25.745,9 13.312

5 Tapanuli Selatan 958 10.538

6 Tapanuli Utara 1.202 6.684

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018

Dalam melakukan usahatani cabai merah, biaya dan pendapatan merupakan awal dalam menentukan sikap untuk melakukan budidaya cabai merah. Perhitungan ekonomi dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai produksi dan harga jual yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pendapatan petani dalam berusahatani cabai merah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangatlah kompleks. Faktor dari segi faktor produksi (input) terbagi dalam dua hal yaitu ketersediaan dan harga. Faktor kesediaan dan harga faktor produksi benar-benar tidak dapat dikuasai oleh petani sebagai individu berapapun dana tersedia. Namun, jika faktor produksi berupa pupuk tidak tersedia atau langka di pasaran maka petani akan mengurangi penggunaan faktor produksi. Demikian pula jika harga pupuk sangat tinggi bahkan tidak terjangkau. Semuanya itu pasti berpengaruh pada biaya, produktivitas, dan pendapatan dari usahatani.

Tidak semua orang bisa memetik keuntungan yang berlipat ganda dari bertanam cabai merah, beberapa orang bahkan mengalami kerugian. Pasalnya selain menjanjikan

(22)

keuntungan, bertanam cabai merah mempunyai banyak kendala. Kondisi cuaca yang tidak menentu, serangan hama dan penyakit, pencurian dan penjarahan, jatuhnya harga karena panen raya, hingga liku-liku pemasarannya (Redaksi Agromedia, 2011).

Dengan melihat latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian ilmiah terhadap usahatani cabai merah untuk melihat berapa besar pendapatan petani dan keluarganya dan menganalisis apakah usahatani yang dilakukan di daerah ini layak secara finansial.

1.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana ketersediaan input produksi (benih, pupuk, pestisida, modal) usahatani cabai merah di daerah penelitian?

2. Bagaimana pendapatan usahatani cabai merah di daerah penelitian?

3. Bagaimana kelayakan usahatani cabai merah di daerah penelitian?

1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui ketersediaan input produksi (benih, pupuk, pestisida, modal) usahatani cabai merah di daerah penelitian.

2. Mengetahui pendapatan usahatani cabai merah di daerah penelitian.

3. Mengetahui kelayakan usahatani cabai merah di daerah penelitian.

(23)

6

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi petani cabai merah dalam pengembangan usahataninya, umumnya petani cabai merah di Provinsi Sumatera Utara dan khususnya petani cabai merah di Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batu Bara.

2. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi pemerintah sebagai badan pengambil keputusan dan kebijakan, terutama yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan petani cabai merah.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi dalam penelitian lanjutan.

(24)

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Cabai Merah

Menurut Alif (2017), tanaman cabai termasuk dalam famili solanaceae, dengan sistematika (taksonomi) sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionita (tumbuhan berpembuluh) Super divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) Sub kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae (suku terong-terongan) Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annum L.

Genus Capsicum terdiri atas 30 spesies lima di antaranya telah dibudidayakan, yaitu C. annuum, C. frutescens, C. pubescence, C. baccatum, dan C. chinense. Di antara lima spesies tersebut, yang paling banyak diusahakan di Indonesia adalah C. annuum (cabai merah besar dan keriting), kemudian diikuti oleh C. frutescens (cabai rawit) (Badan Litbang Pertanian, 2011).

(25)

8

Tanaman cabai merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan batang berkayu dan cabang berjumlah banyak. Ketinggiannya bisa sampai 120 cm dengan lebar tajuk tanaman sampai 90 cm (Wiryanta, 2002).

Daun cabai umumnya berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung pada varietasnya. Daun cabai yang ditopang oleh tangkai daun yang mempunyai tulang menyirip. Umumnya berbentuk bulat telur, lonjong dan oval dengan ujung meruncing tergantung pada jenis dan varietasnya (Wiryanta, 2002).

Bunga cabai umumnya merupakan bunga tunggal (kecuali pada spesies tertentu berbunga ganda), terletak pada hampir setiap ruas (nodus). Capsicum annum mempunyai satu bunga/ruas, Capsicum frutescens mempunyai 1-3 bunga ruas, Capsicum pubescens mempunyai 1-5 bunga/ruas (Syukur, 2012).

Berdasarkan karakter buahnya, terutama bentuk dan ukuran buah, spesies Capsicum annum L. dapat digolongkan menjadi empat tipe, yaitu cabai besar, keriting, rawit dan paprika. Cabai besar permukaan buah cabai besar atau rata atau licin, diameter buah tebal, daging buah tebal, umur panen genjah, relatif kurang tahan simpan, dan relatif kurang pedas. Tipe ini banyak diusahakan di Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali dan Sulawesi. Cabai keriting mempunyai permukaan buah bergelombang atau keriting, ramping, daging buah tipis, umur panen lebih lama, lebih tahan simpan dan relatif pedas. Cabai keriting ini sangat khas untuk Indonesia. Tipe ini banyak diusahakan di Jawa Barat dan Sumatera (Syukur, 2012).

(26)

Perkembangan perakaran tanaman cabai lebih bagus jika tanah bertekstur lempur, lempung berpasir, atau lempung berdebu. Tanah dengan kandungan bahan organik rendah-kurang dari 5 % harus ditambahkan pupuk bokasi atau pupuk kandang lebih banyak dari jumlah rekomendasi (Wahyudi, 2011).

Curah hujan sekitar 600-1.200 mm/tahun merupakan curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman cabai. Agar dapat berproduksi secara optimal, tanaman cabai juga memerlukan dukungan intesitas cahaya matahari yang mencukupi (Syukur, 2016).

Ketika sedang berbunga, tanaman cabai sangat memerlukan intensitas cahaya atau penyinaran cahaya yang cukup banyak. Walaupun tanaman cabai mendapatkan cahaya secara cukup, tetapi lama penyinarannya hanya sebentar juga kurang baik bagi tanaman. Meskipun demikian, cabai termasuk tanaman yang bisa tumbuh dan berbunga baik pada daerah yang berhari pendek (lama penyinaran pendek) maupun berhari panjang (Setiadi, 2011).

Tanaman cabai besar dan cabai keriting membutuhkan kisaran pH tanah 5,5-6,5. Jika pH tanah kurang dari 5,5 (misalkan 4,0 sampai 5,0) dianjurkan untuk melakukan pengapuran pada saat pengolahan tanah (Wahyudi, 2011).

Ketinggian tempat memiliki pengaruh terhadap kecocokan varietas cabai yang akan dibudidayakan. Apalagi ada perbedaan suhu udara pada siang dan malam hari di dataran rendah dan tinggi. Secara umum, suhu udara optimal untuk pertumbuhan

(27)

10

pertumbuhan cabai adalah 160C pada malam hari dan sekitar 230C pada siang hari (Syukur, 2016).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Usahatani

Ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen (Shinta, 2011).

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif mungkin dan seefesien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2015).

2.2.2 Biaya

Menurut Sugianto (2007), biaya produksi sebenarnya cerminan dari produksi. Bila produksi merujuk kepada jumlah input yang dipakai dan jumlah fisik output yang dihasilkan, biaya produksi merujuk pada biaya perolehan input tersebut (nilai uangnya). Secara sederhana biaya produksi dapat dicerminkan oleh jumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapat sejumlah input, yaitu secara akuntansi sama dengan

(28)

jumlah uang keluar yang tercatat. Biaya total atau biaya produksi sama dengan biaya tetap (FC) ditambah dengan biaya tidak tetap (VC).

Keterangan :

TC : Total Cost/Biaya Total FC : Fixed Cost/Biaya Tetap VC : Variabel Cost/Biaya Variabel

Total Fixed Cost (TFC) adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan atau petani yang tidak mempengaruhi hasil output/produksi. Berapapun jumlah output yang dihasilkan biaya tetap itu sama saja. Contoh: sewa tanah, pajak, alat pertanian, iuran irigasi.

Sedangkan Total Variable Cost (TVC) yaitu biaya yang besarnya berubah searah dengan berubahnya jumlah output yang dihasilkan (Shinta, 2011).

2.2.3 Teori Pendapatan Usahatani

Menurut Shinta (2011), keuntungan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.

Keterangan:

Pd : Pendapatan

TR : Total Revenue (Total penerimaan) TC : Total Cost (Total Biaya)

Pd = TR -TC TC =FC + VC

(29)

12

Pendapatan tenaga kerja dibandingkan dengan UMK (Upah Minimum Kabupaten) Batu Bara yang berlaku pada tahun 2017 sebesar Rp 2.504.499,06/bulan. Apabila pendapatan petani cabai merah lebih kecil dari UMK (Upah Minimum Kabupaten) maka pendapatan petani cabai merah di daerah penelitian rendah, dan begitu sebaliknya.

2.2.4 Kelayakan

Analisis kelayakan usahatani adalah studi kelayakan suatu usaha ditinjau dari sudut ekonomi yang meliputi analisis biaya produksi, analisis modal usaha tani, analisis biaya dan pendapatan, analisis titik impas, analisis tingkat kelayakan usaha tani, dan analisis tingkat efisiensi penggunaan modal (Cahyono, 2008).

Suatu usahatani dapat dikatakan layak atau tidak dapat dilihat dari efisiensi penggunaan biaya dan besarnya perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Menganalisis usahatani dapat dilakukan dengan analisis BEP (Break Even Point) dan analisis R/C Ratio (Maulida, 2012).

Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh

(30)

keuntungan, apabila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan (Maulida, 2012).

Return Cost Ratio (R/C) adalah perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya. Jika R/C < 1, usahatani tersebut tidak layak untuk diusahakan sedangkan jika R/C >1, usahatani tersebut layak untuk diusahakan.

2.3 Penelitian Terdahulu

Dely Yanti (2014) melakukan penelitian “Studi Kelayakan Usahatani Cabai Besar (Capsicum annum L.)” di Kelurahan Lempake Kecamatan Samarinda Utara Kota Samarinda. Metode penentuan sampel diambil dari 15% jumlah populasi. Metode analisis data adalah analisis usahatani. Penelitian menyimpulkan bahwa pendapatan usahatani cabai keriting di Kelurahan Lempake Kecamatan Samarinda Utara Kota Samarinda dalam satu musim tanam pada tahun 2012 secara keseluruhan sebesar Rp. 73.902,149 atau Rp. 7.390,215/responden/ha. Biaya Produksi berpengaruh terhadap pendapatan usahatani cabai keriting di Kelurahan Lempake Kecamatan Samarinda Utara Kota Samarinda. Berdasarkan hasil penelitian, usahatani cabai keriting di Kelurahan Lempake Kecamatan Samarinda Utara sudah efesien dengan nilai R/C ratio rata rata 2,39 artinya untuk setiap pengeluaran sebesar Rp. 15.000,- maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 35.850/kg.

Agri Mandasari Damanik (2015) melakukan penelitian “Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsicum annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsicum frustescens L.)” di Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten

(31)

14

Simalungun. Metode penentuan sampel menggunakan simple random sampling.

Metode analisis data dengan analisis deskriptif dan uji U Mann Whitney, analisis regresi linear berganda, dan analisis usahatani. Penelitian menyimpulkan bahwa kelayakan usahatani cabai merah dan cabai rawit berbeda dimana nilai R/C dan B/C usahatani cabai merah berturut-turut sebesar 3,24 dan 2,25. Sedangkan nilai R/C dan B/C usahatani cabai rawit berturut-turut sebesar 1,96 dan 1,01. Dengan demikian usahatani cabai merah lebih layak diusahakan dan dikembangkan secara ekonomi dibandingkan dengan usahatani cabai rawit.

Rusmanto (2017) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kelayakan Usahatani Jagung” di Desa Lantasan Baru, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Serdang Bedagai.

Metode penentuan sampel yang digunakan adalah metode accidental sampling.

Metode analisis data menggunakan rumus pendapatan dan analisis kelayakan usahatani. Penelitian menyimpulkan bahwa usahatani jagung di Desa Lantasan Baru dikategorikan layak diusahakan secara ekonomi dilihat dari BEP harga, BEP produksi, R/C. Pendapatan juga dikategorikan pendapatan tinggi atau lebih besar jika dibandingkan dengan Upah Minimum Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2016.

2.4 Kerangka Pemikiran

Petani adalah individu yang mata pencahariannya berasal dari sektor pertanian dan sebagian besar penghasilannya berasal dari sektor pertanian. Petani cabai adalah seorang petani yang berbudidaya tanaman cabai. Cabai merah merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang sudah lama dikenal dan dibudidayakan oleh petani.

(32)

Cabai merah merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia, cabai ini dikonsumsi sebagian besar penduduk tanpa memperhatikan tingkat status sosial.

Usahatani cabai merah merupakan usahatani yang dilakukan oleh petani cabai merah yang mengelola input produksi yang dibutuhkan dalam melakukan proses produksi untuk menghasilkan cabai merah.

Untuk mendapatkan output yang tinggi sesuai dengan yang diharapkan petani diperlukan faktor-faktor produksi. Faktor produksi seperti input produksi yang meliputi benih, pupuk, pestisida dan modal akan menjadi biaya produksi dalam usahatani cabai merah. Pada dasarnya pengelolaan input yang baik akan menghasilkan output yang besar pula.

Harga jual juga dapat mempengaruhi penerimaan petani. Penerimaan yang besar belum tentu mencerminkan keberhasilan dalam usahatani, karena penerimaan ini masih pendapatan kotor. Besar kecilnya penerimaan dalam usahatani diperoleh dari hasil penjualannya.

Pendapatan diperoleh dari selisih antara total nilai penerimaan dengan total biaya produksi yang dikeluarkan.Kriteria pendapatan petani cabai merah dikatakan tinggi atau rendah apabila dapat dibandingkan dengan UMK (Upah Minimum Kabupaten) Batu Bara sebesar Rp 2.504.499,06/bulan.

Selanjutnya akan dilakukan analisis kelayakan ekonomis yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan usahatani cabai merah. Kriteria yang dipakai adalah BEP

(33)

16

Harga, BEP Produksi, BEP Penerimaan, dan R/C. Adapun skema kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat dari Gambar 1.

Usahatani Cabai Merah Petani Cabai

Merah

Output (Produksi)

Penerimaan

Pendapatan Input Produksi

Ketersediaan Input Produksi :

 Benih

 Pupuk

 Pestisida

 Modal

Harga

Analisis Kelayakan Usahatani:

BEP Produksi BEP Harga BEP Penerimaan

R/C

Layak Tidak Layak

Menyatakan hubungan Menyatakan pengaruh Keterangan

:

Biaya

(34)

2.5 Hipotesis

1. Pendapatan petani cabai merah lebih tinggi dari Upah Minimum Kabupaten Batu Bara.

2. Usahatani cabai merah layak diusahakan.

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Limapuluh Kabupaten Batu Bara. Daerah penelitian ditentukan secara purposive atau sengaja, dengan pertimbangan Kecamatan Limapuluh merupakan daerah penghasil cabai merah terbesar di Batu Bara, seperti terlihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Luas Panen dan Produksi Cabai Merah di Kabupaten Batu Bara Tahun 2017

Kecamatan Luas Panen (ha) Produksi (ton) Lima Puluh 496 18.601

Air Putih 463 625,7

Sei Suka 119 6.473,1

Medang Deras 1 46,1

Jumlah 1.079 25.745,9 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Batu Bara, 2018

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa Kecamatan Limapuluh merupakan kecamatan dengan produksi cabai merah tertinggi di Kabupaten Batu Bara yaitu sebesar 18.601 ton dengan luas panen 496 Ha.

Lubuk Cuik merupakan salah satu desa di Kecamatan Limapuluh yang menjadi desa binaan Lumbung Cabai Sumatera Utara. Julukan desa ini diberikan sebagai tanda bahwa Desa Lubuk Cuik merupakan sentra cabai merah.

(36)

3.2 Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu secara Simple Random Sampling. Simple Random Sampling adalah proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel.

Dari hasil wawancara dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Lubuk Cuik, populasi petani yang mengusahakan cabai merah di Desa Lubuk Cuik sebanyak 220 petani. Besar sampel yang diambil adalah sebanyak 37 Sampel, yang diperoleh dari rumus Slovin yaitu :

Dimana:

n : Ukuran sampel N : Ukuran Populasi

e2 : Kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir (15%)

( ( ) )

(37)

20

3.3 Metode Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder.

Data primer diperoleh melalui wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada petani sampel dengan menggunakan daftar kuesioner yang telah disiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Kabupaten Batu Bara, Dinas Pertanian Kabupaten Batu Bara, Kantor Camat Limapuluh, Kantor Kepala Desa Lubuk Cuik serta instansi lain yang terkait dengan penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Identifikasi masalah yang pertama, dianalisis dengan metode deskriptif yaitu dengan mengumpulkan informasi/data tentang ketersediaan input produksi (benih, pupuk, pestisida, modal) di daerah penelitian.

Identifikasi masalah yang kedua, dianalisis dengan menggunakan rumus pendapatan, dengan rumus:

Keterangan :

Pd : Pendapatan Usahatani

TR : Total Revenue ( Total Penerimaan) TC : Total Cost ( Total Biaya)

Pendapatan tenaga kerja dibandingkan dengan UMK (Upah Minimum Kabupaten) di Batu Bara yang berlaku pada tahun 2017 sebesar Rp 2.504.499,06/bulan. Apabila

Pd = TR - TC

(38)

pendapatan petani cabai merah lebih kecil dari UMK (Upah Minimum Kabupaten) maka pendapatan petani cabai merah di daerah penelitian rendah, dan begitu sebaliknya. Dengan hipotesis dibawah ini :

Jika pendapatan usahatani cabai merah UMK maka H0 diterima dan H1ditolak Jika Pendapatan usahatani cabai merah UMK maka H0 ditolak dan H1 diterima

Identifikasi masalah yang ketiga, diuji dengan menggunakan analisis Break Event Point (BEP) dan Return Cost Ratio (R/C).

Break Event Point (BEP) merupakan suatu keadaan impas atau keadaan kembali modal sehingga usaha tidak untung dan tidak rugi atau hasil penjualan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Ada tiga perhitungan yaitu produksi, harga dan penerimaan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. BEP Produksi

Keterangan :

BEP : Break Event Point TC : Total Cost

P :Price b. BEP Harga

(39)

22

Keterangan :

BEP : Break Event Point TC : Total Cost

Y : Produksi c. BEP Penerimaan

Keterangan :

BEP :Break Event Point TC :Total Cost

Return Cost Ratio (R/C) adalah perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya. Secara sistematika dapat ditulis :

Keterangan : a : R/C R : Py.Y C : FC + VC

R/C < 1, usahatani tidak layak diusahakan R/C >1, usahatani layak diusahakan

*

}

(40)

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1 Definisi

1. Usahatani cabai merah adalah usaha yang mengusahakan tanaman cabai merah mulai dari penyediaan lahan, tenaga kerja, input produksi sampai menghasilkan output produksi.

2. Petani cabai merah adalah petani yang mengusahakan tanaman cabai merah sebagai penyewa ataupun pemilik lahan.

3. Input produksi adalah semua korbanan yang digunakan dalam usahatani cabai merah sehingga menghasilkan suatu keluaran (output).

4. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk menghasilkan output (Rp).

5. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi (y).

Biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan atau petani tidak mempengaruhi hasil output / produksi. Berapapun jumlah output yang dihasilkan biaya tetap itu sama saja. Contoh: sewa tanah, pajak, alat pertanian, iuran irigasi (Rp).

6. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi besarnya produksi (y) (Rp).

7. Produksi usahatani cabai merah adalah hasil yang diperoleh dari usahatani cabai merah dan siap untuk dijual (Kg).

(41)

24

9. Penerimaan usahatani cabai merah adalah hasil produksi dikali dengan harga jual cabai merah (Rp/Kg).

10. Pendapatan usahatani cabai merah adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya (Rp).

11. Kelayakan usahatani adalah suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui apakah usahatani layak atau tidak layak untuk diusahakan.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batu Bara.

2. Sampel penelitian adalah petani yang menanam cabai merah di Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batu Bara.

3. Penelitian dilakukan pada tahun 2018.

(42)

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis

Kecamatan Limapuluh adalah satu kecamatan dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Batu Bara. Kecamatan Limapuluh memiliki luas wilayah 239.55 Km2 atau 23.955 Ha yang terdiri dari 35 desa dan 224 dusun terletak antara 3o 17ˈ- 06 3ˈ LU dan 99o 41ˈ - 87o 2ˈ BT dengan ketinggian 0-15 m dpl, rata-rata curah hujan 78,91 mm dan suhu udara 25-34oC. Kecamatan Limapuluh berbatasan langsung dengan Kecamatan Air Putih dan Sei Suka di sebelah Utara, Kabupaten Simalungun di sebelah Barat, Kecamatan Talawi di sebelah Selatan, dan Selat Malaka di sebelah Timur.

Secara umum keadaan geografis Desa Lubuk Cuik memiliki luas sebesar 362 Ha dan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara :Berbatasan dengan Desa Gambus Laut;

- Sebelah Timur :Berbatasan dengan Desa Gambus Laut/Desa Bulan Bulan ;

- Sebelah Selatan :Berbatasan dengan Desa Tanah Itam Ulu;

- Sebelah Barat :Berbatasan dengan Desa Tanah Itam Ilir.

Dari 35 desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Limapuluh, Kelurahan Limapuluh Kota memiliki jarak terdekat yakni tidak sampai 1 km ke kantor Bupati atau 0 km,

(43)

26

jarak terjauh adalah kantor Desa Gambus Laut yang secara geografis berbatasan dengan Kecamatan Sei Suka, jarak desa ini ke Kecamatan Limapuluh sekitar 27 km.

Adapun 35 desa yang ada di Kecamatan Limapuluh, seperti terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Limapuluh Tahun 2017

No Desa/Kelurahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Mangkai Baru 230 0,96

2 Mangkai Lama 231 0,96

3 Limapuluh Kota 110 0,46

4 Perk Dolo 667 2,78

5 Sumber Padi 314 1,31

6 Perk Limau Manis 781,1 3,26

7 Antara 159,1 0,66

8 Perk Kwala Gunung 1.173 4,90

9 Kwala Gunung 530 2,21

10 Cahaya Pardomuan 320 1,34

11 Simpang Dolok 100 0,42

12 Empat Negeri 345 1,44

13 Perk Limapuluh 1.580,65 6,60

14 Sumber Makmur 152,7 0,64

15 Perk Tanah Gambus 4.108 17,15

16 Perk Tanah Itam Ulu 3.023 12,62

17 Lubuk Besar 265 1,11

18 Pulau Sejuk 255 1,06

19 Air Hitam 1.405 5,87

20 Guntung 715 2,98

21 Pematang Panjang 755 3,15

22 Bulan-Bulan 225 0,94

23 Perupuk 1.235 5,16

24 Gambus Laut 1.151,28 4,81

25 Lubuk Cuik 316 1,32

26 Tanah Itam Ilir 910 3,80

27 Simpang Gambus 367,8 1,54

28 Sumber Rejo 218 0,91

29 Lubuk Hulu 205 0,86

30 Barung-Barung 460 1,92

31 Pasir Permit 341 1,42

32 Titi Putih 538 2,25

(44)

33 Gunung Bandung 294 1,23

34 Titi Merah 210 0,88

35 Pematang Tengah 238 0,99

Jumlah 23.955 100

Sumber : Lima Puluh Dalam Angka, 2018

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa, luas desa terbesar di Kecamatan Limapuluh adalah Desa Perk Tanah Gambus yaitu 4.108 Ha atau sebesar 17,15 % dari seluruh luas desa di Kecamatan Limapuluh. Sedangkan desa yang memiliki luas paling sedikit adalah Kelurahan Limapuluh kota yaitu 110 Ha atau sebesar 0,46 % dari total luas Kecamatan Limapuluh.

Kecamatan Limapuluh memiliki jumlah penduduk sebesar 90.667 jiwa dengan jumlah laki-laki sebesar 45.073 jiwa dan perempuan sebesar 45.594 jiwa. Kecamatan Limapuluh memiliki luas wilayah 23.995 Ha yang terdiri dari 35 desa. Kantor Kecamatan Limapuluh sendiri berjarak sekitar 1 km dari kantor bupati Kabupaten Batu Bara. Untuk lebih jelasnya tentang keadaan Kecamatan Limapuluh dapat dilihat pada Gambar 2.

(45)

28

Gambar 2 . Peta Kecamatan Limapuluh 4.1.2 Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Lubuk Cuik sampai akhir bulan Desember tahun 2017 tercatat sebanyak 3.876 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 1.958 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 1.918 jiwa. Desa Lubuk Cuik memiliki jumlah kepala keluarga sebesar 1.095 KK dengan kepadatan penduduk per/km 60,5 jiwa. Jumlah penduduk Desa Lubuk Cuik menurut umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.

(46)

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2017 No Kelompok Umur

(Tahun)

Laki-Laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

1 00 - 01 Tahun 65 87 152

2 1,5 - 03 Tahun 67 80 147

3 04 - 05 Tahun 82 98 180

4 06 - 12 Tahun 89 132 221

5 13 - 15 Tahun 153 190 343

6 16 - 19 Tahun 186 194 380

7 20 - 24 Tahun 175 206 381

8 25 - 29 Tahun 160 200 360

9 30 - 34 Tahun 619 334 953

10 35 - 39 Tahun 71 68 139

11 40 - 44 Tahun 55 58 113

12 45 - 49 Tahun 59 63 122

13 50 - 54 Tahun 62 67 129

14 55 - 59 Tahun 54 60 114

15 60 - 64 Tahun 31 43 74

16 65 Tahun Keatas 30 38 68

Jumlah 1.958 1.918 3.876

Sumber : Kantor Kepala Desa Lubuk Cuik, 2018

Selanjutnya untuk jumlah penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2017 No Mata Pencaharian Laki-Laki

(Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

1 Petani 678 304 982

2 Pedagang 20 35 55

3 Pertukangan 30 0 30

4 Buruh 107 223 330

5 Wiraswasta 156 43 199

6 Pns 8 8 16

7 Tni 1 - 1

8 Karyawan 23 15 38

9 Peternak 2 1 3

10 Lain – Lain 916 1.306 2.222

(47)

30

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Kebutuhan masyarakat di Desa Lubuk Cuik cukup terpenuhi. Untuk mencapai desa ini ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua dua atau roda empat. Sarana prasarana di desa ini terdiri dari sarana pemerintahan desa, sarana pendidikan umum, sarana pendidikan islam, sarana ibadah, sarana kesehatan, sarana perekonomian/perdagangan, dan lain-lain. Berikut dijelaskan dalam Tabel 7.

Tabel 7. Sarana dan Prasarana Tahun 2017

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit) 1 Sarana pemerintahan Desa

 Kantor Kepala Desa 1

 Balai Pertemuan/Aula 1

 Pos Kamling 2

2 Sarana Pendidikan Umum

 PAUD 3

 SD 2

3 Sarana Pendidikan Islam

 Madrasah Iftidaiyah 1

Sambungan Tabel 7. Sarana dan Prasarana Tahun 2017 No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

4 Sarana Ibadah

 Masjid 2

 Musholla 5

 Gereja 2

5 Sarana Kesehatan

 Posyandu 3

6 Fasilitas Perdagangan

 Kios/Toko/Warung 10

 Material/Toko

Bahan Bangunan 1

7 Lain-Lain

(48)

 Lapangan

Sepakbola/futsal 1

 Lapangan

Badminton 2

 Lapangan Bola

Volly 2

Jumlah 38

Sumber : Kantor Kepala Desa Lubuk Cuik, 2018

4.2 Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman cabai merah di Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Limapuluh.

a. Umur

Pada penelitian, jumlah petani yang menjadi sampel adalah 37 sampel. Petani sampel berdomisili di Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Limapuluh. Petani yang dijadikan sampel merupakan petani yang menanam cabai merah di Lubuk Cuik. Umur petani tanaman cabai merah dalam penelitian ini berkisar 26-66 tahun. Untuk selengkapnya klasifikasi umur petani cabai merah di Desa Lubuk Cuik dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 . Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Umur No. Kelompok Umur

(Tahun)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 26-32 9 24,32

2 33-39 4 10,8

3 40-46 10 27,02

4 47-53 8 21,62

5 54-60 3 8,10

6 61-66 3 8,10

Jumlah 37 100

Sumber: Analisis Data Primer

(49)

32

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa kelompok umur petani sampel dengan jumlah terbanyak dalam usahatani cabai merah adalah kelompok umur 40-46 yaitu 10 jiwa dengan persentase 27,02 %. Sedangkan kelompok petani sampel dengan jumlah paling sedikit dalam usahatani cabai merah adalah kelompok umur 54-60 dan 61-66 yaitu 3 jiwa dengan persentase 8,10 %.

b. Pendidikan Terakhir

Kemampuan petani dalam mengelola usahataninya sebagian besar ditentukan oleh tingkat pendidikannya, baik pendidikan formal maupun nonformal. Berikut disajikan pendidikan terakhir petani sampel dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Pendidikan terakhir Jumlah

(Jiwa)

Persentase (%)

1 SD 11 29,72

2 SMP 19 51,35

3 SMA 6 16,21

4 S1 1 2,70

Jumlah 37 100

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa kelompok pendidikan terakhir dengan jumlah terbanyak dalam usahatani cabai merah adalah SMP sebanyak 19 jiwa.

c. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan atau jumlah anggota keluarga petani cabai merah di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.

(50)

Tabel 10. Distribusi Petani sampel berdasarkan Jumlah Tanggungan No. Jumlah Tanggungan

(Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 0-3 30 81,08

2 >3 7 18,9

Jumlah 37 100

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa untuk jumlah tanggungan terbanyak ada pada kelompok 0-3 yaitu 30 jiwa dengan persentase sebesar 81,08 % dan yang terkecil pada kelompok >3 yaitu 7 jiwa (18,9 %).

d. Lama Berusahatani

Adapun karakteristik petani sampel di Desa Lubuk Cuik berdasarkan lama berusahatani dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Distribusi Petani Berdasarkan Lama Berusahatani No. Lama Berusahatani

(Tahun)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 3-7 8 21,62

2 8-12 7 18,91

3 13-17 9 24,32

4 18-22 8 21,62

5 23-27 3 8,10

6 28-30 2 5,40

Jumlah 37 100

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa kelompok lama berusahatani dengan jumlah terbanyak dalam usahatani cabai merah adalah kelompok 13-17 tahun yaitu 9 jiwa dengan persentase 24,32 %. Sedangkan kelompok lama berusahatani dengan jumlah paling sedikit dalam usahatani cabai merah adalah kelompok 28-30 tahun

(51)

34

e. Luas Lahan

Adapun karakteristik petani sampel di Desa Lubuk Cuik berdasarkan luas lahan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Distribusi Petani Berdasarkan Luas lahan No. Luas lahan (Ha) Jumlah

(Jiwa)

Persentase (%)

1 0,08-0,12 3 8,10

2 0,16-0,2 9 24,32

3 0,24-0,28 4 10,81

4 0,32-0,36 6 16,21

5 0,4-0,44 8 21,62

6 7

0,48-0,52 0,56-0,6

3 4

8,10 10,81

Jumlah 37 100

Sumber: Analisis Data Primer

(52)

5.1. Ketersediaan Input Produksi Tabel 13. Ketersediaan Input Produksi

No

Input Produksi

Ketersediaan Input Produksi

Keterangan Baik Tidak Baik

1 Benih  Keberadaan toko sarana

produksi dalam lingkungan desa, sehingga petani tidak perlu keluar desa untuk membeli benih.

2 Pupuk  Ada banyak toko sarana

produksi yang menjual berbagai jenis pupuk yang dibutuhkan oleh petani cabai merah di Desa Lubuk Cuik

3 Pestisida  Ketersediaan pestisida di

daerah penelitian cukup baik, hal ini dibuktikan dengan banyaknya toko sarana produksi yang menjual berbagai jenis pestisida yang dibutuhkan oleh petani cabai merah.

4 Modal 

Petani cabai merah umumnya menggunakan modal sendiri dalam usahataninya.

Ketersediaan input produksi (benih, pupuk, pestisida, modal) dalam usahatani cabai merah secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut :

Benih

Petani cabai merah di Desa Lubuk Cuik menggunakan dua jenis benih yaitu benih

(53)

36

produksi cabai merah sebelumnya. Benih lokal yang dipakai berasal dari tanaman yang kuat, sehat dan jarang terkena hama penyakit. Sebelum digunakan, benih yang berada pada tanaman dibiarkan hingga menua dan kering. Kemudian ambil benih yang mengering tadi, di potong secara membujur kemudian pisahkan kulit buah dan biji. Ambil biji yang berada pada bagian tengah. Setelah itu rendam biji tersebut dengan menggunakan air bersih. Jika ada biji yang mengambang berarti biji tersebut tidak berkualitas baik. Setelah itu biji dapat dijemur

Berbeda dengan benih lokal, benih label dibeli dari toko sarana produksi dengan harga Rp 115.000/bungkus. Benih label ini memiliki benih berkisar 1.500 benih per bungkus. Benih label ini dapat langsung dipakai tanpa pengolahan terlebih dahulu seperti benih lokal.

Pada saat ini masih banyak petani cabai merah yang memilih benih lokal dibanding benih label. Kurangnya minat petani untuk menggunakan benih label dibanding lokal karena mahalnya harga bibit sementara modal petani umumnya sedikit. Faktor lainnya adalah kekhawatiran petani terjadinya gagal panen dan anggapan petani terhadap benih label yang lebih rentan terhadap iklim dan penyakit.

Ketersediaan benih cabai merah di Desa Lubuk Cuik dapat terpenuhi dengan baik, terbukti banyaknya toko sarana produksi yang menyediakan benih cabai merah.

Keberadaan toko sarana produksi masih dalam lingkungan desa, sehingga petani tidak perlu keluar untuk membeli benih.

(54)

Pupuk

Dalam usahatani cabai merah, pemupukan dilakukan dengan 2 tahap yaitu pemupukan dasar dan pemupukan susulan. Pupuk dasar diberikan sebelum cabai merah ditanam di lahan Pemupukan dasar berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah. Pupuk dasar ini terdiri dari pupuk kandang dengan harga Rp Rp 10.000/karung, NPK Phonska dengan harga Rp 2.600/Kg, Urea Rp 1.800/Kg, KCL Rp 6.000/Kg, ZA Rp 1.600/Kg, dan TSP Rp 2.200/kg.

Pemupukan susulan dilakukan untuk menambah unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman agar tanaman mampu tumbuh dengan baik. Pemupukan susulan dapat dilakukan melalui daun ataupun akar. Pemupukan susulan terdiri dari pupuk cantik (pupuk nitrogen), pupuk NPK, pupuk KCL.

Ada banyak toko sarana produksi yang menjual berbagai jenis pupuk yang dibutuhkan oleh petani cabai merah di Desa Lubuk Cuik. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa ketersediaan pupuk di daerah penelitian cukup baik.

Pestisida

Pestisida yang umumnya digunakan petani sampel terdiri dari insektisida, fungisida dan herbisida. Untuk insektisida petani sampel menggunakan Klopindo dengan harga Rp 20.000/bungkus, Rotraz dengan harga Rp 75.000/botol, Sagri Beat dengan harga Rp 82.000/bungkus, dan Indomektin dengan harga Rp 70.000. Untuk fungisida petani menggunakan Amistar Top dengan harga Rp 82.000/botol, Ziflo dengan harga Rp 105.000/Kg, Nativo dengan harga Rp 60.000/bungkus, dan Bion M dengan harga Rp

(55)

38

165.000/bungkus. Untuk herbisida petani sampel menggunakan Roundup dengan harga Rp 60.000/liter dan Basmilang dengan harga Rp 50.000/botol.

Ketersediaan pestisida di daerah penelitian cukup baik, hal ini dibuktikan dengan banyaknya toko sarana produksi yang menjual berbagai jenis pestisida yang dibutuhkan oleh petani cabai merah.

Modal

Petani cabai merah umumnya menggunakan modal sendiri dalam usahataninya.

Petani sampel yang menggunakan kredit bukan dalam bentuk uang melainkan dalam bentuk pupuk, pestisida dan hal lain yang dibutuhkan petani. Peminjaman ini tidak dikenakan bunga ataupun biaya yang lain. Petani dapat membayar ketika panen sudah tiba. Beberapa petani juga membuat kesepakatan kepada peminjam modal untuk menjual hasil panen petani kepada pemilik modal. Petani yang menggunakan modal sendiri umumnya menggunakan modal dari musim tanam sebelumnya.

5.2 Pendapatan Petani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan dinayatakan dengan rumus

Keterangan:

Pd : Pendapatan

TR : Total Revenue (Total penerimaan) TC : Total Cost (Total Biaya)

Pd = TR -TC

(56)

Berdasarkan hasil wawancara dari petani sampel bahwa produksi yang diperoleh petani sampel memiliki hasil yang bervariasi berkisar 300-2.500 kg dengan rata-rata produksi yaitu 1.335 kg. Tidak hanya produksi yang bervariasi, harga jual di petani juga berbeda-beda, berkisar Rp 23.000-30.000/kg dengan rata-rata Rp 26.189,18919/kg. Dari uraian tersebut dihasilkan jumlah penerimaan sebesar Rp 1.329.850.000 dengan rata-rata Rp 35.941.891. Uraian data tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Rata-Rata Produksi, Harga Jual, Penerimaan, Biaya Produksi dan Jumlah Pendapatan Bersih Usahatani/Musim Tanam/Bulan/Petani dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

No. Uraian Rataan

1 Produksi (kg) 1.335

2 Harga Jual (Rp/kg) 26.189

3 Jumlah Penerimaan (Rp) 35.941.891

4 Jumlah Biaya Produksi (Rp) 11.068.984

5 Jumlah Pendapatan Bersih Usahatani/MT (Rp) 24.872.908,11 6 Jumlah Pendapatan Bersih Usahatani/Bulan (Rp) 6.218.227,027 Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 14 diperoleh rata-rata pendapatan bersih usahatani dalam 1 musim tanam per petani adalah Rp 24.872.908,11 dan rata-rata pendapatan bersih usahatani cabai merah di Desa Lubuk Cuik sebesar Rp 6.218.227,027/bulan.

Berdasarkan hasil wawancara dari petani sampel bahwa produksi yang diperoleh petani sampel memiliki hasil yang bervariasi berkisar 3.125-5.000 kg/ha dengan rata- rata produksi yaitu 4.044 kg/ha. Tidak hanya produksi yang bervariasi, harga jual di petani juga berbeda-beda, berkisar Rp 23.000-30.000/kg dengan rata-rata

(57)

40

Rp 3.931.978.594/ha dengan rata-rata Rp 106.269.691/ha. Uraian data tersebut dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Rata-Rata Produksi, Harga Jual, Penerimaan, Biaya Produksi dan Jumlah Pendapatan Bersih Usahatani/Musim Tanam/Bulan/Hektar dalam Usahatani Cabai Merah di Desa Lubuk Cuik

No. Uraian Rataan

1 Produksi (kg) 4.044

2 Harga Jual (Rp/kg) 26.189

3 Jumlah Penerimaan (Rp) 106.269.691

4 Jumlah Biaya Produksi (Rp) 33.209.858

5 Jumlah Pendapatan Bersih Usahatani/MT (Rp) 73.059.832 6 Jumlah Pendapatan Bersih Usahatani/Bulan (Rp) 18.264.958 Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 15 diperoleh rata-rata pendapatan bersih usahatani dalam 1 musim tanam per hektar adalah Rp 73.059.832 dan rata-rata pendapatan bersih usahatani cabai merah di Desa Lubuk Cuik sebesar Rp 18.264.958/bulan.

Untuk menganalisis hipotesis yang menyatakan bahwa pendapatan petani cabai merah di Desa Lubuk Cuik dikategorikan pendapatan besar atau kecil dapat dibandingkan dengan Upah Minimum Kabupaten Batu Bara tahun 2017 yaitu sebesar Rp 2.504.499,06/bulan. Berikut kriteria pengambilan keputusannya yaitu : Jika pendapatan usahatani cabai merah UMK maka H0 diterima dan H1ditolak Jika Pendapatan usahatani cabai merah UMK maka H0 ditolak dan H1 diterima

Dari penelitian diketahui bahwa rata-rata pendapatan petani cabai merah (Rp 6.218.227,027) > upah minimum Kabupaten Batu Bara (Rp 2.504.499,06/bulan), sesuai dengan kriteria pengambilan keputusan maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Artinya rata-rata pendapatan usahatani cabai merah di Desa Lubuk Cuik lebih besar

(58)

dari UMK (upah minimum kabupaten) Batu Bara. Dengan demikian, hipotesis 1 dapat diterima.

5.3 Analisis Kelayakan Usahatani

5.3.1 Analisis BEP harga, BEP Produksi dan BEP Penerimaan

Break Event Point (BEP) merupakan suatu keadaan impas atau keadaan kembali modal sehingga usaha tidak untung dan tidak rugi atau hasil penjualan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Ada tiga perhitungan yaitu produksi, harga dan penerimaan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

b. BEP Produksi Keterangan :

BEP : Break Event Point TC : Total Cost

P :Price b. BEP Harga

Keterangan :

BEP : Break Event Point TC : Total Cost

Y : Produksi c. BEP Penerimaan

Gambar

Gambar 2 . Peta Kecamatan Limapuluh  4.1.2 Kependudukan

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya serta kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Alhamdulillahhirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepadaAllah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Alhamdulillah Puji syukur penulis ucapkan atas nikmat yang Allah SWT berikan, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat dan karunia Nya yang tidak terhingga kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik adapun

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Budaya Pandalungan Dalam