• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TATANIAGA JAMBU BIJI (Psidium Guajava L.) (Studi Kasus: Desa Tanjung Anom, Kec. Pancur Batu, Kab. Deli Serdang) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS TATANIAGA JAMBU BIJI (Psidium Guajava L.) (Studi Kasus: Desa Tanjung Anom, Kec. Pancur Batu, Kab. Deli Serdang) SKRIPSI"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TATANIAGA JAMBU BIJI (Psidium Guajava L.)

(Studi Kasus: Desa Tanjung Anom, Kec. Pancur Batu, Kab. Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

SUPRIADI SURBAKTI 130304166

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

SKRIPSI

OLEH :

SUPRIADI SURBAKTI 130304166

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Supriadi Surbakti (130304166) dengan judul skripsi “ Analisis Tataniaga Jambu Biji (Psidium Guajava L.) “ (Studi Kasus : Desa Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing

oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui saluran tataniaga jambu biji, fungsi-fungsi yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga, biaya, margin keuntungan yang diterima oleh setiap lembaga tataniaga di masing-masing saluran, dan untuk mengetahui tingkat efisiensi tataniaga jambu biji di daerah penelitian.

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling.

Metode penentuan sampel dilakukan secara sensus dengan populasi petani jambu biji sebanyak 44 kepala keluarga dan besar sampel yang diambil sebagai representasi dari populasi menggunakan rumus Slovin sebesar 30 sampel produsen (petani jambu biji) yang dilakukan dengan metode Simple Random Sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana dengan undian. Untuk lembaga tataniaga yang terlibat ditentukan dengan metode Snowball Sampling dimana, terdapat 2 sampel pedagang pengumpul, 3 sampel pedagang besar, dan 14 sampel pedagang pengecer. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menganalisis pola saluran tataniaga jambu biji di daerah penelitian, fungsi-fungsi yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga jambu biji, analisis margin tataniaga, dan analisis efisiensi tataniaga.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat dua saluran tataniaga jambu biji di Desa Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, yaitu : Saluran I : Produsen – Pedagang Pengumpul – Pedagang Besar – Pedagang Pengecer – Konsumen dan Saluran II : Produsen – Pedagang Pengecer – Konsumen. Share margin saluran tataniaga jambu biji I ditingkat petani terbagi menjadi : daerah Jakarta sebesar 0,07%, Batam sebesar 0,08%, jambu biji kualitas

BS (barang sisa) daerah lokal sebesar 0,24%, dan Aceh sebesar 0,14%.

Share margin saluran tataniaga jambu biji II ditingkat petani sebesar 0,28% dan ditingkat pedagang pengecer sebesar 0,36%. Efisiensi saluran tataniaga jambu biji di daerah penelitian pada saluran tataniaga jambu biji I daerah Jakarta lebih besar dari pada daerah Aceh, Batam, dan jambu biji kualitas BS (barang sisa) daerah lokal, yaitu 2,22, 2,10, 1,48, dan 1,03. Sedangkan, efisiensi saluran tataniaga jambu biji II adalah1,74.

Kata Kunci: tataniaga, share margin, efisiensi, jambu biji

(6)

Supriadi Surbakti (130304166) entitled "Analysis of Guava Marketing (Psidium Guajava L.)" (Case Study : Desa Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang). Guided by Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS as the chairman of the supervising commission and Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si as a member of the supervising commission.

The purpose of this research is to know the guava trading channel, the functions performed by each agency of trading, the cost, the profit margin received by each agency in each channel, and to know the efficiency level of guava trading in the research area.

Method of determining area of research conducted by purposive sampling. The method of determining the sample done by census with guava farmer population about 44 family head and the sample size taken as the representation of population using Slovin formula for 30 samples of producers (guava farmers) conducted by Simple Random Sampling method. For the institution involved determined by the method of Snowball Sampling where, there are 2 samples of collecting merchants, 3 samples of wholesalers, and 14 samples of retailers. Data collection methods used are primary data and secondary data. The data analysis method used is descriptive analysis to analyze the pattern of guava trading channel in the research area, the functions performed by each guava trading agency, the analysis of the trading margin, and the analysis of the efficiency of the trading.

The results concluded that there are two guava trading channels in Desa Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, namely: Channel I:

Producers - Wholesalers - Large Wholesalers - Retailers - Consumers and Channels II: Manufacturers - Retailers - Consumers. The margin of Guaranteed Tariff I at the farmer level is divided into: Jakarta area of 0.07%, Batam 0.08%, local quality of local produce 0.24%, and Aceh by 0.14%. The margin of Guaranteed II trading channel at farmer level is 0,28% and at retailer level 0,36%. The efficiency of the guava trading channel in the research area in Guava I guideline is greater than that of Aceh, Batam, and guava of the quality of local residual 2.22, 2.10, 1.48, and 1.03. Meanwhile, the efficiency of the guava trading channel II is 1.74.

Keywords: marketing, share margin, efficiency, guava

(7)

RIWAYAT HIDUP

Supriadi Surbakti, lahir pada tanggal 23 Juni 1995 di Tanjung Anom sebagai

anak kelima dari lima bersaudara dari Bapak Lapang Surbakti dan Ibu Nur Serasi Br. Ginting. Pendidikan yang pernah ditempuh adalah sebagai berikut :

1. Taman Kanak-kanak Al-Fachran, Desa Tanjung Anom, Kecamatan Pancur, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara tamat tahun 2001.

2. Sekolah Dasar Tunas Harapan, Desa Tanjung Anom, Kecamatan Pancur, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara tamat tahun 2007.

3. Sekolah Menengah Pertama Brigjend Katamso I, Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Provinsi Sumatera Utara tamat tahun 2010.

4. Sekolah Menengah Atas Brigjend Katamso I, Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Provinsi Sumatera Utara tamat tahun 2013.

5. Masuk Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur UMB-PT tahun 2013 di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

6. Melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) bulan Juni-Juli tahun 2016 di Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai.

7. Melakukan penelitian skripsi bulan April tahun 2017 di Desa Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

Kegiatan organisasi yang pernah diikuti adalah :

1. Anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) tahun 2013 s/d 2018.

2. Anggota Forum Silahturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM-SEP) tahun 2014.

(8)

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Tataniaga Jambu Biji (Psidium Guajava L.) (Studi Kasus: Desa Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang) dengan baik sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda Lapang Surbakti dan Ibunda Nur Serasi Br. Ginting, Abang, Kakak, Keponakan, dan seluruh keluarga besar dirumah yang telah memberikan banyak perhatian, kasih sayang, motivasi, nasehat, do’a, serta dukungan baik dukungan moril mupun dukungan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebik-baiknya.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua komisi pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan nasehat, dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Lily Fauzia, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan nasehat, dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku ketua penguji dan sebagai Sekretaris Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan nasehat, dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si selaku anggota penguji yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan nasehat, dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

6. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis serta seluruh staf pengajar dan pegawai tata usaha di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah membantu seluruh proses administrasi.

8. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penulisan skripsi penulis di Desa Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, serta seluruh masyarakat Desa Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data dalam penulisan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat terkasih AGB CUN KALI LA TU, yaitu Anggi, Atika, David Koko, Haifa, Kevin, Polis, Rizqina, Roy, Tanti, Vania, dan Yoga yang selalu memberi semangat, dukungan, saran, dan nasihat kepada penulis.

10. Sahabat-sahabat terkasih Praktek Kerja Lapangan (PKL) Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai, yaitu Ade, Novawati, Polis, dan Widiya yang selalu memberi semangat, dukungan, saran, dan nasihat kepada penulis.

11. Sahabat-sahabat terkasih GRUP ELITE, yaitu Anggi, Haifa, dan Hasbul yang selalu memberi semangat, dukungan, saran, dan nasihat kepada penulis.

12. Sahabat-sahabat terkasih PANDA, yaitu Artalia, Dorma, Juliana, Laura, Malla, Nurul, Octasella, Rini Elisabeth, Santa, dan Tahani yang selalu memberi semangat, dukungan, saran, dan nasihat kepada penulis.

13. Sahabat-sahabat terkasih, yaitu Arbi, Arnold, Albert, Candra, Richardo, David Dior, Febry, Irham, Joni, Joseph, Maimuddin, Oscar, Reza Muttaqien, Rizky, Sargio, Yosafat, Arraihan, Sri Rahayu, Tiara, Kiki Yulia, Evera, Kiki Handayani, Fisrika, Qhori, Futty, Friskila, Ruth, Andreansyah, Bima, Cintya, Fitri, Masyuliana, Lisa, Ivan, dan seluruh kawan-kawan Agribisnis 3, dan seluruh kawan-kawan seperjuangan Agribisnis 2013 Fakultas Pertanian,

(10)

14. Sahabat-sahabat terkasih SMA, yaitu Maisarah, Natasia, Ruth Reiga, Selviana, dan Tia, Annisa Azzahra yang selalu memberi semangat, dukungan, saran, dan nasihat kepada penulis.

15. Sepupu terkasih Nindy, Muhammad Wasiatta, Muhammad Chaidir, Arjuna, Dewiyanti, dan Kak Tika, dan seluruh persepupuan keluarga besar dirumah yang selalu memberi semangat, dukungan, saran, dan nasihat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, Januari 2018

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... .i

ABSTRACT...ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Jambu Biji ... 10

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji ... 13

2.2.1. Tanah ... 14

2.2.2. Iklim ... 15

2.3. Budidaya Dan Masa Panen Tanaman Jambu Biji ... 16

2.4. Manfaat Tanaman Jambu Biji ... 17

2.5. Landasan Teori... 19

2.5.1. Tataniaga ... 19

2.5.2. Saluran Dan Lembaga Tataniaga ... 21

2.5.3. Fungsi-Fungsi Tataniaga ... 24

2.5.4. Biaya Tataniaga ... 26

2.5.5. Efisiensi Tataniaga ... 27

2.6. Penelitian Terdahulu ... 30

2.7. Kerangka Pemikiran... 31

2.8. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 34

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 34

3.2.1. Produsen (Petani Jambu Biji)... 34

3.2.2. Pedagang Perantara ... 35

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 36

(12)

3.5.2. Batasan Operasional... 42

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 43

4.1.1. Luas Wilayah Dan Letak Geografis ... 43

4.1.2. Keadaan Penduduk ... 44

4.1.3. Sarana Dan Prasarana ... 46

4.2. Karakteristik Petani Sampel ... 47

4.3. Karakteristik Pedagang Pengumpul... 48

4.4. Karakteristik Pedagang Besar ... 48

4.5. Karakteristik Pedagang Pengecer ... 49

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pola Saluran Tataniaga Jambu Biji (Psidium Guajava L.) ... 50

5.2. Lembaga Dan Fungsi Tataniaga Jambu Biji ... 52

5.3. Analisis Biaya, Margin, Dan Keuntungan Tataniaga Jambu Biji ... 53

5.4. Efisiensi Saluran Tataniaga Jambu Biji ... 63

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 66

6.2. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1.1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Jambu Biji Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015

4

1.2. Jumlah Tanaman Yang Menghasilkan Dan Produksi Jambu Biji Di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015 5

2.1. Kandungan Nutrisi Dalam Buah Jambu Biji Setiap 100 Gram Bahan Yang Dapat Dimakan Pembagian Wilayah Di Desa Tanjung Anom Tahun 2016 19

4.1. 43

4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Anom Tahun 2016 44

4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir Di Desa Tanjung Anom Tahun 2016 45

4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Penduduk Di Desa Tanjung Anom Tahun 2016 45

4.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9. 5.1. 5.2. 5.3. 5.4. Sarana Dan Prasarana Di Desa Tanjung Anom Tahun 2016 Karakteristik Petani Sampel Di Desa Tanjung Anom Karakteristik Pedagang Pengumpul Di Desa Tanjung Anom Karakteristik Pedagang Besar Di Desa Tanjung Anom Karakteristik Pedagang Pengecer Di Desa Tanjung Anom Fungsi-Fungsi Tataniaga Yang Dilakukan Oleh Masing- Masing Lembaga Tataniaga Jambu Biji Di Daerah Penelitian Share Margin Tataniaga Jambu Biji Pada Saluran I Share Margin Tataniaga Jambu Biji Pada Saluran II Rekapitulasi Share Margin Dan Margin Keuntungan Setiap Lembaga 46

47

48

48

49

52

55

60

62

(14)

No Judul Halaman 2.1. Skema Kerangka Pemikiran 33 5.1. Pola Saluran Tataniaga Jambu Biji Di Desa Tanjung

Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

50

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. Karakteristik Petani Jambu Biji Di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017

2.

3.

Karakteristik Pedagang Pengumpul Di Desa Tanjung Anom Karakteristik Pedagang Besar Di Desa Tanjung Anom 4. Karakteristik Pedagang Pengecer Di Desa Tanjung Anom

5. Biaya Penggunaan Bibit Jambu Biji Per Petani Di Desa Tanjung Anom 6. Biaya Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Jambu Biji Di Desa Tanjung

Anom

7. Biaya Penggunaan Pestisida Pada Usahatani Jambu Biji Di Desa Tanjung Anom

8. Biaya Tenaga Kerja Pengolahan Lahan Pada Usahatani Jambu Biji Di Desa Tanjung Anom

9. Biaya Tenaga Kerja Penanaman Pada Usahatani Jambu Biji Di Desa Tanjung Anom

10. Biaya Tenaga Kerja Pemangkasan Pada Usahatani Jambu Biji Di Desa Tanjung Anom

11. Biaya Tenaga Kerja Penyemprotan Pada Usahatani Jambu Biji Di Desa Tanjung Anom

12. Biaya Tenaga Kerja Penyiangan Pada Usahatani Jambu Biji Di Desa Tanjung Anom

13. Biaya Tenaga Kerja Pembungkusan Pada Usahatani Jambu Biji Di Desa Tanjung Anom

14. Biaya Kebutuhan Koran Dan Plastik Pada Usahatani Jambu Biji Di Desa Tanjung Anom

15. Biaya Penyusutan Peralatan Pada Usahatani Jambu Biji Di Desa Tanjung Anom

16. Total Biaya Tenaga Kerja Pada Usahatani Jambu Biji Di Desa Tanjung Anom

17. Total Biaya Tidak Tetap Pada Usahatani Jambu Biji Di Desa Tanjung Anom 18. Total Biaya Tetap Pada Usahatani Jambu Biji Di Desa Tanjung Anom 19. Total Biaya Pada Usahatani Jambu Biji Di Desa Tanjung Anom Kecamatan

Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017

20. Jumlah Produksi Dan Penerimaan Pada Usahatani Jambu Biji Di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017

21.

22.

23.

24.

Total Pendapatan Pada Usahatani Jambu Biji Di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017

Volume Pembelian Dan Biaya Tataniaga Pedagang Pengumpul I Jambu Biji Di Desa Tanjung Anom (Saluran I)

Volume Pembelian Dan Biaya Tataniaga Pedagang Pengumpul I Jambu Biji Untuk Dikirim Ke Jakarta (Saluran I)

Volume Pembelian Dan Biaya Tataniaga Pedagang Pengumpul I Jambu Biji Untuk Dikirim Ke Batam (Saluran I)

(16)

No Judul 25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

Volume Pembelian Dan Biaya Tataniaga Pedagang Pengumpul I Jambu Biji Untuk Jenis BS (Barang Sisa) (Saluran I)

Volume Pembelian Dan Biaya Tataniaga Pedagang Pengumpul II Jambu Biji Di Desa Tanjung Anom (Saluran I)

Volume Pembelian Dan Biaya Tataniaga Pedagang Besar Jambu Biji Di Jakarta (Saluran I)

Volume Pembelian Dan Biaya Tataniaga Pedagang Besar Jambu Biji Di Batam (Saluran I)

Volume Pembelian Dan Biaya Tataniaga Pedagang Besar Jambu Biji Di Aceh (Saluran I)

Volume Pembelian Dan Biaya Tataniaga Pedagang Pengecer Jambu Biji Di Jakarta (Saluran I)

Volume Pembelian Dan Biaya Tataniaga Pedagang Pengecer Jambu Biji Di Batam (Saluran I)

Volume Pembelian Dan Biaya Tataniaga Pedagang Pengecer Jambu Biji Di Aceh (Saluran I)

Volume Pembelian Dan Biaya Tataniaga Pedagang Pengecer Jambu Biji Jenis BS (Barang Sisa) (Saluran I)

Volume Pembelian Dan Biaya Tataniaga Pedagang Pengecer Jambu Biji Di Desa Tanjung Anom (Saluran II)

Kuesioner Penelitian Foto-Foto Penelitian

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah.

Potensi yang ada tersebut dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat Indonesia. Banyak masyarakat Indonesia yang menjadikan sektor perkebunan dan pertanian menjadi sumber mata pencaharian. Selain itu juga sektor pertanian dan perkebunan ini dapat menyediakan pasar dan bahan baku untuk produksi bagi sektor industri dan menghasilkan devisa yang dapat digunakan untuk pembangunan (Narundana, 2011).

Pengembangan produk pertanian yang berpotensi di pasar, menjadi salah satu solusi yang diharapkan dapat mengatasi dampak krisis ekonomi global. Apalagi, peluang pertanian di Indonesia masih sangat besar. Selain ditopang lahan yang sangat luas, kesuburan tanah ikut mendukung pengembangan pertanian yang masih bersifat tradisional menuju pertanian modern. Berkembangnya teknologi saat ini juga seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan banyak sekali produk-produk hasil pertanian yang baru bermunculan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai jenis tanaman baik tanaman hias, sayur-sayuran, dan buah-buahan.

Banyak jenis buah-buahan yang kini mulai dikembangkan di Indonesia. Salah satu

komoditi buah-buahan yang terdapat di Indonesia yang merupakan

komoditi unggulan dan terus mengalami peningkatan produksi adalah jambu biji (Narundana, 2011).

(18)

Luas lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk budidaya tanamana hortikultura didunia sangat kecil dibandingkan dengan luas lahan yang dimanfaatkan untuk budidaya tanaman serealia (biji-bijian) atau tanaman pangan lainnya. Luas lahan budidaya hortikultura kurang dari 10% dari total lahan pertanian dunia. Di Indonesia, luas lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk budidaya tanaman hortikultura juga relatif kecil dibandingkan dengan luas yang dimanfaatkan untuk jenis tanaman pangan lainnya (Lakitan, 1995).

Budidaya tanaman hortikultura dapat menjadi indikator tingkat kemajuan sektor pertanian pada suatu daerah atau negara. Pada negara-negara maju, budidaya tanaman hortikultura merupakan komponen yang dominan dalam sektor pertanian. Hal ini terjadi karena budidaya tanaman hortikultura membutuhkan pemeliharaan yang lebih intensif, modal yang lebih besar, tingkat pengetahuan dan penguasaan teknologi agronomis yang tinggi, dan kemampuan manajemen

yang lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya tanaman pertanian lainnya (Lakitan, 1995).

Jambu biji merupakan salah satu produk hortikultura yang termasuk komoditas internasional. Lebih dari 150 negara telah membudidayakan jambu biji, diantaranya Jepang, India, Taiwan, Malaysia, Brasil, Australia, Filipina, dan Indonesia. Seperti buah tropis lainnya, jambu biji dikonsumsi dalam bentuk segar (sebagai buah meja) dan dijadikan bahan baku pangan olahan seperti sirup, sari buah, selai, dan jeli (Sunarjono, 2013).

Keberadaan jambu biji sangat dikenal dan tersebar luas di berbagai daerah di Indonesia hal ini dibuktikan dari produksi jambu biji yang dari tahun ketahun

(19)

3

semakin meningkat. Menurut Siregar (2010), menyatakan bahwa jambu biji merupakan salah satu produk komoditas unggulan buah-buahan Indonesia.

Indonesia memiliki beberapa jenis jambu biji diantaranya jambu Bangkok, jambu Susu, jambu Paris, jambu Sukun dan jambu Klutuk. Varietas lain yang sudah dibudidayakan antara lain adalah jambu Merah, jambu Pasar Minggu, jambu Sari, jambu Apel. Pulau Jawa merupakan sentra penanaman buah jambu biji terbesar

yang tersebar di beberapa daerah antara lain di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Begitu juga dengan Sumatera dan

Kalimantan khususnya.

Untuk hasil-hasil produk pertanian dibutuhkan peran dari tataniaga hasil pertanian, dimana tataniaga merupakan suatu aktivitas bisnis yang didalamnya terdapat aliran barang dan jasa dari titik produksi sampai ke titik konsumen.

Tataniaga pertanian juga merupakan salah satu faktor pertanian untuk memperlancar proses produksi, distribusi, dan pemasaran hasil produk pertanian (Annindita, 2004).

Peluang domestik jambu biji lebih dititikberatkan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi rumah tangga, supermarket, hotel, restoran, serta industri hasil olahan.

Bila ditinjau dari besarnya jumlah penduduk Indonesia, jelas potensi pasar masih cukup besar bagi produk jambu biji. Peningkatan pendapatan masyarakat membuat permintaan terhadap konsumsi buah-buahan seperti jambu biji meningkat. Laju permintaan buah-buahan setiap tahunnya mencapai 5%. Hal ini menunjukkan bahwa prospek usahatani buah-buahan seperti jambu biji cukup terbuka lebar (Parimin, 2005).

(20)

Negara-negara tujuan ekspor jambu biji diantaranya Hongkong, Taiwan, Singapura, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Belanda, Tokelau, Malaysia, Thailand, dan Swiss. Berdasarkan catatan sistematik perdagangan luar negeri, besarnya ekspor buah jambu biji pada tahun 2001 sebesar 14.370 kg dengan nilai ekspor sebesar US $ 8.354 (Parimin, 2005).

Berikut data luas panen, produktivitas, dan produksi jambu biji per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015 yang dilampirkan pada tabel 1.1 dibawah ini.

Tabel 1.1 Luas Panen, Produktivitas, Dan Produksi Jambu Biji Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015

No Kabupaten/Kota

Jumlah Tanaman

Menghasilkan (Pohon)

Luas Panen

(Ha)

Produktivitas (Kw/Ha)

Produksi (Ton)

1. Nias 155 0,5 67,74 3,5

2. Madina 6.235 20,8 388,34 807,1

3. Tapanuli Selatan 2.461 8,2 340,23 279,1

4. Tapanuli Tengah 570 1,9 130,53 24,8

5. Tapanuli Utara 4.306 14,4 192,29 276,0

6. Toba Samosir 1.341 4,5 195,53 87,4

7. Labuhan Batu 2.418 8,1 284,00 228,9

8. Asahan 6.494 21,6 317,23 686,7

9. Simalungun 1.819 6,1 304,29 184,5

10 Dairi 589 2,0 159,42 31,3

11. Tanah Karo 72 0,2 279,17 6,7

12. Deli Serdang 42.825 142,8 185,02 2.641,2

13. Langkat 13.744 45,8 397,79 1.822,4

14. Nias Selatan 960 3,2 229,69 73,5

15. Humbang Hasundatan 1.850 6,2 220,54 136,0

16. Pakpak Barat - - #DIV/0! -

17. Samosir 2.584 8,6 165,79 142,8

18. Serdang Bedagai 817 2,7 291,92 79,5

19. Batu Bara 976 3,3 182,27 59,3

20. Paluta 1.495 5,0 331,30 165,1

21. Padang Lawas 190 0,6 363,16 23,0

22. Labuhan Selatan 707 2,4 234,65 55,3

23. Labuhan Utara 300 1,0 79,00 7,9

(21)

5

Lanjutan Tabel 1.1 Luas Panen, Produktivitas, Dan Produksi Jambu Biji Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015

No. Kabupaten/Kota

Jumlah Tanaman

Menghasilkan (Pohon)

Luas Panen

(Ha)

Produktivitas (Kw/Ha)

Produksi (Ton)

24. Nias Utara 225 0,8 106,67 8,0

25. Nias Barat 50 0,2 174,00 2,9

26. Tanjung Balai 152 0,5 189,47 9,6

27. Pematang Siantar 266 0,9 258,27 22,9

28. Tebing Tinggi 754 2,5 94,30 23,7

29. Medan 10.793 36,0 213,03 766,4

30. Binjai 1.606 5,4 191,84 102,7

31. Padang Sidempuan 1.061 3,5 118,19 41,8

32. Gunung Sitoli 259 0,9 72,97 6,3

Jumlah 98.907 330 267,11 8.806

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, 2015

Dari tabel 1.1 diatas dapat dilihat luas panen, produktivitas, dan produksi jambu biji per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2015. Diketahui bahwa Kabupaten Deli Serdang merupakan sentra produksi komoditi jambu biji tertinggi di Sumatera Utara dengan jumlah produksi sebesar 2.641,2 ton dan produktivitas sebesar 185,02 Kw/Ha dengan luas panen 142.8 Ha dan tanaman menghasilkan 42.825 pohon.

Berikut data jumlah tanaman yang menghasilkan dan produksi jambu biji di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara tahun 2015 yang dilampirkan pada tabel 1.2 dibawah ini.

Tabel 1.2 Jumlah Tanaman Yang Menghasilkan Dan Produksi Jambu Biji Di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015

No. Kecamatan

Triwulan I

Triwulan II

Triwulan III

Triwulan

IV Jumlah

Produksi (Kuintal) Tanaman

Hasil (Pohon)

Produksi (Kuintal)

Tanaman Hasil (Pohon)

Produksi (Kuintal)

Tanaman Hasil (Pohon)

Produksi (Kuintal)

Tanaman Hasil (Pohon)

Produksi (Kuintal)

1. Gunung

Meriah 0 0 0 0 0 0 0 0 0

(22)

Lanjutan Tabel 1.2 Jumlah Tanaman Yang Menghasilkan Dan Produksi Jambu Biji Di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015

No. Kecamatan

Triwulan I

Triwulan II

Triwulan III

Triwulan

IV Jumlah

Produksi (Kuintal) Tanaman

Hasil (Pohon)

Produksi (Kuintal)

Tanaman Hasil (Pohon)

Produksi (Kuintal)

Tanaman Hasil (Pohon)

Produksi (Kuintal)

Tanaman Hasil (Pohon)

Produksi (Kuintal)

2.

Sinembah Tanjung Muda Hulu

0 0 0 0 0 0 0 0 0

3. Sibolangit 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4. Kutalimbaru 0 0 3.000 1.500 3.000 1.000 6.000 3.000 5.500

5. Pancur

Batu 10.000 3.000 5.000 2.000 5.000 1.800 20.000 8.000 14.800 6. Namo

Rambe 550 175 550 150 550 175 550 150 650

7. Biru-Biru 0 0 0 0 211 95 0 0 95

8. S. Tanjung

Muda Hilir 0 0 0 0 0 0 0 0 0

9. Bangun

Purba 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10. Galang 0 0 0 0 0 0 0 0 0

11. Tanjung

Morawa 105 20 135 50 120 30 150 75 175

12. Petumbak 10 3 10 3 10 5 10 5 16

13. Deli Tua 0 0 0 0 0 0 30 10 10

14. Sunggal 0 0 16.000 6.000 15.000 1.500 15.000 1.300 8.800

15. Hamparan

Perak 639 215 639 250 639 60 639 60 585

16. Labuhan

Deli 135 16 80 20 410 121 440 53 210

17. Percut Sei

Tuan 0 0 3.000 680 480 200 0 0 880

18. Batang Kuis 450 195 750 180 750 250 850 400 1.025

19. Pantai Labu 0 0 0 0 0 0 0 0 0

20. Beringin 50 10 0 0 200 30 100 15 55

21. Lubuk

Pakam 225 45 225 45 225 47 225 49 186

22. Pagar

Marbau 480 150 480 200 480 140 0 0 490

Jumlah 12.644 3.829 29.869 11.078 27.075 5.453 43.994 13.117 33.477

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, 2015

Dari tabel 1.2 diatas dapat dilihat jumlah tanaman yang menghasilkan dan produksi jambu biji di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara tahun 2015. Diketahui bahwa Kecamatan Pancur Batu merupakan sentra produksi jambu biji terbesar di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2015.

Dimana pada Triwulan I sampai dengan Triwulan III produksi jambu biji mengalami penurunan yang sangat besar. Namun, pada Triwulan IV produksi jambu biji mengalami peningkatan sebesar 8.000 kuintal dengan jumlah tanaman yang menghasilkan sebesar 20.000 pohon jambu biji. Maka, total produksi jambu

(23)

7

biji terbesar adalah di Kecamatan Pancur Batu, yaitu 14.800 kuintal per tahun dengan total jumlah tanaman yang menghasilkan sebesar 40.000 pohon jambu biji.

Adapun latar belakang dalam penelitian ini adalah dimana, pada umumnya komoditas tanaman jambu biji merupakan komoditas unggulan yang banyak dibudidayakan di Desa Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang dan juga merupakan sentra prosuksi terbesar jambu biji di Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Selain itu, adanya perbandingan harga yang sangat besar pada setiap masing-masing lembaga tataniaga tidak mempengaruhi harga di produsen (petani jambu biji). Panjangnya saluran tataniaga jambu biji yang dilewati menyebabkan perbandingan harga di petani dan harga di konsumen sangat besar. Maka, semakin panjang saluran tataniaga jambu biji akan meningkatkan harga di konsumen semakin besar. Dalam hal ini dapat dilihat perbandingan tingkat efisiensi dari masing-masing lembaga tataniaga.

Aspek tataniaga disadari sebagai aspek yang sangat penting dalam penentuan harga jual baik di produsen atau petani jambu biji, maupun di pedagang perantara.

Bila mekanisme tataniaga berjalan dengan baik, maka semua pihak yang terlibat akan diuntungkan. Dalam hal ini lembaga tataniaga melakukan kegiatan fungsi tataniaga yang meliputi kegiatan : pembelian, penjualan, pengangkutan, penyimpnan, pengolahan, standarisasi, penanggungan resiko, pembiayaan, dan informasi pasar. Peran lembaga tataniaga menjadi sangat penting dalam mendistribusikan jambu biji dari produsen atau petani jambu biji sampai ke konsumen dan dapat meningkatkan harga jual komoditi jambu biji. Oleh karena

(24)

itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut khususnya dalam meneliti analisis tataniaga jambu biji didaerah penelitian.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka yang menjadi identifikasi masalah untuk diteliti adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana saluran tataniaga jambu biji yang terjadi di daerah penelitian ? 2. Bagaimana fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan pada setiap saluran

tataniaga jambu biji di daerah penelitian ?

3. Bagaimana biaya tataniaga, price spread, dan share margin yang diterima oleh masing-masing saluran tataniaga jambu biji di daerah penelitian ?

4. Bagaimana tingkat efesiensi saluran tataniaga jambu biji di daerah penelitian ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui saluran tataniaga jambu biji yang terjadi di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan pada setiap saluran tataniaga jambu biji di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui biaya tataniaga, price spread, dan share margin yang diterima oleh masing-masing saluran tataniaga jambu biji di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui tingkat efesiensi saluran tataniaga jambu biji di daerah penelitian.

(25)

9

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan informasi bagi pelaku usahatani jambu biji dalam memasarkan dan mengembangkan hasil usahataninya untuk mendapatkan keuntungan yang diinginkan.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan untuk perbaikan dan peningkatan proses tataniaga jambu biji.

4. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Tanaman Jambu Biji

Jambu biji (Psidium guajava L.) bukan merupakan tanaman asli Indonesia.

Tanaman ini pertama kali ditemukan di Amerika Tengah oleh Nikolai Ivanovich Vavilov saat melakukan ekspedisi ke beberapa negara di Asia, Afrika, Eropa, Amerika Selatan, Uni Soviet antara tahun 1887-1942. Seiring dengan berjalannya waktu, jambu biji menyebar di beberapa negara seperti Thailand, Taiwan, Indonesia, Jepang, Malaysia, dan Australia. Di Thailand dan Taiwan, jambu biji menjadi tanaman yang dikomersialkan (Parimin, 2005).

Menurut Parimin (2005), nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava L.

Psidium berasal dari bahasa Yunani, yaitu “psidium” yang berarti delima, sedangkan “guajava” berasal dari nama yang diberikan oleh orang Spanyol.

Adapun taksonomi tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava Linn.

(27)

11

Jambu biji merupakan tanaman perdu bercabang banyak. Tingginya dapat mencapai 3-10 m. Umumnya umur tanaman jambu biji hingga sekitar 30-40 tahun. Tanaman yang berasal dari biji relatif berumur lebih panjang dibandingkan hasil cangkokan atau okulasi. Namun, tanaman yang berasal dari okulasi memiliki postur lebih pendek (dwarfing) dan bercabang lebih banyak sehingga memudahkan perawatan tanaman. Tanaman ini sudah mampu berbuah saat berumur sekitar 2-3 bulan meskipun ditanam dari biji (Parimin, 2005).

Jambu biji memiliki akar tunggang dan akar serabut. Akar tunggang

tumbuh cukup dalam hingga mencapai kedalaman 4 meter lebih (bibit yang berasal dari biji). Bibit yang berasal dari cangkok, perakarannya

dangkal. Bibit yang berasal dari cangkok bisa ditanam di daerah-daerah yang permukaan air tanahnya tinggi. Bibit yang berasal dari biji atau okulasi bisa ditanam di daerah-daerah yang permukaan air tanahnya dalam atau dilahan yang lapisan solumnya tebal. Akar serabut tumbuh agak dangkal. Akar serabut bercabang, cabang yang satu berukuran besar dan cabang yang lain berukuran

kecil. Pada akar serabut tumbuh bulu-bulu akar yang berfungsi menyerap

zat hara dan air. Perakaran serabut tumbuh mendatar dalam kedalaman 20 cm-90 cm (Cahyono, 2010).

Batang tanaman jambu biji berkayu keras, liat, dan tidak mudah patah. Batang

tegak dan memiliki percabangan serta ranting-ranting. Batang dan cabang-cabangnya mempunyai kulit berwarna cokelat keabu-abuan dan kulit

mudah mengelupas. Percabangan jambu biji banyak ditumbuhi mata tunas dan setiap mata tunas tersebut tumbuh menjadi cabang-cabang yang menghasilkan buah (Cahyono, 2010).

(28)

Daun jambu biji berbentuk bulat panjang, bulat langsing, atau bulat oval dengan ujung tumpul dan lancip. Warna daunnya beragam seperti hijau tua, hijau muda, merah tua, dan hijau berbelang kuning. Permukaan daun ada yang halus mengilap dan halus biasa. Tata letak daun saling berhadapan dan tumbuh tunggal. Panjang helai daun sekitar 5-15 cm dan lebar 3-6 cm. Sementara panjang tangkai daun berkisar 3-7 mm (Parimin, 2005).

Tanaman jambu biji berbuah dan berbunga sepanjang tahun. Bunga keluar di ketiak daun. Kelopak dan mahkota masing-masing terdiri dari lima helai. Benang sari banyak dengan tangkai sari berwarna putih. Bunganya ada yang sempurna (hermaphrodite), sehingga pembuahannya akan terbentuk bila terjadi penyerbukan. Ada pula yang tanpa penyerbukan (partenokarpi), sehingga terbentuk buah jambu biji tanpa biji. Jumlah bunga disetiap tangkai antara 1-3 bunga (Parimin, 2005).

Buah merupakan produk utama dari tanaman jambu biji. Buah jambu biji berbentuk bulat, bulat agak lonjong, dan lonjong, tergantung dari varietasnya.

Misalnya, jambu biji bangkok berbentuk bulat, jambu biji khmer atau jambu biji kamboja berbentuk lonjong, jambu biji sukun berbentuk lonjong, dan lain sebagainya. Ukuran atau besarnya buah juga bervariasi, tergantung dari varietasnya. Demikian pula warna daging buahnya juga bervariasi, ada yang berwarna merah dan ada yang berwarna putih, tergantung dari varietasnya. Buah memiliki kulit tipis dan permukaannya halus sampai kasar. Buah yang telah masak dagingnya lunak, sedangkan yang belu masak dagingnya agak keras dan renyah. Buah berasa manis, kurang manis, dan hambar, tergantung dari varietasnya, dan teknik budidayanya (Cahyono, 2010).

(29)

13

Biji jambu biji pada umunya cukup banyak, meskipun ada beberapa jenis buah yang berbiji sedikit bahkan tanpa biji. Umumnya, buah jambu yang berbiji bentuknya lebih sempurna dan simetris, sesuai karakter jenisnya. Sementara bentuk buah tanpa biji relatif tidak beraturan. Buah jambu tanpa biji tersebut terbentuk tanpa penyerbukan (Parimin, 2005).

Menurut Bambang Cahyono (2010), varietas jambu biji yang diproduksi oleh perusahaan pembibitan cukup banyak macamnya. Berdasarkan kandungan biji dalam buahnya, jambu biji dibagi menjadi dua kelompok, yaitu jambu biji berbiji dan jambu biji tidak berbiji. Jambu biji yang tergolong kedalam kelompok jambu biji berbiji adalah jambu biji yang buahnya mengandung biji. Misalnya, jambu klutuk atau jambu biji lokal, jambu susu, jambu australia, jambu getas merah, jambu bangkok, dan jambu sukun kristal. Sedangkan, jambu biji tanpa biji adalah jambu biji yang daging buahnya tidak mengandung biji (buahnya tidak berbiji). Misalanya, jambu apel, jambu sukun, jambu farang, jambu sukun merah.

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji

Tanaman jambu biji dapat tumbuh subur apabila didukung oleh keadaan tanah dan iklim yang cocok. Berikut adalah kriteria kondisi tanah dan iklim yang menjadi syarat tumbuh tanaman jambu biji.

2.2.1 Tanah

Menurut Anonimous (2012), terdapat beberapa kriteria kondisi tanah yang cocok untuk penanaman jambu biji agar tanaman jambu biji dapat tumbuh dengan baik diantaranya :

(30)

1. Kondisi tanah yang subur dan kaya akan unsur hara penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan pohon jambu biji. Jenis tanah yang dapat ditanami, antara lain andosol, latosol, grumosol, dan tanah berpasir.

2. Tanaman jambu biji tumbuh baik pada ketinggian 1-1200 meter di atas

permukaaan laut (mdpl). Ketinggian optimum untuk pohon ini adalah 30-1000 mdpl.

3. Kedalaman air tanah yang ideal tidak lebih dalam dari 50-150 cm dari

permukaan tanah. Adapun ketinggian air tanah yang cocok sesuai daerah, yaitu ketinggian air tanah di daerah basah 100-200 cm, di daerah

setengah basah 50-200 cm, dan di daerah kering 50-150 cm.

4. Pupuk organik merupakan dinamisator, aktivator, dan regenerator dalam mempertahankan kualitas dan kesuburan tanah, sehingga kesesuaian unsur hara di dalam tanah seimbang.

5. Derajat keasaman tanah (pH) pada pohon guava yaitu antara 4,5-8,3. Jika pH kurang dari 4,5 perlu dilakukan pengapuran.

6. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 persen dapat ditanami jambu biji dan kecil kemungkinan terjadi erosi. Tanah yang kemiringannya lebih dari 8%

perlu dibentuk teras atau sengkedan.

2.2.2 Iklim

Menurut Anonimous (2012), selain kondisi tanah, iklim yang cocok juga berperan penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman jambu biji. Beberapa kriteria kondisi iklim yang perlu diperhatikan dalam budidaya jambu biji adalah sebagai berikut :

(31)

15

1. Budidaya tanaman jambu biji memanfaatkan angin dalam penyerbukan, namun angin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan pada bunga.

2. Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh di daerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara 1000-2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun.

3. Tanaman jambu biji dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 23-28°C di siang hari. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kerdil), musim berbunga yang ideal, yaitu pada musim kemarau sekitar bulan Juli-September sedang musim berbuah terjadi bulan November-Februari bersamaan musim penghujan.

4. Kelembapan udara sekeliling cenderung rendah karena kebanyakan tumbuh di dataran rendah dan sedang. Apabila udara mempunyai kelembapan yang rendah, berarti udara kering karena miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu biji.

2.3 Budidaya Dan Masa Panen Tanaman Jambu Biji

Menurut Soedarya (2010), menyatakan dalam melakukan kegiatan budidaya jambu biji terdapat beberapa langkah yang perlu di perhatikan oleh pembudidaya, yaitu :

1. Pengolahan media tanam, mencakup kegiatan : persiapan lahan, pembukaan lahan, pembentukan bedengan, pengapuran lahan, dan pemupukan.

2. Penanaman, mencakup kegiatan : penentuan pola tanaman, pembuatan lubang penanaman, dan penanaman bibit jambu biji.

(32)

3. Pemeliharaan tanaman, mencakup kegiatan : penjarangan dan penyulaman, penyiangan, pembumbunan (pembalikan dan penggemburan tanah agar tetap dalam keadaan lunak), pemangkasan pada ujung cabang-cabang pohon jambu biji, pemupukan, pengairan dan penyiraman, penyemprotan pestisida, dan pemeliharaan lain berupa pembungkusan buah jambu biji dengan menggunakan plastik. Hal ini bertujuan untuk melindungi buah agar buah tidak mudah dimakan oleh binatang seperti kalong atau ulat dan menjaga agar buah tetap tumbuh baik. Buah jambu biji yang dibungkus plastik juga memiliki kulit buah yang lebih halus dan bagus dibandingkan dengan buah yang tidak dibungkus plastik. Dengan cara ini petani dapat menjual jambu biji dengan harga yang lebih tinggi dipasar dibandingkan harga biasanya.

Menurut Anonimous (2001), ciri dan umur panen buah jambu biji umumnya pada umur 2-3 tahun akan mulai berbuah, berbeda dengan jambu yang pembibitannya dilakukan dengan cangkok/stek umur akan lebih cepat kurang lebih 6 bulan sudah bisa buah, jambu biji yang telah matang dengan ciri-ciri melihat warna yang disesuikan dengan jenis jambu biji yang ditanam dan juga dengan mencium baunya serta yang terakhir dengan merasakan jambu biji yang sudah masak dibandingkan dengan jambu yang masih hijau dan belum masak, dapat dipastikan bahwa pemanenan dilakukan setelah jambu bewarna hijau pekat menjadi muda ke putih-putihan dalam kondisi ini maka jambu telah siap dipanen. Cara pemanenan

yang terbaik adalah dipetik beserta tangkainya yang sudah matang (hanya yang sudah masak), sekaligus melakukan pemangkasan pohon agar tidak

menjadi rusak.

(33)

17

Adapun proses pasca panen tanaman jambu biji adalah dilakukannya pengumpulan setelah pemanenan. Berikutnya dilakukan penyortiran ataupun penggolongan yang bertujuan buah jambu biji yang bagus mempunyai harga jual yang tinggi, biasanya dipilih berdasarkan ukuran dan mutunya. Sedangkan buah yang kecil, tetapi baik mutunya dapat dicampur dengan buah yang besar dengan mutu yang sama, yang biasanya dijual dalam bentuk kiloan atau bijian dan perlu diingat bahwa dalam penyortiran diusahakan sama besar dan sama baik mutunya.

Dan dilakukan sesuai dengan jenis jambu biji, jangan dicampur adukkan dengan jenis yang lain. Penyimpanan jambu biji biasanya tidak terlalu lama mengingat daya tahan jambu biji tidak bisa terlalu lama dan sementara belum dapat dijual ke pasar, sehingga ditampung dulu dalam gudang atau gubug dengan dikemas menggunakan keranjang atau kantong plastik berukuran 10 kg dan jambu biji siap dipasarkan (Anonimous, 2001).

2.4 Manfaat Tanaman Jambu Biji

Jambu biji memiliki banyak manfaat. Buah jambu biji menjadi salah satu buah terbaik yang termasuk dalam kategori pangan fungsional. Buah ini mengandung zat aktif antioksidan yang tinggi dalam asam asorbat (bakal vitamin C), karoten (bakal vitamin A), dan anthocyanin, serta serat pangan dalam bentuk pektin dengan kadar gula delapan persen. Vitamin C yang dimiliki jambu biji enam kali lebih banyak dibandingkan jeruk dan 30 kali lebih banyak dibandingkan pisang.

Mengenai total kandungan fenolik (TSP), aktivitas antioksidan dan antiproliferatif buah jambu biji merah pada sel melanoma, berhasil disimpulkan bahwa buah ini merupakan sumber utama antioksidan dan agen antikanker. Selain itu, juga diketahui bahwa nilai TSP dan TAA (total asam asorbat) jambu biji merah berada

(34)

di peringkat pertama dari berbagai jenis buah-buahan lainnya yang ada, yang berfungsi sebagai penangkal radikal bebas. Hal ini menunjukkan adanya kandungan hormon insulin dan glukosa darah dalam pektin (serat pangan) dalam jambu biji yang sangat baik untuk penderita diabetes. Selain itu, di berbagai daerah jambu biji lazim digunakan sebagai bahan utama pengobatan untuk sakit demam berdarah dengue (DBD) dan juga dipergunakan sebagai penguat jantung, membantu sistem perncernaan, dan anti kanker. Selain buahnya, daun dan akar jambu biji juga dapat digunakan sebagai obat tradisional, seperti diare, disentri, dan demam berdarah. Kayu jambu biji juga dapat dijadikan berbagai alat dapur karena memiliki karakter yang kuat dan keras (Anonimous, 2012).

Menurut Cahyono (2010), jambu biji sebagai bahan makanan mengandung nutrisi yang lengkap dan memenuhi standar gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan tubuh untuk kesehatan. Jambu biji merupakan sumber vitamin C yang tinggi dibandingkan dengan buah lainnya. Seperti kita ketahui vitamin C sangat baik untuk antioksidan. Kandungan nutrisi atau komposisi kimia jambu biji secara lengkap seperti disajikan pada tabel 2.1 dibawah ini.

(35)

19

Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Dalam Buah Jambu Biji Setiap 100 Gram Bahan Yang Dapat Dimakan

No. Jenis Zat Gizi Banyaknya Kandungan Gizi

1. Energi 49,00 kal

2. Protein 0,90 gram

3. Lemak 0,30 gram

4. Karbohidrat 12,20 gram

5. Kalsium 14,00 mg

6. Fosfor 28,00 mg

7. Serat 5,60 gram

8. Besi 1,10 mg

9. Vitamin A 4,00 RE

10. Vitamin B₁ (Thiamin) 0,05 mg

11. Vitamin B₂ (Riboflavin) 0,04 mg

12. Vitamin B₃ (Niasin) 1,10 gram

13. Vitamin C 87,00 mg

2.5 Landasan Teori 2.5.1 Tataniaga

Tataniaga adalah suatu sistem yang meliputi cara, model strategi penyampaian barang dan jasa dari sektor produsen ke konsumen. Rangkaian proses penyampaian ini banyak variasinya yang mempengaruhi keadaan sosial budaya dalam perekonomian masyarakat (Kotler, 2009).

Apabila suatu negara akan melakukan perdagangan dalam negara lain (ekspor dan impor) maka ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. Salah satu

diantaranya adalah harga dari barang yang akan diperdagangkan karena harga akan menentukan besar kecilnya jumlah barang yang akan diperdagangkan. Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga barang yang merupakan suatu hipotesa yang menerangkan “Makin rendah harga suatu barang, makin banyak permintaan terhadap barang tersebut, sebaliknya makin tinggi harga suatu barang makin rendah permintaan terhadap barang tersebut (cateris paribus)” (Sukirno, 2003).

(36)

Menurut Daniel (2002), menyatakan pemasaran merupakan hal-hal yang sangat penting setelah selesainya produksi pertanian. Kondisi pemasaran menimbulkan suatu siklus atau lingkaran pasar suatu komoditas. Bila pemasarannya tidak lancar dan tidak memberikan harga yang layak bagi petani maka kondisi ini akan mempengaruhi motivasi petani akibatnya penawaran berkurang. Kurangnya penawaran akan menaikkan harga. Setelah harga naik, motivasi petani akan bangkit lagi. Hasilnya penawaran meningkat, menyebabkan harga akan jatuh kembali (cateris paribus).

Menurut Soekartawi (2002), ada 5 faktor penyebab pentingnya tataniaga adalah sebagai berikut :

1. Jumlah produk yang dijual menurun.

2. penampilan perusahaan menurun.

3. Terjadi perubahan yang diinginkan konsumen.

4. Kompetisi yang semakin tajam.

5. Terlalu besarnya pengeluaran untuk penjualan.

Selain faktor tersebut, penyebab pentingnya proses tataniaga khususnya produk pertanian dikarenakan sifat-sifat produk pertanian, yaitu musiman, harus segar (freshable), mudah rusak, jumlah banyak tetapi nilainya sedikit (bulky), serta lokal, dan spesifik (tidak dapat berproduksi di semua tempat). Sifat-sifat inilah yang mengakibatkan fluktuasi yang tajam pada produk pertanian. Saat harga berfluktuasi maka yang sering dirugikan adalah petani.

Menurut Daniel (2002), penyebab pemasaran yang tidak baik diantaranya produsen terisolasi, tidak ada pasar, rantai pemasaran yang sangat panjang dan

(37)

21

hanya ada satu pembeli. Kondisi inilah yang mengakibatkan efisiensi pertanian

sangat rendah. Selain itu, tidak berjalannya fungsi pemasaran seperti pembelian, penyortiran, grading, penyimpanan, pengangkutan, dan

pengolahan sesuai yang diharapkan, juga sebagai penyebab melemahnya efisiensi pemasaran.

Pada dasarnya tataniaga adalah penciptaan nilai tambah dari suatu produk yang mengalir dari produsen ke konsumen akhir. Kegiatan ini bersifat dinamis karena menyangkut semua persiapan, perencanaan, dan penelitian dari segala sesuatu yang bersangkut paut dengan perpindahan, peralihan milik atas suatu barang atau jasa (Mubyarto, 1989).

2.5.2 Saluran Dan Lembaga Tataniaga

Kotler (2009), mengatakan bahwa saluran tataniaga terdiri dari serangkaian lembaga tataniaga atau perantara yang akan memperlancar kegiatan tataniaga dari tingkat produsen sampai ke tingkat konsumen. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran terdiri dari tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang besar, agen penjualan, dan pengecer.

Menurut Soekartawi (1991), menjelaskan bahwa peranan lembaga tataniaga yang terdiri dari produsen, tengkulak, pedagang pengumpul, eksportir, importir menjadi sangat penting. Lembaga tataniaga ini khususnya bagi negara berkembang yang dicirikan dengan lemahnya pemasaran hasil pertanian akan menentukan mekanisme pasar.

Angipora (1999), salah satu faktor yang tidak boleh diabaikan dalam usahatani adalah memilih secara tepat saluran tataniaga (channel of marketing) yang akan

(38)

digunakan dalam rangka penyaluran barang/jasa dari produsen ke konsumen.

Fungsi dan peranan saluran tataniaga sebagai salah satu kegiatan pemasaran dalam menyalurkan barang dan jasa merupakan kegiatan yang sangat penting.

Kegiatan pemasaran yang berkaitan dengan produk, penetapan harga dan promosi, yang dilakukan belum dapat dikatakan sebagai usaha terpadu kalau tidak dilengkapi dengan kegiatan distribusi. Produk akan bermanfaat dan menjadikan pembeli setia pada produk tersebut jika setiap produk yang dibutuhkan, pembeli dapat memperolehnya dengan mudah. Oleh karena itu, diperlukan saluran tataniaga untuk menyalurkan produk ke tempat yang dapat dijangkau oleh konsumen.

Glend (1982), mendefinisikan saluran tataniaga sebagai kelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu. Fungsi utama dari saluran tataniaga ialah menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Terdapat berbagai macam saluran tataniaga :

1. Produsen - Konsumen, bentuk saluran pemasaran ini merupakan yang paling pendek dan sederhana karena tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual produk langsung ke konsumen. Saluran biasa distribusi pemasaran langsung.

2. Produsen – Pengecer - Konsumen, dalam saluran ini produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang pengecer. Pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.

3. Produsen – Pedagang Besar – Pedagang Pengecer - Konsumen, saluran distribusi ini bayak digunakan yang dinamakan saluran distribusi tradisional.

(39)

23

Disini produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang besar saja, tidak kepada pedagang pengecer saja. Pembelian pengecer dilayani oleh pedagang besar dan pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.

4. Produsen – Agen - Pedagang Pengecer - Konsumen, dalam saluran ini produsen memilih agen sebagai penyalurnya. Ia menjalankan kegiatan perdagangan besar dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualnya ditujukan kepada pedagang pengecer besar.

5. Produsen – Agen - Pedagang Besar - Pedagang Pengecer - Konsuen, dalam saluran ini produsen menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya ke pedagang besar yang kemudian menjualnya ke toko kecil.

Menurut Sudiyono (2004), menjelaskan bahwa lembaga tataniaga adalah badan atau usaha atau individu yang menyelenggarakan tataniaga, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Tugas lembaga pemasaran adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginanan konsumen semaksimal mungkin. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Tengkulak, lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani.

2. Pedagang pengumpul, lembaga yang membeli komoditi dari tengkulak.

3. Pedagang besar, lembaga yang melakukan proses konsentrasi (pengumpulan) komoditi dari pedagang-pedagang pengumpul, melakukan distribusi ke agen penjualan atau pengecer.

(40)

4. Agen penjualan, lembaga yang membeli komoditi yang dimiliki pedagang dalam jumlah banyak dengan harga yang relatif murah dibanding pengecer.

5. Pengecer, lembaga yang berhadapan langsung dengan konsumen.

Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986), tataniaga adalah kegiatan yang bertalian dengan penambahan kegunaan. Kegunaan yang diciptakan oleh kegiatan tataniaga adalah :

1. Kegunaan tempat, bahwa barang-barang mempunyai kegunaan yang lebih besar karena perubahan tempat.

2. Kegunaan waktu, bahwa barang-barang mempunyai nilai yang lebih besar

setelah terjadi perubahan waktu. Kegunaan pemilikan, bahwa barang-barang mempunyai kegunaan yang lebih besar karena hak milik atas

barang.

2.5.3 Fungsi-Fungsi Tataniaga

Tataniaga merupakan suatu proses daripada pertukaran yang mencakup serangkaian kegiatan yang tertuju untuk memindahkan barang-barang atau jasajasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi. Kegiatan-kegiatan ini disebut fungsi tataniaga. Fungsi tataniaga ini bekerja melalui lembaga tataniaga atau struktur tataniaga (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).

Menurut Soekartawi (1989), lembaga pemasaran pada akhirnya melakukan kegiatan fungsi pemasaran yang meliputi kegiatan: pembelian, sorting atau grading (membedakan barang berdasarkan ukuran atau kualitasnya), penyimpanan, pengangkutan, dan processing (pengolahan). Masing-masing lembaga pemasaran, sesuai dengan kemampuan dimiliki, akan melakukan fungsi

(41)

25

pemasaran ini secara berbeda-beda. Karena perbedaan kegiatan (dan biaya) yang dilakukan, maka tidak semua kegiatan dalam fungsi kegiatan pemasaran dilakukan oleh lembaga pemasaran. Karena perbedaan inilah, maka biaya dan keuntungan pemasaran menjadi berbeda di tiap tingkat lembaga pemasaran.

Menurut Kohls dan Uhl (1990), fungsi tataniaga dikelompokkan menjadi tiga fungsi utama, yaitu :

1. Fungsi Pertukaran, meliputi :

a. Fungsi pembelian : sebagian besar adalah pencarian sumber persediaan bahan baku, perakitan produk, serta segala aktivitas yang berhubungan dengan pembelian.

b. Fungsi penjualan produk : segala sesuatu yang berhubungan dengan penjualan termasuk pengiklanan dan penciptaan terhadap permintaan produk.

2. Fungsi Fisik, meliputi :

a. Fungsi penyimpanan : fokus utama pada membuat kondisi barang tetap baik sampai waktu yang diinginkan.

b. Fungsi pengangkutan : fokus utama pada menjadikan barang berada pada tempat yang tepat.

c. Fungsi pengolahan produk : segala sesuatu yang berhubungan pada aktivitas manufaktur yang mengubah bahan mentah menjadi produk yang diinginkan.

d. Fungsi fasilitas : berperan dalam memudahkan terjadinya fungsi pertukaran dan pertukaran fisik.

(42)

e. Fungsi standarisasi : keseragaman dalam penentuan dan perawatan produk.

Ukuran termasuk dalam kuantitas dan kualitas.

3. Fungsi Pelancar, meliputi :

a. Fungsi permodalan : melibatkan penggunaan uang untuk melakukan berbagai aspek dalam tataniaga.

b. Fungsi penanggung resiko : penerimaan kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam pemasaran produk.

c. Fungsi informasi pasar : pekerjaan dalam mengumpulkan menginterpretasikan, dan memilah variasi data penting dalam pelaksanaan produk pemasaran.

2.5.4 Biaya Tataniaga

Biaya tataniaga terjadi sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsi-fungsi tataniaga. Biaya tataniaga menjadi bagian tambahan harga pada barang-barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Komponen biaya tataniaga petani terdiri dari semua jenis pengeluaran yag dikorbankan oleh setiap perantara dan lembaga tataniaga yang berperan secara langsung dan tidak langsung dalam proses perpindahan barang, dan keuntungan yang diambil oleh perantara atas jasa modalnya (Gultom, 1996).

Menurut Daniel (2002), menyatakan bahwa besarnya biaya tataniaga berbeda satu sama lain, tergantung pada :

1. Macam komoditas yang dipasarkan komoditas yang bobotnya besar, tetapi nilainya kecil sehingga membutuhkan biaya tataniaga yang besar.

2. Lokasi/ daerah produsen bila lokasi produsen jauh dari pasar atau lokasi konsumen, maka biaya transportasi menjadi besar pula.

(43)

27

3. Macam dan peranan lembaga tataniaga semakin banyak lembaga niaga yang terlibat dan semakin panjang rantai tataniaga, maka semakin besar biaya tataniaganya.

Biaya tataniaga suatu produk biasanya biasanya diukur secara kasar dengan price spread dan share margin. Price spread menyatakan perbedaan dua tingkat

harga dan menunjukkan jumlah yang diperlukan untuk menutupi biaya barang-

barang didua tingkat pasar, misalnya pasar lokal dan grosir atau grosir dan eceran (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).

2.5.5 Efisiensi Tataniaga

Efisiensi tataniaga merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam suatu sistem pemasaran. Efisiensi tataniaga dapat terjadi jika sistem tersebut dapat memberikan kepuasan kepada pihak-pihak yang terlibat, yaitu produsen konsumen akhir, dan lembaga-lembaga pemasaran. Menurut Mubyarto (1989), syarat-syarat tataniaga yang efisien adalah : (1) mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani atau produsen kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan (2) mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut.

Menurut Soekartawi (2002), efisiensi pemasaran yang efisien adalah jika biaya pemasaran lebih rendah daripada nilai produk yang dipasarkan, maka semakin efisien melaksanakan pemasaran. Adapun kriteria efisiensi tataniaga adalah sebagai berikut :

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran  Keterangan :
Gambar  5.1     Pola  Saluran  Tataniaga  Jambu  Biji  Di  Desa  Tanjung  Anom  Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang
Tabel  5.1  Fungsi-Fungsi  Tataniaga  Yang  Dilakukan  Oleh  Masing-Masing  Lembaga  Tataniaga Jambu Biji Di Daerah Penelitian
Tabel Penjualan Komoditi Jambu Biji  Jumlah produksi  :  Kg  No  Tanggal  Penjualan  Jumlah  Penjualan  (Kg)  Harga Jual (Rp)  Pembeli  Tempat  Penjualan  Keterangan Biaya (*)  Total
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Peer Education Terhadap Sikap Manajemen Higiene Menstruasi Pada Santriwati Remaja Awal di Pondok Pesantren Al-Qodiri Kabupaten Jember; Rizka Indana

permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan terkait dengan tidak berjalannya suatu fungsi dengan baik dan kepala administrasi bertugas memeriksa kelengkapan dokumen

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Semua Faktor-faktor yang diteliti pada penelitian ini memiliki hubungan yang gignifikan terhadap gizi lebih pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kepenuhan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji (1) manakah yang menghasilkan prestasi belajar lebih baik antara pembelajaran matematika dengan menggunakan model PBL atau dengan

The collected of the data in this research is the comparative between the students’ competence in reading comprehension by using Grammar Translation and Direct

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “Penambahan Kayu Manis ( Cinnamomum Burmanii) sebagai Sumber Antioksidan : Pengaruhnya terhadap Karakteristik