• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

H. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

1. Definisi dan Instrumentasi

Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut

dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) merupakan

teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian

senyawa tertentu dalam suatu sampel. KCKT merupakan metode yang

tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kuantitatif

maupun kualitatif (Ganjar dan Rohman, 2007).

Pada sistem KCKT sampel akan dibawa masuk ke dalam kolom

oleh fase gerak. Proses pemisahan komponen dalam sampel terjadi karena

adanya interaksi yang berbeda antara komponen dalam sampel dengan fase

gerak dan fase diam yang berada di dalam kolom (Harvey, 2000).

Instrumentasi KCKT pada dasarnya terdiri atas delapan komponen

pokok yaitu: wadah fase gerak, sistem penghantaran fase gerak (pompa),

alat untuk memasukkan sampel (tempat injeksi), kolom, detektor, wadah

penampung buangan fase gerak, tabung penghubung, dan suatu komputer

Gambar 6. Diagram Skematik Alat KCKT (Ahuja dan Dong, 2005).

a. Wadah Fase Gerak dan Fase Gerak

Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut

kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase

gerak. Larutan fase gerak atau eluent biasanya terdiri atas campuran

pelarut yang dapat bercampur dan secara keseluruhan berperan dalam

daya elusi dan resolusi. Polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase

diam, dan sifat komponen-komponen sampel menentukan daya elusi

dan resolusi. Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik (komposisi

fase gerak tetap selama elusi) atau dengan cara bergradien (komposisi

fase gerak berubah-ubah selama elusi). Elusi bergradien digunakan

untuk meningkatkan resolusi campuran yang kompleks terutama jika

sampel memiliki kisaran polaritas yang lebar. Fase gerak sebelum

digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari

partikel-partikel kecil. Fase gerak juga harus diultrasonikasi (penghilangan

terutama di pompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis.

Pada saat menyiapkan pelarut untuk fase gerak sangat dianjurkan

menggunakan pelarut, bufer, dan reagen dengan kemurnian yang

sangat tinggi. Adanya pengotor dalam fase gerak dapat menyebabkan

gangguan pada sistem kromatografi (Gandjar dan Rohman, 2007).

b. Pompa

Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa yang

mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut, yaitu: pompa

harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum digunakan untuk

pompa adalah gelas, baja tahan karat, teflon, dan batu nilam. Pompa

yang digunakan seharusnya mampu memberikan tekanan sampai 5000

psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3

mL/menit. Untuk tujuan preparatif, pompa yang digunakan harus

mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 20 mL/menit.

Tujuan penggunaan pompa adalah unuk menjamin proses

penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, reprodusibel,

konstan, dan bebas dari gangguan. Ada 2 jenis pompa dalam KCKT

yaitu: pompa dengan tekanan konstan, dan pompa dengan aliran fase

gerak yang konstan (Gandjar dan Rohman, 2007).

c. Tempat Penyuntikan Sampel

Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke

dalam fase gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom

katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop)

internal atau eksternal. Pada saat penyuntikkan, katup diputar sehingga

fase gerak mengalir melewati keluk sampel dan mengalir sampai ke

kolom. Kelebihan penyuntikan sampel akan dikeluarkan ke pembuang

(Gandjar dan Rohman, 2007).

d. Kolom

Kolom pada KCKT berbentuk tabung silinder berisi partikel silika

yang ukurannya 1,5-5 µm. Pori-pori pada silika dilapisi oleh fase diam

yang berikatan dengan partikel-patikel silika. Fase diam yang biasa

digunakan adalah C18 (oktadesilsilan), C8 (oktilsilan), dan C4

(butilsilan). Pada dasarnya pori-pori pada silika adalah ruang yang ada

diantara partikel-partikel silika yang beragregasi (Snyder dkk., 2010).

Pada kolom KCKT terjadi proses pemisahan antar komponen

dalam sampel. Pemisahan terjadi berdasarkan interaksi yang terjadi

antara komponen dalam sampel dengan fase gerak dan fase diam. Pada

sistem KCKT fase terbalik, fase diam yang digunakan bersifat lebih

nonpolar dari fase gerak yang digunakan. Komponen dalam sampel

yang bersifat polar akan terelusi lebih dahulu dari kolom KCKT,

sedangkan komponen dalam sampel yang bersifat nonpolar akan

terelusi lebih lambat dari kolom KCKT. Hal ini disebabkan karena

interaksi antara komponen polar dalam sampel dengan fase diam

lemah sehingga lebih terbawa fase gerak dan interaksi antara

komponen nonpolar dalam sampel dengan fase diam lebih kuat

sehingga lebih sukar terbawa fase gerak (Snyder dkk., 2010).

e. Fase Diam

Fase diam yang banyak digunakan pada KCKT adalah silika yang

dimodifikasi secara kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi, atau

polimer-polimer stiren dan divinil benzen. Permukaan silika adalah

polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanol (Si-OH).

Silika dapat dimodifikasi secara kimiawi dengan menggunakan reagen

seperti klorosilan. Gugus silanol akan bereaksi dengan klorosilan dan

mengganti gugus silanol dengan gugus fungsional. Hasil modifikasi

tersebut adalah silika fase terikat yang stabil terhadap hidrolisis, karena

adanya ikatan siloksan (Si-O-Si).

Interaksi antara silika dengan fase diam stabil pada pH diatas 2. R

merupakan gugus metil yang terikat, banyakanya gugus metil yang

terikat akan menentukan sifat kepolaran. Fase diam bersifat polar

apabila gugus metil yang terikat pendek dan bersifat semakin non polar

apabila gugus metil yang terikat semakin panjang (Ahuja dan Dong,

2005).

Gambar 9. Interaksi Silika dengan Fase Diam (Ahuja dan Dong, 2005).

Oktadesilsilan (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling

dengan kepolaran rendah, sedang, dan tinggi. Oktil atau rantai alkil

yang lebih pendek lagi lebih sesuai untuk solut polar (Gandjar dan

Rohman, 2007).

f. Detektor

Detektor KCKT yang ideal memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Memiliki respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel

2. Memiliki sensitivitas yang tinggi, mampu mendeteksi solut

pada kadar yang sangat kecil

3. Stabil pada pengoperasiannya

4. Memiliki sel volume yang kecil sehingga mampu

meminimalkan pelebaran pita.

5. Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi

solut pada kisaran yang luas (kisaran dinamis linier)

6. Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase

gerak (Gandjar dan Rohman, 2007).

Pada KCKT ada dua jenis detektor, yaitu:

1. Detektor Pemisahan

Teknik pengukuran ini menggunakan detektor universal

yang dapat mendeteksi banyak komponen. Detektor akan

mengukur setiap komponen yang terbawa oleh fase gerak.

Salah satu detektor pemisahan adalah detektor indek bias.

Keunggulan detektor pemisahan adalah dapat mendeteksi

kolom akan terdeteksi sehingga menjadi kurang

selektif(Rohman, 2009).

2. Detektor Spesifik sampel

Teknik pengukuran ini didasarkan pada karakter sampel

yang unik. Detektor akan mendeteksi keunikan dari karakter

sampel, contohnya pengukuran komponen sampel yang

mengabsorpsi sinar uv panjang gelombang spesifik(Snyder

dkk., 2010).

Dokumen terkait