QASAM DALAM AL-QUR’AN }
B. Definisi dan Model Qosam
Aqsam adalah bentuk jamak dari qasam yang berarti al-hilf dan al-yamin, yakni sumpah. Shighat asli qasam ialah fi‟il atau kata kerja “aqsama” atau “ahlafa” yang di-muta‟adi (transitif)-kan dengan “ba” menjadi muqsam bih (sesuatu yang digunkan untuk bersumpah), kemudian muqsam alaih, yang dinamakan dengan jawab qasam. Misalnya firman Allah,
“Mereka bersumpah dengan nama Allah, dengan sumpah yang sungguh-sungguh, bahwasannya Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati.”
(An-Nahl: 35)
Oleh karena qasam itu sering dipergunakan dalam percakapan maka ia ringkas, yaitu fi‟il
qasam dihilangkan dan dicukupkan dengan “ba.”
Kemudian “ba”pun diganti dengan “wawu” pada isim zhahir, seperti,
(1).
“Demi malam, bila menutupi (cahaya siang).” (Al-Lail: 1)
“Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu.”
Dan dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia”: sumpah diartikan sebagai: Pernya-taan yang diucapkan secara resmi dengan saksi kepada Tuhan atau kepada sesuatu yang dianggap suci (untuk menguatkan kebenaran dan kesungguhannya dan sebagainya). Pernyataan yang disertai tekat melakukan sesuatu untuk menguatkan kebenaran atau berani menderita sesuatu kalau pernyataan itu tidak benar. Janji atau ikrar yang teguh (akan menunaikan sesuatu).
Sedangkan menurut Louis Ma‟luf, dalam konteks bangsa arab, sumpah yang diucapkan oleh orang Arab itu biasanya menggunakan nama Allah atau selain-Nya. Pada intinya sumpah itu menggunakan sesuatu yang diagungkan seperti nama Tuhan atau sesuatu yang disucikan.
Akan tetapi, bangsa Arab pra-Islam yang dikenal sebagai masyarakat yang menyembah berhala (paganism). Mereka menyebutkan atau mengatakan sumpah dengan atas nama tuhannya dengan sebutan Allah, seperti dalam yang tersurat dalam al-Qur‟an surat Al-Ankabuut ayat 61 yang berbunyi:
”Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang
Qasam dalam Al-Qur’an
menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” tentu mereka akan menjawab: “Allah”, Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)”.
(QS. Al-Ankabuut: 61)
Dhamir (kata ganti) dalam surat Al-Ankabut ayat 63 tersebut, seperti dikutip Toshihiko Izutsu berarti “the pagan Arabs”. Izutsu berpendapat ada lima konsep Allah menurut bangsa Arab pra-Islam seperti yang disebut oleh al-Qur‟an yaitu:
Allah adalah pencipta dunia; Allah adalah pencipta hujan, lebih umum lagi Dia-lah yang menciptakan kehidupan di permukaan bumi; Allah satu-satunya yang berhak disebut dalam sumpah; Allah adalah obyek monoteisme “sementara”; Allah adalah Tuhannya Kabah (Lord of Ka‟bah).
Qasam dibagi menjadi dua yaitu:
1. Zhahir, ialah sumpah yang didalamnya disebut Fi‟il qasam dan muqsam bihi. Dan diantaranya ada yang dihilangkan Fi‟il
qasamnya, sebagaimana pada umumnya,
“ba”, “wawu” dan “ta”. Dan ada juga yang didahului „la nafy” seperti:
“Tidak sekali-kali, Aku bersumpah dengan hari kiamat. Dan tidak sekali-kali , Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)” (Al-Qiyamah:1-2)
2. Mudhmar, yaitu yang didalamnya tidak dijelaskan Fi‟il qasam dan tidak pula muqsam bih, tetepi ia ditunjukkan oleh lam taukid yang masuk dalam jawab qasam, seperti firman Allah:
“Kamu sunguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu” (Ali Imran:186).
Sedangkan huruf-huruf yang berfungsi sebagai perangkat sumpah atau untuk membentuk lafal sumpah ada 3 macam yaitu: 1. Wawu ( )
Seperti firman Allah dalam surat Adz-Dzariyaat ayat 23 yang berbunyi:
”Maka demi Tuhan langit dan bumi, Sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan”.
(QS. Adz-Dzariyaat: 23).
Dengan masuknya huruf wawu – sebagai huruf qasam – maka ‟amil (pelaku)nya
Qasam dalam Al-Qur’an
wajib dihapuskan. Dan setelah wawu harus diikuti dengan isim dlahir.
2. Ba’ ( )
Seperti dalam firman Allah dalam surat A-Qiyaamah ayat 1 yang berbunyi:
Artinya:”Aku bersumpah demi hari kiamat”. (QS. Al-Qiyaamah: 1)
Maka dengan masuknya huruf Ba‟ ini boleh disebutkan ‟amil-nya sebagaimana contoh di atas, dan boleh juga menghapusnya, sebagaimana firman Allah dalam surat Shaad ayat 82 tentang Iblis yang bersumpah untuk menyesatkan manusia:
Artinya:”Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau Aku akan menyesatkan mereka semuanya. (QS. Shaad: 82).
Setelah huruf Ba‟ boleh diikuti isim dlahir sebagaimana telah dicontohkan di atas, dan boleh juga diikuti oleh isim dlamir.
3. Ta’ ( )
Seperti dalam firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 56:
Artinya: ”Dan mereka sediakan untuk berhala-berhala yang mereka tiada mengetahui (kekuasaannya), satu bahagian dari rezki yang Telah kami berikan kepada mereka. demi Allah, Sesungguhnya kamu
akan ditanyai tentang apa yang Telah kamu ada-adakan”. (QS. An-Nahl: 56).
Dengan masuknya huruf Ta‟ ini, ‟amil (pelaku)-nya harus dihapuskan dan tidak bisa diikuti sesudahnya kecuali isim jalalah (nama Allah), yaitu atau .
Pada dasarnya, kebanyakan al-muqsam bih (sesuatu yang dijadikan dasar atau landasan sumpah) itu disebutkan, sebagaimana pada contoh-contoh terdahulu. Dan kadang-kadang dihapus dengan „amil (pelaku)-nya. Bentuk yang seperti ini banyak sekali, misalnya firman Allah dalam Al-Qur‟an surat At-Takaatsur ayat 8 yang berbunyi:
”Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”.
(QS. At-Takaastur: 8)
Pada dasarnya, kebanyakan al-muqsam „alaih (sesuatu yang disumpahkan) disebutkan. Seperti dalam firman Allah :
”Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: “Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, Kemudian akan diberitakan
Qasam dalam Al-Qur’an
kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.” yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (QS. At-Taghaabun : 7)
Dan kadang-kadang boleh dihapus, seperti dalam firman Allah ta‟ala :
”Qaaf, demi Al Quran yang sangat mulia”. (QS. Qaaf : 1).
Selain dari unsur-unsur dan redaksi sumpah tersebut di atas, yang paling fundamental adalah rukun sumpah yang merupakan unsur-unsur sumpah muncul. Nashruddin Baidan mengungkapkan bahwa rukun sumpah ada 4, yaitu:
1. Muqsim (pelaku sumpah).
2. Muqsam Bih (sesuatu yang dipakai sumpah). 3. Adat Qasam (alat untuk bersumpah).
4. Muqsam “Alaih (berita yang dijadikan isi sumpah atau disebut juga dengan jawab sumpah).
Qasam dan yamin mempunyai makna yang
sama. Qasam didefinisikan sebagai “mengikat jiwa (hati) agar tidak melakukan atau melakukan sesuatu, dengan “suatu makna” yang dipandang besar, agung, baik secara hakiki maupun secara i‟tiqadi, oleh orang yang bersumpah itu. Sumpah dinamakan juga dengan yamin (tangan kanan),
karena orang Arab ketika sedang bersumpah memegang tangan kanan orang yang diajak bersumpah.