• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Locus of control

1. Definisi locus of control

Konsep locus of control pertama kali dikemukan oleh Julian Rotter sebagai konsep yang memberikan gambaran tentang keyakinan seseorang mengenai sumber penentu pribadinya (Phares, 1978). Selanjutnya locus of controldibagi 2 dengan istilah locus of control internal dan locus of control

eksternal. Locus of control internal adalah persepsi individu terhadap sebuah peristiwa sebagai hasil dari perilakunya, atau bagian dari karakteristiknya yang bersifat relatif permanen. Sebaliknya, locus of control eksternal adalah persepsi individu terhadap suatu peristiwa sebagai hasil dari keberuntungan, kebetulan, takdir, sesuatu yang dikendalikan oleh kekuasaan di luar dirinya, atau sebagai sesuatu yang tidak dapat diprediksi karena kompleksitas hebat dari daya di sekitarnya ( Rotter dalam Phares, 1978).

Novick, Cauce dan Grove (Bracken, 1996) mengatakan bahwa locus of control adalah bagian dari sistem kognitif individu dalam hal atribusi.

Locus of controladalah atribusi yang diberikan individu terhadap hal-hal yang mengendalikan hidupnya. Atribusi tersebut berkenaan dengan persepsi individu tentang arah pengendali peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.

Semakin keluar arah pengendali yang ia rasakan, semakin eksternal locus of control-nya. Sebaliknya semakin ke dalam arah pengendali yang individu percayai, semakin internal locus of control individu tersebut.

Locus of control adalah sebuah kontinum dimana individu dapat ditempatkan pada sepanjang kontinum tersebut. Jarang seorang individu sepenuhnya bersandar pada salah satu ujung kontinum locus of control

tertentu. Umumnya kedua locus tersebut dimiliki dan digunakan dalam proporsi yang berbeda oleh tiap individu (Phares, 1978). Meski demikian, kebanyakan individu cenderung bersandar pada salah satu ujung kontinum, dimana salah satu locus akan lebih cenderung untuk dipergunakan individu dalam mempersepsi peristiwa-peristiwa dalam hidupnya (Hamacheck, 1987).

Rotter menjelaskan konsep locus of control atas dasar teori belajar sosial menggunakan tiga aspek utama yaitu behaviour potential, expectancy

dan reinforcement value (McMillan, 1980). Selanjut McMillan (1980) menjelaskan hubungan ketiga aspek tersebut sebagai berikut: perilaku individu tergantung pada harapan-harapan dimana suatu tingkah laku akan memberikan penguatan, dan nilai penguatan tersebut akan dapat memuaskan kebutuhan individu. Selanjutnya jika individu berhasil memperoleh penguatan yang diharapkan, maka individu cenderung meyakini bahwa penguatan yang diperolehnya berasal dari perilakunya sendiri, sedangkan jika gagal

mendapatkan penguatan yang diharapkan maka ia cenderung meyakini bahwa penguatan tersebut diperoleh bukan dari dirinya.

Dengan demikian, dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa locus of control merupakan persepsi individu atas letak kendali peristiwa dalam hidupnya, faktor-faktor yang mengatur hasil dari usahanya, baik faktor yang bisa dikendalikan oleh dirinya (locus of control internal) atau faktor yang diluar kendalinya (locus of controleksternal).

2. Penggolongan individu berdasarkanlocus of control

Perbedaan locus of control dalam diri individu akan menentukan kecenderungan locus of control yang lebih dominan pada diri individu. Kecenderungan locus of control internal akan ditunjukkan apabila individu merasa bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya terjadi akibat dari tingkah lakunya, sedangkan kecenderungan locus of control eksternal akan ditunjukkan apabila individu merasa tidak ada hubungan antara usaha yang dilakukan dengan akibat-akibat yang diterima oleh individu tersebut.

Untuk mengungkap kecenderungan locus of control individu, Rotter menggunakan suatu ukuran diagnostik yang yang disebut internal-external locus of control scale atau yang sering disebut skala I-E. Skala ini bertujuan untuk mengukur seberapa jauh seseorang berpendapat bahwa perilakunya itu dikendalikan oleh nasib, kekuatan gaib, atau struktur kekuasaan tertentu

(locus of control eksternal) dibandingkan dengan pendapatnya bahwa perilakunya dikendalikan oleh minat, kemauan atau pilihan bebasnya (locus of controlinternal). Selanjutnya, skala ini dikembangkan oleh Levenson menjadi

IPC locus of control scalepada tahun 1972 dimana Levenson membagi pusat pengendali keyakinan individu atas kendali hidupnya kedalam tiga faktor yaitu : 1) faktor internal, yaitu individu merasa peristiwa dalam hidupnya terjadi karena dikendalikan oleh kemampuan individu tersebut, 2) faktor

chance, yaitu individu merasa bahwa kejadian dalam hidupnya dikendalikan oleh nasib, peluang dan keberuntungan, 3) faktor powerful-others, yaitu individu merasa bahwa kejadian dalam hidupnya ditentukan oleh orang lain yang lebih berkuasa. Dalam skala ini, faktorinternalmengacu kepadalocus of control internal sedangkan faktor chance dan powerful-others mengacu kepadalocus of controleksternal (Robinson & Shaver, 1974).

Berdasarkan penjelasan diatas, secara ringkas dapat dikatakan bahwa individu yang didominasi oleh locus of control internal disebut individu dengan locus of control internal dan individu yang didominasi oleh locus of controleksternal disebut individu denganlocus of controleksternal.

3. Pengaruh perbedaan orientasilocus of controlpada individu

Adanya perbedaan orientasilocus of controlpada setiap individu dapat menimbulkan perbedaan sikap, sifat maupun tingkah lakunya, dimana pada

akhirnya akan membawa implikasi pada perbedaan dalam efesiensi dan efektivitas tingkah laku (Findley dan Cooper dalam Baron and Byrne, 1978). Hal serupa juga diungkapkan oleh Phares (1978) dan Kleinke (1978) yang menyatakan perbedaan orientasi locus of control ternyata membawa banyak perbedaan dalam aspek hidup individu, yaitu:

a. Sikap terhadap lingkungan

Individu yang memiliki kecenderungan locus of control internal menganalisa situasi dengan lebih terarah dan waspada dibandingkan dengan individu dengan locus of control eksternal. Individu denganlocus of control internal lebih aktif mencari, memperoleh dan menggunakan dan mengolah informasi yang relevan dalam rangka memanipulasi dan mengendalikan lingkungan (Phares, 1978)

b. Pengaruh konformitas dan perubahan sikap.

Individu dengan kecenderungan locus of control internal lebih mampu bertahan terhadap pengaruh dan tekanan dari lingkungan, sedangkan individu dengan kecenderunganlocus of controleksternal lebih siap sedia untuk menerima pengaruh, mengikuti lingkungan sosial dan menerima informasi dari orang lain sehinggga individu dengan kecenderunganlocus of control eksternal lebih menunjukkan konformitas dan kemudahan dalam mengubah sikap (Phares, 1978). Individu dengan

mengabaikan kekuatan-kekuatan dari luar yang mencoba mengambil alih kendali hidupnya. Sebaliknya individu dengan locus of control eksternal mempercayai bahwa hal-hal diluar dirinyalah yang mengendalikan hidupnya sehingga ia lebih mudah menerima pengaruh dan kendali dari luar tersebut (Kleinke, 1978).

c. Perilaku menolong dan atribusi tanggungjawab.

Individu dengan kecenderungan locus of control internal lebih sering menunjukkan perilaku menolong daripada individu dengan

kecenderungan locus of controleksternal (Phares, 1978). Individu dengan

locus of control internal juga cenderung memberi atribusi tanggungjawab internal terhadap orang lain. Individu yang merasa bahwa setiap orang bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri pada umumnya tidak begitu terdorong untuk melibatkan diri dalam kesulitan yang dialami orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku menolong lebih disebabkan oleh kepercayaan individu bahwa ia mampu memberikan pertolongan dan bukan karena rasa belas kasihan.

d. Pencapaian prestasi

Menurut Kleinke (1978) tingginya prestasi yang dicapai oleh individu dengan kecenderunganlocus of control internal merupakan hasil dari kemampuannya untuk menunda menikmati penghargaan atas

hasil-hasil usahanya serta mengurangi reaksi negatif yang cenderung muncul pada saat individu mengalami kegagalan.

e. Penyesuaian diri, kecemasan dan psikopatologi

Individu dengan kecenderungan locus of control internal akan lebih mampu menyesuaikan diri daripada individu dengan kecenderungan eksternal karena individu dengan locus of control internal lebih mengandalkan diri sendiri, aktif dan memiliki kecenderungan berjuang yang tinggi, dimana hal ini membawanya pada keberhasilan dalam penyesuaian diri. Sementara itu, individu dengan kecenderungan locus of control eksternal mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri karena memandang penolakan-penolakan dan kecemasan akan kegagalan sebagai akibat dari kurangnya kemampuan dan kesempatan yang mereka miliki untuk mengendalikan situasi (Kleinke, 1978).

Ditambahkan oleh Folkman dan Lazarus (1984), bahwa coping

pada hakekatnya adalah usaha penyesuaian diri. Individu dengan kecenderungan locus of control internal cenderung lebih berhasil dalam mengatasi masalah dan melakukan penyesuaian diri karena mampu melakukan coping yang lebih adaptif terhadap stress. Sementara itu individu dengan kecenderunganlocus of controleksternal cenderung lebih sulit dalam mengatasi masalah dan melakukan penyesuaian diri karena kurang mampu melakukancopingyang lebih adaptif terhadapstress.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembanganlocus of control

Phares (1978) menyatakan bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi individu menentukan kecenderungan orientasi locus of control yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Keluarga

Orang tua yang menunjukkan dukungan yang hangat, positif dan membimbing akan menghasilkan anak yang mengembangkan locus of control internal. Hal-hal ini akan membangun kepercayan diri, penghargaan diri serta kemandirian anak. Sementara orang tua yang cenderung menghukum, penuh penolakan dan mendikte anak akan mendorong anak untuk mengembangkanlocus of controlinternal.

Pemberian reinforcement yang tepat oleh orangtua terhadap perilaku juga akan mendorong anak mengembangkan locus of control

internal. Sebaliknya, apabila tingkah laku anak tidak mendapatkan

reinforcement yang tepat, anak akan merasa bahwa tindakannya adalah sia-sia dan merasa dirinya tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan hasil atas perilakunya. Hal ini akan mendorong anak mengembangkanlocus of controleksternal.

b. Faktor sosial ekonomi

Phares (1978) mengatakan semakin rendah status sosial ekonomi individu maka semakin eksternal locus of control-nya. Hal ini terjadi

karena individu dari kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah hanya memiliki sedikit akses pada kekuasaan dan pergerakan sosial ekonomi sehingga mereka cenderung tidak punya banyak pilihan selain pasrah menerima apa yang telah disediakan oleh sistem. Pengalaman yang kontinyu atas hal tersebut akan mendorong berkembangnya locus of control eksternal karena individu merasa bahwa faktor-faktor eksternal yang lebih berkuasa untuk menentukan hidupnya daripada dirinya sendiri.

Dokumen terkait