• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Definisi Minat dan Membaca

1.2 Definisi Membaca

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer membaca diartikan sebagai

aktivasi melihat isi sesuatu yang tertulis dengan teliti serta memahaminya baik

dengan melisankan atau hanya dihati.24

23

Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarata : Gramedia Pustaka Utama,1991)

24

Peter Salim dan Salim Yani, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer(Jakarta: Modern English, 1991), h.9

Kegiatan melihat dan memahami isi dari apa yang tertulis mempunyai

bermacam tujuan, namun apapun tujuan seseorang membaca, satu hal yang harus

diingat adalah membaca itu penting, membaca membuat kita mengetahui suatu hal

yang sebelumnya tidak kita ketahui. Membaca juga akan memperluas wawasan

dan pengetahuan kita akan suatu hal yang sudah kita ketahui, dengan kata lain

membaca merupakan salah satu proses belajar.

Membaca artinya adalah melihat isi sesuatu yang tertulis dengan teliti,

serta memahaminya ( dengan melisankan atau dalam hati ). Membaca hakikatnya

adalah perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerjasama beberapa ketrampilan

yaitu, mengamati, memahami dan memikirkannya.

Tarigan mengutip pendapat Sujaya tentang definisi membaca: membaca

adalah suatu proses penafsiran dan pemberian makna terhadap lambang oleh

seseorang (pembaca) dalam usaha memperoleh pesan yang disampaikan penulis

melaui kata-kata yang berupa tulisan, jadi membaca berhubungan dengan proses

penyandian25.

Membaca adalah suatu proses pengenalan lambang atau simbol, dalam hal

ini adalah huruf-huruf yang disusun secara sistematis sehingga mempunyai makna

membaca merupakan suatu metode dalam berkomunikasi antara pengarang dan

pembaca untuk mencapai pengertian yang sama mengenai suatu pesan.

Membaca merupakan kegiatan individu yang menggunakan pengamatan

untuk menangkap rangsangan bacaan berupa simbolisasi dari suatu pengertian.

Oleh sebab itu membaca pada prinsipnya merupakan proses komunikasi idea dari

25

suatu pengarang kepada pembaca melaui simbol-simbol yang dipahami bersama

berupa bahasa. Jelas bahwa seberapa jauh intensitas proses komunikasi idea dapat

diperoleh banyak bergantung pada seberapa jauh pembaca dapat memahami

masalah pengarang26. Membaca merupakan usaha untuk mengetahui sesuatu yang

diketahui yang tersimpan dalam suatu sarana bacaan. Banyak ahli yang telah

menulis mengenai hal membaca.

Menurut Gray dan Rogers dikatakan bahwa dengan membaca seseorang

akan banyak mendapat keuntungan antara lain: mengetahui yang actual, up to

date, mengetahui lingkungan, dapat memuaskan pribadi-pribadi memenuhi

tuntutan praktis dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan minat terhadap

sesuatu lebih lanjut memuaskan tuntutan intelektual, memuaskan tuntutan

spiritual, dan lain-lain.

Kegiatan membaca tidak otomatis terhenti ketika seseorang telah

menyelesaikan tingkat pendidikan formalnya, karena belajar sesungguhnya

berlangsung seumur hidup. Keadaan ini dalam dunia pendidikan dikenal sebagai

proses “ pendidikan seumur hidup “ atau long life education. Konsep ini

mengandung pengertian bahwa setelah seseorang menyelesaikan jenjang

formalnya, bukan berarti ia berhenti belajar, ia harus menungkatkan, menambah

dan memperdalam ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh ditingkat pendidikan

formal, serta selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikannya, dan

satu-satunya cara untuk mencapai hal ini adalah dengan membaca terus membaca

dan selalu membaca.

26

Mulyadi Ahmad Nurhadi, “Pembianaan Minat Baca dan Promosi Perpustkaan “ Berita Perpustakaan Sekolah I 1978, hal 19-24

Tujuan dan Manfaat Membaca

Secara umum tujuan kegiatan membaca dapat digolongkan menjadi dua

yaitu tujuan praktis dan tujuan kultural. Tujuan praktis artinya tujuan membaca

untuk memperoleh hasil praktis seperti untuk lulus ujian, memahami sebuah

masalah, menambah pengertian akan berbagai hal mengetahui latar belakang

persoalan dan sebagainya. Tujuan kultural artinya tujuan membaca yang sekedar

untuk rekreasi rohani belaka atau sebagai hiburan27.

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran formal adalah suatu keharusan

bagi siswa untuk membaca. Menurut Emerly, membaca merupakan kunci bagi

keberhasilan siswa dalam studinya. Pentingnya membaca dalam kegiatan belajar

semakin tinggi.28 Tentang hal ini Zen menyatakan bahwa semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin tinggi tingkat ketergantunagn pada guru, sebaliknya

semakin tinggi tingkat pendidikan semakin rendah tingkat ketergantungan kepada

pendidik. Peran guru TK dan SD jauh lebih besar dibandingkan dengan para

dosen di tingkat Perguruan Tinggi. Di Perguruan Tinggi dosen diharapkan sebagai

pembimbing Mahasiswa dalam menggali ilmu pengetahuan. Tingkat keberhasilan

Mahasiswa lebih banyak tergantung kepada interaksi antara Mahasiswa dengan

sumber belajar29.

27

Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991)

28

Donald Emeryl, “ Nead to Read “ School Libraries, no I, 25-30

29

Zulfikar Zen, “Peranan pustakawan bagi civitas akademika dan penelitian khususnya dalam menunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi” Majalah IPI, 17 (1) 1995, 22-42

Ada beberapa cara yang biasa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan

minat baca sekaligus menjadikan siswa aktif, yaitu :30

1. Sering memberikan tugas yang membuat siswa harus mebaca atau

pergi ke Perpustakaan.

2. Buat jam pelajaran khusus membaca lalu ciptakan yang nyaman dan

menyenangkan.

3. Perkenalkan berbagai jenis literature dan cara mendapatkannya. Akan

lebiah baik bila literature tersebut tersedia di Perpustakaan, khusunya

Perpustakaan sekolah.

4. Adakan kegiatan book of the week dan minta siswa untuk memberi

laporan tentang isi buku tersebut dalam format yang mereka senangi

5. Sesuaikan bahan bacaan dengan tingkat usia siswa sekolah.

6. Jangan terlalu menekan siswa pada tahap awal dilaksanakannya

program untuk menumbuhkan minat baca.

7. Buatlah papan bulletin atau jurnal dengan tema tentang membaca.

Apapun tujuan seseorang membaca, satu hal yang harus diingat adalah

membaca itu penting, membaca membuat kita mengetahui suatu hal yang

sebelumnya tidak kita ketahui. Membaca juga akan memperluas wawasan dan

pengetahuan kita akan suatu hal yang sebelumnya sudah kita ketahui dengan kata

lain membaca merupakan salah satu proses belajar.

Tentang faedah membaca, Gray dan Rogers menyebutkan bahwa dengan

membaca seseorang dapat, antara lain :31

30

Artikel ini diakses melalui www. Broward,K12.f1.us/learnsource/readingresearch.htm, dan ditelusur pada 22 oktober 2001

1. Mengisi waktu luang

2. Mengetahui hal-hal aktual yang terjadi di lingkungannya

3. Memuaskan pribadi yang bersangkutan

4. Memenuhi tuntutan praktis kehidupan sehari-hai

5. Meningkatkan minat terhadap sesuatu lebih lanjut

6. Meningkatkan pengembangan diri rendiri

7. Memuaskan tuntutan intelektual

8. Memuaskan tuntutan spiritual dan lain-lain

Tuntutan agar manusia belajar terus sepanjang hayat juga tidak terlepas

dari usaha manusia agar mampu menghadapi tantangan dan mampu memecahkan

masalah yang timbul sebagai akibat perubahan kehidupan manusia dan

perkembangan masyarakat, guna mencapai kehidupan yang lebih baik.

G. Perpustakaan Sekolah dan Strategi Menumbuhkan Minat Membaca

Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana edukatif disekolah

yang langsung dibutuhkan untuk mempertinggi daya serap dan kemampuan

penalaran murid dalam proses pendidik serta membantu memperluas cakrawala

pengetahuan guru dalam kegiatan mengajar, sehingga perpustakaan sekolah bukan

semata hanya meningkatkan minat baca, lebih lanjut A.S Nasution mengatakan:

“Perpustakaan sekolah bukan lagi hanya sekedar melayani selera pelajar

untuk membaca buku-buku pelipurlara. Perpustakaan itu harus dapat membantu

para pelajar mengenai masalah otak, memperluas dan memperdalam pengetahuan,

31

Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan, "Membaca sebagai sesuatu ketrampilan berbahasa". (Bandung : Angkasa, ttn), hal 62-62

juga melahirkan kecekatan. Perpustakaan dapat membantu anak-anak dalam

aktivitasnya yang kulikuler maupun kokulikuler “.32

Maka bahwa koleksi perpustakaan sekolah harus mendukung kurikulum

sekolah. Baik tidaknya koleksi itu dapat dilihat dari segi relevan tidaknya koleksi

itu dengan daftar satuan pelajaran yang tertuang dalam kurikulum. Oleh karena itu

para pustakawan dan pembinaan sekolah seharusnya mengetahui hal-hal tersebut

diatas. Situasi kini yakni dengan kemajuan ilnu pengetahuan dan teknologi,

anak-anak harus disiapkan sedini mungkin melalui pemupukan minat baca yang sesuai

dengan kebutuhan anak, kemampuan anak dan dengan segala konsekuensinya.33

Faktor dasar timbulnya kebiasaan membaca pada kalangan siswa adalah

rasa ingin tahu, kemudian rasa ingin tahu itu harus dibimbing dan diwujudkan

dengan tingkah laku membaca. Apabila setiap orang dapat menyadari rasa ingin

tahunya sendiri, maka tidaklah sukar untuk membimbing dan melatih siswa yang

masih duduk dibangku sekolah, untuk meningkatkan kebiasaan membaca.

Namun keenggangan anak ke perpustakaan bisa juga karena koleksi yang

tersedia di perpustakaan kurang menarik bagi anak. Dan perlu disadari

bahwasannya kebiasaan membaca dikalangan remaja saat ini, khususnya pada

ilmu pengetahuan sangat kurang, mereka sangat suka pada buku-buku fiksi. Untuk

mengatasi hal itu kita harus lebih memperhatikan anak-anak yang masih duduk di

Sekolah Dasar. Kemudian guru pada Sekolah Lanjutan Atas harus lebih banyak

berperan, terutama dalam menerapkan CBSA sehingga mau tidak mau siswa akan

32

AS. Nasution, dkk Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Pusat Pembinaan Perpustakaan Depdikbud, 1984), h.2

33

melatih dirinya untuk memulai membiasakan membaca dan juga harus

diperkenalkan dengan perpustakaan.

Selain faktor pendorong seperti disebut diatas terdapat pula beberapa

faktor penghambat minat baca, secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Lingkungan yang tidak seirama atau searah, antara sekolah dengan

keluarga atau rumah tangga sehingga kurang memberikan motivasi atau

bimbingan pada anak.

2. Anak malas, hal ini tentu mempunyaimotif bermacam-macam dan ini

sukar diungkap.

3. Tugas yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau kesanggupan anak.

4. Terlalu banyak tugas dari guru.

5. Fasilitas yang kurang, kurangnya tenaga pustakawan,walaupun merupakan

tenaga yang non professional.

6. Pelayanan dari perpustakaan dan para pendidik yang kurang paedagogis,

psikologis dan sosiologis.

7. Kurangnya kerjasama antara guru dan pustakawan.

Sekolah dan perpustakaan dapat saling melengkapi dalam usaha

menumbuhkan minat baca. Bahwa perpustakaan merupakan institusi yang

berperan dalam mengembangkan minat dan kebiasaan membaca adalah suatu hal

yang wajar, melihat kenyataan bahwa perpustakaan adalah badan yang

berhubungan secara langsung denagn berbagai jenis bahan bacaan .

Gerakan minat membaca adalah suatu gerakan dan aktifitas seumur hidup,

walaupun keadaan sastra anak dan remaja jauh lebih banyak. Oleh karena itu

untuk gerakan minat baca ini, yang tentunya memerlukan dana, perlu dicarikan

dana secara swadaya. Lebih jauh Bunanta menyatakan bahwa secara berkala

koleksi buku pun harus ditambah. Ini bisa dilakukan dengan cara mengajarkan

anak meyisihkan uang sakunya untuk membeli buku atau orang tua bisa

memberikan hadiah buku pada saat-saat khusus seperti kenaikan kelas atau pada

hari-hari tertentu seperti hari ulang tahun dan hari besar keagamaan.

Perpustakaan sekolah selain mengoleksi buku-buku pelajaran juga hendaknya memuat buku-buku yang digemari peserta didik (remaja) masa kini, misalnya “Harry Potter”. Perpustakaan sekolah bisa juga mengoleksi buku komik, fiksi dan cerita rakyat yang bermuatan positif, menarik dan mendidik. Buku paket pelajaran tetap bisa menjadi koleksi perpustakaan sekolah. Akan lebih baik lagi kalau perpustakaan sekolah juga mengoleksi buku pendamping pelajaran. Jadi peserta didik mempunyai alternatif bahan bacaan buku pelajaran selain buku paket. Koleksi perpustakaan juga sebaiknya spesifik, yaitu buku yang dibutuhkan peserta didik untuk menunjang kegiatan belajar mengajar tetapi sulit diakses oleh peserta didik, baik itu karena harganya mahal atau terbatas.34

Jika koleksi buku sudah bertambah banyak, ada baiknya keluarga

menciptakan perpustakaan keluarga dimana dalam perpustakaan ini tersimpan

tidak saja kumpulan buku-buku koleksi pribadi anggota keluarga, tapi juga

menyimpan bahan-bahan seperti kaset cerita, brosur perjalanan tempat-tempat

bersejarah, majalah komik, peta bermacam-macam referensi dan berbagai sumber

informasi lainnya, tempatnya tidak harus besar sekali, tetapi memungkinkan

seluruh keluarga untuk bersantai bersama-sama membaca.35

Ada cara lain dimana seseorang tidak selalu harus membaca untuk

mendapatkan informasi, yaitu dengan memanfaatkan media elektronik seperti TV

34

Wahyudiati.”Optimalisasi Perpustakaan Sekolah Untuk Menumbuhkan Minat Baca”. Artikel ini diakses tanggal 28 Juli 2009 melalui situs

http://pustaka.uns.ac.id/?opt=1001&menu=news&option=detail&nid=1312

35

dan radio. Televisi dan radio umumnya memberikan informasi sekilas tentang

suatu hal yang sifatnya mutakhir dan hal ini merupakan kelebihan dari kedua

media tersebut, namun hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk meninggikan

sumber-sumber tercetak, karena bahan-bahan tercetak seperti Koran, majalah dan

lain-lain, selain mampu menyajikan informasi aktual, pemberitaannya juga

mencakup wawasan yang lebih berkembang, komprehensif dan lebih mendalam

karena bahan-bahan tercetak pada umumnya menyediakan latar belakang

informasi dari berita yang dibahasnya untuk pembaca.

Menyangkut masalah yang berhubungan dengan bacaan anak dan remaja,

pustakawan juga harus aktif mencari dan menambah koleksi bukunya. Selain itu

juga, ia juga harus mau menambah pengetahuan dengan membaca buku-buku

referensi yang dapat menunjang pengetahuannya tentang anak-anak dan cara

menyelenggarakan program-program. Dan salah satu faktor kelemahan

perpustakaan sekolah adalah langkanya pustakawan yang professional, merekalah

yang memiliki pengetahuan cukup untuk mengembangkan perpustakaan sekolah.

Kelangkaan ini menyebabkan tidak adanya kepeloporan, bagaimana mungkin

orang yang tidak memiliki pengetahuan perpustakaan akan memiliki dedikasi

yang tinggi, oleh karena itu setiap sekolah minimal diperlukan seorang

pustakawan lulusan diploma perpustakaan atau seorang guru yang ditatar ilmu

perpustakaan yang memadai.36

Adapun faktor-faktor pendukung dan penghambat pembinaan minat baca

yaitu:

36

Aenudin Nur, "Peran dan Fungsi Perpustakaan Sekolah", Media Pustaka , vol.2 no.4 2003, h. 33

Dokumen terkait