• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODE PENELITIAN

F. Penyajian Data

Data yang disajikan dalam bentuk table dan disertai penjelasan-penjelasan.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Antara berdiri pada tahun 1990 dengan wilayah kerja yang terdiri dari Kelurahan Tamalanrea Indah.Luas wilayah Puskesmas Antara sekitar 474 Ha yang mana hanya memiliki 1 kelurahan dengan pembagian wilayah terdiri dari 10 ORW/42 ORT. Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Antara adalah:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Kapasa.

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Panakkukang.

3. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Tamalanrea Jaya.

4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tallo dan Panakkukang.

Di tahun 2015 jumlah pegawai Puskesmas Antara sebanyak 23 Tenaga.

Terdapat 10 posyandu di wilayah kerja Puskesmas Antara yaitu posyandu Kantisang, posyandu Antara, posyandu Hamzy RW 3, posyandu Asal Mula, posyandu Bontosugi, posyandu Kera Batua, posyandu Kera Ramsis, posyandu Hartaco Jaya, posyandu Hamzy RW 2, dan posyandu Immim. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Antara yaitu 17.758 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 8.870 jiwa dan perempuan 8.888 jiwa.

Keadaan lingkungan Puskesmas Antara merupakan daerah pengembangan kota, lingkungan pemukiman padat, beberapa daerah masih kumuh utamanya daerah pinggiran dan sebagian wilayahnya merupakan

44

dataran rendah, sehingga memungkinkan terjadi banjir .Perilaku masyarakat masih belum menerapkan budaya bersih, kebersihan personal anak masih rendah, konsumsi makanan siap saji, dan merokok.

Program kerja Puskesmas Antara untuk perbaikan gizi masyarakat meliputi pemberian kapsul vit.A, pemberian tablet Fe pada bumil, pemberian makanan tambahan pada bayi dan balita.Promosi kesehatan meliputi desa siaga, pembinaan/penyuluhan PHBS, pembinaan pos kesehatan (Poskestren dan Posyandu), penyuluhan kesehatan masyarakat, usaha kesehatan kerja (UKK). Upaya pencegahan dan pemberantarasan penyakit meliputi imunisasi, TB paru, diare, kusta, demam berdarah, ISPA, malaria, AFP, rabies, HIV-AIDS, survailans dan penyakit tidak menular. Kesehatan lingkungan meliputi pengawasan depot air isi ulang, inspeksi sarana air bersih, pengawasan lingkungan pemukiman.Upaya kesehatan pengembangan meliputi kesehatan olahraga, kesehatan kerja, perkesmas, kesehatan jiwa, dan kesehatan panca indera. Selain itu terdapat program kesehatan keluarga, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, serta pengobatan dan rujukan. Berikut ini data sekunder yang diperoleh dari puskesmas Antara kota Makassar dan jumlah sampel yang digunakan oleh peneliti.

Tabel 5.1

Data Sasaran dan Kunjungan Posyandu 3 Bulan Berturut-turut di Wilayah Kerja Puskesmas Antara

Jenis Kelamin

Sasaran

Datang

Sampel D/S Juli D/S (%)

(%) Agustus D/S

(%) Sept D/S (%)

Laki-laki 66 53 80,3 50 75,7 28 42,4 14 21,2

Perempuan 44 35 79,5 38 86,3 30 68,1 18 40,9

Total 110 88 80,0 88 80,0 58 52,7 32 29,0

Sumber: Data Sekunder, 2017

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa terdapat total 110 sasaran bayi usia 6-11 bulan pada 10 posyandu puskesmas Antara. Dari 10 posyanduyang menjadi sumber populasi berjumlah 58 bayi yaitu bayi yang berkunjung pada bulan September. Namun, yang memenuhi kriteria peneliti sebanyak 34 bayi.

Sedangkan bayi yang dijadikan sampel berjumlah 32 bayi, hal itu dikarenakan dua diantara yang memenuhi kriteria tidak ada di tempat pada saat kunjungan peneliti.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Antara Kota Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS versi 20 dan data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi sesuai dengan tujuan penelitian dan disertai narasi sebagai penjelasan tabel. Berdasarkan hasil pengelolahan data yang dilakukan, maka hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik Bayi

Dari tabel 5.2 dibawah inidapat dilihat bahwa bayi yangberkunjung ke posyandu 3 bulan berturut-turut terdapat 28 bayi (42,4%) laki-laki dan 30 bayi (68,1%) perempuan. Berat badan lahir bayi yang berkunjung ke posyandu 3 bulan berturut-turut terdapat 3 bayi (9,4%) dengan berat badan lahir rendah dan 29 bayi (90,6%) dengan berat badan lahir normal. Pada penimbangan bulan Agustus terdapat 6 bayi (18,75%) yang berat badannya menurun dari bulan sebelumnya, 2 bayi (6,25%) dengan berat badan tetap, dan 24 bayi (75%) yang berat badannya meningkat dari bulan sebelumnya. Sedangkan pada penimbangan bulan September terdapat 2 bayi (6,25%) yang berat badannya menurun, 1 bayi (3,12%) yang berat badan tetap dan 29 bayi (90,62%) yang berat badannya meningkat dari penimbangan bulan sebelumnya yaitu bulan Agustus. Ibu bayi yang bersalin di tempat pelayanan kesehatan sebanyak 31 ibu (96,87%) dan bukan pelayanan kesehatan (rumah) sebanyak 1 ibu (3,12%). Ibu bayi yang penolong persalinannya tenaga kesehatan sebanyak 32 ibu (100%). Ibu bayi dengan persalinan normal sebanyak 32 ibu (100%). Sedangkan untuk pemberian imunisasi lengkap sebanyak 17 bayi (53,1%), imunisasi tidak lengkap sebanyak 14 bayi (43,8%), dan tidak imunisasi sebanyak 1 bayi (3,1%).Selain itu, ASI Eksklusif sebanyak 25 bayi (78,1%) dan yang tidak ASI Eksklusif sebanyak 7 bayi (21,9%).

Tabel 5.2

Distribusi Karakteristik Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar Tahun 2017

Kategori n %

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

14 18

43,5 56,25 Berat Badan Lahir

Rendah Normal

3 29

9,4 90,6 Berat Badan Bulan Agustus

Menurun Tetap Meningkat

Berat Badan Bulan September Menurun

Tetap Meningkat

6 2 24

2 1 29

18,75 6,25

75 6,25 3,12 90,62 Tempat Persalinan Ibu Bayi

Pelayanan Kesehatan

Bukan Pelayanan Kesehatan (rumah)

31 1

96,87 3,12 Penolong Persalinan Ibu Bayi

Tenaga Kesehatan 32 100

Jenis Persalinan Ibu Bayi

Normal 32 100

Imunisasi Lengkap Tidak lengkap Tidak imunisasi

17 14 1

53,1 43,8 3,1 ASI Eksklusif

Ya Tidak

25 7

78,1 21,9 Sumber: Data Primer, 2017

2. Karakteristik Orang Tua Bayi

Tabel 5.3

Distribusi Karakteristik Orang Tua Bayi usia 6-11 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar Tahun 2017

Karakteristik n (%)

Umur Ibu 21-30 thn 31-40 thn

>40 thn

17 14 1

53,1 43,8 3,1 Pendidikan Ibu

Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA D1-D3 S1-S3

4 1 17

3 7

12,5 3,1 53,1

9,4 21,9 Pekerjaan Ibu

PNS

Wiraswasta Ibu Rumah Tangga

1 8 23

3,1 25,0 71,9 Umur Ayah

21-30 thn 31-40 thn

>40 thn

12 16 4

37,5 50,0 12,5 Pendidikan Ayah

Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA D1-D3 S1-S3

2 2 15

2 11

6,3 6,3 46,9

6,3 34,4 Pekerjaan Ayah

PNS/TNI/Polri/BUMD/BUMN Pegawai swasta

Wiraswasta Buruh

6 2 15

9

18,8 6,3 46,9 28,1 Keluarga Gakin

Gakin

Bukan Gakin

10 22

31,3 68,8 Sumber: Data Primer, 2017

Pada tabel 5.3 diatas menggambarkan umur ibu 21-30 tahun berjumlah 17 ibu (53,1%), umur ibu 31-40 tahun berjumlah 14 ibu 9 (43,8%), dan umur ibu 40 tahun ke atas berjumlah 1 ibu (3,1%).

Pendidikan ibu tamat SD sebanyak 4 ibu (12,5%), tamat SMP sebanyak 1 ibu (3,1%), tamat SMA sebanyak 17 ibu (53,1%), D3 sebanyak 3 ibu (9,4%), dan S1-S3 sebanyak 7 ibu (21,9%). Pekerjaan 32 ibu tersebut adalah sebagai PNS/TNI/Polri/BUMD//BUMN sebanyak 1 ibu (3,1%), Wiraswasta 8 ibu (25%), Ibu Rumah Tangga 23 ibu (71,9%) . Sedangkan untuk umur ayah dapat dilihat bahwa umur ayah 21-30 tahun berjumlah 12 orang (37,5%), umur ayah 21-30 tahun berjumlah 16 orang (50%), umur ayah 31-40 tahun berjumlah 4 orang (12,5%), dan umur ayah diatas 40 tahun berjumlah 4 orang (12,5%). Pendidikan ayah tamat SD sebanyak 2 orang (6,3%), tamat SMP sebanyak 2 orang (6,3%), tamat SMA sebanyak 15 orang (46,9%), D1-D3 sebanyak 2 orang (6,3%), S1 sebanyak 11 orang (34,4%), dan S2 sebanyak 2orang (5,7%).Pekerjaan ayah sebagai PNS/TNI/Polri/BUMD//BUMN sebanyak6 orang (18,8%), Pegawai Swasta sebanyak 2 orang (6,3%), Wiraswasta sebanyak 15 orang (46,9%), dan Buruh sebanyak9 orang (28,1%). Keluarga gakin sebanyak 10 (31,3%) dan bukan gakin sebanyak 22 (68,8%).

3. Status Gizi

a. Status Gizi Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur Bayi Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Antara

Kota Makassar Tahun 2017

Status Gizi Responden

n %

Sangat kurus 1 3,12

Kurus 7 21,88

Normal 22 68,75

Gemuk 2 6,25

total 32 100

Sumber: Data primer, 2017

Dari tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa terdapat 22 (68,75%) bayi dengan pertumbuhan yang normal. Selain itu terdapat 1 (3,12%) bayi dengan petumbuhan yang menyimpang (gizi buruk).

Dari tabel 5.5 di bawah ini dapat dilihat bahwa status gizi bayi berdasarkan berat badan menurut umur yaitu jenis kelamin laki-laki memiliki status gizi baik sebanyak 10 (71,42%) dan perempuan sebanyak 12 (66,6%), serta terdapat status gizi buruk sebanyak 1 (5,5%) bayi. Pada karakteristik tempat bersalin di pelayanan kesehatan terdapat 22 (70,96%) bayi dengan pertumbuhan yang normal dan terdapat 1 (3,22%) bayi dengan petumbuhan yang menyimpang (gizi buruk). Pada karakteristik penolong persalinan dengan petugas kesehatan terdapat 22 (68,75%) bayi dengan pertumbuhan yang normal dan terdapat 1 (3,12%) bayi dengan petumbuhan yang menyimpang (gizi buruk). Pada karakteristik jenis persalinan normal terdapat 22 (68,75%) yang berstatus gizi baik dan terdapat 1 (3,12%) yang berstatus gizi buruk. Karakteristik pemberian ASI Ekslusif terdapat 20 (80%) yang berstatus gizi baik dan terdapat 1 (4%) yang berstatus gizi buruk dan yang tidak ASI Ekslusif terdapat 2 (28,57%) bayi memiliki status gizi baik. Karakteristik Imunisasi lengkap yaitu terdapat 12 (70,58%) bayi yang berstatus gizi baik. Sedangkan yang tidak lengkap imunisasi terdapat 1 (7,14%) bayi memiliki status gizi buruk dan 9 (64,25%) bayi yang berstatus gizi baik.

Serta, yang tidak imunisasi sebanyak 1 (100%) berstatus gizi baik.

Karakteristik keluarga miskin terdapat 4 (40%) bayi yang berstatus gizi

baik dan terdapat 1 (4,76%) bayi yang mengalami gizi buruk. Sedangkan yang bukan keluarga miskin terdapat 18(81,81%) bayi yang memiliki status gizi baik.

Tabel 5.5

Distribusi Status Gizi Bayi (BB/U) Menurut Karakteristik Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar Tahun 2017

Karakteristik Bayi

Status Gizi Sangat

Kurus

Kurus Normal Gemuk

n % n % n % n %

Jenis Kelamim

Laki-Laki 0 0,0 3 21,42 10 71,42 1 7,14

Perempuan 1 5,5 4 22,22 12 66,6 1 5,5

Tempat Persalinan

Tempat Yankes 1 3,22 7 22,58 22 70,96 1 3,22 Bukan Tempat

Yankes 0 0,0 0 0,0 0 0,0 1 3,22

Penolong Persalinan

Tenaga Kesehatan 1 3,12 7 21,87 22 68,75 2 6,25 Jenis Persalinan

Normal 1 3,12 7 21,87 22 68,75 2 6,25

ASI Ekslusif

Ya 1 4 3 12 20 80 1 4

Tidak 0 0,0 4 57,14 2 28,57 1 14,28

Imunisasi

Lengkap 0 0,0 5 29,41 12 70,58 0 0,0

Tidak lengkap 1 7,14 2 14,28 9 64,28 2 14,28

Tidak imunisasi 0 0,0 0 0,0 1 100 0 0,0

Keluarga Miskin

Ya 1 10 4 40 4 40 1 10

Tidak 0 0,0 3 13,63 18 81,81 1 4,5

Sumber: Data Primer 2017

b. Status Gizi Berdasarkan Panjang Badan Menurut Umur Bayi Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Panjang Badan Menurut Umur Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Antara

Kota Makassar Tahun 2017

Status Gizi Responden

n %

Pendek 3 9,4

Normal 29 90,6

total 32 100

Sumber: Data primer, 2017

Dari tabel 5.6 diatas dapat dilihat bahwa terdapat 29 (90,6%)bayi dengan pertumbuhan yang normal. Selain itu terdapat 3 (9,4%) bayi dengan petumbuhan yang menyimpang (pendek).

Tabel 5.7

Distribusi Status Gizi Bayi (PB/U) Menurut Karakteristik Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar Tahun 2017

Karakteristik Bayi

Status Gizi

Total Pendek Normal

n % n % n %

Jenis Kelamim

Laki-Laki 1 7,1 13 92,9 14 43,75

Perempuan 2 11,1 16 88,9 18 56,25

Tempat Persalinan

Tempat Yankes 3 9,67 28 90,3 31 96,87

Bukan Tempat Yankes 0 0,0 1 3,12 1 3,12

Penolong Persalinan

Tenaga Kesehatan 3 9,4 29 90,6 32 100

Jenis Persalinan

Normal 3 9,4 29 90,6 32 100

ASI Ekslusif

Ya 3 12 22 88 25 78,12

Tidak 0 0,0 7 100 7 21,88

Imunisasi

Lengkap 1 5,9 16 94,1 17 53,12

Tidak lengkap 1 7,1 13 92,9 14 43,75

Tidak imunisasi 1 100 0 0,0 1 3,12

Keluarga Miskin

Ya 1 10 9 90 10 31,25

Tidak 2 9,09 20 90,90 22 68,75

Sumber: Data Primer, 2017

Dari tabel 5.7 diatas dapat dilihat bahwa bayi dengan jenis kelamin laki-laki memiliki status gizi normal sebanyak 13 (92,9%) dan 1 (7,1%) bayi yang berstatus gizi pendek.Sedangkan, jenis kelamin perempuan terdapat status gizi normal sebanyak 16 (88,9%) dan status gizi pendek sebanyak 2 (11,1%) bayi. Karakteristik tempat bersalin pada tempat pelayanan kesehatan terdapat 28 (90,3%) bayi dengan pertumbuhan yang normal dan terdapat 3 (9,67%) bayi dengan petumbuhan bayi pendek sedangkan pada tempat selain pelayanan kesehatan terdapat 1 (3,12%) bayi dengan status gizi normal. Karakteristik penolong persalinan dengan petugas kesehatan terdapat 29 (90,6%) bayi dengan pertumbuhan yang normal dan terdapat 3 (9,4%) bayi dengan petumbuhan bayi pendek.

Pada karakteristik jenis persalinan normal terdapat 29 (90,6%) bayi dengan pertumbuhan yang normal dan terdapat 3 (9,4%) bayi dengan petumbuhan bayi pendek. Karakteristik pemberian ASI Ekslusif terdapat 22 (88%) bayi yang berstatus gizi baik dan terdapat 3 (12%) bayi yang berstatus gizi buruk dan yang tidak ASI Ekslusif terdapat 7 (100%) bayi namun memiliki status gizi normal. Berdasarkan karakteristik imunisasi lengkap terdapat 16 (94,1%) bayi yang berstatus gizi baik dan terdapat 1 (5,9%) bayi yang berstatus gizi pendek. Imunisasi yang tidak lengkap terdapat 13 (92,9%) bayi dengan status gizi baik dan 1 (7,1%) bayi dengan status gizi pendek. Sedangkan yang tidak imunisasi terdapat 1 (100%) bayi dengan status gizi pendek. Karakteristik keluarga miskin yaitu terdapat 1 (10%) bayi yang berstatus gizi pendek dan 9 (90%) bayi

dengan status gizi normal. Sedangkan yang bukan keluarga miskin terdapat 2 (9,09%) bayi yang memiliki gizi pendek dan dan terdapat 20 (90,9%) bayi yang berstatus gizi baik.

b. Status Gizi Berdasarkan Berat Badan Menurut Panjang Badan Bayi Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Berat Badan Menurut Panjang Badan Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Antara

Kota Makassar Tahun 2017

Status Gizi Responden

n %

Sangat Kurus 1 3,1

Kurus 3 9,4

Normal Gemuk

22 6

68,8 18,8

total 32 100

Sumber: Data primer, 2017

Dari tabel 5.8 diatas dapat dilihat bahwa terdapat 22 bayi dengan pertumbuhan yang normal. Selain itu terdapat 1 bayi dengan status gizi sangat kurus, 3 bayi dengan status gizi kurus, dan 6 bayi dengan status gizi gemuk.

Dari tabel 5.9 di bawah ini dapat dilihat bahwa bayi dengan jenis kelamin laki-laki memiliki status gizi normal sebanyak 10 (71,4%) dan terdapat bayi dengan status gizi kurus 1(7,1%) sedangkan jenis kelamin perempuan terdapat status gizi buruk 1 (5,6%)dan status gizi normal sebanyak 12 (66,7%). Karakteristik tempat bersalin pada tempat pelayanan kesehatan terdapat 22 (70,9%) bayi dengan pertumbuhan yang normal dan terdapat 1 (3,2 %) bayi dengan petumbuhan yang menyimpang (gizi sangat kurus). Karakteristik penolong persalinan

dengan petugas kesehatan terdapat 22 (70,9%) bayi dengan pertumbuhan yang normal dan terdapat 1 (3,0%) bayi dengan petumbuhan yang menyimpang (gizi sangat kurus). Berdasarkan karakteristik jenis persalinan normal terdapat 22 (70,9%) bayi dengan pertumbuhan yang normal dan terdapat 1 (3,0%) bayi dengan petumbuhan yang menyimpang (gizi sangat kurus). Karakteristik pemberian ASI Ekslusif terdapat 16 (64%) bayi yang berstatus gizi normal dan bayi yang berstatus gizi sangat kurus. Sedangkan, yang tidak ASI Ekslusif terdapat 6 (85,7%) bayi yang berstatus gizi normal dan 1 (14,3%) bayi berstatus gizi lebih. Karakteristik Imunisasi lengkap yaitu terdapat 14 (82,4%) bayi yang berstatus gizi normal, terdapat 1 (5,9%) bayi yang berstatus gizi kurang dan 2 (11,8%) bayi berstatus gizi lebih. Sedangkan, pada imunisasi tidak lengkap terdapat 1 (7,1%) bayi yang berstatus gizi sangat kurus. Pada karakteristik keluarga miskin yaitu terdapat 7 (70%) bayi yang berstatus gizi normal dan 1 (10%) bayi yang berstatus gizi sangat kurus. Sedangkan yang bukan keluarga miskin terdapat 15 (68,18%) bayi yang memiliki status gizi normal.

Tabel 5.9

Distribusi Status Gizi Bayi (BB/PB) Menurut Karakteristik Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar Tahun 2017 Karakteristik Bayi

Status Gizi Sangat

Kurus

Kurus Normal Gemuk

n % n % n % n %

Jenis Kelamim

Laki-Laki 0 0,0 1 7,1 10 71,4 3 21,4

Perempuan 1 5,6 2 11,1 12 66,7 3 16,7

Tempat Persalinan

Tempat Yankes 1 3,2 3 9,6 22 70,96 5 16,12 Bukan Tempat

Yankes

0 0,0 0 0,0 0 0,0 1 100

Penolong Persalinan

Tenaga Kesehatan 1 3,03 3 9,09 22 70,9 6 18,18 Jenis Persalinan

Normal 1 3,03 3 9,09 22 70,9 6 18,18

ASI Ekslusif

Ya 1 4,0 3 12,0 16 64,0 5 20,0

Tidak 0 0,0 0 0,0 6 85,7 1 14,3

Imunisasi Lengkap Tidak lengkap Tidak imunisasi

0 1 0

0,0 7,1 0,0

1 2 0

5,9 14,3

0,0 14

7 1

82,4 50,0 100

2 4 0

11,8 28,6 0,0 Keluarga Miskin

Ya 1 10 1 10 7 70 1 10

Tidak 0 0,0 2 9,09 15 68,18 5 22,72

Sumber: Data Primer 2017

c. Status Gizi Berdasarkan IMT/U Tabel 5.10

Distribusi Frekuensi Berdasarkan IMT menurut Umur Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Antara

Kota Makassar Tahun 2017

Status Gizi Responden

n %

Sangat Kurus 1 3,1

Kurus 5 15,6

Normal Gemuk

21 5

65,6 15,6

total 32 100

Sumber: Data primer, 2017

Dari tabel 5.10 diatas dapat dilihat bahwa terdapat 21 bayi dengan pertumbuhan yang normal. Selain itu terdapat 1 bayi dengan status gizi sangat kurus, 5 bayi dengan status gizi kurus, dan 5 bayi dengan status gizi gemuk.

Dari tabel 5.11 di bawah ini dapat dilihat bahwa bayi dengan jenis kelamin laki-laki memiliki status gizi normal sebanyak 10 (71,4%).

Sedangkan pada status gizi jenis kelamin perempuan terdapat status gizi buruk 1 (3,1%) dan status gizi normal sebanyak 11 (61,1%).

Karakteristik tempat bersalin pada tempat pelayanan kesehatan terdapat 21 (67,7%) bayi dengan pertumbuhan yang normal dan terdapat 1 (3,2%) bayi dengan petumbuhan yang menyimpang (gizi sangat kurus).

Sedangkan pada tempat selain pelayanan kesehatan terdapat 1 (100%) bayi dengan status gizi gemuk. Pada karakteristik penolong persalinan dengan petugas kesehatan terdapat 21 (65,6%) bayi dengan pertumbuhan yang normal dan terdapat 1 (3,1%) bayi dengan petumbuhan yang menyimpang (gizi sangat kurus). Berdasarkan karakteristik jenis persalinan normal terdapat 21 (65,6%) bayi dengan pertumbuhan yang normal namun terdapat 1 (3,1%) bayi dengan petumbuhan yang menyimpang (gizi sangat kurus). Karakteristik pemberian ASI Ekslusif terdapat 14 (56%) bayi yang berstatus gizi normal dan terdapat 1 (4%) status gizi sangat kurus. Sedangkan yang tidak ASI Ekslusif 7 (100%) berstatus gizi normal. Karakteristik Imunisasi lengkap terdapat 13 (76,5%) bayi yang berstatus gizi normaldan terdapat 2 (11,8%) yang

berstatus gizi gemuk. Pada karakteristik keluarga miskin terdapat 6 (60%) yang berstatus gizi normal dan 1 (10%) yang berstatus gizi sangat kurus. Sedangkan yang bukan keluarga miskin terdapat 15 (46,87%) yang memiliki gizi normal.

Tabel 5.11

Distribusi Status Gizi Bayi (IMT/U) Menurut Karakteristik Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar Tahun 2017

Karakteristik Bayi Status Gizi Total

Sangat Kurus

Kurus Normal Gemuk

n % n % n % n % n %

Jenis Kelamim

Laki-Laki 0 0,0 1 7,1 10 71,4 3 21,4 14 43,75 Perempuan 1 3,1 4 22,2 11 61,1 2 11,1 18 56,25 Tempat Persalinan

Tempat Yankes 1 3,2 5 16,1 21 67,7 4 12,9 31 96,87 Bukan Tempat

Yankes

0 0.0 0 0,0 0 0,0 1 100 1 3,1

Penolong Persalinan

Tenaga Kesehatan 1 3,1 5 15,6 21 65,6 5 15,6 32 100 Jenis Persalinan

Normal 1 3,1 5 15,6 21 65,6 5 15,6 32 100

ASI Ekslusif

Ya 1 4,0 5 20,0 14 56,0 5 20,0 25 78,1

Tidak 0 0.0 0 0,0 7 100 0 0,0 7 21,8

Imunisasi

Lengkap 0 0,0 2 11,8 13 76,5 2 11,8 17 53,12

Tidak lengkap 1 7,1 3 21,4 7 50,0 3 21,4 14 43,5

Tidak imunisasi 0 0,0 0 0,0 1 100 0 0,0 1 3,12

Keluarga Miskin

Ya 1 10 2 20 6 60 1 10 10 31,25

Tidak 0 0,0 3 13,63 15 46,87 4 18,18 22 68,75 Sumber: Data Primer 2017

2. Validasi Pengukuan dan Pertumbuhan Bayi Bermasalah Tabel 5.12

Distribusi validasi Pengukuran Bulan September Oleh Kader dan Peneliti

di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar Tahun 2017 Status Gizi

Berdasarkan BB/U

Kader Peneliti

n % n %

Gizi Buruk 1 3,12 1 3,1

Gizi Kurang 2 6,25 7 21,87

Gizi Baik 29 90,62 22 68,75

Gizi Lebih 0 0,0 2 6,25

Total 32 100 32 100

Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 5.12dapat dilihat bahwa pengukuran di posyandu dengan yang dilakukan oleh peneliti memiliki perbedaan dengan yang dilakukan di posyandu yaitu terdapat 2 (6,25%) bayi dengan status gizi kurang pada pengukuran posyandu dan terdapat 7 (21,87%) bayi dengan status gizi kurang pada peneliti. Serta, terdapapppt gizi lebih 2 (6,25%) bayi pada pengukuran peneliti.

Gambar 5.1

Grafik Status Gizi Bayi pada Bulan September Oleh Kader dan Peneliti di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar Tahun 2017

p

0 5 10 15 20 25 30 35

gizi buruk gizi kurang gizi baik gizi lebih

peneliti kader

C. Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan di 10 posyandu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Antara yang dimulai pada tanggal 5-26 September 2017. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah bayi usia 6-11 bulan dan terdapat jumlah bayi sebanyak 58 bayi yang mengunjungi posyandu pada bulan September 2017 dari total 109 bayi usia 6-11 bulan yang terdaftar di 10 posyandu puskesmas Antara. Setelah dilakukan seleksi sesuai kriteria sampel yang telah ditetapkan maka didapatlah 34 bayi yang memenuhi kriteria sampel. Setelah mendapatkan sampel kemudian peneliti mengunjungi rumah responden satu persatu untuk melakukan pemeriksaan pertumbuhan bayi menggunakan kategori pengukuran antropometri dan wawancara menggunakan insrumen kuesioner.Dari total 34 responden yang berhasil dikunjungi rumahnya oleh peneliti sebanyak 32 responden, hal ini dikarenakan dua responden tersebut telah pindah rumah pada saat peneliti berkunjung.

Setelah dilakukan pengolahan dan analisis maka dibahas sebagai berikut:

1. Gambaran Karakteristik Bayi Usia 6-11 Bulan

Berdasarkan karakteristik bayi, diketahui bahwa terdapat 14 bayi laki-laki dan 18 bayi perempuan yang memenuhi kriteria. Jika dilihat pada jumlah sasaran bayi laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan.

Namun, jumlahnya tidak berbeda jauh yaitu 66 bayi laki-laki dan 44 bayi perempuan. Selain itu, terdapat 3 bayi dengan berat badan lahir rendah dan 29 bayi dengan berat badan lahir normal. Bayi dengan berat lahir rendah tersebut memiliki berat 2300 g, 2375 g, dan 2200 g dengan umur 8 bulan, 10

bulan, dan 7 bulan. Dua diantaranya memiliki jarak persalinan kurang dari 3 tahun dan ibu bayi pernah mengalami keguguran, sedangkan usia ibu pada saat hamil berada di kelompok umur 31-40 tahun yang cukup beresiko dalam kehamilan dan persalinannya. Menurut Hardiyanti (2014), usia ibu hamil ≥35 tahun beresiko melahirkan bayi dengan berat badan bayi lahir rendah, hal ini dapat dihubungkan dengan semakin buruknya perfusi palasenta atau aliran nutrisi transplasenta pada ibu berusia tua. Selain jarak persalinan dan usia ibu pada saat hamil, faktor lain yang menjadi penyebab lahirnya anak dengan berat badan lahir yang rendah adalah status gizi ibu saat hamil, berat badan ibu saat hamil, dan kondisi kesehatan ibu saat hamil.

Pada pengukuran bulan Agustus, terdapat 6 bayi yang berat badannya menurun dari bulan sebelumnya, sedangkan pada bulan September terdapat 2 bayi yang berat badannya menurun. Berat badan bayi menurun bisa disebabkan oleh asupan gizi yang tidak seimbang. Bayi yang tidak mendapatkan asupan gizi dalam jumlah yang cukup sangat rentan mengalami penurunan berat badan. Perubahan berat badan dapat berubah dalam waktu yang singkat, hal ini dapat disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan gizi (Yunida, 2005).

Ibu bayi yang bersalin di tempat pelayanan kesehatan sebanyak 31 ibu (96,87%) dan bukan pelayanan kesehatan sebanyak 1 ibu (3,12%). Ibu bayi yang penolong persalinannya tenaga kesehatan sebanyak 32 ibu (100%).

Faktor-faktor yang memengaruhi ibu dalam memilih penolong persalinan oleh tenaga kesehatan adalah tenaga kesehatan dapat meminimalkan

komplikasi apabila terjadi komplikasi bisa segera diketahui dan dirujuk ke rumah sakit, memberikan perhatian secara khusus disaat proses persalinan berlangsung, memperhatikan kemajuan persalinan, waspada bila tiba-tiba timbul kelainan yang akan mengganggu atau menghambat persalinan, melakukan kunjungan rumah, dan memberikan pelayanan KB setelah melahirkan. (Sarminah, 2012).

Ibu bayi dengan persalinan normal sebanyak 32 ibu (100%).Persalinan sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan tempat persalinan berlangsung.

Idealnya, setiap wanita yang bersalin dan mendukung serta memfasilitasi usahanya untuk melahirkan, bekerja sama dalam suatu lingkungan yang paling nyaman dan aman bagi ibu yang melahirkan.Tempat bersalin termasuk salah satu faktor yang dapat mempengaruhi psikologis ibu bersalin. Pemilihan tempat bersalin dan penolong persalinan yang tidak tepat akan berdampak secara langsung pada kesehatan ibu.

Sedangkan untuk pemberian imunisasi 17 bayi (53,12%) mendapat imunisasi lengkap, 14 bayi (43,75%) mendapat imunisasi tidak lengkap, dan 1 bayi (3,12%) tidak imunisasi. Masih kurangnya pemberian imunisasi tersebut disebabkan oleh kepercayaan masyarakat terhadap program imunisasi. Perlu ditekankan bahwa pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya memberikan pencegahan terhadap anak tersebut tetapi akan memberikan dampak yang jauh lebih luas karena akan mencegah terjadinya penularan yang luas dengan adanya peningkatan tingkat imunitas secara umum di masyarakat. Oleh karena itu pandangan serta sikap setiap dokter

atau orang tua sangat penting untuk dipahami tentang arti imunisasi.

Beberapa studi menemukan bahwa usia ibu, ras, pendidikan, dan status sosial ekonomi berhubungan dengan cakupan imunisasi anak mereka (Ali, 2003).

ASI Eksklusif sebanyak 25 bayi (78,12%) dan yang tidak ASI Eksklusif sebanyak 7 bayi (21,87%).Dalam penelitian Iin Dwi Yuliarti (2008), diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam memberikan ASInya secara eksklusif selain faktor pengetahuan dan sikap. Beberapa responden menyatakan bahwa sikapnya dalam menyusui atau pemberian makanan tambahan sebelum bayi berusia enam bulan karena anjuran dari keluarga terutama nenek dan keluarga terdekat yang ikut merawat bayi.Menurut Kemenkes (2014) persentase pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 54,3%. Persentase ini masih terbilang cukup rendah. Permasalahan terkait pencapaian cakupan ASI Eksklusif antara lain pemasaran susu formula masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6 bulan yang tidak ada.

2. Gambaran Karakteristik Orang Tua

Berdarkan hasil penelitian menunjukan bahwa kelompok umur ibu terbanyak berada pada kelompok umur 21-30 tahun sebanyak 17 (53,1%) sedangkan pada ayah berada pada kelompok umur 31-40 sebanyak 16 (50%). Pada pendidikan Ibu dan ayah lebih banyak pada tingkat pendidikan SMA. Hal ini sesuai dengan Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007) mengemukakan bahwa tingkat pendidikan merupakan faktor predisposisi

untuk berperilaku.Pendidikan yang rendah mengakibatkan ibu kadang sulit menerima masukan dan informasi terkait yang disampaikan oleh kader posyandu. Berdasarkan tabel 15 menunjukan bahwa sebagian besar ibu bayi bekerja sebagai IRT sebanyak 23 (71,9%) dan sebagian besar ayah bekerja sebagai Wiraswasta sebanyak 15 (46,9%).Keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi cenderung akan diimbangi dengan tingkat pendidikan yang tinggi pula, sebaliknya keluarga dengan status sosial ekonomi rendah akan mendapatkan pendidikan yang rendah pula. Hal ini dikarenakan keterbatasan dana untuk membayar biaya sekolah.Oleh karena itu, tingkat pendidikan orang tua sangat berpengaruh pada kehidupan di dalam keluarga, khususnya tingkat pendidikan ibu yang mempunyai pengaruh lebih besar.

Hal ini dikarenakan ibu mempunyai peran dan tanggung jawab lebihbesar pada pengasuhan dan perawatan anak serta keluarga. Tingkat pendidikan yang tinggi memudahkan seseorang untuk dapat menerima informasi dan menerapkannya dalam perilaku dan gaya hidup sehat sehari-hari (Atmarita

&Fallah 2004).

3. Gambaran Status Gizi Bayi Usia 6-11 Bulan

Indeks berat badan menurut umur (BB/U) digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi, berat badan menurut umur tidak sensitive untuk mengetahui apakah sesorang mengalami kekurangan gizi masa lalu atau masa kini. Berat badan menurut umur merefleksikan status gizi sekarang.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 32 bayi diperoleh sebanyak 1 respoden (3,1%) yang mengalami gizi buruk, 7 responden (21,87%) gizi kurang,22 responden (68,75%) yang mengalami gizi baik, dan 2 resonden (6,25%) yang mengalami gizi lebih. Secara teori seharusnya bayi yang rutin diperiksakan diposyandu itu akan memiliki status gizi yang baik dan dari data yang telah di peroleh rata-rata status gizi bayi berdasarkan kategori BB/U itu sudah baik yaitu sekitar 97,1%

(Iskawati, 2010).

Adapun angka 3,1% yang mengalami gizi buruk. Masalah gizi dikatakan berat apabila angka gizi buruk-kurang antara 22,0%-29,0% dan dianggap prevalensinya sangat tinggi apabila lebih dari 30% (Riskesdas 2013). Hasil penelitian menunjukan bahwa status gizi buruk berada pada angka 3,1% yang berarti gizi buruk di wilayah kerja puskesmas Antara tidak menjadi masalah.

Indikator status gizi berdasarkan indeks PB/U menggambarkan status gizi masa lalu. Peningkatan pendapatan rumah tangga berhubungan dengan penurunan dramatis terhadap probabilitas stunting pada anak. Beberapa studi meunjukkan bahwa peningkatan pendapatan pada penduduk miskin adalah strategi untuk membatasi tingginya kejadian stunting dalam sosial ekonomi rendah pada segmen populasi. Malnutrisi terutama stunting, lebih dipengaruhi oleh dimensi sosial ekonomi, sehingga harus dilihat dalam konteks yang lebih luas dan tidak hanya dalam ranah biomedis(Zere &

Mcintyre, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 32 bayi diperoleh sebanyak 3 respoden (9,4 %) yang termasuk kategori pendek dan 29 responden (90,6%) yang termasuk kategori normal. Masalah kesehatan masyarakat dianggap berat bila prevalensi pendek sebesar 30-39% dan serius bila prevalensi pendek ≥40% (Riskesdas). Hasil penelitian menunjukan bahwa status gizi pendek berada pada angka 9,4%.

Indikator Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal pertambahan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini. Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 32 bayi diperoleh sebanyak 1 respoden (3,1 %) yang termasuk kategori sangat kurus, 3 resonden (9,4%) termasuk kategosi kurus, 22 responden (68,8%) yang termasuk kategori normal, dan 6 respoden (18,8%) yang termasuk kategori gemuk. Masalah kesehatan masyarakat dianggap berat bila prevalensi kurus sebesar 10%-14% dan kritis bila ≥15% (Riskesdas). Hasil penelitian menunjukan bahwa status gizi kurus berada pada angka 9,4%.

Indikator status gizi berdasarkan indeks IMT/U dapat digunakan untuk identifikasi kurus dan gemuk. Masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat pada resiko berbagai penyakit degenerativ pada saat dewasa (Teori Barker).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 32 bayi diperoleh sebanyak 1 respoden (3,1%) yang termasuk kategori sangat kurus, 5 responden (15,6%) termasuk kategosi kurus, 21 responden (65,6%) yang termasuk kategori normal, dan 5 (15,6%) termasuk kategori gemuk.

Prevalensi balita kurus dan sangat kurus secara nasional tahun 2013 masih cukup tinggi yaitu 12,1%. Masalah kesehatan masyarakat dianggap berat bila prevalensi kurus antara 10%-14% dan dianggap kritis bila ≥15%. Hasil penelitian menunjukan bahwa status gizi kurus berada pada angka 15,6%

atau berada dalam kondisi kritis.

Hasil penelitian status gizi berdasarkan karakteristik bayi menunjukkan bahwa sebagian besar bayi mendapat tempat persalinan oleh tenaga kesehatan dan dengan jenis persalinan normal. Tempat persalinan yang ideal adalah rumah sakit karena apabila sewaktu-waktu memerlukan penanganan kegawatdaruratan tersedia fasilitas yang dibutuhkan.

Sebaliknya jika melahirkan di rumah sewaktu-waktu membutuhkan penanganan medis darurat maka tidak dapat segera ditangani.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 32 bayi yang menjadi sampel pada penelitian ini 14 (43,75%) diantaranya telah mendapatkan imunisasi yang lengkap. Imunisasi merupakan domain yang sangat penting untuk memiliki status gizi yang baik. Imunisasi yang lengkap biasanya menghasilkan status gizi yang baik, karena dengan imunisasi dapat meningkatkan kekebalan tubuh anak sehingga mereka lebih resisten terhadap berbagai macam penyakit. Sebagai contoh adalah dengan imunisasi

seorang anak tidak mudah terserang penyakit yang berbahaya, sehingga anak lebih sehat, dengan tubuh / status sehat asupan makanan dapat masuk dengan baik, nutrisi pun terserap dengan baik. Nutrisi yang terserap oleh tubuh bayi dimanfaatkan untuk pertumbuhannya, sehingga menghasilkan status gizi yangbaik. Begitu pula sebaliknya anak yang tidak mendapatkan imunisasi tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit infeksi tertentu, sehingga anak akan jatuh sakit, mungkin akan menyebabkan turunnya status gizi. Hal ini karena penyakit infeksi dan fungsi kekebalan saling berhubungan erat satu sama lain, dan pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi berupa penurunan status gizi pada anak (Kaunang, dkk., 2016).

Status gizi dapat dipengaruhi oleh imunisasi dan pemberian ASI.

Bagi bayi, menyusui mempunyai peran penting untuk menunjang pertumbuhan, kesehatan dan kelangsungan hidup bayi karena ASI kaya dengan zat besi dan anti bodi.

Penelitian yang dilakukan oleh Ichwan, dkk (2015) menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif yang dilakukan ibu dengan status gizi bayi usia 6-11 bulan. Hasil ini dibuktikan dengan nilai p (<0,001). ASI merupakan makanan bayi yang terbaik untuk memenuhi seluruh kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan dan kesehatan bayi sampai usia 6 bulan.

Hasil penelitian ini menujukan bahwa dari 32 responden yang berasal dari keluarga miskin berjumlah 22 (68,75%) dan yang bukan berasal dari

keluarga miskin berjumlah 10 (31,25%). Hal ini berarti lebih banyak yang berasal dari bukan keluarga miskin sehingga sebagian besar bayi memiliki status gizi baik atau normal. Kemiskinan juga berimplikasi terhadap penderita gizi buruk dan gizi kurang. Beberapa kasus gizi buruk yang terjadi selama ini baik di Indonesia maupun secara global menemukan bahwa kemiskinan berisiko besar terhadap kasus gizi buruk (Saputra dan Rahmah 2012).

4. Validasi Pengukuran dan Pertumbuhan Bayi bermasalah

Dari tabel 5.12 menunjukkan bahwa pengukuran di posyandu dengan yang dilakukan oleh peneliti memiliki perbedaan dengan yang dilakukan di posyandu yaitu terdapat 2 (6,25%) bayi dengan status gizi kurang pada pengukuran posyandu dam terdapat 7 (21,87%) bayi dengan status gizi kurang pada peneliti. Serta, terdapat gizi lebih 2 (6,25%) bayi pada pengukuran peneliti.

Hal ini disebabkan karena umumnya di posyandu menggunakan alat ukur berat badan untuk balita yaitu Dacin sedangkan peneliti sendiri menggunakan 2 alat ukur yaitu timbangan SECA dan timbangan khusus bayi usia dibawah 2 tahun yang belum bisa berdiri, dengan pertimbangan bahwa tidak semua bayi bisa tenang saat akan diukur berat badannya sehingga menggunakan alat ukur timbangan berdiri dengan mengukur terlebih dahulu ibu dari bayi kemudian diukur dengan kembali dengan anaknya sehingga bisa didapatkan berat badan dari bayi tersebut dengan melihat selisih dari berat badan ibu dan berat badan ibu dengan balitanya.

Dokumen terkait