• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Tinjauan Umum tentangPertumbuhan Bayi Usia 6-11 Bulan

Anak adalah individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Menurut Aziz (2005), masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja(11-18tahun). Anak merupakan asset bagi orang tua dan ditangan orang tua anak tumbuh dan berkembang. Setia porang tua pasti menghendaki agar buah hatinya tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, kreatif, mandiri, beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Dalam enam tahun pertama yang sering disebut dengan The Golden Age, seorang anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk berkembang. Pada

usia ini, 90% dari fisik otak anak sudah terbentuk. Selain itu, masa kritis perkembangan juga terjadi dalam rentang waktu tersebut (Aisyah, 2000).

Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang bervariasi sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum, pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki (cephalokaudal). Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara teratur. Seseorang dikatakan mengalami pertumbuhan bila terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, perubahan proporsi yang terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi sampai dewasa, terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses kematangan seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis atau dada, hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama masa pertumbuhan seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, atau hilangnya refleks tertentu (Almatsier dkk, 2011).

Pertumbuhan dan perkembangan dimulai sejak lahir sehingga pemantauan pertumbuhan dimulai sejak dini. Setiap anak mengikuti pola umum pertumbuhan berat badan dimana besar dan laju pertumbuhannya bisa saja berbeda. Intervensi dan gizi harus diberikan secara optimal pada periode ini untuk menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak (Akhir, 2012).

1. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Menurut Ali Khomsan (2003) pertumbuhan fisik seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :

a. Genetik

Genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.Potensi genetic yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga dapat diperoleh hasil akhir yang optimal (Jafar, et al, 2016).Keturunan merupakan factor yang tidak dapat untuk diubah atau dimodifikasi, ini merupakan modal dasar untuk mendapatkan hasil akhir dari proses tumbuh anak. Termasuk dalam faktor genetik ini adalah jenis kelamin dan suku bangsa/ras (Riyadi dan Sukarmin, 2013).

b. Lingkungan 1) Gizi

Gizi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan.

Terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemah, mineral, vitamin, dan air.Apabila kebutuhan tersebut tidak atau kurang terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak (Marmi dan Rahardjo, 2015).

Kebutuhan gizi anak sesuai dengan perubahan-perubahan dalam tingkat pertumbuhan.Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dalam kaitannya dengan ukuran dari kebutuhan anak prasekolah atau usiaanak sekolah.Kebutuhan gizi meningkat lagi jika anak dekat dengan masa remaja (Stettler, 2011).

2) Lingkungan Prenatal (Yuniarti, 2015) Faktor lingkungan prenatal adalah :

a) Gizi ibu saat hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin.

b) Adanya toksin atau zat kimia berupa obat-obatan dapat menyebabkan kelainan kongenital.

c) Radiasi paparan radium dan sinar rontgen dapat menyebabkan kelainan pada janin seperti deformitas anggota gerak.

d) Infeksi : infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh virus TORCH (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes) dapat menyebabkan kelainan pada janin, katarak, bisu tuli, retasdasi mental dan kelainan jantung.

e) Kelainan imunologi : adanya perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolysis yang selanjutnya mengakibatkan kerusakan jaringan otak.

f) Psikologi ibu: kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu dan lain-lain.

3) Lingkungan Post Natal

a) Faktor biologis yaitu ras (suku bangsa), jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolism, dan hormone.

b) Faktor fisik yaitu cuaca (musim, keadaan geografis), keadaan rumah, sanitasi, dan radiasi.

c) Faktor psikososial yaitu stimulasi, ganjaran/hukuman yang wajar, motifasi belajar, keluarga sebaya, sekolah, stress, cinta dan kasih saying, kualitas interaksi anak dan orang tua.

d) Faktor kaeluarga dan Adat Istiadat yaitu pekerjaan/pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah dan ibu, adat istiadat, norma, agama, dan lain-lain.

2. Pertumbuhan Fisik pada Bayi Usia 6 - 11 Bulan (Jafar et al, 2016) a. Tinggi dan berat badan

Pada usia 4 bulan, ukuran bayi antara 23 dan 24 inci, pada usia satu tahun antara 28 dan 30 inci. Pada usia 4 bulan berat bayi biasanya bertambah dua kali lipat. Pada usia satu tahun berat bayi rata-rata tiga kali lebih berat dari berat badan lahir atau sekitar 21 ons.

b. Proporsi Fisik

Bayi baru lahir memiliki ukuran kepala lebih berat dibandingkan

dengan anggota tubuh lainnya kemudian akan semakin berkurang sedangkan pertumbuhan badan dan tungkai meningkat.

c. Tulang

Jumlah tulang meningkat selama masa bayi. Pengerasan tulang dimulai pada awal tahun pertama, tetapi belum selesai sampai masa puber.

Ubun-ubun atau daerah otak yang lunak 50% bayi baru lahir akan tertutup pada usia delapan belas bulan dan hamper semua bayi telah tertutup pada usia dua tahun.

d. Gigi

Rata-rata bayi mempunyai 4-6 gigi susu pada usia satu tahun dan 16 pada usia dua tahun. Gigi yang pertama muncul adalah gigi depan sedangkan yang terakhir adalah geraham.

e. Susunan Saraf

Pada waktu lahir, berat otak adalah seperdelapan berat total bayi.

Pertambahan berat otak paling pesat pada usia dua tahun. Otak kecil yang berperan penting untuk menjaga keseimbangan dan pengendalian tubuh bertambah beratnya tiga kali lipat pada usia satu tahun. Hal ini juga berlaku pada otak besar.

3. Penilaian Status Gizi

Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi,

antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain (Arsyad, 2004).

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul dan tebal lemak dibawah kulit. Ukuran tubuh manusia yang berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein danenergi (Supariasa, 2002). Dari beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan sesuai dengan usia adalah yang paling sering dilakukan dalam survey gizi. Untuk keperluan perorangan di keluarga, berat badan (BB), tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB) adalah yang paling dikenal (Soekirman,2000).

Menurut Depkes (2004) variasi dalam mengukur Status gizi pada anak yaitu:

a. Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun.

Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat.Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan. Umur anak dihitung berdasarkan bulan penuh artinya umur dihitung satu bulan apabila telah genap 30 hari (Depkes, 2008, Jafar et al, 2016).

1) Cara menghitung umur anak

a) Menghitung selisih antara tanggal lahir dan tanggal kunjungan Langkah-langkah perhitungan umur anak :

(1)Tentukan tanggal lahir anak, dalam format tanggal, bulan, tahun misalnya : 5-4-2006

(2)Tulis tanggal kunjungan, misalnya : 19-9-2008

(3)Hitung umur anak dengan mengurangi tanggal kunjungan.

b) Menghitung/menentukan umur anak yang tidak diketahui tanggal lahirnya

Bila tanggal lahir anak tidak diketahui, lakukan langkah-langkah berikut :

(1) Gunakan kalender lokal

(2) Tanyakan kapan anak dilahirkan dengan menghubungkan kejadian penting yang terdekat, misalnya lebaran.

(3) Mencari anak yang pada saat dilahirkan bersamaan atau berdekatan.

(bila umur anak tidak dapat ditentukan jadi dalam menilai anak hanya menggunakan indicator berat badan menurut panjang badan/tinggi badan).

b. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu.

Alat dan cara pengukuran berat badan (Depkes, 2008, Jafar et al, 2016).

1) Dacin

Sembilan langkah penimbangan (Supariasa, 2002) :

a) Langkah 1: Gantung dacin pada dahan pohon, palang rumah, atau penyangga kaki tiga

b) Langkah 2: Periksalah apakah dacin sudah tergantung kuat. Tarik batang dacin ke bawah kuat-kuat

c) Langkah 3: Sebelum dipakai letakkan bandul geser pada angka 0.Batng dacin dikaitkan dengan tali pengaman.

d) Langkah 4: Pasanglah celana timbang, kotak timbang atau sarung timbang yang kosong pada dacin.

e) Langkah 5: Seimbangkan dacin yang sudah dibebani celana timbang, kotak timbang atau sarung timbangan dengan cara memasukkan pasir ke dalam kantong plastik.

f) Langkah 6: Anak ditimbang dan seimbangkan dacin.

g) Langkah 7: Tentukan berat badan anak dengan membaca angka di ujung bandul geser.

h) Langkah 8: Catat hasil penimbangan diatas dengan secarik kertas i) Langkah 9: Geserlah bandul ke angka 0, letakkan batang dacin

dalam tali pengaman, setelah itu bayi atau anak dapat diturunkan.

2) Timbangan injak a) Persiapan

(1)Keluarkan alat timbang dari kotak karton (2)Pasang baterai pada bagian bawah alat timbang

(3)Letakkan alat timbang pada lantai yang keras dan datar

(4)Responden yang akan ditimbang diminta membuka alas kaki, jaket, serta mengeluarkan isi kantong yang berat seperti kunci.

b) Prosedur penimbangan anak yang sudah bisa berdiri

(1)Aktifkan alat timbang dengan cara menekan/menginjak sudut kanan bawah alat. Mula-mula akan muncul garis yang

bergerak-gerak tunggu sampai muncul angka 0,0. Bila angka 0,0 sudah stabil berarti alat timbang siap digunakan.

(2)Anak diminta naik ke alat timbang dengan posisi kaki tepat di tengah alat timbang, tetapi tidak menutupi jendela baca.

(3)Perhatikan posisi kaki anak tepat ditengah alat timbang, sikap tenang dan kepala tidak menunduk

(4)Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul, dan tunggu sampai angka tidak berubah.

(5)Catat angka yang terakhir

(6)Minta anak turun dari alat timbang, alat timbang akan off secara otomatis.

c. Tinggi Badan

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO

bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.

Peralatan yang diperlukan untuk mengukur panjang badan adalah papan ukuran panjang badan (infantometer).Untuk mengukur tinggi menggunakan microtoise yang diletakkan pada permukaan yang vertical seperti dinding atau tiang untuk anak yang sudah bisa berdiri (Wong, Onishi et al. 2013).

1) Penyaiapan alat ukur

a) Tempelkan alat pengukur pada bagian dinding dengan bagian yang lebih panjang menempel di lantai dan bagian yang lebih pendek menempel di tembok. Tarik meteran pengukur ke atas hingga anda bias melihat angka ) pada garis merah di kaca pengukur yang menempel di lantai (anda harus berlutut untuk melihat angka 0 ini sehingga anda harus dibantu seseorang untuk menahan ujung atas meteran pengukur). Prosedur ini sangat penting untuk memastikan pengukuran yang akurat.

b) Tempelkan ujung atas alat pengukur dengan menggunakan paku, pastikan kestabilan alat tersebut.

c) Setelah anda memastikan bahwa bagian atas sudah menempel dengan stabil maka meteran alat pengukur dapat anda Tarik ke atas dan pengukuran tinggi siap dilakukan.

2) Cara pengukuran tinggi badan :

a) Mintalah ibu si anak untuk melepaskan sepatu si anak dan melepaskan hiasan atau dandanan rambut yang mingkin dapat mempengaruhi hasil pengukuran TB anak. Mintalah si ibu untuk membawa anak tersebut ke papan ukur dan berlutut di hadapan si anak. Mintalah si ibu agar berlutut dengan kedua lutut di sebelah kanan si anak.

b) Berlututlah anda dengan lutut sebelah kanan disebelah kiri anak tersebut. Ini akan memberikan kesempatan maksimum kepada anda untuk bergerak.

c) Tempatkan kedua kaki si anak secara merata dan bersamaan di tengah-tengah dan menempel pada alat ukur/dinding. Tempatkan tangan kanan anda sedikit diatas mata kaki si anak pada ujung tulang kering, tangan kiri anda pada lutut si anak dan dorong kea rah papan ukur/dinding. Pastikan kaki si anak lurus dengan tumit dan betis menempel di papan ukur/dinding.

d) Mintalah si anak untuk memandang lurus ke arah depan atau kepada ibunya yang berdiri di depan si anak. Pastikan garis pandang si anak sejajar dengan tanah. Dengan tangan kiri anda peganglah dagu si anak. Dengan perlahan-lahan ketatkan tangan anda. Jangan menutupi mulut atau telingasi anak. Pastikan bahu si anak rata, dengan tangan di samping, dan kepala, tulang bahu dan pantat menempel di papan ukur/dinding.

e) Mintalah si anak untuk mengambil nafas panjang.

Status gizi merupakan status kesehatan dari suatu individu yang dipengaruhi oleh asupan makanan dan penggunaan zat gizi di dalam tubuh.

Status gizi dapat menjadi preduktor suatu outcome penyakit dan juga dapat menjadi salah satu cara pencegahan dini suatu penyakit. Pada masa 2 tahun pertama kehidupan (bayi dibawah dua tahun/bayi) memiliki karakteristik pertumbuhan fisik yang cepat. Kelompok usia bayi dibawah dua tahun (bayi) termasuk kelompok yang rentan terhadap masalah gizi. Kriteria utama untuk menentukan status gizi pada pada bayi dibawah dua

tahunadalah dengan menggunakan indeks antropometri (Rasyid, 2015):

a. Berat badan Menurut Umur (BB/U)

Indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi, berat badan menurut umur tidak sensitive untuk mengetahui apakah sesorang mengalami kekurangan gizi masa lalu atau masa kini. Berat badan menurut umur merefleksikan status gizi masa lalu maupun masa kini.

b. Tinggi badan menurut Umur (TB/U)

Indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu.Beaton dan bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi masa lampau juga lebih erat kaitannya dengan status sosial ekonomi.

c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan.

Dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan

pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini.Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur.

d. Indeks Massa Tubuh Menurut Umur

IMT/U adalah indicator yang terutama bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat badan dan kegemukan.Biasanya IMT tidak meningkat dengan bertambahnya umur seperti yang terjadi pada berat badan dan tinggi badan, tetapi pada bayi peningkatan IMT naik secara tajam karena terjadi peningkatan berat badan secara cepat relative terhadap panjang badan pada 6 bulan pertama kehidupan.IMT menurun pada bayi setelah 6 bulan dan tetap stabil pada umur 2 – 5 tahun.

4. Sifat-sifat indikator status gizi

Menurut Kemenkes RI (2013), sifat-sifat indikator status gizi yaitu.

a. Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/U memberikan indikasi masalah secara umum, masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan.

b. Indikator BB/U yang rendah dapat disebabkan karena pendek (masalah gizi kronis) atau sedang menderita diare atau penyakit infeksi lain (masalah gizi akut).

c. Indikator status gizi berdasarkan indeks PB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama. Misalnya : kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan

pola asuh/pemberian mkan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek.

d. Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/PB memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama.

e. Indikator BB/PB dan IMT/U dapat digunakan untuk identifikasi kurus dan gemuk. Masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat pada resiko berbagai penyakitdegenerativ pada saat dewasa (Teori Barker)

f. Masalah gizi akut – kronis adalah masalah gizi yang memiliki sifat masalah gizi akut dan kronis. Sebagai contoh anak yang kurus dan pendek.

Tabel 2.1

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

Indeks Kategori Status Gizi

Ambang Batas (Z-Score)

Berat Badan menurut Umur

(BB/U)

Gizi Buruk < -3 SD

Gizi Kurang -3 SD sampai dengan 2 SD Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD

Gizi Lebih >2 SD

Panjang Badan Menurut umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur

(TB/U)

Sangat Pendek < -3 SD

Pendek -3 SD sampai dengan < -2 SD Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Tinggi >2 SD

Berat Badan Menurut Panjang

Badan (BB/PB) atau Berat Badan

Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Sangat Kurus <-3 SD

Kurus -3SD sampai dengan <-2 SD Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Gemuk >2 SD

Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)

Sangat kurus <-3 SD

Kurus -3SD sampai dengan <-2 SD Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Gemuk >2 SD

Sumber: Kemenkes RI, 2011

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut Waterlow,et,al, gizi anak-anak

dinegara-negara yang populasinya relative baik (well-nourished), sebaiknya digunakan “presentil”, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan (Arsyad, 2004).

Dokumen terkait