• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI GAMBARAN FREKUENSI KUNJUNGAN BAYI USIA 6 - 11 BULAN KE POSYANDU 3 BULAN BERTURUT- TURUTTERHADAP PERTUMBUHANDI WILAYAH KERJAPUSKESMAS ANTARAKOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI GAMBARAN FREKUENSI KUNJUNGAN BAYI USIA 6 - 11 BULAN KE POSYANDU 3 BULAN BERTURUT- TURUTTERHADAP PERTUMBUHANDI WILAYAH KERJAPUSKESMAS ANTARAKOTA MAKASSAR"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

GAMBARAN FREKUENSI KUNJUNGAN BAYI USIA 6 - 11 BULAN KE POSYANDU 3 BULAN BERTURUT-

TURUTTERHADAP PERTUMBUHANDI WILAYAH KERJAPUSKESMAS ANTARAKOTA MAKASSAR

YUNITA K21113010

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Gizi

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv RINGKASAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI ILMU GIZI Yunita

‘‘Gambaran Frekuensi Kunjungan Bayi Usia 6-11 Bulan ke Posyandu 3 Bulan Berturut-turut terhadap Pertumbuhan di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar’’

Dibimbing oleh Djunaedi M. Dachlan dan Aminuddin Syam (xiv + 92 Halaman +12Tabel + 7 Lampiran)

Posyandu adalah bentuk peran serta masyarakat dibidang kesehatan yang di kelola oleh kader dengan sasaran seluruh masyarakat. Namun, kesadaran masyarakat akan pemeliharaan kesehatan masih kurang sehingga masalah status gizi atau gangguan pertumbuhan masih merupakanpermasalahan pokok yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran frekuensi kunjungan bayiusia 6-11 bulan ke posyandu 3 bulan berturut-turut terhadap pertumbuhan di wilayah kerja Puskesmas Antara Kota Makassar. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan survei deskriptifdenganpopulasinyayaitubayiusia 6-11 bulan di Puskesmas Antara Kota Makassar. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive samplingyang memenuhi kriteria sampel yang telah ditetapkan. Sampel dalam penelitian ini adalah bayi usia 6-11 bulan dengan jumlah 32 bayi.

Pengumpulan data dengan cara pengukuran berat badan, tinggi badan dan status gizi bayi serta melihat data register posyandu. Pengolahan data menggunakan program Software Package for Social Science (SPSS). Analisis data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi disertai dengan narasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi kunjungan bayi usia 6-11 bulan ke posyandu 3 bulan berturut-turutdiwilayah kerja puskermas Antara yaitu 52,7%. Selainitu, diperoleh juga status gizi dengan indikator BB/U terdapat 22 (68,7%) bayi gizi baik, 1 (3,1%) bayi gizi buruk, 7 (21,8%) bayigizikurang, dan 2 (6,2%) bayigizilebih. IndikatorPB/U terdapat 29 (90,6%) bayi gizi normal dan 3 (9,4%) bayi gizi pendek. IndikatorBB/PB terdapat 22 (66,8%) bayi gizi normal, 1 (3,1%) bayi gizi sangat kurus, 3 (9,4%) bayi gizi kurus, dan 6 (18,8%) bayigizigemuk.IndikatorIMT/U terdapat 21 (65,6%) bayi gizi normal, 1 (3,1%) bayi gizi sangat kurus, 5 (15,6%) bayi gizi kurus, dan 5 (15,6%) bayigizigemuk.Berdasarkan hasil penelitian,peneliti menyarankan agar petugas puskesmas dan kader posyandu memaksimalkan dalam mengajak masyarakat untuk memeriksakan anaknya keposyandu.

Daftar pustaka : 30 (2002-2017)

Kata kunci : Status gizi, bayi, posyandu

(5)

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim

AssalamualaikumWarahmatullahiWabarakatuh

Alhamdulillahirabbilalamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala keridhaan dan cinta-Nya kepada penulis, berupa rezeki, kesehatan dan kemudahan dalam menjalankan segala urusan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikunya hingga akhir zaman.

Penyusunan skripsi ini dengan judul “Gambaran Frekuensi Kunjungan BayiUsia 6-11 Bulan ke Posyandu 3 Bulan Berturut-turut terhadap Pertumbuhan di Wilayah Kerja Puskesmas Antara” merupakan salah persyaratan untuk menyelesaikan studi di Program Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Keberhasilan penulis sampai pada tahap skripsi ini tidak lepas dari bantuanberbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat penulis menyampaikan ucapan terimm kasih kepada:

1. Kedua orang tua tersayang Simon dan SumiyemselakuperpanjanganTuhan yang selalumemberikannasihatdankasihsayangnya yang tiadabatasdanterukur.

2. Syanti Simon, DwiNingsih, danRiyadiselakukakakpenulisyang senantiasa memberikan nasihat, semangat, kritik, dan saran demi kelancaran segala kebutuhan penulis.

(6)

vi

3. dr. Djunaedi M. Dachlan, MS selaku pembimbing I dan Dr. Aminuddin Syam.,SKM.,M.Kes.,M.Med.ED selaku pembimbing II yang selalu sabar dan senantiasa memberikan masukan dan arahan-arahan dalam penyempurnaan penyusunan skripsi.

4. Andi Imam Arundhana, S.Gz, MPH selaku penguji I, Dr.Devintha Virani.,M.Kes.,SpGK selaku penguji II dan Indra Fajawati Ibnu, SKM.,MA, selaku penguji III, yang telah memberikan masukan saran dan kritik yang membangun demi menyempurnakan skripsi ini.

5. DR. dr. Citrakesumasari, M.Kes.,Sp.GK selaku dosen penasehat akademik danKetua Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.yang telah memberikan motivasi selama menempuh pendidikan.

6. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat dan para Wakil Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat dan seluruh staff Fakultas Kesehatan Masyarakat.

7. Seluruh dosen dan para staf Program Studi Ilmu Gizi FKM Unhasterutama kak Yessidankak Rizal yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan dan bantuan kepada penulis selama menjalani perkuliahan.

8. KepalaPuskesmas Antara yang telahmemberikanizinnya, sehinggapenulisdapatmenyelesaikanskripsiini.

9. Ibu Ira selaku tenaga petugas Gizi dan seluruh staff di Puskesmas Antara Kota Makassar yang telah membantu dan mengarahkan selama penelitian.

10. KeluargaMahasiswa FKM Unhas yang

telahmenjadiwadahsekaligussumberinspirasi, memberi petualangan, pegalaman, dankemerdekaan berfikir.

(7)

vii

11. Keluarga besar REMPONG 2013, keluargaseperjuangan yang dilahirkanbersamadalamkeringatkaderisasi proses yang mengajarkanpenulismaknacintadankebersamaan.

12. Keluarga besar GUBRAK 2013 yang senantiasa menjadi informasi seputar keilmuan penulisdankelancarandalampenyusunanskripsi.

13. Saudari-saudariku Sang Pemimpi (Isti, Maysuri, Ulfa, Anti, Lia, Hikmah, dan Tri) para sahabat yang selalu mendengarkan curahan hati peulis tempat konsultasi setelah pembimbing, pemberi nasihat, semangat dan bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

14. Muhammad Chaeroel Ansar, sang editor dan penerang jiwa penulis, sahabat setia yang selalu sabar, dan pemberi semangat terbaik.

15. Semuapihak yang tidakdapatpenulissebutkansatupersatu, terimakasihatassegaladukungandanbantuanselamaini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati peneliti menyadari bahwa peneliti hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari salah dan khilaf dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, karena sesungguhnya kebenaran sempurna hanya milik Allah semata. Oleh karena itu, peneliti sangat menghargai bila ada kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini.

Makassar, November 2017

Yunita

(8)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

RINGKASAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang. ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian. ... 5

D. Manfaat Penelitian. ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Umum tentang Posyandu. ... 7

B. Tinjauan Umum tentangPertumbuhan Bayi Usia 6-11 Bulan. ... 20

C. Kerangka Teori. ... 36

BAB III KERANGKA KONSEP A.Dasar Pemikirian Variabel Penelitian. ... 37

B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif. ... 37

BAB IV METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 40

B. Waktu dan LokasiPenelitian. ... 40

C. Populasi dan Sampel. ... 40

D. Pengumpulan Data ... 41

E. Pengolahandan Analisis Data. ... 42

F. Penyajian Data ... 43

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian. ... 44

(9)

ix

B. Hasil Penelitian. ... 46 C. Pembahasan. ... 61 BAB VI PENUTUP

A.Kesimpulan. ... 72 B. Saran. ... 73 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak ... 35 Tabel 5.1 Data Sasaran dan Kunjungan Bayi usia 6-11 Bulan ke

Posyandu 3 Bulan Berturut-turut di Wilayah Kerja

Puskesmas Antara... ... 45 Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas

Antara Kota Makassar Tahun 2017... 47 Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Orang Tua Bayi Usia 6-11 Bulan

di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar

Tahun 2017... 48 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur

Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar

Tahun 2017... 49 Tabel 5.5 Distribusi Status Gizi Bayi (BB/U) Menurut Karakteristik

Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar

Tahun 2017... 51 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Panjang Badan Menurut

Umur Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Antara

Kota Makassar Tahun 2017 ... 52 Tabel 5.7 Distribusi Status Gizi Bayi (PB/U) Menurut Karakteristik

Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar

Tahun 2017... 52 Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Berat Badan Menurut

Panjang Badan Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas

Antara Kota Makassar Tahun 2017... 54 Tabel 5.9 Distribusi Status Gizi Bayi (BB/PB) Menurut Karakteristik

Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar

Tahun 2017... 56 Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan IMT Menurut Umur Bayi

di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar

(11)

xi

Tahun 2017... 56 Tabel 5.11 Distribusi Status Gizi Bayi (IMT/PB) Menurut Karakteristik

Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar

Tahun 2017... 58 Tabel 5.12 Distribusi Validasi Pengukuran Bulan April oleh Kader

dan Peneliti di Wilayah Kerja Puskesmas Antara

Kota Makassar Tahun 2017 ... 59

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Teori ... 37 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 38 Gambar 5.1 Grafik Status GiziBayipadaBulan September Oleh Kader

danPenelitidi Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar Tahun 2017 ………... 59

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Kuesioner Penelitin ... 1

Output Hasil Analisis SPSS ... 2

Surat Izin Penelitian dari Fakultas ... 3

Surat Izin Penelitian dari Dinas Penanaman Modal ... 4

Surat Izin Penelitian dari Walikota Makassar ... 5

Surat Izin Penelitian dari DinasKesehatan ... 6

Dokumentasi Penelitian ... 7

(14)

xiv

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN Istilah/ Singkatan Kepanjangan/ Pengertian

ANC Antenatal Care

ASI Air Susu Ibu

BAYI Bawah Dua Tahun

BB Berat Badan

DEPKES Departemen Kesehatan

IMT Indeks Massa Tubuh

IMR Infant Mortality Rate

KB Keluarga Berencana

KIA Kesehatan Ibu dan Anak

PB Panjang Badan

PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PKK Pemberdayaan Keterampilan Keluarga POSYANDU Pos Pelayanan Terpadu

PUSKESMAS Pusat Kesehatan Masyarakat

RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

SDM Sumber daya manusia

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan nasional yang tercantum dalam konsep Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) 2015–2019 salah satunya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai usia dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti perawatan dan makanan bergizi dapat membentuk SDM yang cerdas, sehat dan produktif. Penimbangan balita di posyandu merupakan indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan imunisasi serta prevalensi gizi kurang (Sugiyarti, dkk., 2014).

Posyandu adalah bentuk peran serta masyarakat dibidang kesehatan yang di kelola oleh kader dengansasaran seluruh masyarakat.Adapuntujuan diadakan posyandu adalah untuk memeliharadan meningkatkan kesehatan bayi, balita, ibu danpasangan usia subur. Posyandu merupakan salah satupelayanan kesehatan di desa untuk memudahkanmasyarakat untuk mengetahui atau memeriksakankesehatan terutama untuk ibu hamil dan anak balita (Sumirat dan Isti, 2012).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa Posyandu merupakan tempat yang paling banyak dikunjungi untuk

1

(16)

penimbangan balita yaitu sebesar 78,3%; balita yang ditimbang secara rutin (4 kali atau lebih), ditimbang 1-3 kali dan yang tidak pernah ditimbang berturut- turut adalah 45,4%, 29,1%, dan 25,5% (Depkes RI, 2007).

Hasil Riskesdas pada tahun 2010 menunjukan bahwa semakin tinggi umur anak, semakin rendah cakupan penimbangan rutinyang dilakukan di posyandu (≥ 4 kali selama enam bulan terakhir). Semakin tinggi umur anak, semakin tinggi juga persentase anak yang tidak pernah ditimbang di posyandu. Balita yang ditimbang secara rutin (4 kali atau lebih), ditimbang 1-3 kali dan yang tidak pernah ditimbang berturut-turut adalah 49,4%, 26,8%, dan 23,8%. (Depkes RI, 2010).

Berdasarkan Riskesdas (2013), frekuensi penimbangan bayi yang dilakukan setiap bulan menunjukkan bahwa persentase bayi 6-11 bulan yang ditimbang secara rutin (4 kali atau lebih) 66,1%, ditimbang 1-3 kali 20,9%, dan yang tidak pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir 13% (Kemenkes RI, 2013).Dari hasil riskesdas tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan tiap tahunnya dalam presentase kehadiran bayi yang ditimbang secara rutin. Namun, masalah status gizi atau gangguan pertumbuhan masih merupakanpermasalahan pokok yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa sebagian besar bayi usia 6-11 bulan yang diberi susu formula memiliki status gizi kurang, tinggi dan kurus serta pernah menderita infeksi. Hal yang sama diungkapkan oleh Wahyuni yang menyebutkan bahwa bayi yang diberi susu formula cenderung memiliki status

gizi kurang dan pernah menderita infeksi (Wahyuni, 2011).

(17)

Oleh karena itu, masa balita khususnya dibawah dua tahun merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang palingpesatdan rentan, dibandingkan dengan kelompok umurlainnya. Pertumbuhan berat anak dimulai sejak lahir sampai anakberumurdelapan belastahundan dipengaruhibeberapafaktoryangsecara garisbesardapatdiklasifikasikan menjadi dua,yaitu faktorgenetikdannon genetik, seperti lingkungan,nutrisi,dan penyakit.

Riskesdas menghasilkan berbagai peta masalah kesehatan dan kecenderungannya, pada bayi lahir sampai dewasa. Prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) memberikan gambaran yang fluktuatif dari 18,4 % (2007) menurun menjadi 17,9 % (2010) kemudian meningkat lagi menjadi 19,6 % (2013). Masalah stunting/pendek pada balita masih cukup serius, angka nasional 37,2%. Tidak berubahnya prevalensi status gizi, terlihat dari kecenderungan proporsi balita yang tidak pernah ditimbang enam bulan terakhir semakin meningkat dari 25,5% (2007) menjadi 34,3% (2013) (Kemenkes RI, 2013).

Secara umum prevalensi gizi buruk di Sulawesi Selatan menurut hasil Riskesdas 2007 adalah 5,1% dan gizi buruk 12,5% dari 23 Kabupaten / Kota terdapat delapan Kabupaten/Kota diatas angka provinsi dan Sulawesi Selatan sudah mencapai target pencapaian program perbaikan gizi pada RPJM 2015 sebesar 20% sedangkan pada tahun 2010 prevalensi balita gizi kurang dan buruk menurut indikator BB/U sebanyak 25,0%, balita pendek dan sangat pendek menurut indikator TB/U sebanyak 39,0% dan prevalensi balita gizi

(18)

buruk kurus dan sangat kurus menurut indikator BB/TB sebanyak 12,5%.

Menurut hasil Riskesdas tahun 2013 prevalensi gizi buruk kurang pada anak balita sebesar 25,6 persen, yang berarti masalah gizi berat-kurang di Sulawesi Selatan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan prevalensi tinggi (Kemenkes RI, 2013).

Pertumbuhan merupakan komponen penting dalam penilaian status gizi dan dapat digunakan sebagai indikator dari kesehatan/kesejahteraan individu maupun populasinya. Pemantauan pertumbuhan seorang anak dapat dinilai melalui pertambahan berat badan dan tinggi badan dibandingkan dengan usia anak. Permasalahan gizi pada anak balita dapat terjadi eratkaitannyadenganpemantauan pertumbuhan yang belumoptimal atau kesadaran.

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian mengenai gambaran frekuensi kunjungan balita usia 6-11 bulan ke posyandu 3 bulan berturut-turut terhadap pertumbuhan di wilayah kerja Puskesmas Antara kota Makassar, mengingat posyandu merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan dan sebagai tempat pemantauan pertumbuhan bayi. Adapun, puskesmas Antara dipilih oleh sebab diantara puskesmas yang ada puskesmas Antara memilki data yang lengkap.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan dapat dirumuskan

(19)

yaitu bagaimana gambaran frekuensi kunjungan bayi usia 6-11 bulan ke posyandu 3 bulan berturut-turut terhadap pertumbuhan di wilayah kerja Puskesmas Antara kota Makassar.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran frekuensi kunjungan bayi usia 6-11 bulan ke posyandu 3 bulan berturut-turut terhadap pertumbuhan di wilayah kerja Puskesmas Antara kota Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran frekuensi kunjungan bayi usia 6-11 bulan ke posyandu 3 bulan berturut-turut di wilayah kerja Puskesmas Antara kota Makassar.

b. Untuk mengetahui gambaran pertumbuhan bayi usia 6 – 11 bulan di wilayah kerja Puskesmas Antara kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan pengembangan ilmu yang dapat menjadi suatu proses pendidikan dalam pemanfaatan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang lebih lanjut.

2. Manfaat Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat khususnya orang tua penelitian ini dapat menjadi

(20)

sumber informasi yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan orang tua terkait perkembangan bayi.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti untuk memperluas pengetahuan khususnya mengenai pengaruh kunjungan ibu ke posyandu terhadap perkembangan bayi usia 6-11 bulan.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Posyandu 1. Definisi Posyandu

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari, dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan danmemberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita (Kemenkes, 2012). Posyandu terintegrasi adalah kegiatan pelayanan sosial dasar keluarga dalam aspek pemantauan tumbuh kembang anak. Dalam pelaksanannya dilakukan secara koordinatif dan interatif serta saling memperkuat antar kegiatan dan program untuk kelangsungan pelayanan di posyandu sesuai dengan pemberdayaan masyarakat (Kemenkes, 2011).

Istilah posyandu yang dikenal sebagai pos pelayanan terpadu adalah suatu tempat yang kegiatannya tidak dilakukan setiap hari melainkan satu bulan sekali diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan terdiri dari beberapa pelayanan kesehatan yaitu :

a. Pelayanan pemantauan pertumbuhan berat badan balita.

b. Pelayanan Imunisasi.

(22)

c. Pelayanan kesehatan Ibu dan anak. Pelayanan ibu berupa pelayanan ANC (Antenatal Care), kunjungan pasca persalinan (nifas) sementara pelayanan anak berupa deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang balita dengan maksud menemukan secara dini kelainan-kelainan pada balita dan melakukan intervensi segera.

d. Pencegahan dan penanggulangan diare dan pelayanan kesehatan lainnya.

2. Tujuan dan Fungsi Posyandu

Tujuan Penyelenggaraan Posyandu ialah sebagai berikut.

a. Menurunkan angka kematian ibu dan anak.

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR (Infant Mortality Rate).

c. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).

d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan menunjang peningkatan hidup sehat.

e. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehingga tercapai peningkatan cakupan pelayanan kesehatan.

f. Meningkatkan dan membina peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk usaha kesehatan masyarakat.

Posyandu berfungsi sebagai media diskusi, media informasi, media edukasi/pendidikan dan media fasilitasi (pembimbingan) bagi masyarakat.

3. Sasaran Posyandu

Sasaran dalam penyelenggaraan Posyandu yakni.

7

(23)

a. Bayi Usia < 1 tahun b. Anak Balita 1 – 5 tahun

c. Ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas d. Wanita Usia Subur (WUS)

4. Kegiatan Posyandu

a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 1) Ibu Hamil

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:

a) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar lengan atas), pemberian tablet besi, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan tinggi fundus uteri, temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca pesalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu oleh kader. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

b) Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan Kelas Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan.

2) Ibu Nifas dan Menyusui

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas danmenyusui mencakup:

(24)

a) Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi.

b) Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI(1 kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsullagi 24 jam setelah pemberian kapsul pertama).

c) Perawatan payudara.

d) Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

3) Bayi dan Anak balita

Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembangnya. Jenis Pelayanan yang diselenggarakan di posyandu mencakup :

a) Penimbangan berat badan b) Penentuan status pertumbuhan c) Penyuluhan dan konseling

d) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dinitumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

b. Keluarga Berencana (KB)

(25)

Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB.

Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat dilakukan pemasangan IUD dan implant.

c. Imunisasi

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan sesuai dengan program terhadap bayi dan ibu hamil.

d. Gizi

Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin A dan tablet Fe. Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau beradadi bawah garis merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau Poskesdes.

e. Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan

(26)

penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan (Kemenkes, 2011).

5. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu

Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh kader, tim penggerak Pemberdayaan Keterampilan Keluarga (PKK) desa/kelurahan serta petugas kesehatan dari puskesmas. Dilakukan pelayanan masyarakat dengan system 5 meja :

a. Meja I : Pendaftaran b. Meja II : Penimbangan

c. Meja III : Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat)

d. Meja IV : Komunikasi/penyuluhan perorangan berdasarkan KMS

e. Meja V : Tindakan (pelayanan imunisasi, pemberian vitamin A dosis tinggi berupa obat tetes mulut tiap bulan Februari dan Agustus, pengobatan ringan, pembagian pila tau kondom, konsultasi KB - Kesehatan).

6. Strata Posyandu

Posyandu dikelompokkam menjadi empat yaitu : a. Posyandu Pratama (warna merah)

Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 orang.

Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan posyandu, di samping karena jumlah kader yangterbatasdapat pula karena belum

(27)

siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.

b. Posyandu Madya (warna kuning)

Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi, dan imunisasi) masih rendah kurang dari 50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan posyandu, antara lain : 1) Pelatihan tokoh masyarakat, dengan menggunakan Modul Posyandu

dengan metode simulasi.

2) Menetapkan Survei Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) di posyandu, dengan tujuan untuk merumuskan masalah dan menetapkan cara penyelesaiannya dalam rangka meningkatkan cakupan Posyandu.

c. Posyandu Purnama (warna hijau)

Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali pertahun, rata-rata jumlah kader 5 atau lebih, cakupan 5 program utamanya lebih dari 50%. Mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas kurang dari 50% Kepala Keluarga (KK) di

(28)

wilayah kerja posyandu. Intervensi yang dapt dilakukan untuk perbaikan peringkat antara lain :

1) Sosialisasi program dana sehat yang bertujuan untuk memantapkan pemahaman masyarakat tentang dana sehat.

2) Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat yang kaut dengan cakupan anggota lebih dari 50% KK. Peserta pelatihan adalah para tokoh masyarakat, terutama pengurus dana sehat/kelurahan, serta untuk kepentingan posyandu mengikutsertakan pula pengurus posyandu.

d. Posyandu Mandiri (warna biru)

Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan uatamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja posyandu. Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan program dana sehat, sehingga terjamin kesinambungannya.

Selain itu dapat dilakukan intervensi memperbanyak macam program tambahan sesuai dengan masalah dan kemampuan masing-masing (Kemenkes, 2011).

7. Kunjungan Posyandu

(29)

Kunjungan Posyandu adalah berkunjung balita ke posyandu dalam pemantauan berat badan anak pada umur 0-59 bulan selama enam bulan terakhir yang dikelompokkan menjadi “tidak pernah berkunjung selama enam bulan terakhir”, 1-3 kali yang berarti “tidak teratur”, dan 4-6 kali yang diartikan sebagai “teratur”. (Kemenkes RI, 2010)Anderson dalam Notoatmodjo (2010) menggambarkan model system kesehatan (health system model) berupa model kepercayaan kesehatan.Terdapat 3 kategori

utama dalam pelayanan kesehatan yakni karakteristik predisposisi, karakteristik pendukung dan karakteristik kebutuhan.

a. Karakteristik Predisposisi

Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri individu yang digolongkan dalam 3 kelompok yaitu:

1) Ciri-ciri demografi seperti jenis kelamin dan umur.

2) Struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras, dan sebagainya.

3) Manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.

b. Karakteristik Pendukung

Mencerminkan bahwa meskipun mempunai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia tidak akan bertindak untuk menggunakannya kecuali bila mampu menggunakannya. Penggunaan

(30)

pelayanan kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar.

c. Karakteristik Kebutuhan

Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan pendukung ada. Kebutuhan ini dibagi menjadi 2 kategori, dirasa dan evaluated.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan kunjungan ibu untuk membawa balitanya ke posyandu yaitu (Maulana, 2013):

a. Umur Ibu

Usia dari orang tua terutama ibu yang relatif muda, maka cenderung untuklebih mendahulukan kepentingan sendiri daripada anak dan keluarganya. Sebagian besar ibu yang masih berusia muda memiliki sedikit sekali pengetahuan tentang gizi yang akan diberikan pada anaknya dan pengalaman dalam mengasuh anak.

b. Pendidikan ‘

Perubahan perilaku kesehatan melalui cara pendidikan atau promosi kesehatan ini diawali dengan cara pemberian informasi- informasi kesehatan. Pemberian informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat

(31)

tentang hal tersebut. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi.

c. Pengetahuan

Seseorang yang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), maka ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan yaitu pengetahuan tentang sakit dan penyakit, pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, pengetahuan tentang kesehatan lingkungan. Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi.

Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi. Pengetahuan dapat mengubah perilaku ke arah yang diinginkan. Perilaku yang diharapkan dari pengetahuan ini dalam hubungannya dengan partisipasi ibu dalam berkunjung ke posyandu.

d. Pekerjaan

Data Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara kurang gizi dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk.Proporsi anak yang gizi kurang dan gizi buruk berbanding terbalik dengan

(32)

pendapatan.Semakin kecil pendapatan penduduk, semakin tinggi presentase anak yang kekurangan gizi dan sebaliknya, semakin tinggi pendapatan, semakin kecil presentase gizi buruk.Kurang gizi berpotensi sebagai penyebab kemiskinan melalui rendahnya pendidikan dan produktivitas.

Faktor ekonomi dapat menjadi salah satu faktor penentu dari status gizi, maka perbaikan taraf ekonomi pada seseorang akan meningkatkan status gizi seseorang tersebut. Masalah gizi bersifat multikompleks karena tidak hanya faktor ekonomi yang berperan tetapi faktor-faktor lain ikut menentukan dalam penyebab terjadinya masalah gizi tersebut. Perbaikan gizi dapat digunakan sebagai alat atausasaran dari pembangunan untuk meningkatkan derajat peningkatan status gizi seseorang. Seseorang yang melakukan pekerjaan dalam upaya mendapatkan penghasilan untuk perbaikan gizi keluarganya, akan tetapipenghasilan yang didapatkan masih rendah, maka menyebabkan kemampuan untuk menyediakan makanan bagi keluarga dengan kualitas dan kuantitas yang menjadi makanan dengan kandungan gizi yang terbatas.

e. Akses terhadap Pelayanan Kesehatan

Terdapat kategori pelayanan kesehatan yaitu kategori yang berorientasi publik (masyarakat) dan kategori yang berorientasi pada perorangan (individu). Pelayanan kesehatan masyarakat lebih diarahkan langsung ke arah publik daripada arah individu-individu yang khusus.

(33)

Pelayanan kesehatan perorangan akan langsung diarahkan ke individu itu sendiri. Seseorang dalam berpartisipasi harus didukung dalam partisipasinya, seperti adanya sarana transportasi. Kemudahan untuk mengakses lokasi atau tempat kegiatan, dan waktu pelaksanaan kegiatan dapat menjadi faktor pendukung partisipasi yang dilakukan oleh seseorang. Semakin dekat jarak tempuh rumah dengan tempat penyelenggaraan posyandu, maka akan lebih banyak masyarakat memanfaatkan posyandu.

f. Dukungan Keluarga

Kedudukan seorang istri dalam keluarga bergantung pada suami, sedangkan kedudukan seorang anak perempuan bergantung pada ayah.

Keikutsertaan perempuan dalam suatu kegiatan biasanya harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari keluarga ataupun suaminya, sehingga keluarga ataupun suami tersebut dapat menjadi faktor yang mempengaruhi keikutsertaan perempuan dalam suatu program.

g. Dukungan Kader Posyandu

Kader adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu secara sukarela. Kader diharapkan mampu membawa nilai baru yang sesuai dengan nilai yang ada di daerahnya, dengan menggali segi-segi positifnya. Kader yang dipercaya oleh masyarakat, maka dapat berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

h. Dukungan Tokoh Masyarakat

(34)

Tokoh masyarakat adalah orang-orang terkemuka karena mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu. Kelebihan dalam memberikan bimbingan, maka menjadikan sikap dan perbuatannya diterima dan dipatuhi serta ditakuti. Mereka tempat bertanya dan anggota masyarakat sering meminta pendapat mengenai urusan-urusan tertentu.

Proses partisipasi suatu program di dalam masyarakat dapat dilihat dari struktur masyarakat yang tidak mengucilkan setiap orang yang turut berpartisipasi. Lingkungan masyarakat yang baik harus mendukung kelemahan yang ada di dalam diri setiap warganya dalam keikutsertaan sebuah program yang dilakukan di masyarakat, seperti ketidakpercayaan diri, lemah dalam berpikir ataupun berkata-kata.

B. Tinjauan Umum tentang Pertumbuhan Bayi Usia 6-11 Bulan

Anak adalah individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Menurut Aziz (2005), masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja(11-18tahun). Anak merupakan asset bagi orang tua dan ditangan orang tua anak tumbuh dan berkembang. Setia porang tua pasti menghendaki agar buah hatinya tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, kreatif, mandiri, beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Dalam enam tahun pertama yang sering disebut dengan The Golden Age, seorang anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk berkembang. Pada

(35)

usia ini, 90% dari fisik otak anak sudah terbentuk. Selain itu, masa kritis perkembangan juga terjadi dalam rentang waktu tersebut (Aisyah, 2000).

Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang bervariasi sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum, pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki (cephalokaudal). Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara teratur. Seseorang dikatakan mengalami pertumbuhan bila terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, perubahan proporsi yang terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi sampai dewasa, terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses kematangan seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis atau dada, hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama masa pertumbuhan seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, atau hilangnya refleks tertentu (Almatsier dkk, 2011).

Pertumbuhan dan perkembangan dimulai sejak lahir sehingga pemantauan pertumbuhan dimulai sejak dini. Setiap anak mengikuti pola umum pertumbuhan berat badan dimana besar dan laju pertumbuhannya bisa saja berbeda. Intervensi dan gizi harus diberikan secara optimal pada periode ini untuk menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak (Akhir, 2012).

(36)

1. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Menurut Ali Khomsan (2003) pertumbuhan fisik seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :

a. Genetik

Genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.Potensi genetic yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga dapat diperoleh hasil akhir yang optimal (Jafar, et al, 2016).Keturunan merupakan factor yang tidak dapat untuk diubah atau dimodifikasi, ini merupakan modal dasar untuk mendapatkan hasil akhir dari proses tumbuh anak. Termasuk dalam faktor genetik ini adalah jenis kelamin dan suku bangsa/ras (Riyadi dan Sukarmin, 2013).

b. Lingkungan 1) Gizi

Gizi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan.

Terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemah, mineral, vitamin, dan air.Apabila kebutuhan tersebut tidak atau kurang terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak (Marmi dan Rahardjo, 2015).

(37)

Kebutuhan gizi anak sesuai dengan perubahan-perubahan dalam tingkat pertumbuhan.Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dalam kaitannya dengan ukuran dari kebutuhan anak prasekolah atau usiaanak sekolah.Kebutuhan gizi meningkat lagi jika anak dekat dengan masa remaja (Stettler, 2011).

2) Lingkungan Prenatal (Yuniarti, 2015) Faktor lingkungan prenatal adalah :

a) Gizi ibu saat hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin.

b) Adanya toksin atau zat kimia berupa obat-obatan dapat menyebabkan kelainan kongenital.

c) Radiasi paparan radium dan sinar rontgen dapat menyebabkan kelainan pada janin seperti deformitas anggota gerak.

d) Infeksi : infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh virus TORCH (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes) dapat menyebabkan kelainan pada janin, katarak, bisu tuli, retasdasi mental dan kelainan jantung.

e) Kelainan imunologi : adanya perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolysis yang selanjutnya mengakibatkan kerusakan jaringan otak.

(38)

f) Psikologi ibu: kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu dan lain-lain.

3) Lingkungan Post Natal

a) Faktor biologis yaitu ras (suku bangsa), jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolism, dan hormone.

b) Faktor fisik yaitu cuaca (musim, keadaan geografis), keadaan rumah, sanitasi, dan radiasi.

c) Faktor psikososial yaitu stimulasi, ganjaran/hukuman yang wajar, motifasi belajar, keluarga sebaya, sekolah, stress, cinta dan kasih saying, kualitas interaksi anak dan orang tua.

d) Faktor kaeluarga dan Adat Istiadat yaitu pekerjaan/pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah dan ibu, adat istiadat, norma, agama, dan lain-lain.

2. Pertumbuhan Fisik pada Bayi Usia 6 - 11 Bulan (Jafar et al, 2016) a. Tinggi dan berat badan

Pada usia 4 bulan, ukuran bayi antara 23 dan 24 inci, pada usia satu tahun antara 28 dan 30 inci. Pada usia 4 bulan berat bayi biasanya bertambah dua kali lipat. Pada usia satu tahun berat bayi rata-rata tiga kali lebih berat dari berat badan lahir atau sekitar 21 ons.

b. Proporsi Fisik

Bayi baru lahir memiliki ukuran kepala lebih berat dibandingkan

(39)

dengan anggota tubuh lainnya kemudian akan semakin berkurang sedangkan pertumbuhan badan dan tungkai meningkat.

c. Tulang

Jumlah tulang meningkat selama masa bayi. Pengerasan tulang dimulai pada awal tahun pertama, tetapi belum selesai sampai masa puber.

Ubun-ubun atau daerah otak yang lunak 50% bayi baru lahir akan tertutup pada usia delapan belas bulan dan hamper semua bayi telah tertutup pada usia dua tahun.

d. Gigi

Rata-rata bayi mempunyai 4-6 gigi susu pada usia satu tahun dan 16 pada usia dua tahun. Gigi yang pertama muncul adalah gigi depan sedangkan yang terakhir adalah geraham.

e. Susunan Saraf

Pada waktu lahir, berat otak adalah seperdelapan berat total bayi.

Pertambahan berat otak paling pesat pada usia dua tahun. Otak kecil yang berperan penting untuk menjaga keseimbangan dan pengendalian tubuh bertambah beratnya tiga kali lipat pada usia satu tahun. Hal ini juga berlaku pada otak besar.

3. Penilaian Status Gizi

Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi,

(40)

antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain (Arsyad, 2004).

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul dan tebal lemak dibawah kulit. Ukuran tubuh manusia yang berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein danenergi (Supariasa, 2002). Dari beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan sesuai dengan usia adalah yang paling sering dilakukan dalam survey gizi. Untuk keperluan perorangan di keluarga, berat badan (BB), tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB) adalah yang paling dikenal (Soekirman,2000).

Menurut Depkes (2004) variasi dalam mengukur Status gizi pada anak yaitu:

a. Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun.

(41)

Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat.Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan. Umur anak dihitung berdasarkan bulan penuh artinya umur dihitung satu bulan apabila telah genap 30 hari (Depkes, 2008, Jafar et al, 2016).

1) Cara menghitung umur anak

a) Menghitung selisih antara tanggal lahir dan tanggal kunjungan Langkah-langkah perhitungan umur anak :

(1)Tentukan tanggal lahir anak, dalam format tanggal, bulan, tahun misalnya : 5-4-2006

(2)Tulis tanggal kunjungan, misalnya : 19-9-2008

(3)Hitung umur anak dengan mengurangi tanggal kunjungan.

b) Menghitung/menentukan umur anak yang tidak diketahui tanggal lahirnya

Bila tanggal lahir anak tidak diketahui, lakukan langkah- langkah berikut :

(1) Gunakan kalender lokal

(2) Tanyakan kapan anak dilahirkan dengan menghubungkan kejadian penting yang terdekat, misalnya lebaran.

(3) Mencari anak yang pada saat dilahirkan bersamaan atau berdekatan.

(42)

(bila umur anak tidak dapat ditentukan jadi dalam menilai anak hanya menggunakan indicator berat badan menurut panjang badan/tinggi badan).

b. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu.

Alat dan cara pengukuran berat badan (Depkes, 2008, Jafar et al, 2016).

1) Dacin

Sembilan langkah penimbangan (Supariasa, 2002) :

a) Langkah 1: Gantung dacin pada dahan pohon, palang rumah, atau penyangga kaki tiga

b) Langkah 2: Periksalah apakah dacin sudah tergantung kuat. Tarik batang dacin ke bawah kuat-kuat

(43)

c) Langkah 3: Sebelum dipakai letakkan bandul geser pada angka 0.Batng dacin dikaitkan dengan tali pengaman.

d) Langkah 4: Pasanglah celana timbang, kotak timbang atau sarung timbang yang kosong pada dacin.

e) Langkah 5: Seimbangkan dacin yang sudah dibebani celana timbang, kotak timbang atau sarung timbangan dengan cara memasukkan pasir ke dalam kantong plastik.

f) Langkah 6: Anak ditimbang dan seimbangkan dacin.

g) Langkah 7: Tentukan berat badan anak dengan membaca angka di ujung bandul geser.

h) Langkah 8: Catat hasil penimbangan diatas dengan secarik kertas i) Langkah 9: Geserlah bandul ke angka 0, letakkan batang dacin

dalam tali pengaman, setelah itu bayi atau anak dapat diturunkan.

2) Timbangan injak a) Persiapan

(1)Keluarkan alat timbang dari kotak karton (2)Pasang baterai pada bagian bawah alat timbang

(3)Letakkan alat timbang pada lantai yang keras dan datar

(4)Responden yang akan ditimbang diminta membuka alas kaki, jaket, serta mengeluarkan isi kantong yang berat seperti kunci.

b) Prosedur penimbangan anak yang sudah bisa berdiri

(1)Aktifkan alat timbang dengan cara menekan/menginjak sudut kanan bawah alat. Mula-mula akan muncul garis yang bergerak-

(44)

gerak tunggu sampai muncul angka 0,0. Bila angka 0,0 sudah stabil berarti alat timbang siap digunakan.

(2)Anak diminta naik ke alat timbang dengan posisi kaki tepat di tengah alat timbang, tetapi tidak menutupi jendela baca.

(3)Perhatikan posisi kaki anak tepat ditengah alat timbang, sikap tenang dan kepala tidak menunduk

(4)Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul, dan tunggu sampai angka tidak berubah.

(5)Catat angka yang terakhir

(6)Minta anak turun dari alat timbang, alat timbang akan off secara otomatis.

c. Tinggi Badan

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO

(45)

bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.

Peralatan yang diperlukan untuk mengukur panjang badan adalah papan ukuran panjang badan (infantometer).Untuk mengukur tinggi menggunakan microtoise yang diletakkan pada permukaan yang vertical seperti dinding atau tiang untuk anak yang sudah bisa berdiri (Wong, Onishi et al. 2013).

1) Penyaiapan alat ukur

a) Tempelkan alat pengukur pada bagian dinding dengan bagian yang lebih panjang menempel di lantai dan bagian yang lebih pendek menempel di tembok. Tarik meteran pengukur ke atas hingga anda bias melihat angka ) pada garis merah di kaca pengukur yang menempel di lantai (anda harus berlutut untuk melihat angka 0 ini sehingga anda harus dibantu seseorang untuk menahan ujung atas meteran pengukur). Prosedur ini sangat penting untuk memastikan pengukuran yang akurat.

b) Tempelkan ujung atas alat pengukur dengan menggunakan paku, pastikan kestabilan alat tersebut.

c) Setelah anda memastikan bahwa bagian atas sudah menempel dengan stabil maka meteran alat pengukur dapat anda Tarik ke atas dan pengukuran tinggi siap dilakukan.

2) Cara pengukuran tinggi badan :

(46)

a) Mintalah ibu si anak untuk melepaskan sepatu si anak dan melepaskan hiasan atau dandanan rambut yang mingkin dapat mempengaruhi hasil pengukuran TB anak. Mintalah si ibu untuk membawa anak tersebut ke papan ukur dan berlutut di hadapan si anak. Mintalah si ibu agar berlutut dengan kedua lutut di sebelah kanan si anak.

b) Berlututlah anda dengan lutut sebelah kanan disebelah kiri anak tersebut. Ini akan memberikan kesempatan maksimum kepada anda untuk bergerak.

c) Tempatkan kedua kaki si anak secara merata dan bersamaan di tengah-tengah dan menempel pada alat ukur/dinding. Tempatkan tangan kanan anda sedikit diatas mata kaki si anak pada ujung tulang kering, tangan kiri anda pada lutut si anak dan dorong kea rah papan ukur/dinding. Pastikan kaki si anak lurus dengan tumit dan betis menempel di papan ukur/dinding.

d) Mintalah si anak untuk memandang lurus ke arah depan atau kepada ibunya yang berdiri di depan si anak. Pastikan garis pandang si anak sejajar dengan tanah. Dengan tangan kiri anda peganglah dagu si anak. Dengan perlahan-lahan ketatkan tangan anda. Jangan menutupi mulut atau telingasi anak. Pastikan bahu si anak rata, dengan tangan di samping, dan kepala, tulang bahu dan pantat menempel di papan ukur/dinding.

e) Mintalah si anak untuk mengambil nafas panjang.

(47)

Status gizi merupakan status kesehatan dari suatu individu yang dipengaruhi oleh asupan makanan dan penggunaan zat gizi di dalam tubuh.

Status gizi dapat menjadi preduktor suatu outcome penyakit dan juga dapat menjadi salah satu cara pencegahan dini suatu penyakit. Pada masa 2 tahun pertama kehidupan (bayi dibawah dua tahun/bayi) memiliki karakteristik pertumbuhan fisik yang cepat. Kelompok usia bayi dibawah dua tahun (bayi) termasuk kelompok yang rentan terhadap masalah gizi. Kriteria utama untuk menentukan status gizi pada pada bayi dibawah dua

tahunadalah dengan menggunakan indeks antropometri (Rasyid, 2015):

a. Berat badan Menurut Umur (BB/U)

Indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi, berat badan menurut umur tidak sensitive untuk mengetahui apakah sesorang mengalami kekurangan gizi masa lalu atau masa kini. Berat badan menurut umur merefleksikan status gizi masa lalu maupun masa kini.

b. Tinggi badan menurut Umur (TB/U)

Indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu.Beaton dan bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi masa lampau juga lebih erat kaitannya dengan status sosial ekonomi.

c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan.

Dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan

(48)

pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini.Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur.

d. Indeks Massa Tubuh Menurut Umur

IMT/U adalah indicator yang terutama bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat badan dan kegemukan.Biasanya IMT tidak meningkat dengan bertambahnya umur seperti yang terjadi pada berat badan dan tinggi badan, tetapi pada bayi peningkatan IMT naik secara tajam karena terjadi peningkatan berat badan secara cepat relative terhadap panjang badan pada 6 bulan pertama kehidupan.IMT menurun pada bayi setelah 6 bulan dan tetap stabil pada umur 2 – 5 tahun.

4. Sifat-sifat indikator status gizi

Menurut Kemenkes RI (2013), sifat-sifat indikator status gizi yaitu.

a. Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/U memberikan indikasi masalah secara umum, masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan.

b. Indikator BB/U yang rendah dapat disebabkan karena pendek (masalah gizi kronis) atau sedang menderita diare atau penyakit infeksi lain (masalah gizi akut).

c. Indikator status gizi berdasarkan indeks PB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama. Misalnya : kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan

(49)

pola asuh/pemberian mkan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek.

d. Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/PB memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama.

e. Indikator BB/PB dan IMT/U dapat digunakan untuk identifikasi kurus dan gemuk. Masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat pada resiko berbagai penyakitdegenerativ pada saat dewasa (Teori Barker)

f. Masalah gizi akut – kronis adalah masalah gizi yang memiliki sifat masalah gizi akut dan kronis. Sebagai contoh anak yang kurus dan pendek.

Tabel 2.1

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

Indeks Kategori Status Gizi

Ambang Batas (Z-Score)

Berat Badan menurut Umur

(BB/U)

Gizi Buruk < -3 SD

Gizi Kurang -3 SD sampai dengan 2 SD Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD

Gizi Lebih >2 SD

Panjang Badan Menurut umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur

(TB/U)

Sangat Pendek < -3 SD

Pendek -3 SD sampai dengan < -2 SD Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Tinggi >2 SD

(50)

Berat Badan Menurut Panjang

Badan (BB/PB) atau Berat Badan

Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Sangat Kurus <-3 SD

Kurus -3SD sampai dengan <-2 SD Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Gemuk >2 SD

Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)

Sangat kurus <-3 SD

Kurus -3SD sampai dengan <-2 SD Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Gemuk >2 SD

Sumber: Kemenkes RI, 2011

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-

negara yang populasinya relative baik (well-nourished), sebaiknya digunakan “presentil”, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan (Arsyad, 2004).

C. Kerangka Teori

1. KB 2. KIA 3. Imunisasi 4. Gizi

5. Pencegahan &

Penanggulangan Diare

Tumbuh Kembang Frekuensi Kunjungan

Faktor-faktor:

Herediter : 1. Suku 2. Ras

3. Jenis Kelamin Lingkungan:

1. Prenatal 2. Post natal

POSYANDU

(51)

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Marlow, Kemenkes RI, 2011; Maulana, 2013 modifikasi BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Berat Badan Tinggi badan Umur

Tumbuh Kembang Anak

Frekuensi Kunjungan Posyandu

Program Gizi Perkembangan

Pertumbuhan bayi usia 6-11bulan Faktor-faktor:

1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Sosial

Ekonomi 5. Akses

terhadap Pelayanan Kesehatan 6. Dukungan keluarga, kader dan tokoh masyarakat

(52)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Keterangan :

: Variabel Independen : Variabel Dependen : variable diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Frekuensi Kunjungan Balita Usia 6-11 bulan ke Posyandu 3 Bulan Berturutturut

37

(53)

38 b. Definisi Operasional

Frekuensi Kunjungan posyandu 3 bulan berturut-turut adalah frekuensi kunjungan ibu membawa balitanya ke posyandu sekali setiap bulan dalam 3 bulan berturut-turut.

1. Pertumbuhan Anak Usia 6-11 bulan a. Definisi Operasional

Pertumbuhan anak usia 6-11 adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran tubuh yang diukur dengan ukuran berat badan (kg) dan ukuran panjang/ tinggi badan (cm) .

b. Kriteria Objektif

Indeks Kategori

Status Gizi

Ambang Batas (Z-Score)

Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Gizi Buruk < -3 SD

Gizi Kurang -3 SD sampai dengan 2 SD

Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD

Gizi Lebih >2 SD

Panjang Badan Menurut umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Sangat Pendek < -3 SD

Pendek -3 SD sampai dengan < -2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

(54)

Tinggi >2 SD

Berat Badan Menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Sangat Kurus <-3 SD

Kurus -3SD sampai dengan <-2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Gemuk >2 SD

Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)

Sangat kurus <-3 SD

Kurus -3SD sampai dengan <-2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Gemuk >2 SD

(55)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif untuk mengetahui gambaran frekuensi kunjungan posyandu 3 bulan berturut-turut terhadap pertumbuhan balita usia 6-11 bulan di wilayah kerja Puskesmas Antara Kota Makassar.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di wilayah kerja Puskesmas Antara Kota Makassar. Waktu penelitian dilakukan bulan September 2017.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak usia 6-11 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Antara Kota Makassar.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian adalah anak-anak usia 6-11 bulan yang terdaftar di posyandu yang melakukan kunjungan posyandu 3 bulan berturut-turut.

40

(56)

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Hal ini didasarkan pada suatu pertimbangan yang dibuat

olehpeneliti sendiri denganberdasarkan kriteria atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Sampel akan dimasukkan dalam penelitian apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Ibu yang mempunyai bayi usia 6 – 11 bulan

2. Ibu yang membawa bayinya ke posyandu berturut-turut dalam 3 bulan terakhir

3. Ibu yang bayinya tidak pernah sakit 3 bulan terakhir 4. Ibu yang memiliki bayi sehat

5. Ibu yang mempunyai KMS balita

D. Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil pengukuran berat badan, tinggi badan dan status gizi, serta melalui wawancara dengan pendekatan kuesioner yang dilakukan oleh peneliti. Langkah-langkah pengambilan data primer sebagai berikut:

1. Peneliti mengambil data sekunder yang ada di puskesmas

2. Peneliti mengambil kontak atau alamat sampel pada saat posyandu berlangsung

3. Peneliti mengunjungi rumah yang telah memenuhi kriteria sampel

(57)

4. Pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan di rumah responden

5. Pengukuran status gizi dilakukan oleh peneliti setelah semua responden sudah melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan 2. Data Sekunder

Data sekunder yang terkini diperoleh dengan melihat hasil pencatatan penimbangan balita dan buku register posyandu.

E. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan dari hasil pengukuran dan wawancara dengan menggunakan kuesioner dibuat dalam master tabel kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS dan dianalisis dengan menggunakan software.

Adapun prosedurnya sebagai berikut:

a. Editing/Pengeditan

Editingadalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah

terkumpul, tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.

b. Coding/Pemberian kode

Codingadalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk

dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam

(58)

bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis.

c. Entry Data/Pemberian Skor

Setelah melakukan coding di SPSS, selanjutnya menginput data pada masing-masing vaiabel. Urutan data yang diinput berdasarkan nomor responden pada kuesioner.

d. Cleaning Data

Setelah proses penginputan data, maka dilakukan cleaning data dengan cara melakukan analisis frekuensi pada semua variabel untuk melihat ada tidaknya missing data. Data yang missing dibersihkan sehingga dapat dilakukan proses analisis.

Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan menggunakan program SPSS dan Microsoft Office.

2. Analisis Data

Teknik analisis data yang diguanakan dalam penelitian ini adalah analisis Univariat. Analisis Univariat dilakukan untuk mendapatkan data distribusi frekuensi responden dari masing-masing variabel, kemudian data ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan analisis terhadap hasil tersebut.

F. Penyajian Data

Data yang disajikan dalam bentuk table dan disertai penjelasan- penjelasan.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan : Tidak ada hubungan persepsi ibu dan partisipasi balita ke posyandu dengan kejadian stunting pada balita usia 36-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Gambaran berat badan anak toddler yang ditinjau dari pendidikan dan.. pekerjaan dalam kunjungan ke

Judul Penelitian : Gambaran Pemberian Susu Formula pada Bayi Usia 7-11 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Minasa Upa Tahun 2011 Anak adalah buah hati yang senantiasa

Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui faktor risiko yang berkaitan dengan kejadian permasalahan stunting pada balita, diantaranya pemantauan pertumbuhan yang meliputi

Gambaran pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang kunjungan di Posyandu Remujung di Kelurahan Wirogunan Kecamatan Mergangsan Yogyakarta dalam kategori baik sebanyak 3

posyandu Jeruk dusun Banjaran Kulon Progo pada bulan Oktober 2011, didapatkan bahwa dari 15 ibu yang mempunyai balita dan melakukan kunjungan ke posyandu, sebanyak 8 ibu

1 April 2023 © The Authors 2023 HUBUNGAN FREKUENSI KUNJUNGAN KE POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HULU PALIK TAHUN 2022 THE RELATIONSHIP OF FREQUENCY OF

SIMPULAN Dengan memberikan edukasi pencegahan stunting pada ibu dengan balita usia 0 hingga 24 bulan di Posyandu Flamboyan Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar, terjadi