• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Dalam dokumen LISIS PLS ur yang Men han yang T 007-2009) (Halaman 54-61)

BAB III. METODE PENELITIAN

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan dua tahapan analisis. Tahap pertama

dilakukan untuk mengetahui apakah manajemen melakukan discretionary

dalam menentukan besarnya perubahan pada Valuation Allowance Account.

Tahap kedua dilakukan untuk mengetahui apakah discretionary tersebut

termotivasi oleh dua target laba yaitu melaporkan peningkatan laba dan melaporkan laba positif.

1. Manajemen Laba (Earning Management)

Variabel dependen dalam panelitian ini adalah manajemen laba (earning management) yang diukur dengan discretionary change in VAA

(D∆VAA). VAA diperoleh dari pengungkapan dalam catatan pajak

penghasilan dalam laporan keuangan auditan perusahaan. ∆VAA diperoleh

dengan mengurangi nilai VAA tahun t dengan t-1. Variabel VAA ini diskala dengan jumlah saham yang beredar pada tahun t. Sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Tanusdjaja (2006) pemisahan ∆VAA

menjadi komponen ∆VAA nondiskresioner (∆NDVAA) dan ∆VAA

diskresioner (∆DVAA) dilakukan dengan model yang dikembangkan oleh

Frank and Rego (2006).

Perubahan VAAt dalam penelitian ini dinyatakan dalam persamaan berikut.

commit to user

Untuk mengukur bagian nondiskresioner dari perubahan VAAt, penelitian ini menggunakan model regresi (tahap pertama) sebagai berikut:

VAAit = β1DTAit + β2DTLit + β3HEPSit + β4EPSit + β5FEPSit +

β6HEPSit + β7MTBit +εit ………(2)

Keterangan:

VAAit = Perubahan VAA aktiva pajak tangguhan perusahaan i

pada tahun t, diskala dengan jumlah saham yang beredar (CSO) pada tahun t.

DTAit = Perubahan aktiva pajak tangguhan perusahaan i pada tahun t, diskala dengan jumlah saham yang beredar (CSO) pada tahun t.

DTLit = Perubahan kewajiban pajak tangguhan perusahaan i pada

tahun t, diskala dengan jumlah saham yang beredar (CSO) pada tahun t.

HEPSit = [(Pretax incomet-1/ CSOt-1) – (pretax Incomet-2/CSOt-2)]

EPSit = [(Pretax incomet/ CSOt) – (pretax Incomet-1/CSOt-1)]

FEPSit = [(Pretax incomet+1/ CSOt+1) – (pretax Incomet/CSOt)]

HEPSit = [(Pretax incomet-1/CSOt-1)+(pretax Incomet-2/CSOt2)/2]

MTBit = [Market Value of Equityt (MVEt)/ Book Value Equityt (BVEt)] – [MVEt-1/ BVEt-1].

Perubahan nondiskresioner dari VAA (∆NDVAAt) merupakan

fitted value dari persamaan (2) di atas, sedangkan perubahan diskresioner dari VAA (D∆VAAt) adalah nilai residunya.

Dengan menggunakan nilai residu dari persamaan (2) atau regresi

tahap pertama sebagai proksi D∆VAA, peneliti mengesitimasi persamaan

(3) untuk menguji hubungan VAA dengan perilaku manajemen laba, yang ditunjukkan oleh persamaan di bawah ini.

D∆VAAit = β1PMEPS<<Tit + β2PMEPS<Tit + β3PMEPS>>Tit +

β4PM∆EPS<<Tit + β5PM∆EPS<<Tit + β6PM∆EPS>>Tit +

ε

it……….(3)

Keterangan:

D∆VAAit

=

perubahan diskresioner VAA perusahaan i pada tahun t.

PMEPS<<T = Variabel dummy yang bernilai sama dengan 1 jika PMEPS lebih kecil/ kurang dari -0.05, dan bernilai 0 jika tidak. PMEPS<T = Variabel dummy yang bernilai 1 jika PMEPS lebih besar

dari -0.05 dan kurang dari 0, dan bernilai 0 jika tidak.

PMEPS>>T = Variabel dummy yang bernilai 1 jika PMEPS lebih dari

0.05, dan bernilai 0 jika tidak.

PM∆EPS<<T =Variabel dummy yang bernilai sama dengan 1 jika

PM∆EPS lebih kecil/ kurang dari -0.05, dan bernilai 0

commit to user

PM∆EPS<T = Variabel dummy yang bernilai 1 jika PM∆EPS lebih besar dari -0.05 dan kurang dari 0, dan bernilai 0 jika tidak. PM∆EPS>>T = Variabel dummy yang bernilai 1 jika PM∆EPS lebih dari

0.05, dan bernilai 0 jika tidak.

β =

koefisien regresi

ε

it

=

koefisienError

Rumus untuk menghitung non discretionary perubahan VAA di

atas dibuat berdasarkan ketentuan yang terdapat pada SFAS 109. Standar tersebut mewajibkan pembentukan VAA untuk mengurangi aktiva pajak tangguhan yang kemungkinan besar tidak dapat direalisasi. Oleh karena itu, karena jumlah aktiva pajak tangguhan menjadi dasar penentuan jumlah

VAA. Jadi jika aktiva pajak tangguhan meningkat (∆DTA), maka VAA

juga meningkat (β1 > 0).

Variabel yang lain dalam persamaan (2) digunakan untuk mengukur sumber pajak penghasilan kena pajak dimana manajer harus menentukan dalam mengevaluasi kemungkinan realisasi dari aktiva pajak tangguhan (DTA). Sumber tersebut termasuk pembalikan masa depan dari

kewajiban pajak tangguhan atau Deferred Tax Liability (DTL),

penghasilan kena pajak tahun sebelumnya, strategi perencanaan pajak, dan penghasilan kena pajak yang diharapkan pada tahun berikutnya. Peningkatan dari sumber-sumber tersebut pada penghasilan kena pajak seharusnya dapat memberikan informasi bagi manajer bahwa aktiva pajak

tangguhan (DTA) kemungkinan besar dapat direalisasi di masa depan, sehingga manajer akan menurunkan nilai VAA.

Sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan (Frank dan Rego 2006), peneliti mengontrol pembalikan masa depan kewajiban pajak tangguhan dengan memasukkan perubahan kini kewajiban pajak

tangguhan (∆DTL). Jika kewajiban pajak tangguhan meningkat diprediksi

perusahaan akan menurunkan nilai VAA (β2<0). Peneliti mengontrol

perubahan penghasilan kena pajak tahun sebelumnya dengan memasukkan

perubahan laba sebelum pajak dari t-2 ke t-1 (∆HEPS). Jika perubahan

sejarah laba (historical earnings) positif, maka diprediksi nilai VAA akan turun (β3<0). Penelitian ini juga memasukkan perubahan kini laba sebelum

pajak dari t-1 ke t (∆EPS). Pengukuran ini bisa menjadi proksi untuk

perubahan lainnya dalam sejarah laba (historical earnings) atau perubahan

harapan manajer untuk penghasilan kena pajak masa depan (β4<0). Sama

seperti penelitian sebelumnya (Frank dan Rego 2006), peneliti juga

memasukkan perubahan laba sebelum pajak dari t ke t+1 (∆FEPS) sebagai

proksi harapan manajer tentang penghasilan kena pajak masa depan. ∆EPS

dan ∆FEPS merupakan ukuran profitabilitas masa depan dengan cara yang

berbeda. ∆FEPS mengasumsikan bahwa manajer memiliki tinjauan masa

depan yang sempurna, sedangkan ∆EPS mengasumsikan bahwa manajer

tidak memiliki wawasan tentang harapan masa depan dengan informasi publik yang tersedia saat ini. Peningkatan harapan penghasilan kena pajak

commit to user

masa depan seharusnya menjadi pertimbangan bagi manajer untuk mengurangi nilai VAA (β4<0, β5<0).

Sejarah laba yang kuat dan/ atau apresiasi yang signifikan dari nilai aktiva bersih yang melebihi basis pajak merupakan bukti positif bahwa perusahaan tidak membutuhkan VAA. Sama seperti penelitian sebelumnya (Frank dan Rego 2006), dalam penelitian ini memasukkan rata-rata sejarah

laba atau historical earnings (HEPS) sebagi proksi untuk sejarah laba

perusahaan, dan perubahan market-to-book ratio (∆MTB) sebagai proksi

perubahan nilai aktiva bersih perusahaan. Jika pengukuran tersebut meningkat, diprediksi nilai VAA akan turun, konsisten dengan bukti positif dari penghasilan kena pajak masa depan (β6<0, β7<0).

Dalam penelitian ini ∆VAA, ∆DTA, ∆DTL, ∆HEPS, ∆EPS,

∆FEPS, dan HEPS diskala dengan jumlah saham biasa yang beredar.

2. Earning Targets

Variabel independen dalam penelitian ini adalah earning targets

perusahaan, yaitu:

a. Melaporkan Peningkatan Laba

Peningkatan laba diproksikan dengan premanaged change in

earnings pershare (PM∆EPS), yaitu perubahan laba per lembar saham sebelum diskresioner perubahan pada VAA, yang dihitung dengan rumus:

b. Melaporkan Laba Positif

Laba positif diproksikan dengan premanaged earnings per

share (PMEPS), yaitu laba per lembar saham sebelum diskresioner perubahan pada VAA, dihitung dengan rumus:

PMEPSit = [(NIit / CSOit) + D∆VAAit]

Keterangan:

NIit = laba bersih perusahaan i pada tahun t

CSOit = jumlah saham beredar perusahaan i pada tahun t

D∆VAAit = perubahan diskresioner VAA perusahaan pada tahun t

Peneliti mengklasifikasikan premanaged earnings menjadi tiga seperti

gambar 3.1. Klasifikasi ini berdasar penelitian yang dilakukan Frank dan Rego (2006).

commit to user

Dalam dokumen LISIS PLS ur yang Men han yang T 007-2009) (Halaman 54-61)

Dokumen terkait