BAB III. METODE PENELITIAN
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan dua tahapan analisis. Tahap pertama
dilakukan untuk mengetahui apakah manajemen melakukan discretionary
dalam menentukan besarnya perubahan pada Valuation Allowance Account.
Tahap kedua dilakukan untuk mengetahui apakah discretionary tersebut
termotivasi oleh dua target laba yaitu melaporkan peningkatan laba dan melaporkan laba positif.
1. Manajemen Laba (Earning Management)
Variabel dependen dalam panelitian ini adalah manajemen laba (earning management) yang diukur dengan discretionary change in VAA
(D∆VAA). VAA diperoleh dari pengungkapan dalam catatan pajak
penghasilan dalam laporan keuangan auditan perusahaan. ∆VAA diperoleh
dengan mengurangi nilai VAA tahun t dengan t-1. Variabel VAA ini diskala dengan jumlah saham yang beredar pada tahun t. Sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Tanusdjaja (2006) pemisahan ∆VAA
menjadi komponen ∆VAA nondiskresioner (∆NDVAA) dan ∆VAA
diskresioner (∆DVAA) dilakukan dengan model yang dikembangkan oleh
Frank and Rego (2006).
Perubahan VAAt dalam penelitian ini dinyatakan dalam persamaan berikut.
commit to user
Untuk mengukur bagian nondiskresioner dari perubahan VAAt, penelitian ini menggunakan model regresi (tahap pertama) sebagai berikut:
∆VAAit = β1∆DTAit + β2∆DTLit + β3∆HEPSit + β4∆EPSit + β5∆FEPSit +
β6HEPSit + β7∆MTBit +εit ………(2)
Keterangan:
∆VAAit = Perubahan VAA aktiva pajak tangguhan perusahaan i
pada tahun t, diskala dengan jumlah saham yang beredar (CSO) pada tahun t.
∆DTAit = Perubahan aktiva pajak tangguhan perusahaan i pada tahun t, diskala dengan jumlah saham yang beredar (CSO) pada tahun t.
∆DTLit = Perubahan kewajiban pajak tangguhan perusahaan i pada
tahun t, diskala dengan jumlah saham yang beredar (CSO) pada tahun t.
∆HEPSit = [(Pretax incomet-1/ CSOt-1) – (pretax Incomet-2/CSOt-2)]
∆EPSit = [(Pretax incomet/ CSOt) – (pretax Incomet-1/CSOt-1)]
∆FEPSit = [(Pretax incomet+1/ CSOt+1) – (pretax Incomet/CSOt)]
HEPSit = [(Pretax incomet-1/CSOt-1)+(pretax Incomet-2/CSOt2)/2]
∆MTBit = [Market Value of Equityt (MVEt)/ Book Value Equityt (BVEt)] – [MVEt-1/ BVEt-1].
Perubahan nondiskresioner dari VAA (∆NDVAAt) merupakan
fitted value dari persamaan (2) di atas, sedangkan perubahan diskresioner dari VAA (D∆VAAt) adalah nilai residunya.
Dengan menggunakan nilai residu dari persamaan (2) atau regresi
tahap pertama sebagai proksi D∆VAA, peneliti mengesitimasi persamaan
(3) untuk menguji hubungan VAA dengan perilaku manajemen laba, yang ditunjukkan oleh persamaan di bawah ini.
D∆VAAit = β1PMEPS<<Tit + β2PMEPS<Tit + β3PMEPS>>Tit +
β4PM∆EPS<<Tit + β5PM∆EPS<<Tit + β6PM∆EPS>>Tit +
ε
it……….(3)Keterangan:
D∆VAAit
=
perubahan diskresioner VAA perusahaan i pada tahun t.PMEPS<<T = Variabel dummy yang bernilai sama dengan 1 jika PMEPS lebih kecil/ kurang dari -0.05, dan bernilai 0 jika tidak. PMEPS<T = Variabel dummy yang bernilai 1 jika PMEPS lebih besar
dari -0.05 dan kurang dari 0, dan bernilai 0 jika tidak.
PMEPS>>T = Variabel dummy yang bernilai 1 jika PMEPS lebih dari
0.05, dan bernilai 0 jika tidak.
PM∆EPS<<T =Variabel dummy yang bernilai sama dengan 1 jika
PM∆EPS lebih kecil/ kurang dari -0.05, dan bernilai 0
commit to user
PM∆EPS<T = Variabel dummy yang bernilai 1 jika PM∆EPS lebih besar dari -0.05 dan kurang dari 0, dan bernilai 0 jika tidak. PM∆EPS>>T = Variabel dummy yang bernilai 1 jika PM∆EPS lebih dari
0.05, dan bernilai 0 jika tidak.
β =
koefisien regresiε
it=
koefisienErrorRumus untuk menghitung non discretionary perubahan VAA di
atas dibuat berdasarkan ketentuan yang terdapat pada SFAS 109. Standar tersebut mewajibkan pembentukan VAA untuk mengurangi aktiva pajak tangguhan yang kemungkinan besar tidak dapat direalisasi. Oleh karena itu, karena jumlah aktiva pajak tangguhan menjadi dasar penentuan jumlah
VAA. Jadi jika aktiva pajak tangguhan meningkat (∆DTA), maka VAA
juga meningkat (β1 > 0).
Variabel yang lain dalam persamaan (2) digunakan untuk mengukur sumber pajak penghasilan kena pajak dimana manajer harus menentukan dalam mengevaluasi kemungkinan realisasi dari aktiva pajak tangguhan (DTA). Sumber tersebut termasuk pembalikan masa depan dari
kewajiban pajak tangguhan atau Deferred Tax Liability (DTL),
penghasilan kena pajak tahun sebelumnya, strategi perencanaan pajak, dan penghasilan kena pajak yang diharapkan pada tahun berikutnya. Peningkatan dari sumber-sumber tersebut pada penghasilan kena pajak seharusnya dapat memberikan informasi bagi manajer bahwa aktiva pajak
tangguhan (DTA) kemungkinan besar dapat direalisasi di masa depan, sehingga manajer akan menurunkan nilai VAA.
Sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan (Frank dan Rego 2006), peneliti mengontrol pembalikan masa depan kewajiban pajak tangguhan dengan memasukkan perubahan kini kewajiban pajak
tangguhan (∆DTL). Jika kewajiban pajak tangguhan meningkat diprediksi
perusahaan akan menurunkan nilai VAA (β2<0). Peneliti mengontrol
perubahan penghasilan kena pajak tahun sebelumnya dengan memasukkan
perubahan laba sebelum pajak dari t-2 ke t-1 (∆HEPS). Jika perubahan
sejarah laba (historical earnings) positif, maka diprediksi nilai VAA akan turun (β3<0). Penelitian ini juga memasukkan perubahan kini laba sebelum
pajak dari t-1 ke t (∆EPS). Pengukuran ini bisa menjadi proksi untuk
perubahan lainnya dalam sejarah laba (historical earnings) atau perubahan
harapan manajer untuk penghasilan kena pajak masa depan (β4<0). Sama
seperti penelitian sebelumnya (Frank dan Rego 2006), peneliti juga
memasukkan perubahan laba sebelum pajak dari t ke t+1 (∆FEPS) sebagai
proksi harapan manajer tentang penghasilan kena pajak masa depan. ∆EPS
dan ∆FEPS merupakan ukuran profitabilitas masa depan dengan cara yang
berbeda. ∆FEPS mengasumsikan bahwa manajer memiliki tinjauan masa
depan yang sempurna, sedangkan ∆EPS mengasumsikan bahwa manajer
tidak memiliki wawasan tentang harapan masa depan dengan informasi publik yang tersedia saat ini. Peningkatan harapan penghasilan kena pajak
commit to user
masa depan seharusnya menjadi pertimbangan bagi manajer untuk mengurangi nilai VAA (β4<0, β5<0).
Sejarah laba yang kuat dan/ atau apresiasi yang signifikan dari nilai aktiva bersih yang melebihi basis pajak merupakan bukti positif bahwa perusahaan tidak membutuhkan VAA. Sama seperti penelitian sebelumnya (Frank dan Rego 2006), dalam penelitian ini memasukkan rata-rata sejarah
laba atau historical earnings (HEPS) sebagi proksi untuk sejarah laba
perusahaan, dan perubahan market-to-book ratio (∆MTB) sebagai proksi
perubahan nilai aktiva bersih perusahaan. Jika pengukuran tersebut meningkat, diprediksi nilai VAA akan turun, konsisten dengan bukti positif dari penghasilan kena pajak masa depan (β6<0, β7<0).
Dalam penelitian ini ∆VAA, ∆DTA, ∆DTL, ∆HEPS, ∆EPS,
∆FEPS, dan HEPS diskala dengan jumlah saham biasa yang beredar.
2. Earning Targets
Variabel independen dalam penelitian ini adalah earning targets
perusahaan, yaitu:
a. Melaporkan Peningkatan Laba
Peningkatan laba diproksikan dengan premanaged change in
earnings pershare (PM∆EPS), yaitu perubahan laba per lembar saham sebelum diskresioner perubahan pada VAA, yang dihitung dengan rumus:
b. Melaporkan Laba Positif
Laba positif diproksikan dengan premanaged earnings per
share (PMEPS), yaitu laba per lembar saham sebelum diskresioner perubahan pada VAA, dihitung dengan rumus:
PMEPSit = [(NIit / CSOit) + D∆VAAit]
Keterangan:
NIit = laba bersih perusahaan i pada tahun t
CSOit = jumlah saham beredar perusahaan i pada tahun t
D∆VAAit = perubahan diskresioner VAA perusahaan pada tahun t
Peneliti mengklasifikasikan premanaged earnings menjadi tiga seperti
gambar 3.1. Klasifikasi ini berdasar penelitian yang dilakukan Frank dan Rego (2006).