• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

3.3. Definisi Operasional

3.3.1. Representasi

Representasi berasal dari kata dasar dalam bahasa inggris “represent” yang bermakna “stand for”, artinya “berarti” atau “act as a delegate for”, yang artinya bertindak sebagai perlambang atas sesuatu.

Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses social pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia : dialog, tulisan, video, film, fotografi, dan sebaginya. Secara ringkas, representasi adalah produksi makna lewat bahasa. Lewat bahasa (simbol-simbol dan tanda tertulis, lisan atau gambar) tersebut bitulah seseorang dapat mengungkapkan pikiran, konsep dan ide-ide tentang sesuatu (Juliastuti,200).

Konsep representasi bisa berubah-ubah. Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap, ia selalu berada dalam proses negoisasi dan disesuaikan dengan situasi yang baru. Intinya adalah : makna akan inheren dalam suatu dunia ini. Ia selalu dikonstruksikan, diproduksi, lewat proses representasi. Ia adalah hasil dari praktek penandaan.

Ada dua proses representasi. Pertama, representasi mental, yaitu konsep tentang “sesuatu” yang ada di kepala kita masing-masing (peta konseptual). Representasi mental ini masih berbentuk sesuatu yang abstrak. Kedua, adalah bahasa, yang berperan penting

diterjemahkan dalam bahasa yang “lazim”, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dan symbol-simbol tertentu.

Proses pertama memungkinkan untuk memaknai dunia dengan mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara sesuatu dengan system “peta konseptual” kita. Dalam proses kedua, kita mengkonstruksi seperangkat rantai koresponden antara “peta konseptual” dengan bahasa atau symbol yang berfungsi merepresentasikan konsep-konsep kita tentang sesuatu. Relasi antara “sesuatu”, “peta konsep-konseptual”, dan “bahasa atau symbol” adalah jantung dari produksi makna lewat bahasa. Proses yang menghubungkan ketiga elemen ini secara bersama-sama itulah yang kita namakana representasi.

Konsep representasi pada penelitian ini merujuk pada pengertian tentang bagaimana seseorang, sebuah kelompok atau sebuah gagasan ditunjukkan dalam media massa (Eriyanto,2001:113). Oleh karena itu, representasi cinta beda agama di film “3 Hati 2 Dunia 1 Cinta” berarti dalam film ini terdapat tanda dan symbol-simbol yang menunjukkan adanya adegan yang mewakili makna perbedaan.

3.3.2. Cinta

Cinta ialah sebuah perasaan selalu teringat dan terpikirkan dalam hati, lantas berarti; rasa susah hati; rindu, sangat tertarik hati. Cinta dapat diwujudkan kedalam sebuah aksi perilaku atau sebuah sikap seseorang yang sedang mengalami perasaan cinta. Perasaan cinta mendorong seseorang berperilaku dengan menggunakan emosi dan sering kali bertindak irasional.

3.3.3. Film

dipertunjukkan digedung-gedung bioskop/cinema. Film jenis ini berbeda dengan film televise (television film) atau sinetron (sinema elektronika) yang khusus dibuat untuk siaran televise. Film teatrikal dibuat secara mekanik, sedangkan film televisi dibuat secara elektronik. Berkaitan dengan penelitian ini, yang ingin diteliti ialah tentang penokohan dalam sebuah layar lebar, yakni penokohan Rosyid dan Delia dalam film “3 Hati 2 Dunia 1 Cinta”, yang dalam hal ini mempresentasikan Cinta.

3.4 Unit Analisis

Tanda – tanda dalam tataran bergerak (film) tersebut telah dikombinasikan menjadi kode-kode, untuk memungkinkan sesuatu pesan disampaikan dari komunikator kepada komunikan. Adapun tanda-tanda tersebut oleh John Fiske dikategorikan menjadi tiga level, yakni :

1. Level realitas yang mencakup kode-kode sosial seperti penampilan pakaian

dan make up, lingkungan, perilaku, ucapan, gesture, ekspresi dan dialog. Penampilan kostum dan make-up yang digunakan oleh pemain di film 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta. Dalam penelitian ini tokoh yang menjadi obyek penelitian adalah Rosyid dan Delia. Pentingnya peran busana, pakaian, dandanan dan perhiasan dalam proses komunikasi insani telah mendapatkan sorotan. Pakaian di yang digunakan, serta apakah kostum dan make-up yang ditampilkan tersebut memberikan signifikasi tertentu menurut kode social dan cultural.

2. Level representasi yang meliputi kode-kode tekhnik seperti kerja kamera, pencahayaan, editing, music dan suara

Analisis semiotic pada sinema atau film layar lebar (wide screen) disetarakan dengan analisis film yang ditayangkan di televise. Fiske mengkategorikan sign pada film kedalam tiga kategori, yakni kode-kode social (social codes), dank kode-kode tekhnis (technical codes), dan kode-kode representasi (representational codes). Hal ini untuk mengetahui bagaimana representasi cinta beda agama dalam film tersebut.

3.5. Tekhnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tekhnik dokumentasi dan mengamati film yang berjudul “3 Hati 2 Dunia 1 Cinta” secara langsung serta melakukan studi keperpustakaan untuk melengkapi data-data dan bahan-bahan yang dapat dijadikan sebagai referensi.

3.6. Tekhnik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan Peneliti berdasarkan sign atau sistem tanda yang tampak pada cerita “3 Hati 2 Dunia 1 Cinta” yang dapat digolongkan sebagai pesan pemaknaan cinta, kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan-pendekatan kode-kode televise oleh John fiske, analisis semiotic pada film dibagi menjadi beberapa elemen, yaitu level realitas, dan level representasi. Untuk selanjutnyaakan dilakukan analisis terhadap masing-masing unit analisis disetiap level. Lingkungan atau setting, yang ditampilkan dari cerita ketiga tokoh tersebut.

 

Pada level realitas, dianalisis beberapa kode-kode sosial yang merupakan realitas berupa penampilan dan kostum, perilaku, ekspresi, dan dialog.

Pada Level reprenstasi yang akan diamati, meliputi kerja kamera, pewarnaan dan suara yang ditransmisikan sebagai kode-kode representasi yang bersifat konvensional. Namun dalam penelitian ini, peneliti tidak akan membahas lebih lanjut tentang tekhnik editing, dan music yang ada pada level representasi, karena dianggap tidak memiliki korelasi langsung terhadap pembahasan di dalam film “3 Hati 2 Dunia 1 Cinta”. Level representasi ini membantu dalam melakukan analisis pada level realitas, menunjukkan alur cerita melalui penggambaran tokoh dan setting yang dapat menjurus ke karekter dan pandangan mereka pada level ideologi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait