• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII PENUTUP

18. Luas Tanam Dan Rata – Rata Produksi

(Ton)

1. Jagung 54 54 7,2 338,8

2. Nanas 75 75 60 4500

Sumber: Programa pertanian desa Babadan, 2020

Dari tabel 18 luas tanam dan rata – rata produksi dapat dilihat bahwa produksi nanas merupakan komoditas unggulan di desa Babadan ditandai dengan hasil produksi sebanyak 4500 ton/tahun.

6.1.4 Kondisi Umum Peternakan

Kecamatan Ngancar merupakan daerah dengan potensi pengembangan peternakan yang baik, hal ini ditandai dengan banyak komoditas ternak yang ada di wilayah tersebut. Komoditas peternakan di Ngancar diantaranya terdiri dari sapi potong, sapi perah, kambing & domba, ayam kampung, ayam ras, petelur, ayam

57

ras, itik & entok, serta kelinci. Berikut adalah data populasi komoditas peternakan yang ada pada kec. Ngancar berdasarkan data BPS (2019).

Tabel 19. Komoditas Peternakan Kec. Ngancar

No Jenis Ternak Jumlah (Ekor)

1. Sapi Potong 10.989

2. Sapi Perah 3.734

3. Kuda 3

4. Kambing & domba 6.758

5. Babi 320

6. Ayam Kampung 24.608

7. Ayam ras petelur 108.814

8. Ayam ras 702.870

9. Itik & entok 11.270

10. Kelinci 429

Sumber: BPS, 2019

Berdasarkan tabel 19, ditemukan bahwa komoditas unggulan yang ada di kec. Ngancar adalah sapi potong dengan populasi 10.989 ekor, selanjutnya disusul oleh sapi perah dengan 3.734 ekor. Potensi ini didukung dengan banyaknya lahan hijauan yang tersedia di wilayah tersebut, sumber daya manusia, dan kelembagaan peternak yang ada, sehingga jumlah ini akan terus meningkat seiring waktu berjalan.

Daerah pengembangan peternakan sapi perah di Kec. Ngancar salah sataunya berada pada desa Babadan. Selain itu sub sektor peternakan yang ada pada desa Babadan diantaranya adalah sapi potong, sapi perah, kambing dan domba, kelinci, ayam kampung, ayam ras, itik. Berdasarkan data dari programa pertanian (2020) berikut adalah komoditas peternakan yang ada pada kec.

Ngancar.

Tabel 20. Komoditas Peternakan desa Babadan

No Jenis Ternak Jumlah (Ekor)

1. Sapi Potong 251

2. Sapi Perah 2354

3. Kambing 696

4. Ayam ras 30352

Sumber: Prorgama pertanian kec. Ngancar, 2020.

Berdasarkan tabel 20, sapi perah dengan populasi sebanyak 2.354 ekor merupakan komoditas peternakan unggulan yang ada di desa Babadan. Jumlah tersebut menjadikan produk dari sapi perah menjadi komoditas unggulan di wilayah tersebut, hal ini sesuai dengan data BPS (2021) bahwa produk peternakan unggulan di desa Babadan adalah susu segar sapi perah.

59

Tabel 21 Pos Penampungan dan jumlah peternak No Pos Penampungan Peternak (orang)

1. Sumber Pethung 51

2. Jagul 24

3. Sepawon 180

4. Sanding 77

5. Sugihwaras 28

6. Gathok 37

7. Bakung 90

8. Sepawon 90

9. Tanjunganom 18

10. Margourip 18

11. Posoklaten 51

Jumlah 664

Sumber: Data primer yang diolah, 2022

6.2.2 Kondisi Peternakan KUD Karya Bhakti

KUD Karya Bhakti Ngancar merupakan jenis koperasi serba usaha yang salah satunya menjalankan usaha unit peternakan sapi perah. Sentra produksi susu sapi perah di Kabupaten Kediri salah satunya berada di Kecamatan Ngancar yang termasuk wilayah kerja dari KUD Karya Bhakti. KUD Karya Bhakti menjadi salah satu supplier susu dan bekerja sama dengan salah satu Industri Pengolahan Susu (IPS) yaitu PT. Nestle Indonesia.

Pengembangan usaha sapi sapi perah di KUD Karya Bhakti Ngancar berkembang dengan baik, hal ini ditandai dengan tingginya populasi sapi perah yaitu 3.866 Ekor pada periode September 2021. Berdasarkan data BPS (2021) angka populasi sapi perah di Kec. Ngancar adalah yang tertinggi dibanding dengan wilayah lainnya di Kabupaten Kediri.

Responden dalam penelitian ini adalah anggota kelompok ternak Karya Abadi binaan KUD Karya Bhakti sebanyak 20 orang. Data karakteristik responden meliputi nama, umur, pendidikan, jumlah ternak, dan lama beternak dapat dilihat pada tabel 23.

61

Tabel 23. Responden Penyuluhan

No Nama Umur Pendidikan Jumlah Ternak Lama Beternak

1. Dian Rusmanto 30 SD 9 10

2. Yuli Winarti 37 SMP 6 20

3. Mujiran 42 SMP 9 20

4. Reka 27 SMA 3 10

5. Lia 23 SMA 6 4

6. Binti 45 SMP 10 15

7. Dodi 60 SD 17 20

8. Suratin 65 SD 4 25

9. Lilik 35 SMA 24 20

10. Priyo Santoso 42 SMP 8 15

11. Jarwo 39 SMA 19 26

12. Purnomo 42 SMA 12 15

13. Junaedi 39 SMA 17 5

14. Rudi 51 SD 7 20

15. Anjar 31 SMP 11 2

16. Warji 50 SD 6 10

17. Sukerno 48 SD 11 30

18. Waras 57 SD 17 20

19 Jarkowi 37 SD 13 23

20 Tukijan 50 SD 4 15

Sumber: Data primer yang diolah, 2022 6.3.1 Umur

Berdasarkan hasil kajian, berikut adalah klasifikasi umur dari sasaran penyuluhan pembuatan larutan antiseptik Teat Dipping berbahan dasar daun sirih hijau.

Tabel 24. Karakteristik Umur Responden

No Umur (tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 21 – 30 3 15

2. 31 – 40 6 30

3. 41 – 50 7 35

4. 51 – 60 3 15

5. 61 – 70 1 5

Jumlah 20 100

Sumber: Data primer yang diolah, 2022.

Berdasarkan tabel 24, dari total 20 responden menunjukkan bahwa responden dengan interval umur 41 – 50 tahun adalah kategori terbanyak dengan

persentasi 35% dan dilanjut dengan Interval 31 – 40 sebanyak 6 orang dengan persentase 30%. Interval 21 – 30 dan 51 – 60 masing – masing sama sebanyak 3 orang dengan persentase 15%. Sedangkan jumlah terkecil adalah pada interval 61 – 70 tahun dengan jumlah 1 orang atau persentase 5%. Responden dalam kegiatan penyuluhan termasuk dalam kategori usia produktif, hal ini sejalan dengan pendapat Tjiptoherijanto (2001), yang menyatakan bahwa usia produktif manusia adalah antara 15-64 tahun.

6.3.2 Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil pengamatan berikut adalah klasifikasi tingkat pendidikan dari sasaran penyuluhan pembuatan larutan antiseptik Teat Dipping berbahan dasar daun sirih hijau.

Tabel 25 Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. SD 8 40

2. SMP 5 25

3. SMA 7 35

Jumlah 20 100

Sumber: Data primer yang diolah, 2022.

Berdasarkan tabel 25, didapati bahwa tingkat pendidikan paling banyak pada responden adalah tamatan SD dengan jumlah 8 orang atau persentase sebanyak 15%, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas tingkat pendidikan responden tergolong rendah. Untuk responden dengan kategori tingkat pendidikan SMA sejumlah 7 orang dengan persentase 35% dan untuk kategori SMP sejumlah 5 orang dengan persentase 25%.

6.3.3 Lama Beternak

Klasifikasi lama beternak dibagi menjadi 3 kategori diantaranya adalah Singkat (1-10 tahun), Sedang (11 – 20 tahun) dan Lama (≥20). Berdasarkan hasil pengamatan berikut adalah klasifikasi lama beternak dari sasaran penyuluhan pembuatan larutan antiseptik Teat Dipping berbahan dasar daun sirih hijau.

63

Tabel 26. Karateristik Lama Beternak Responden

No Lama Beternak (tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Singkat (1-10) 5 25

2. Sedang (11-20) 4 20

3. Lama (≥20) 11 55

Jumlah 20 100

Sumber: Data primer yang diolah, 2022.

Tabel 26, menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan jumlah 11 orang atau persentase 55% yang termasuk pada kategori peternak lama dengan periode lebih dari 20 tahun. Pada periode singkat menunjukan jumlah responden 5 orang dengan persentase 25%. Peternak dengan lama beternak sedang berjumlah 4 orang atau dengan persentase 20%. Biasanya pengalaman didapat dari lama responden beternak sehingga ilmu yang didapat juga lebih banyak dari pada dengan orang yang berpendidikan yang mayoritas hanya mendapat ilmu teoritis sedangkan ilmu pratikum jarang diterima.

6.3.4 Jumlah Kepemilikan Ternak

Adapun kepemilikan ternak dibagi menjadi 3 kategori yaitu sedikit (1 – 3) ekor, sedang (4 – 6) ekor, dan banyak (≥7) ekor (Suryadi dalam Putra, dkk. 2016).

Berdasarkan hasil pengamatan berikut adalah klasifikasi tingkat pendidikan dari sasaran penyuluhan.

Tabel 27. Karakteristik Kepemilikian Ternak Responden No Jumlah Kepemilikan Ternak

(Ekor) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Sedikit (1-3) 1 5

2. Sedang (4-6) 5 25

3. Banyak (>7) 14 70

Jumlah 20 100

Sumber: Data primer yang diolah, 2022.

Berdasarkan tabel 27, dari 14 dari 20 responden memiliki jumlah kepemilikan ternak >7 ekor atau termasuk ke dalam kategori banyak dengan total 70% dari responden lain. Sedangkan peternak dengan jumlah sedang (4 – 6) berjumlah 5 orang atau 25% dan peternak yang memiliki ternak kategori sedikit (1 – 3) sebanyak 1 orang atau 5%.

6.4 Hasil Implementasi Rancangan Penyuluhan

Hasil evaluasi tingkat pengetahuan sasaran yang mengikuti kegiatan penyuluhan sebanyak 20 peternak, terdiri dari 20 butir pertanyaan yang nantinya akan dihitung dan dianalisis menggunakan analisis skoring jawaban untuk mengetahui tingkat pengetahuan dari sasaran.

Rekapitulasi data hasil kuesioner aspek pengetahuan dapat dilihat pada lampiran 19. Berikut adalah tabulasi data evaluasi penyuluhan apabila didistribusikan pada masing-masing tingkat pengetahuan setiap peternak dapat diihat pada tabel dibawah ini

Tabel 28. Tabulasi Data Evaluasi Tingkat Pengetahuan Setiap Sasaran

No Tingkat

Pengetahuan

Skor Pengetahuan

Jumlah Orang

Persentase

1. C1 (Mengetahui) 20 – 30 0 0

2. C2 (Memahami) 31 – 40 0 0

3. C3 (Menerapkan) 41 – 50 0 0

4. C4 (Menganalisis) 51 – 60 0 0

5. C5 (Mengevaluasi) 61 – 70 8 40

6. C6 (Menciptakan) 71 – 80 12 60

Jumlah 20 100

Sumber: Hasil data kajian, 2022

Berdasarkan tabel diatas, tingkat pengetahuan peternak tentang pembuatan dan penerapan larutan Teat Dipping daun sirih hijau untuk sapi perah pada pengendalian mastitis berdasarkan taksonomi bloom yaitu, pada tingkat C5 (Mengevaluasi) terdapat 8 petani (40%) dan tingkat C6 (Menciptakan) sebanyak 12 petani (60%). Berdasarkan jumlah tersebut, mayoritas peternak sudah termasuk dalam kategori tingkat tertinggi yaitu dari 20 peternak responden sebanyak 12 peternak (60%) sudah tergolong tingkat C6 (Menciptakan).

Berdasarkan data hasil evaluasi 20 sasaran pada aspek pengetahuan, skor yang didapatkan adalah 1414 yang dapat dikategorikan pada dimensi menciptakan. Data tersebut dapat disajikan pada garis kontinum sebagai berikut:

C1 C2 C3 C4 C5 C6

400 600 800 1000 1200 1400 1600

Gambar 2. Garis Kontinum Dimensi Tingkat Pengetahuan Keterangan:

C1 = Mengetahui C2 = Memahami C3 = Menerapkan

C4 = Menganalisis C5 = Mengevaluasi C6 = Menciptakan

Berdasarkan data tersebut diperoleh skor 1414, maka untuk mengetahui presentase skor dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

67

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100% = 1414

1600 𝑥 100% = 88,75 %

Jika didistribusikan pada garis kontinum berdasarkan persentase, maka terlihat aspek pengetahuan hasil kuesioner adalah sebagai berikut :

0% 20% 40% 60% 80% 100%

SR R C T ST

Keterangan :

SR = Sangat Rendah R = Rendah

C = Cukup

T = Tinggi

ST = Sangat Tinggi

Kuesioner terdiri dari 20 butir pertanyaan dengan jenis pertanyaan tertutup menggunakan rating scale. Berdasarkan hasil analisis dari evaluasi aspek pengetahuan sasaran tentang pembuatan larutan antiseptik Teat Dipping berbahan dasar daun sirih hijau untuk pengendalian mastitis pada sapi perah, didapatkan bahwa dari hasil penyebaran kuesioner peternak mendapatkan skor 1414. Berdasarkan skor tersebut apabila di interpretasikan ke dalam dimensi aspek pengetahuan, maka dimensi pengetahuan sasaran termasuk pada kategori menciptakan dengan presentase skor sebesar 88,75% yang dapat dikategorikan Sangat Tinggi.

6.5.2 Aspek Keterampilan

Hasil evaluasi tingkat keterampilan sasaran yang mengikuti kegiatan penyuluhan yaitu sebanyak 20 peternak dengan 20 butir pertanyaan yang nantinya akan dihitung dan dianalisis menggunakan analisis skoring jawaban untuk mengetahui tingkat keterampilan dari sasaran.

Rekapitulasi data hasil kuesioner aspek keterampilan dapat dilihat pada lampiran 20. Berikut adalah tabulasi data evaluasi penyuluhan apabila

Gambar 3. Garis Kontinum Persentase Aspek Pengetahuan

didistribusikan pada masing-masing tingkat keterampilan setiap peternak dapat diihat pada tabel dibawah ini

Tabel 29. Tabulasi Data Evaluasi Tingkat Keterampilan Setiap Sasaran No Tingkat Keterampilan Skor

Keterampilan

Jumlah Orang

Persentase (%)

1. P1 (Persepi) 20 – 28,6 0 0

2. P2 (Kesiapan) 28,7 – 37,2 0 0

3. P3 (Reaksi yang diarahkan) 37,3 – 45,8 0 0

4. P4 (Reaksi natural) 45,9 – 54,4 0 0

5. P5 (Reaksi yang kompleks) 54,5 – 63 0 0

6. P6 (Adaptasi) 63,1 – 71,6 11 55

7. P7 (Kreativitas) 71,7 - 80 9 45

Jumlah 20 100

Sumber: Hasil data kajian, 2022

Berdasarkan tabel diatas, tingkat keterampilan peternak tentang pembuatan dan penerapan larutan Teat Dipping daun sirih hijau untuk sapi perah pada pengendalian mastitis berdasarkan taksonomi bloom yaitu, pada tingkat P6 (Adaptasi) terdapat 11 petani (55%) dan tingkat P7 (Kreativitas) sebanyak 9 petani (60%). Berdasarkan jumlah tersebut, mayoritas peternak termasuk dalam kategori P6 (Adaptasi) dengan total 11 dari 24 peternak.

Berdasarkan data hasil evaluasi 20 sasaran pada aspek keterampilan, skor yang didapatkan dari adalah 1428 yang dapat dikategorikan pada dimensi Adaptasi, yang dapat dilihat seperti tabel. Data tersebut dapat disajikan pada garis kontinum sebagai berikut:

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7

400 571 743 914 1086 1257 1429 1600

Gambar 4. Garis Kontinum Dimensi Tingkat Keterampilan Keterangan:

P1 = Persepsi P2 = Kesiapan

P3 = Reaksi yang diarahkan P4 = Reaksi natural

P5 = Reaksi kompleks P6 = Adaptasi

P7 = Kreativitas

69

Berdasarkan data tersebut diperoleh skor 1428, maka untuk mengetahui persentase skor dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100% = 1428

1600 𝑥 100% = 89,25 %

Jika didistribusikan pada garis kontinum berdasarkan persentase, maka terlihat aspek pengetahuan hasil kuesioner adalah sebagai berikut :

0% 20% 40% 60% 80% 100%

SR R C T ST

Keterangan :

SR = Sangat Rendah R = Rendah

C = Cukup

T = Tinggi

ST = Sangat Tinggi

Kuesioner terdiri dari 20 butir pertanyaan dengan jenis pertanyaan tertutup menggunakan rating scale. Berdasarkan hasil analisis dari evaluasi aspek keterampilan sasaran tentang pembuatan larutan Teat Dipping berbahan dasar daun sirih hijau untuk pengendalian mastitis pada sapi perah, didapatkan bahwa dari hasil penyebaran kuesioner, peternak mendapatkan skor 1428. Berdasarkan skor tersebut apabila diinterpretasikan ke dalam dimensi aspek keterampilan, maka dimensi keterampilan sasaran termasuk pada kategori adaptasi dengan persentase skor sebesar 89,25% yang dapat dikategorikan sangat tinggi.

Gambar 5. Garis Kontinum Persentase Tingkat Keterampilan

70 BAB VII

1. Bagi peternak, pembuatan dan penerapan celup puting menggunakan larutan antiseptik daun sirih hijau dapat dilaksanakan secara rutin sebagai langkah pengendalian terhadap mastitis sapi perah.

2. Bagi petugas penyuluh, diharapkan dapat memberikan pendampingan berupa motivasi dan arahan sehingga peternak dapat melaksanakan pengendalian mastitis sapi perah melalui pembuatan dan penerapan larutan antiseptik Teat Dipping dari daun sirih hijau.

72

DAFTAR PUSTAKA

Agil, M., L. B. Salman dan H. Indrijani. 2016. Identifikasi karakteristik dan ukuran tubuh sapi perah Fries Holland laktasi di kawasan usaha peternakan Bogor. Students e-Journal. 5 (4) :1-12.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi.

Jakarta: PT. Rineka Cipta

Arsyad, A. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Atam, D., dkk. 2020. Pengaruh Dekok Daun Sirih (Piper betle L.) sebagai Bahan

Teat Dipping pada Sapi Perah Friesian Holstein. Jurnal Peternakan Indonesia. Vol(22) No (2) Hal. 125-132.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2021. Kecamatan Ngancar Dalam Angka 2021.

Kabupaten Kediri: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kediri.

BPTP Balitbangtan. 2017. Pencelupan Puting menggunakan Bahan Alami. Jawa Barat

Carolia, N. and Noventi,W. 2016. Potensi Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.

L) sebagai Alternatif Terapi Acne vulgaris. Majority, 5.

Damayanti, R., Mulyanto dan Mulyono. 2006. Khaisat dan Manfaat Daun Sirih Obat Mujarab dari Masa ke Masa. Jakarta: Agro Media Pustaka

Ensminger, M.E. 1971. Dairy Cattle Science. 4th Ed. The interstate printers and publisher Inc, Danville.

Fuadi, S. 2014. Efektivitas Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus pyogenes In Vitro. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: UGM. Press Gembong, Tjitrosoepomo. 1988. Taksonomi Tumbuhan Spermatophita.

Yogyakarta. UGM Press

Gustiani, E. 2009. Pengendalian Cemaran Mikroba Pada Bahan Pangan Asal Ternak (Daging Dan Susu) Mulai Dari Peternakan Sampai Dihidangkan.

Jurnal Litbang Pertanian, 28 (3):96-100. Diakses pada 16 Desember 2021

Hamidah, T., S.Kumalaningsih, dan I.A.Dewo. 2014. Pembuatan Ekstrak Oleoresin Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Sebagai Pengawet (Kajian Suhu Dan Lama Ekstraksi). Jurusan Teknologi Industri Pertanian.

Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang

73

Haniah, M., 2008. Isolasi Jamur Endofit Dari Daun Sirih (Piper betle L.) Sebagai Antimikroba Terhadap Eschetichia Coli, Stapylococcus Aereus Dan Candida Albicans. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi.

Universitas Islam Negeri Malang

Heyne, K.,1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Volume II, Yayasan Sarana Wana Jaya: Diedarkan oleh Koperasi Karyawan, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta.

Hidayanto, N., dkk., 2015. Tanaman Herbal Sebagai Tanaman Hias dan Tanaman Obat. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. 4 (1). 1-4.

Hidayat, Effendi, Fuad, Taguchi, dan Sugiwaka. 1995. Kesehatan Pemerahan.

Bandung.

Holtenius, K., S. Agenas, C. Delavaud dan Y. Chiliard. 2003. Effects of Feeding Intesity during the Dry Period: 2. Metabolic and Hormontal Responses. J.

Dairy Sci. 86:883-891

Inayatullah, S. (2012) Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aereus. Universitas Islam Negeri Jakarta

Kurniawan, dkk,m TT. Pengaruh Teat Dipping Menggunakan Dekok Daun Kersen (Muntingia calabura l.) Terhadap Tingkat Kejadian Mastitis.

Jurnal Ilmu Ilmu Peternakan. 23 (3), 27-31.

Kusuma, M.S., Susilorini, T.E., dan Surjowardojo, P. 2017. Pengaruh Lama Dan Suhu Penyimpanan Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.inn) Dengan Aquades Terhadap Daya Hambat Bakteri Streptococcus Agalactiae Penyebab Mastitis Pada Sapi Perah. Jurnal Ternak Tropika. Vol (18) No (2) Hal. 14-21.

Leighbody, G.B. (1968). Methods of teaching shop and technical subjects. New.

York: Delmar Publishing.

Lingathurai, S, Vellathurai, P, Vendan, S. E, and Anand, A. A. P. 2009. A comparative study on the microbiological and chemical composition of cow milk from different locations in Madurai, Tamil Nadu. Indian Journal of Science and Technology. Vol.2 No 2 (Feb. 2009):51-54. ISSN: 0974- 6846. India. diakses pada 16 Desember 2021

Lutviandhitarani, G., Harjanti, D. W., dan Wahyono, F. 2015. Green Antibiotic Daun Sirih (Piper betle L.) Sebagai Pengganti Antibiotik Komersial untuk Penanganan Mastitis. Jurnal Agripet. Vol (15) No (1) Hal. 28-32

Marshall, R.T., Edmonson, J.E., Stevens, B., 1993. Using The California Mastitis Test. USA.

Mahardika, H.A., P. Trisunuwati, dan P. Surjowardojo. 2016. Pengaruh Suhu Air Pencucian Ambing dan Teat Dipping Terhadap Jumlah Produksi, Kualitas dan Jumlah Sel Somatik Susu pada Sapi Peranakan Friesian Holstein. Buletin Peternakan, 40 (1): 11- 20

Mano, S., Sio, S, dan Purwantiningsih, T.I. 2021. Pengaruh Lama Rebusan Daun Sirih terhadap Responsifitas Mastitis Sapi Perah. Journal of Animal Science. Vol (6) No (1) Hal. 1-3.

Mardikanto, Totok dan Sri Utama. 2009. Pengantar Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara: Jakarta.

Marsono, O. S., Susilorini, T. E., Surjowardojo, P. 2017. Pengaruh Lama Penyimpanan Dekok Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Aktivitas Daya Hambat Bakteri Streptococcus Agalactiae Penyebab Matitis Pada Sapi Perah. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. Vol (12) No. (1) Hal.

47-60.

Matondang, O., N., dkk., 2017. Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED. 6 (1), 89-97.

Mursito, B., 2002, Ramuan Tradisional untuk Penyakit Malaria, Penebar Swadaya, Jakarta

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga. Jakarta:

PT. Rineka Cipta

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.

Jakarta: SalembaMedika.

Nurtini, S., dan Anggriani, M. 2014. Profil Peternakan Sapi Perah Rakyat di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Pasaribu, A. Firmansyah, dan N. Idris. 2015. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Ilmu – Ilmu Peternakan. Vol (18) No (1).

Pinatik, N., dkk., 2017. Efektivitas Daun Sirih Hujau (Piper betle L.) Dalam Menghambat Perumbuhan Bakteri Escherichia coli.

Pradhan D., Suri K. a, Pradhan D.K. and Biswasroy P. 2013. Golden Heart of the Nature: Piper betle L. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, 1 (6), 147–167.

Pribadiningtyas, P. A., T. H. Suprayogi dan P. Sambodo. 2012. Hubungan Antara Bobot Badan, Volume Ambing Terhadap Produksi Susu Kambing Perah Laktasi Peranakan Ettawa. J. Animal Agricultural. 1 (1): 99-105.

Priyono, S.H dan Praptiwi. 2009. Identifikasi Senyawa Kimia dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Piper Sp. Asal Papua. Jurnal Teknik Lingkungan.

10 (3) : 271-276.

Puspitasari, Y., dkk. 2021. Penyuluhan Mastitis Subklinis Dan Kegiatan Uji California Mastitis Test Pada Sapi Perah Di Koperasi Unit Desa Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Jurnal Layanan Masyakarat. Vol 5 (2) hal 489 - 495.

75

Rahayu, I.D. 2009. Kerugian Ekonomi Mastitis Subklinis pada Sapi Perah.

Fakultas Pertanian Jurusan Peternakan. Universitas Muhammadiyah Malang.

Putir, P., et al. 2015. Pengaruh Lama Waktu Dipping Dengan Menggunakan Larutan Kaporit Terhadap Tampilan Total Bakteri Dan Derajat Keasaman Susu Sapi Perah. Animal Agric. Journal, 4 (1) : 132 -136.

Rahayu, N.S. 2017. Daya Hambat Dekok Daun Sirih Hijau (Piper Betle L.) Dengan Lama Perebusan Dan Konsentrasi Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Agalactiae Penyebab Mastitis Pada Sapi Perah. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya

Rakhmat J. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung (ID): Remaja Rosdakarya.

Rambe, D. R., Allaily, Novita, C. I. 2019. Analisis Daya Hambat Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Mikroorganisme Indikator Mastitis.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanaian. Vol (4) No (2) Mei 2019: 230-236 Saraswati, D. 2011. Pengaruh Konsentrasi Daun Sirih Terhadap Daya Hambat

Escherichia coli. Jurnal Health Sport. 3 (2) : 285-362

Sarwiyono, Suryowardoj, P., Susilorini, T.E. 1990. Manajemen Produksi Susu Segar. Badan Standarisasi Nasional

Sarwono, S.W. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial.

Jakarta (ID): Balai Pustaka.

Sastroamidjojo, S. 1997. Obat Asli Indonesia. Jakarta Timur: Dian Rakyat.

Shearer J.K and Harris Jr.B. 2003. Mastitis in dairy goats. IFAS Extension.

University of Florida. USA

Serliana, M., et al. 2021. Pengaruh Lama Rebusan Daun Sirih Terhadap Responsifitas Mastitis Sapi Perah. Journal of Animal Science, 6 (1) : 1-3.

Setiawan, J., Maheswari, R.R.A., dan Purwanto, B.P. 2013. Sifat Fisik dan Kimia, Jumlah Sel Somatik dan Kualitas Mikrobiologis Susu Kambing Peranakan Ettawa. ACTA veterinaria indonesiana-indonesian veterinary journal 1(1), 32-43

Siregar, Syofian. 2016. Statistika Deskriptif untuk Penelitian Dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

SKKNI Penyuluhan Pertanian Nomor 43. 2013. Penetapan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Pertanian Golongan Pokok Jasa Pelayanan Teknis Golongan Penyuluhan Sub Golongan Penyuluhan Pertanian menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Jakarta.

Subronto. 2003. Ilmu Penyakit Ternak 1. Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Sudarwanto. 1999. Mastitis Subklinis Dan Cara Diagnosa. Makalah. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Sudarwanto. 2009. Mastitis dan kerugian ekonomi yang disebabkanya. Makalah pada TOT JICA The 3rd. Oktober 2009. Cikole-Lembang, Bandung Barat.

Sudono, A., F. Rosdiana dan S. Budi 2003. Beternak Sapi Perah. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suryowardojo, P. 2012. Penampilan Kandungan Protein dan Kadar Lemak Susu pada Sapi Perah Mastitis Frisesian Holstein. Jurnal Exp. Life Sci. 2 (1), 42 – 28.

Swadayana, A., P. Sambodho, dan C. Budiarti. 2012. Total Bakteri dan pH Susu Akibat Lama Waktu Dipping Puting Kambing Peranakan Ettawa Laktasi.

Animal Agriculture Journal 01 (01): 12-21.

Syarif, E.K dan B. Harianto. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah.

Agromedia Pustaka. Jakarta

Syarief, M.A., dan Sumoprastowo, M.R., 1990. Ternak Perah. Yasaguna. Jakarta Ternak Perah. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.

Taofik, A. dan Depison. 2008. Hubungan antara Lingkar Perut dan Volume Ambing dengan Kemampuan Produksi Susu Kambing Peranakan Ettawa. J. Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, 11(2): 59-74

Undang-Undang SP3K Nomor 16 Tahun 2006. Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Jakarta.

Utari, R., 2011. Taksonomi Blooom. Diakses dari https://www.academia.edu/download/36777006/766_1Taksonomi_Bloom _-_Retno-ok-mima.pdf

Zahra, S., dan Iskandar, Y. (2007). Kandungan Senyawa Kimia Dan Bioaktivitas.

Jurnal Farmaka, 15 (3), 143-152.

77 LAMPIRAN Lampiran 1. Gambar Peta Lokasi Penelitian

Gambar Kec. Ngancar Kab. Kediri Jawa Timur

Sumber: Google Maps, 2022.

Gambar desa Babadan Kec. Ngancar

Sumber: Google Maps, 2022.

Lampiran 2. Matriks Jadwal Pelaksanaan Tugas Akhir

No Urutan Kegiatan 2021 2022

November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus 1. Identifikasi Potensi Wilayah

2. Penetapan Judul

3. Penyusunan Proposal dan Konsultasi

4. Seminar Proposal TA 5. Pelaksanaan Kajian 6. Pelaksanaan Penyuluhan 7. Penyusunan Laporan TA 8. Seminar Hasil

9. Perbaikan TA 10. Ujian Komprehensif

11. Penyelesaian dan Penjilidan TA

79

Lampiran 3. Matrik Penetapan Pemilihan Materi Penyuluhan

No Materi penyuluhan Pertimbangan Penetapan Materi Penyuluhan Prioritas

Keputusan A B C D E F G H I J K L M N Jumlah Peringkat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1

Pembuatan larutan antiseptik Teat Dipping berbahan dasar daun sirih hijau

✓ ✓ ✓ - ✓ ✓ - ✓ ✓ ✓ ✓ - ✓ - 10 1 Materi penyuluhan yang diberikan adalah Pembuatan larutan antiseptik Teat Dipping berbahan dasar daun sirih hijau, Penerapan larutan antiseptik Teat Dipping berbahan dasar daun sirih hijau, Mastitis pada sapi perah, Faktor penyebab mastitis

2

Penerapan larutan antiseptik Teat Dipping berbahan dasar daun sirih hijau

✓ ✓ ✓ - - - - ✓ ✓ ✓ - ✓ ✓ - 8 2

3 Mastitis pada sapi perah

- ✓ - - - ✓ - - ✓ - ✓ - ✓ - 5 3

4 Faktor penyebab mastitis

✓ - ✓ - - - ✓ - ✓ - - 4 4

Keterangan :

A. Menguntungkan H. Resiko Rendah

B. Pelengkap I. Spektakuler

C. Daya Saing J. Dapat diperluas

D. Sederhana K. Sangat penting

E. Tersedia L. Penting

F. Mudah diaplikasikan M. Membantu

G. Mahal N. Sangat berguna

Lampiran 4. Matirk Perangkingan Penetapan Metode Penyuluhan

Analisis Penetapan Metode Penyuluhan Pertanian Metode dan Teknik

Penyuluhan

Karakteristik Sasaran

Tujuan Penyuluhan

Materi

Penyuluhan Media Pendekatan Tingkat

Adopsi Total Keputusan Metode

Anjangsana 6 (I)

Anjangsana, Demonstrasi Cara, Diskusi Kelompok, dan

Ceramah

Demonstrasi Cara 6 (II)

Demonstrasi Hasil - - - - - 1

Demonstrasi Plot - - - - - - 0

Demonstrasi Farming

- - - - - 1

Demonstrasi Area - - - - 2

Demonstrasi Unit - - - - 2

Diskusi Kelompok 6 (III)

Pameran - - - - - 1

Sekolah Lapang - - - - - - 0

Temu Wicara - - - 3

Temu Bisnis – Temu

Usaha - - - - - 1

Temu Karya – Temu

Hasil - - - -

- 1

Temu Lapangan - - - - 2

Mimbar Sarasehan - - - - - 1

Kursus Tani - - - 3

Metode Penyuluhan Partisipatif

- - -

3

Ceramah 6 (IV)

81

Lampiran 5. Matrik Perangkingan Penetapan Media

Analisis Penetapan Metode Penyuluhan Pertanian Metode dan

Teknik Penyuluhan

Karakteristik Sasaran

Tujuan Penyuluhan

Materi

Penyuluhan Metode Jumlah Sasaran

Teknik

Komunikasi Biaya Total Keputusan Metode

Poster √ √ √ - √ - - 5

Slide Presentasi, dan Leaflet Film Layar

Lebar √ √ √ - - √ - 1

Film

Terproyeksi - - - √ - 1

Leaflet √ √ √ √ √ √ - 6 (II)

Brosur/Komik - - - √ - 3

Peta Singkap - - - - √ √ √ 3

Papan Flanel - - - √ - 1

Siaran Pedesaaan (TV/Radio)

√ - - - √ √ √ 3

Video - √ √ √ √ - √ 5

Slide (Media

Presentasi) √ √ √ √ √ √ √ 7 (I)

Foto - √ - √ √ - - 3

Transparansi - - - √ - 1

Lampiran 6. IPW Hasil Uji CMT

No Nama Peternak

Hari dan tanggal

Kode Sapi

Paddle Periode

Laktasi

Konsen trasi

A B C D

1. Purnomo

Jumat, 8 April 2022

PUR1 T - - - 1 60 %

PUR2 - - T - 2 60 %

PUR3 ++ + + T 6 60 %

PUR4 T + T - 4 50 %

PUR5 T - T - 2 50 %

PUR6 - - - T 2 50 %

2. Junaedi

Sabtu, 9 April 2022

JUN1 + - - - 2 60 %

JUN2 T + + - 3 60 %

JUN3 - + - - 2 60 %

JUN4 - + + + 3 60 %

JUN5 - T - + 2 60 %

JUN6 + - + T 4 60 %

JUN7 + + + - 4 50 %

JUN8 + + - - 2 50 %

JUN9 - - T - 1 50 %

JUN10 T - - - 1 50 %

JUN11 - - T - 1 50 %

3. Jarwo

Minggu, 10 April 2022

JAR1 + T - - 3 50 %

JAR2 + + T T 3 60 %

JAR3 - ++ T - 4 60 %

JAR4 - T - - 2 60 %

JAR5 T - - T 2 50 %

JAR6 + +++ ++ + 5 50 %

JAR7 - - - T 1 50 %

Keterangan :

A : Puting belakang Kanan B : Puting belakang Kiri C : Puting depan Kanan D : Puting depan Kiri

83

Lampiran 7. Kisi - kisi Kuesioner Tabel Kisi – kisi kuesioner pengetahuan

Tujuan Variabel Sub Variabel Indikator/Kompetensi Jumlah

Soal Mengukur

pengetahuan anggota kelompok ternak Karya Abadi binaan KUD Karya Bhakti Ngancar terhadap pembuatan larutan antiseptik daun sirih hijau celup puting untuk pengendalian mastitis

Pengetahuan

Mengetahui

• Peternak mengetahui bahwa larutan antiseptik dari daun sirih hijau dapat dijadikan sebagai larutan antiseptik celup puting untuk

pengendalian mastitis

• Peternak mengatahui bahwa kandungan kimia pada larutan antiseptik daun sirih hijau dapat dijadikan sebagai antibakteri

• Peternak mengetahui tentang penyakit mastitis pada sapi perah

• Peternak mengetahui bahwa aplikasi celup puting dapat dijadikan untuk pengendalian mastitis pada sapi perah

• Peternak mengetahui Manajemen pemerahan yang baik pada sapi perah

1 – 5

Memahami

• Peternak dapat membedakan jenis mastitis klinis dan subklinis

• Peternak dapat menjabarkan alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan larutan antiseptik daun sirih hijau

• Peternak dapat memahami proses pembuatan larutan antiseptik daun sirih hijau untuk celup puting

• Peternak dapat menjelaskan waktu penggunaan celup puting dari larutan daun sirih hijau

• Peternak dapat menjelaskan cara penggunaan larutan antiseptik daun sirih hijau dengan benar

6 – 10

Dokumen terkait