• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Model pembelajaran menurut Lutan (1988:398) adalah penyederhanaan dan penjabaran dalam bentuk sebuah model dari proses pengajaran yang kompleks yang meliputi elemen-elemen yang melukiskan arus timbal balik antara stimulus dan respons antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan.

2. Mengenai konsep dasar metode mengajar tradisional dan metode mengajar creative movement Theodorakou & Zervas (2003:95) mengemukakan :

The creative movement teaching method implements learning through improvisation, experimentation, problem-solving, exploration and discovery. The student makes the decision and produces movement within certain parameters set by the teacher. On the other hand, the traditional teaching method implements learning through demonstration and command. The teacher makes the decisions and the students follow.

Mengacu kepada pendapat Theodorakau & Zervas, dapat disimpulkan bahwa metode mengajar creative movement lebih menyerupai indirect teaching yaitu dominasi berada pada siswa sebagai pembuat keputusan dalam pembelajaran penjas dengan menggunakan gaya mengajar problem solving dan guided discovery. Guru penjas sebagai pemberi intruksi informasi materi pembelajaran, hanya membimbing dan mengarahkan dengan dominasi perlakuan terhadap siswa sangat kecil. Sementara pada metode tradisional guru dominan sebagai pembuat

keputusan, segala sesuatu ditentukan oleh guru berkenaan dengan materi, tugas gerak, apa yang harus siswa lakukan selama pembelajaran, dan siswa tinggal mengikutinya. Evaluasi ditentukan guru ketika memberikan status pada siswa. Penerapan metode tradisional adalah dengan menggunakan gaya mengajar komando dan gaya mengajar tugas.

3. Proses sosial

Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama yang di dalamnya terkandung suatu gejala perubahan, gejala penyesuaian dan gejala pembentukan (Soesanto, 1985:53; Soekanto, 1999:66). Dalam penelitian ini, proses sosial terdiri dari proses asosiatif dan proses disosiatif dengan pengertian masing-masing sebagai berikut:

a. Proses asosiatif

Proses asosiatif adalah proses yang menuju kepada suatu kerja sama melalui keserasian pandangan dan tindakan yang mengarah kepada kesatuan tindakan (Huky, 1982; Taneko, 1993; dan Soekanto, 1999). Artinya, proses yang mempersatukan di antara dua orang atau lebih (di antara kelompok). Proses asosiatif terdiri dari :

1) Kerjasama yaitu bekerja secara bersama-sama karena mempunyai kepentingan yang sama . Di dalam penelitian ini kerjasama tercermin dari aktivitas siswa yang dilakukan secara berkelompok untuk menyelesaikan tugas gerak yang diinstruksikan guru.

2) Akomodasi adalah usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan (Soekanto,

1999:82). Di dalam penelitian ini usaha-usaha yang dimaksud diantaranya siswa menjadi penengah dalam menyelesaikan pertentangan di antara dua orang temannya.

3) Asimilasi adalah usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang perorangan atau kelompok manusia juga meliputi usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Di dalam penelitian ini, asimilasi ditunjukkan oleh perilaku siswa, diantaranya yaitu memberikan kesempatan kepada teman untuk menggunakan alat guna melaksanakan tugas gerak, menghargai kemampuan orang lain.

b. Proses disosiatif

Disebut juga sebagai oppositional processes atau proses oposisi yakni proses sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu (Soekanto, 1999:97). Pola-pola oposisi dinamakan struggle for existence.

Proses disosiatif terdiri dari :

1) Persaingan (competition) yaitu suatu proses sosial, ketika individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang sedang trend dengan cara menarik perhatian publik atau mempertajam prasangka tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Salah satu bentuk persaingan di dalam konteks penelitian ini adalah persaingan di antara siswa untuk menjadi pemain inti dalam suatu pertandingan olahraga.

2) Kontravensi (contravention) yaitu suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian dengan bentuk-bentuknya seperti: penolakan, perbuatan kekerasan dan mengacau rencana fihak lawan; menyangkal pernyataan orang lain; penghasutan; perbuatan khianat; menggangu atau membingungkan fihak lawan. Contoh kontravensi yang terjadi dalam proses pembelajaran penjas adalah siswa mengganggu konsentrasi rekannya saat melakukan tugas gerak dengan cara mengejek, menghalang-halangi pergerakan, dan bertindak kasar dengan merebut alat yang sedang dipergunakan.

4. Pendekatan bermain dan pendekatan kompetitif. a. Pendekatan bermain

Beberapa pendidik mengatakan bahwa bermain adalah belajar menyesuaikan diri dengan keadaan. Seperti dikutip Soemitro (1992:2), Smith mengemukakan bahwa bermain adalah dorongan langsung dari dalam diri setiap individu, yang bagi anak-anak merupakan pekerjaan, sedang bagi orang dewasa lebih dirasakan sebagai kegemaran. Bermain adalah aktivitas yang dilakukan dengan rasa senang, menimbulkan kesadaran agar bermain dengan baik perlu berlatih, mengetahui kemampuan teman, patuh pada peraturan, dan mengetahui kemampuan dirinya sendiri. Dalam penelitian ini kategori bermain termasuk ke dalam tipe bermain aktif. Tipe bermain aktif meliputi gerakan fisik dan ikut sertanya dalam bermacam-macam kegiatan seperti kejar-kejaran, kucing-kucingan, senam, dan sebagainya

b. Pendekatan kompetitif

Kompetitif merupakan kata sifat dari kompetisi yang identik dengan persaingan yang biasanya diwujudkan oleh individu yang tengah bersaing selalu berupaya untuk menjadi yang terbaik dari individu yang lainnya (Saputra, 2001:6). Saputra mengemukakan bahwa makna kompetisi secara umum diartikan sebagai sebuah proses dalam menentukan pemenang dan yang kalah dengan mengidentifikasikan siapa saja yang lebih baik daripada yang lainnya dalam suatu perlombaan atau permainan. Akhir dari perlombaan diperoleh ranking berupa urutan kedudukan secara hierarkis. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa aktivitas dengan pendekatan kompetitif ditunjukkan dengan tingkat persaingan yang lebih tajam, terkadang segala upaya dilakukan untuk memenangkan sebuah permainan. Dalam penelitian ini, aktivitas pembelajaran penjas dengan pendekatan kompetitif adalah aktivitas bersaing (berlomba dan bertanding) untuk menentukan pemenang dan pecundang, misalnya lomba lari, pertandingan voli mini, dan bentuk permainan yang akhirnya melahirkan pemenang dan pecundang. Sedangkan aktivitas penjas melalui pendekatan bermain yaitu aktivitas yang tidak sampai mempertajam persaingan dan tidak sampai kepada penentuan pemenang dan yang kalah.

94 BAB III

Dokumen terkait