• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Anestesi spinal adalah tehnik anestesi dengan memasukkan obat anestesi

dengan bantuan jarum spinal ke dalam ruang CSF dengan harapan terjadi blokade sensorik/nyeri dan motorik/gerak pada daerah pusat ke bawah.

b. Bevel adalah ujung jarum spinal

c. Jarum spinal Quincke 25G adalah jarum spinal dengan ujung jarum

memotong (cutting) dimana yang dipakai pada penelitian ini adalah jarum spinal Spinocan 25G.

d. Seksio sesaria merupakan istilah yang digunakan untuk tindakan operasi

dibagian kebidanan untuk melahirkan janin melalui tindakan pembedahan, dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina.

e. VAS (Visual Analogue Scale) adalah skala nyeri yang dibuat untuk

menentukan tingkat intensitas nyeri dengan menggunakan kertas yang diberi angka 0 – 10 cm dengan angka 0 menunjukkan tidak ada nyeri dan angka 10 menunjukkan nyeri hebat yang bisa dirasakan oleh pasien.

f. Bupivacain HCl adalah salah satu obat anestesi lokal golongan amida,

dimana mekanisme kerjanya memblok transmisi impuls saraf (temperatur, nyeri, sentuhan) dan fungsi motorik tubuh.

g. Parasetamol adalah suatu obat yang memiliki efek analgetik dan

antipiretik, dimana mekanisme kerjanya menginhibisi COX-3 iso-enzim dengan otak, menurunkan produksi SSP prostaglandin E2 dan memiliki sedikit efek anti inflamasi.

h. Ketorolak adalah salah satu obat anti inflamasi non steroid dengan

struktur “new alpha arylacetic acid” yang tempat kerja primernya pada enzim endoperoxide cyclo-oxygenase (COX) pada metabolisme asam arachidonic sehingga menghambat biosintesa prostaglandin, prostasiklin dan tromboksan.

i. Aldrette Score adalah kriteria untuk menilai keadaan umum pasien

selama perawatan diruang observasi sehingga pasien dapat dipindahkan keruang rawat biasa setelah tindakan anestesi.

j. Persiapan dan pemberian obat penelitian dengan cara ketorolak 30 mg (1 cc) dimasukkan kedalam botol infus 500 cc tanpa label yang berisi NaCl

Farmadol 100 cc dan dimasukkan kedalam botol infus 500 cc tanpa label

yang kosong. Kedua obat diberikan dengan cara tetesan infus (drips)

selama 5 – 10 menit.

k. VAS istirahat dinilai ketika pasien sedang berbaring tanpa bergerak

sedikitpun, dan ditanyakan intensitas nyeri yang dirasakan berdasarkan tabel nilai VAS.

l. VAS bergerak dinilai ketika pasien diminta untuk duduk sambil

memeluk bantal diperut dan dimintakan untuk batuk. Dinilai intensitas nyeri yang dirasakan pasien ketika sedang bantuk dengan menggunakan tabel penilaian VAS.

3.11 MASALAH ETIKA

a. Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. b. Pasien sebelumnya diberi penjelasan tentang tujuan, manfaat serta resiko

dan hal yang terkait dengan penelitian. Kemudian diminta mengisi formulir kesediaan menjadi subjek penelitian (inform consent).

c. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tindakan yang

sudah lazim dikerjakan terhadap pasien dan sebelum anestesi dan proses penelitian dimulai, telah dipersiapkan alat-alat kegawatdaruratan (oro/nasopharyngeal airway, ambu bag, sumber oksigen, laringoskop, endotracheal tube ukuran pasien dan bayi, suction set), monitor (pulse oximetry, tekanan darah, EKG, laju jantung), obat emergensi (efedrin, adrenalin, sulfas atropin, lidokain, aminofilin, deksametason).

d. Jika terjadi hipotensi akibat tindakan spinal dimana penurunan tekanan

darah sistol diatas 20% dari tekanan darah asalnya atau tekanan darah sistol < 100 mmHg akan diatasi dengan pemberian efedrin 10 mg serta cairan RL 10 cc/kgBB72

e. Bila terjadi kegawatdaruratan jalan nafas, jantung, paru dan otak selama anestesi dan proses penelitian berlangsung, maka langsung dilakukan antisipasi dan penanganan sesuai dengan teknik, alat dan obat standar seperti yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

3.12 ALUR PENELITIAN

Gambar 3.12-1. Skema Alur Penelitian

Populasi Inklusi Eksklusi Randomisasi Kelompok A Sampel Kelompok B

Preloading Ringer Laktat 10 ml/kgBB RA – SAB dengan Buvanest 0,5% 15 mg

Parasetamol 1 gr IV Ketorolak 30 mg IV

Pembedahan < 90 menit Selesai pembedahan = T0

Penilaian VAS, efek samping obat serta analgetik tambahan

jam ke 0 = T0

Penilaian VAS, efek samping obat dan analgetik tambahan jam ke 1 (T1), 2 (T2), 3 (T3), 4 (T4), 6 (T5), 9 (T6), 12 (T7), 18 (T8) dan 24 (T9)

Analisa Data Penelitian Tabulasi Data

PenilaianVAS Pre-OP Penilaian VAS Pre-OP

Preloading Ringer Laktat 10 ml/kgBB RA – SAB dengan Buvanest 0,5% 15 mg

Pembedahan < 90 menit Selesai pembedahan = T0

Penilaian VAS, efek samping obat serta analgetik tambahan

jam ke 0 = T0

Penilaian VAS, efek samping obat dan analgetik tambahan jam ke 1 (T1), 2 (T2), 3 (T3), 4 (T4), 6 (T5), 9 (T6), 12 (T7), 18 (T8) dan 24 (T9) Parasetamol 1 gr IV jam ke 6, 12 dan 18 Ketorolak 30 mg IV jam ke 6, 12 dan 18

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Prosedur pengambilan data penelitian dilakukan selama 4 bulan dari Mei sampai dengan Agustus 2011, mencakup 50 subjek penelitian yang terpilih secara acak dengan status fisik ASA 1 dan 2 yang menjalani operasi seksio sesaria dengan anestesi regional blok subaraknoid sesuai dengan prosedur penelitian. Subjek penelitian dibagi dalam 2 kelompok, dimana kelompok A sebanyak 25 pasien mendapat Parasetamol 1 gr/6 jam intravena dan kelompok B sebanyak 25 pasien mendapat Ketorolak 30 mg/6 jam intravena. Tidak ada subjek yang keluar dari prosedur penelitian. Setelah dilakukan pemasukan dan pengolahan data, maka didapatkan hasil-hasil penelitian sebagaimana ditampilkan didalam bab ini.

4.1 KARAKTERISTIK UMUM

Karakteristik umum subjek penelitian dinilai dari umur, berat badan, BMI, jenis suku, tingkat pendidikan, dan PS-ASA. Hasil penelitian terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1-1. Karakteristik umum berdasarkan umur, berat badan dan BMI VARIABEL Kelompok A Parasetamol Kelompok B Ketorolak p Umur Berat Badan BMI 25.88 (3.04) 65.88 (11.33) 27.34 (3.61) 24.96 (3.06) 66.68 (8.01) 26.65 (2.99) 0.99 0.14 *(NS) 0.44 *(NS) *(NS) * Uji t-test

Umur pasien yang menjadi subjek penelitian pada kedua kelompok dari yang paling muda 20 tahun dan tertua berusia 30 tahun dengan rata-rata 25.88 tahun pada kelompok Parasetamol dan 24.96 tahun pada kelompok Ketorolak. Dengan Uji t-test didapatkan nilai p = 0,99 berarti berbeda tidak bermakna proporsi umur antara kedua kelompok tersebut.

Berat badan pada kedua kelompok berkisar 48 kg hingga 88 kg dengan rata- rata 65.88 kg pada kelompok Parasetamol dan 66.68 tahun pada kelompok

Ketorolak. Dengan Uji t-test didapatkan nilai p = 0.14 berarti berbeda tidak

bermakna proporsi berat badan antara kedua kelompok tersebut.

Indeks massa tubuh (BMI) pada kedua kelompok berkisar 21.33 hingga 34.37 dengan rata-rata 27.34 pada kelompok Parasetamol dan 26.65 tahun pada kelompok

Ketorolak. Dengan Uji t-test didapatkan nilai p = 0.44 berarti berbeda tidak

bermakna proporsi indeks massa tubuh antara kedua kelompok tersebut.

Tabel 4.1-2. Karakteristik umum berdasarkan jenis suku

Jenis Suku Kelompok A Kelompok B Total p Parasetamol Ketorolak Batak 13 (26,0%) 15 (30,0%) 28 (56,0%) Jawa 6 (12,0%) 4 (8,0%) 10 (20,0%) Melayu 3 (6,0%) 3 (6,0%) 6 (12,0%) 0.78 *(NS) Padang 2 (4,0%) 3 (6,0%) 5 (10,0%) Aceh 1 (2,0%) 0 (0,0%) 1 (2,0%) Total 25 (50,0%) 25 (50,0%) 50 (100,0%) * Uji Chi-Square

Jenis suku terbanyak pada kedua kelompok penelitian ini adalah Batak, dimana pada kelompok Parasetamol 26% dan kelompok Ketorolak sebesar 30%. Jenis suku dianalisa dengan Uji Chi-square untuk menilai perbedaan proporsi antara kedua kelompok penelitian didapatkan p = 0.78 berarti berbeda tidak bermakna pada proporsi jenis suku diantara kedua kelompok.

Tabel 4.1-3. Karakteristik umum berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Kelompok A Kelompok B Total p Pendidikan Parasetamol Ketorolak

Tidak Sekolah 0 (0,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) SD 0 (0,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) SMP 2 (4,0%) 3 (6,0%) 5 (10,0%) 0.30 *(NS) SMA 22 (44,0%) 18 (36,0%) 40 (80,0%) D3/Sarjana 1 (2,0%) 4 (8,0%) 5 (10,0%) Total 25 (50,0%) 25 (50,0%) 50 (100,0%) * Uji Chi-Square

Tingkat pendidikan terbanyak pada kedua kelompok penelitian ini adalah SMA, dimana pada kelompok Parasetamol 44% dan kelompok Ketorolak sebesar 18%. Tingkat pendidikan dianalisa dengan Uji Chi-square untuk menilai perbedaan proporsi antara kedua kelompok penelitian didapatkan p = 0.30 berarti berbeda tidak bermakna pada proporsi tingkat pendidikan diantara kedua kelompok.

Tabel 4.1-4. Karakteristik umum berdasarkan status fisik ASA

Status Fisik Kelompok A Kelompok B Total p ASA Parasetamol Ketorolak

ASA 1 10 (20,0%) 12 (24,0%) 24 (44,0%) 0.56

ASA 2 15 (30,0%) 13 (26,0%) 28 (56,0%)

*(NS)

Total 25 (50,0%) 25 (50,0%) 50 (100,0%) * Uji Chi-Square

Status fisik ASA pada kedua kelompok ini adalah 1 dan 2, dimana pada kelompok Parasetamol yang terbanyak adalah ASA 2 sebesar 30% dan kelompok Ketorolak yang terbanyak juga ASA 2 sebesar 26%. Status fisik ASA diuji dengan Uji Chi-square dengan nilai p = 0.56 berarti berbeda tidak bermakna pada proporsi status fisik ASA diantara kedua kelompok.

Dokumen terkait