• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.3 Definisi Operasional

Sesuai dengan kerangka penelitian, maka definisi operasional dari variabel adalah sebagai berikut :

1. Diare adalah : Buang air besar/BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lendir. Hasil ukur : - Ya, jika keluarga memiliki balita yang menderita diare pada bulan

Februari 2016.

- Tidak, jika keluarga memiliki balita dan tidak menderita diare pada bulan Februari 2016 yang diperoleh dari hasil wawancara oleh peneliti.

Cara Pengukuran : - Wawancara

- Rekam medis Puskesmas

2. Sarana Air Bersih adalah :Ketersediaan air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Syarat sarana air bersih yang sehat adalah:

1. Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada bercak-bercak kotoran dan tidak berlumut pada lantai/dinding.

2. Ember/gayung pengambil air harus tetap bersih dan tidak diletakkan di lantai.

3. Kondisi fisik, air tidak berasa, tidak berbau, berwarna, tidak keruh (Permenkes RI No.416 Tahun 1990).

Hasil ukur : - Memenuhi syarat, jika memenuhi semua syarat sarana air bersih yang sehat.

- Tidak memenuhi syarat, jika ada variabel yang tidak memenuhi syarat sarana air bersih yang sehat.

Cara Pengukuran : Observasi

3. Sarana Jamban Keluarga adalah : Ketersediaan sarana pembuangan kotoran yaitu berupa tinja, air seni dan CO2 yang digunakan oleh keluarga yang memiliki balita dalam waktu pemeriksaan/pengamatan langsung terhadap fisik. Berdasarkan Depkes RI Tahun 2004, syarat jamban yang sehat adalah:

1. Tidak Berbau

2. Tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus

3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah di sekitarnya.

4. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.

5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna. 6. Cukup penerangan. Minimal 100 lux (Kepmenkes RI No.519 Tahun

2008).

7. Lantai kedap air.

8. Ventilasi cukup baik (Minimal 10% dari luas lantai). 9. Tersedia air dan alat pembersih.

Hasil ukur : - Memenuhi syarat, jika memenuhi semua syarat jamban yang sehat

- Tidak memenuhi syarat, jika ada variabel yang tidak memenuhi syarat jamban yang sehat.

4. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah : Ketersediaan tempat pembuangan sisa air yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang membahayakan bagi kesehatan manusia. Berdasarkan Depkes RI Tahun 1993, syarat SPAL yang sehat adalah:

1. Tidak mencemari sumber air bersih.

2. Tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga/nyamuk. 3. Tidak menimbulkan bau.

4. Tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak menyenangkan.

5. Bentuk saluran tertutup dan lancar.

Hasil ukur : - Memenuhi syarat, jika memenuhi semua syarat SPAL yang sehat. - Tidak memenuhi syarat, jika ada variabel yang tidak memenuhi

syarat SPAL yang sehat. Cara Pengukuran : Observasi

5. Sarana Pembuangan Sampah adalah : Keadaan tempat bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang sampah sementara dari aktifitas rumah tangga pada tempat tinggal untuk diproses lebih lanjut. Menurut Entjang (2000), syarat tempat sampah yang baik adalah:

1. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kedap air dan tidak mudah rusak.

2. Mempunyai tutup, mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.

3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

Hasil ukur : - Memenuhi syarat, jika memenuhi semua syarat tempat sampah yang sehat.

- Tidak memenuhi syarat, jika ada variabel yang tidak memenuhi syarat tempat sampah yang sehat.

Cara Pengukuran : Observasi

6. Angka Kepadatan Lalat adalah : Jumlah lalat yang hinggap di fly grill yang diukur di dapur rumah responden.

Cara pengoperasian fly grill adalah sebagai berikut :

1. Letakkan fly grill di tempat yang akan dihitung kepadatan lalatnya.

2. Dipersiapkan stopwatch untuk menentukan waktu perhitungan selama 30 detik.

3. Dihitung banyaknya lalat yang hinggap selama 30 detik dengan menggunakan counter. Lalat yang terbang dan hinggap lagi dalam waktu 30 detik tetap dihitung.

4. Jumlah lalat yang hinggap dicatat.

5. Lakukan perhitungan secara berulang sampai 10 kali dengan cara yang sama.

6. Dari lima kali perhitungan yang mendapatkan nilai tertinggi dihitung rata ratanya, maka diperoleh angka kepadatan lalat pada tempat tersebut. Menurut Depkes RI (2001), penghitungan kepadatan lalat menggunakan fly grill sudah mempunyai angka recommendation control yaitu :

1. 0-2 : Tidak menjadi masalah (rendah).

2. 3-5 : Perlu dilakukan pengamatan terhadap tempat-tempat berkembangbiak lalat seperti tumpukan sampah, kotoran hewan, dan lain-lain (sedang).

3. 6-20 : Populasi padat dan perlu pengamatan lalat dan bila mungkin direncanakan tindakan pengendaliannya (tinggi).

4. >21 : Populasi sangat padat dan perlu diadakan pengamanan terhadap tempat berkembangbiaknya lalat dan tindakan pengendalian (sangat tinggi/sangat padat).

Hasil ukur : - Rendah, jika angka kepadatan lalat 0-2. - Sedang, jika angka kepadatan lalat 3-5. - Tinggi, jika angka kepadatan lalat 6-20. - Sangat tinggi, jika angka kepadatan lalat >21. Cara Pengukuran : Fly grill

7. Kebiasaan Cuci Tangan adalah : Suatu tindakan dengan membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air bersih dan sabun dengan tujuan untuk mencegah penyebaran berbagai penyakit menular, khususnya diare. Adapun cara untuk menjaga kebersihan tangan dan kuku adalah:

2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas. 3. Mencuci tangan dengan air yang mengalir.

4. Menggosok kedua permukaan tangan dan sela-sela jari ketika mencuci tangan.

Hasil ukur : - Baik, jika memenuhi semua syarat cara menjaga kebersihan tangan dan yang baik.

- Tidak baik, jika ada variabel yang tidak memenuhi syarat cara mejaga kebersihan tangan yang baik.

Cara Pengukuran : Wawancara

8. Kebiasaan Menjaga Kebersihan Kuku adalah: Suatu aspek penting untuk mencegah penularan penyakit melalui kuku yang dapat dilakukan dengan rutin memotong kuku dan membersihkan kuku yang kotor dengan sabun saat mandi. Hasil ukur : - Baik, jika memenuhi semua syarat cara menjaga kebersihan

kuku yang baik.

- Tidak baik, jika ada variabel yang tidak memenuhi syarat cara mejaga kebersihan kuku yang baik.

Cara Pengukuran : Wawancara

9. Kebiasaan Penggunaan Botol Susu adalah : Suatu tindakan dimana digunakan botol susu untuk memberikan susu kepada balita. Namun hal ini harus diwaspadai karena apabila salah dalam penanganan, botol susu dapat menyebabkan bakteri berkembang. Dari berkembangnya bakteri dalam botol bisa mengganggu sistem pencernaan balita, bahkan dapat menimbulkan diare pada bayi atau balita. Cara untuk menjaga kebersihan botol susu adalah:

1. Mencuci botol susu dengan menggunakan air bersih dan sabun. 2. Mencuci botol susu dengan air yang mengalir.

3. Mensterilkan botol susu dengan menggunakan air panas.

Hasil ukur : - Baik, jika memenuhi semua syarat kebersihan botol susu. - Tidak baik, jika ada variabel yang tidak memenuhi syarat

kebersihan botol susu. Cara Pengukuran : Wawancara

10. Kebiasaan Menjaga Kebersihan Peralatan Makanan adalah: Keadaan peralatan makanan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan harus sesuai dengan peruntukannya dan memenuhi persyaratan hygiene sanitasi.

Persyaratan peralatan yang digunakan untuk penanganan makanan berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003, yaitu;

1. Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan dengan sabun. 2. Peralatan yang sudah dicuci dikeringkan dengan alat pengering/lap yang

bersih.

3. Peralatan yang sudah bersih tersebut disimpan di tempat yang bebas pencemaran.

Peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan tidak boleh digunakan kembali, apabila peralatan tersebut dirancang hanya untuk sekali pakai.

Hasil ukur : - Baik, jika memenuhi semua syarat kebersihan peralatan makanan.

- Tidak baik, jika ada variabel yang tidak memenuhi syarat kebersihan peralatan makanan.

Cara Pengukuran : Wawancara

11. Kebiasaan Menjaga Kebersihan Bahan Makanan adalah : Keadaan bahan makanan yang terjaga dari adanya kerusakan, disamping juga menjaga terhindarnya dari pencemaran, baik yang terbawa oleh bahan makanan ataupun faktor lingkungan yang akan masuk ke bahan makanan. Cara untuk menjaga kebersihan bahan makanan adalah:

1. Mencuci bahan makanan dengan menggunakan air bersih sebelum diolah dan dikonsumsi.

2. Mencuci bahan makanan dengan air yang mengalir.

3. Bahan makanan yang sudah bersih disimpan di tempat yang tertutup dan tidak memungkinkan terjadinya pencemaran.

Hasil ukur : - Baik, jika memenuhi semua syarat kebersihan bahan makanan. - Tidak baik, jika ada variabel yang tidak memenuhi syarat

kebersihan bahan makanan. Cara Pengukuran : Wawancara

Dokumen terkait