Definisi operasional mendefinisikan sebuah konsep/variabel agar dapat diukur, dengan cara melihat pada dimensi (indikator) dari suatu konsep/variabel. Dimensi (indikator) ini dapat berupa perilaku, aspek, atau sifat/karakteristik. Definisi operasional lebih menekankan kepada hal-hal yang dapat dijadikan
sebagai ukuran/indikator dari suatu variabel, dan ukuran/indikator tersebut tidak abstrak, namun mudah diukur (Noor, 2015).
1) Perilaku Reduksi Kualitas Audit (Y)
Perilaku reduksi kualitas audit merupakan tindakan yang dilakukan auditor selama pelaksanaan prosedur audit yang mereduksi efektivitas bukti-bukti audit yang dikumpulkan. Variabel ini mengukur seberapa sering responden melakukan sekelompok tindakan-tindakan yang dapat mengurangi efektivitas bukti-bukti audit yang dikumpulkan selama pelaksanaan program audit. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur konstruk perilaku reduksi kualitas audit adalah menggunakan indikator yang dirangkum oleh Silaban (2009) yang diadopsi dari Alderman dan Deitrick (1982); Raghunathan (1991); Kelley dan Margheim (1990); Malone dan Robert (1996); Otley dan Pierce (1996); Herrbach (2001); Pierce dan Sweeney (2004). Indikator-indikator tersebut tersaji dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Indikator-Indikator Konstruk Perilaku Reduksi Kualitas Audit
Kode Indikator
RKA 1 Penghentian prematur prosedur audit
RKA 2 Review yang dangkal terhadap dokumen klien RKA 3 Pengujian terhadap sebagian item sampel
RKA 4 Tidak memperluas ruang lingkup pengujian ketika terdeteksi suatu pos atau akun yang meragukan
RKA 5 Menerima penjelasan klien yang memadai
RKA 6 Tidak menginvestigasi kesesuaian perlakuan akuntansi yang diterapkan klien
RKA 7 Mengurangi pekerjaan audit dari program audit RKA 8 Merubah atau mengganti prosedur audit
RKA 9 Pengandalan lebih bertahap hasil pekerjaan klien RKA 10 Mengurangi dokumentasi bukti audit
Instrumen ini terdiri dari 10 pertanyaan dengan skala likert 5 poin, yaitu sangat tidak sering (STS), tidak sering (TS), kadang-kadang (K), sering (S), dan sangat sering (SS). Responden diminta menunjukkan seberapa sering mereka melakukan setiap tindakan mereduksi kualitas dalam pelaksanaan program audit. Skor yang tinggi pada skala likert menunjukkan frekuensi perilaku reduksi kualitas audit pada tingkat yang lebih tinggi, dan sebaliknya skor yang rendah menunjukkan frekuensi perilaku reduksi kualitas audit pada tingkat yang lebih rendah.
2) Locus of Control (X1)
Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian
(personility), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri. Variabel ini mengukur keyakinan individual atas faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan maupun kegagalan yang dialaminya. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur konstruk locus of control adalah menggunakan indikator yang dirangkum oleh Silaban (2009) yang diadopsi dari Spector (1988). Indikator-indikator tersebut tersaji dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Indikator-Indikator Konstruk Locus of Control
Kode Indikator
LOC 1 Pekerjaan merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh hasil LOC 2 Hasil dari suatu pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan LOC 3 Pekerjaan dapat terlaksana dengan baik jika ada perencanaan
yang baik
LOC 4 Seorang bawahan harus selalu memberi saran atau pendapat kepada atasannya
LOC 5 Memperoleh pekerjaan yang sesuai adalah suatu keberuntungan
LOC 6 Memperoleh penghargaan adalah suatu keberuntungan
LOC 7 Suatu pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik jika dilakukan secara sungguh-sungguh
LOC 8 Untuk memperoleh pekerjaan harus ada teman atau kenalan yang membantu
LOC 9 Promosi merupakan suatu keberuntungan
LOC 10 Untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai, kenalan atau teman lebih penting daripada kemampuan
LOC 11 Promosi diberikan kepada karyawan yang kinerjanya baik LOC 12 Untuk mendapatkan yang diinginkan, seseorang harus kenal
dengan orang yang tepat
LOC 13 Untuk dapat berprestasi diperlukan keberuntungan
LOC 14 Karyawan yang bekerja dengan baik akan mendapat imbalan yang sepadan
LOC 15 Pengaruh yang diberikan karyawan terhadap atasannya lebih besar dari yang dipikirkan karyawan bersangkutan
LOC 16 Keberuntungan merupakan faktor yang membedakan orang yang berhasil dan gagal
Sumber: Silaban (2009)
Instrumen ini terdiri 16 butir pertanyaan dengan menggunakan skala
likert 5 poin, yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), tidak ada pendapat (TAP), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Delapan pertanyaan disusun dengan skor terbalik, yaitu pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4, 7, 11, 14, dan 15. Responden diminta untuk mengidentifikasi hubungan antara hasil yang diperoleh (outcome) dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Skor yang lebih tinggi pada skala pengukuran menunjukkan locus of control eksternal
dan skor yang lebih rendah menunjukkan locus of control internal. Pada pertanyaan dengan skor terbalik, skor yang tinggi pada skala pengukuran menunjukkan locus of control internal, sedangkan skor yang rendah menunjukkan locus of control eksternal.
3) Komitmen Organisasi (X2)
Komitmen organisasi dapat diartikan sebagai keterikatan individu di dalam suatu kelompok atau organisasi, dimana individu tersebut bekerja. Variabel ini mengukur komitmen auditor terhadap organisasinya atau KAP tempat mereka bekerja. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur konstruk komitmen organisasi adalah menggunakan indikator yang dirangkum oleh Suparman (2007) yang diadopsi dari Meyer et al. (1993). Indikator-indikator tersebut tersaji dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Indikator-Indikator Konstruk Komitmen Organisasi
Kode Indikator
KO 1 Terikat secara emosional KO 2 Merasakan
KO 3 Kebutuhan dan keinginan KO 4 Biaya (pengorbanan) KO 5 Percaya (setia) KO 6 Loyalitas Sumber: Suparman (2007)
Instrumen ini terdiri dari 6 pertanyaan dengan skala likert 5 poin, yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), tidak ada pendapat (TAP), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Responden diminta menunjukkan seberapa tinggi komitmen mereka untuk tetap bertahan di dalam organisasi. Skor yang tinggi pada skala likert menunjukkan auditor memiliki komitmen yang kuat
terhadap organisasinya, dan sebaliknya skor yang rendah menunjukkan auditor memiliki komitmen yang rendah terhadap organisasinya.
4) Tekanan Anggaran Waktu Audit (X3)
Tekanan anggaran waktu audit merupakan stres yang dirasakan oleh auditor dalam pelaksanaan prosedur audit yang ditimbulkan karena ketatnya anggaran waktu audit. Variabel ini mengukur seberapa sering responden merasakan terdapat tekanan dalam pelaksanaan suatu prosedur audit tertentu yang ditimbulkan anggaran waktu audit. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur konstruk tekanan anggaran waktu audit adalah indikator yang dirangkum oleh Silaban (2009) yang diadopsi dari Kelley dan Seiler (1982); Otley dan Pierce (1996); Coram et al. (2003); Pierce dan Sweeney (2004). Indikator-indikator tersebut tersaji dalam Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Indikator-Indikator Konstruk Tekanan Anggaran Waktu Audit
Kode Indikator
TAWA 1 Merasakan suatu kewajiban untuk melaksanakan atau menyelesaikan suatu prosedur audit tertentu pada batas anggaran waktu
TAWA 2 Merasakan pelaksanaan prosedur audit tertentu dalam batas anggaran waktu merupakan hal yang sangat penting untuk dicapai
TAWA 3 Merasakan anggaran waktu audit sebagai kendala untuk pelaksanaan atau penyelesaian prosedur audit tertentu
TAWA 4 Merasakan pelaksanaan atau penyelesaian prosedur audit tertentu dalam batas anggaran waktu audit sulit untuk dipenuhi TAWA 5 Merasakan anggaran waktu audit untuk pelaksanaan suatu
prosedur audit tertentu tidak mencukupi
TAWA 6 Merasakan anggaran waktu audit untuk pelaksanaan prosedur audit tertentu sangat ketat
Instrumen yang digunakan mengukur tekanan anggaran waktu yang dirasakan terdiri dari 6 item pertanyaan dengan skala likert 5 poin, yaitu sangat tidak sering (STS), tidak sering (TS), kadang-kadang (K), sering (S), dan sangat sering (SS). Responden diminta untuk memberikan respon atas enam pertanyaan yang menunjukkan keadaan dimana responden merasakan terdapat tekanan anggaran waktu pada pelaksanaan program audit. Skor yang tinggi pada skala likert menunjukkan auditor merasakan tekanan anggaran waktu audit pada tingkat yang lebih tinggi, dan sebaliknya skor yang rendah menunjukkan auditor merasakan tekanan anggaran waktu audit pada tingkat yang lebih rendah.