• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

4.4 Variabel Penelitian

4.4.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah sebuah definisi untuk setiap variabel-variabel penelitian yang ada, dengan tujuan untuk menjelaskan karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang diobservasi, sehingga konsep dapat diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian (Jogiyanto, 2007). Pengukuran variabel menggunakan skala Likert empat poin untuk menghindari multi interpretable,

central tendency effect dan menghindari banyak informasi yang hilang. Definisi

operasional dan pengukuran variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Sensitivitas Etika

Shaub et al. (1993) menyatakan bahwa sensitivitas etika adalah kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etika dalam suatu keputusan. Penelitian Irawati dan Supriyadi (2012) mengukur sensitivitas etika dengan memodifikasi skenario sensitivitas etika Shaub (1989) yang terdiri dari: kegagalan akuntan dalam mengerjakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang diminta, penggunaan jam kantor untuk kepentingan pribadi dan judgement akuntan dalam hubungannya dengan prinsip-prinsip akuntansi.

Variabel sensitivitas etika (Y) diukur dengan menggunakan 4 indikator berupa kasus-kasus yang berkaitan dengan sensitivitas etika auditor. Indikator sensitivitas etika dijabarkan dalam kasus 1 s/d 4 pada lampiran kuesioner penelitian. Responden diarahkan untuk menilai tingkat indikasi pentingnya 4 kasus yang disajikan. Penilaian dimulai dari indikasi kasus sangat tidak penting/STP (1), tidak penting/TP (2), penting/P (3), dan sangat penting/SP (4).

2) Pengalaman

Pengalaman adalah proses pembelajaran dan pertambahan potensi tingkah laku yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal (Knoers dan Haditono, 1999). Gusnardi (2003) mengukur pengalaman audit berdasarkan jabatan auditor, lama bekerja, peningkatan keahlian, serta pelatihan audit yang pernah diikuti oleh auditor.

Variabel pengalaman (X1) diukur dengan menggunakan 4 indikator yang dikembangkan Gusnardi (2003). Indikator pengalaman dijabarkan dalam poin kuesioner pengalaman yang terdiri dari jabatan auditor, lama bekerja, peningkatan keahlian, serta pelatihan audit yang pernah diikuti.

a. Penilaian jabatan dimulai dari auditor junior yang diberi skor 1, auditor senior yang diberi skor 2, manajer yang diberi skor 3, dan pemilik/partner yang diberi skor 4.

b. Penilaian lama bekerja dimulai dari 1-3 tahun diberi skor 1, 4-6 tahun diberi skor 2, 7-9 tahun diberi skor 3, dan yang bekerja ≥ 10 tahun diberi skor 4.

c. Penilaian tingkat pendidikan dimulai dari D3 diberi skor 1, S1 diberi skor 2, S2 diberi skor 3, dan S3 diberi skor 4.

d. Penilaian pelatihan dimulai dari 1-3 kali diberi skor 1, 4-6 kali diberi skor 2, 7-9 kali diberi skor 3, dan ≥ 10 kali diberi skor 4.

3) Komitmen

Aranya et al. (1981) serta Aranya dan Ferris (1984) mendefinisikan komitmen sebagai kepercayaan serta penerimaan tujuan nilai organisasi dan/atau profesi dengan kesediaan untuk mengerahkan usaha atas nama organisasi dan/atau profesi dan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi dan/ atau profesi. Bline et al. (1992) menemukan bahwa komitmen profesional dan komitmen organisasional mengindikasikan dua hal yang berbeda. Komitmen organisasional dan komitmen profesional dibedakan secara empiris dan diprediksi oleh variabel yang berbeda, (Brierly, 1996; Leong et al., 2003).

Larkin (1990) menyatakan profesional adalah tingkat loyalitas seorang individu pada profesi, seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut. Komitmen profesional dalam penelitian ini menggunakan modifikasi pengukuran Irawati dan Supriyadi (2012) yang dikembangkan oleh Dwyer et al. (2000). Penilaian menggunakan lima pernyataan yang berkaitan dengan komitmen profesional yaitu keinginan, tanggungjawab, motivasi, kepedulian, dan kebanggaan pada profesi auditor. Variabel komitmen profesional (X2) diukur dengan 5 indikator yang dijabarkan menggunakan 5 pernyataan yang berkaitan dengan komitmen auditor terhadap profesinya sebagai auditor. Responden diarahkan untuk menilai pernyataan yang paling sesuai dengan kondisi responden. Penilaian dimulai dari pendapat sangat tidak setuju/STS (1), tidak setuju/TS (2), setuju/S (3), dan sangat setuju/SS (4).

Mowday et al. (1982) mengemukakan bahwa komitmen organisasi terbangun bila setiap individu mengembangkan tiga sikap dalam organisasi, yaitu

identification, involvement, dan loyalty. Komitmen organisasional diukur dengan

menggunakan empat indikator modifikasi Irawati dan Supriyadi (2012) terhadap pengukuran Mowday et al. (1982) yaitu keinginan kuat tetap sebagai anggota, keinginan berusaha keras, penerimaan nilai organisasional dan penerimaan tujuan organisasional. Variabel komitmen organisasional (X3) diukur dengan 4 indikator yang dijabarkan menggunakan 4 pernyataan yang berkaitan dengan komitmen auditor terhadap organisasi tempat ia bekerja, dalam hal ini Kantor Akuntan Publik. Responden diarahkan untuk menilai pernyataan yang paling sesuai dengan kondisi responden. Penilaian dimulai dari pendapat sangat tidak setuju/STS (1), tidak setuju/TS (2), setuju/S (3), dan sangat setuju/SS (4).

4) Orientasi Etika

Orientasi etika merupakan alternatif pola perilaku untuk menyelesaikan dilema etika dan konsekuensi yang diharapkan oleh fungsi yang berbeda (Higgins dan Kelleher, 2005). Finn et al. (1988) mengembangkan penelitian Hunt dan Vitell (1984) menggunakan skala idealisme dan relativisme dari Forsyth (1980), dimana lingkungan budaya dan pengalaman pribadi diasumsikan membentuk orientasi etika. Forsyth (1980) mengidentifikasi idealisme dan relativisme sebagai prediktor penting penilaian moral. Idealisme adalah sikap tidak memihak dan terhindar dari berbagai kepentingan. Relativisme adalah sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral yang absolut dalam mengarahkan perilaku etis.

Penelitian Irawati dan Supriyadi (2012) membuat pengukuran idealisme dengan mengacu pada suatu hal yang dipercaya oleh individu dengan konsekuensi yang dimiliki dan diinginkannya tidak melanggar nilai-nilai moral. Idealisme diukur dengan menggunakan sepuluh item yang dikembangkan Forsyth (1981) yaitu memastikan hasil audit tidak merugikan pihak lain, toleransi terhadap suatu kerugian, evaluasi terhadap suatu tindakan, tindakan yang berkaitan dengan fisik dan psikologis, sikap profesional, introspeksi diri, penilaian moral, kesejahteraan, pengorbanan, dan penilaian suatu tindakan ideal. Variabel idealisme (X4) diukur dengan 10 pernyataan yang berkaitan dengan sikap tidak memihak dan terhindar dari berbagai kepentingan. Responden diarahkan untuk menilai pernyataan yang paling sesuai dengan kondisi responden. Penilaian dimulai dari pendapat sangat tidak setuju/STS (1), tidak setuju/TS (2), setuju/S (3), dan sangat setuju/SS (4).

Relativisme diukur dengan menggunakan sepuluh item yang dikembangkan Forsyth (1981) yaitu pertimbangan kode etik, aturan etika audit pada berbagai situasi, subjektivitas, karakteristik prinsip-prinsip moral, penilaian etis terhadap suatu tindakan individu, prinsip-prinsip moral individu, pertimbangan moral, penetapan aturan etika, formulasi kebohongan, dan situasi yang mempengaruhi kebohongan. Variabel relativisme (X5) diukur dengan 10 pernyataan yang berkaitan dengan sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral yang absolut dalam mengarahkan perilaku etis. Responden diarahkan untuk menilai pernyataan yang paling sesuai dengan kondisi responden. Penilaian dimulai dari pendapat sangat tidak setuju/STS (1), tidak setuju/TS (2), setuju/S (3), dan sangat setuju/SS (4).

Dokumen terkait