• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGALAMAN, KOMITMEN DAN ORIENTASI ETIKA PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENGALAMAN, KOMITMEN DAN ORIENTASI ETIKA PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

PENGARUH PENGALAMAN, KOMITMEN DAN

ORIENTASI ETIKA PADA SENSITIVITAS ETIKA

AUDITOR KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI

GDE HERRY SUGIARTO ASANA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2013

(2)

TESIS

PENGARUH PENGALAMAN, KOMITMEN DAN

ORIENTASI ETIKA PADA SENSITIVITAS ETIKA

AUDITOR KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI

GDE HERRY SUGIARTO ASANA NIM 1191662015

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2013

(3)

PENGARUH PENGALAMAN, KOMITMEN DAN ORIENTASI ETIKA PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

GDE HERRY SUGIARTO ASANA NIM 1191662015

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2013

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 18 DESEMBER 2013

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. I Wayan Suartana, SE, MSi., Ak Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi., Ak NIP. 19670729 199402 1 001 NIP. 19661008 199303 2 001

Mengetahui

Ketua Program Direktur

Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana, Universitas Udayana,

Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA., Ak Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 19641224 199103 1 002 NIP. 19590215 198510 2 001

(5)

PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 13 Desember 2013

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,

Nomor: 3318/UN14.4/HK/2013, Tanggal 9 Desember 2013

Ketua : Prof. Dr. I Wayan Suartana, SE, MSi., Ak Sekretaris : Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi., Ak

Anggota : Dr. Made Gede Wirakusuma, SE, MSi Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi

Ni Putu Sri Harta Mimba, SE, MSi., Ph.D, Ak

(6)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Gde Herry Sugiarto Asana

NIM : 1191662015

Program Studi : Magister Akuntansi

Judul Tesis : Pengaruh Pengalaman, Komitmen dan Orientasi Etika pada Sensitivitas Etika Auditor Kantor Akuntan Publik di Bali

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.

Apabila kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17 tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Desember 2013

Gde Herry Sugiarto Asana

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya, sehingga tesis

dengan judul “PENGARUH PENGALAMAN, KOMITMEN DAN

ORIENTASI ETIKA PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI” dapat diselesaikan.

Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata 2 (S2) di Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana guna memperoleh gelar Magister Akuntansi konsentrasi Akuntansi Keuangan dan Auditing. Sepenuhnya disadari bahwa tanpa bantuan berbagai pihak, usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan tesis ini tidak akan membuahkan hasil yang berarti. Pada kesempatan ini perkenankan pula penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Udayana Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Universitas Udayana.

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Ibu Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.

(8)

3. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Bapak Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE, MS., Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Bapak Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, SE, MSi., Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Bapak A.A. Gede Putu Widanaputra, SE, MSi., Ak atas kesempatan yang diberikan kepada penulis sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Bapak Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA., Ak selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi (MAKSI) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bapak dan Ibu Dosen, serta seluruh staf yang telah mendidik dan membantu proses penyelesaian tesis ini. 5. Bapak Prof. Dr. I Wayan Suartana, SE, MSi., Ak sebagai Pembimbing

I sekaligus Pembimbing Akademik (PA) beserta Ibu Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi., Ak sebagai Pembimbing II yang penuh kesabaran membimbing penulis menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak Dr. Made Gede Wirakusuma, SE, MSi., Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi., serta Ibu Ni Putu Sri Harta Mimba, SE, MSi., Ph.D, Ak sebagai Penguji yang dengan penuh perhatian memberi kritik dan saran untuk perbaikan tesis ini kepada penulis. 7. Tidak lupa pula saya ucapkan terimakasih kepada seluruh Pimpinan

serta staf Kantor Akuntan Publik di Bali yang telah bersedia memberikan data, sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

(9)

8. Terima kasih untuk Ayah, I Wayan Tirtayasa, SH, Ibu, Ni Ketut Suherawati, SH, Adik, Made Hendra Wijaya Artha, Kakek, I Ketut Jegjeg, dan Nenek, Ni Ketut Sundri atas segala dukungan yang tidak pernah terhenti untuk menempuh pendidikan kepada penulis.

9. Terima kasih juga saya sampaikan kepada Putu Wahyu Mustika Dewi, SE serta Keluarga yang telah mendoakan dan memotivasi penulis dalam penyelesaian tesis ini.

10. Terima kasih kepada Keluarga Besar Kantor Akuntan Publik I Wayan Ramantha, Prof. Ramantha beserta keluarga, Novy, Anggar, Gunawan, Wisnu dan Adisti atas dukungan yang diberikan kepada penulis. 11. Rekan terbaik saya Surya Pradipta, serta seluruh rekan-rekan

seperjuangan MAKSI Angkatan IX, terima kasih atas dukungan, semangat dan kerjasama rekan-rekan yang telah memotivasi penulis dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan anugerah-Nya kepada kita semua, serta pihak-pihak yang telah membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung selama menempuh studi hingga penulisan tesis ini selesai.

Denpasar, Desember 2013

Penulis

(10)

PENGARUH PENGALAMAN, KOMITMEN DAN ORIENTASI ETIKA PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI

ABSTRAK

Sensitivitas etika adalah kemampuan untuk memahami sifat dasar etika dari suatu keputusan (Shaub et al., 1993). Kemampuan tersebut sangat penting dan dibutuhkan oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengalaman, komitmen profesional, komitmen organisasional, idealisme, dan relativisme pada sensitivitas etika auditor Kantor Akuntan Publik di Bali. Pengalaman diukur dengan jabatan, lama bekerja, peningkatan keahlian, dan pelatihan (Gusnardi, 2003). Komitmen dibedakan menjadi komitmen profesional dan organisasional (Bline et al., 1991). Orientasi etika dibentuk oleh idealisme dan relativisme (Forsyth, 1980). Penelitian dilakukan pada tahun 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 auditor dan dipilih berdasarkan metode purposive sampling, yaitu memiliki pengalaman audit minimal 1 tahun.

Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Instrumen penelitian telah lulus uji validitas dan reliabilitas. Model regresi juga telah lulus uji asumsi klasik. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa variabel pengalaman, komitmen profesional, komitmen organisasional, idealisme, dan relativisme berpengaruh pada sensitivitas etika. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,820 menunjukkan bahwa variasi perubahan sensitivitas etika auditor Kantor Akuntan Publik di Bali ditentukan oleh pengalaman, komitmen profesional, komitmen organisasional, idealisme, dan relativisme sebesar 82 persen, sedangkan sisanya sebesar 18 persen ditentukan oleh faktor-faktor lain.

Kata kunci: Sensitivitas Etika, Pengalaman, Komitmen, Orientasi Etika, dan Kantor Akuntan Publik di Bali.

(11)

THE EFFECT OF EXPERIENCE, COMMITMENT AND ETHICAL ORIENTATION ON AUDITOR’S ETHICAL SENSITIVITY

PUBLIC ACCOUNTANT FIRM IN BALI

ABSTRACT

Ethical sensitivity is the ability to understand the ethical basic nature of a decision (Shaub et al., 1993). This ability is very important and needed by the auditors in carrying out their duties. The purpose of this study is to determine the effect of experience, professional commitment, organizational commitment, idealism, and relativism on auditor’s ethical sensitivity of Public Accountant Firm in Bali. Experience is measured by position, working period, skills development, and training (Gusnardi, 2003). Commitment divided into professional commitment and organizational commitment (Bline et al., 1991). Ethical orientation shaped by idealism and relativism (Forsyth, 1980). The study was conducted in 2013. The data was collected using questionnaire. The number of samples in this study were 60 auditors and selected by purposive sampling method, which has a minimum of 1 year audit experience.

The analysis technique used is multiple linear regression. The instruments has been examined for its validity and reliability. The model also has passed the classical assumptions of regression analysis. Statistical analysis showed that the variables of experience, professional commitment, organizational commitment, idealism, and relativism affects the ethical sensitivity. Adjusted R Square value of 0,820 indicates that the variation in auditor’s ethical sensitivity of Public Accountant Firm in Bali is determined by experience, professional commitment, organizational commitment, idealism, and relativism within 82 percent, while the remaining 18 per cent is determined by other factors.

Keywords: Ethical Sensitivity, Experience, Commitment, Ethical Orientation, and Public Accountant Firm in Bali.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1 Teori Etika ... 9

2.1.2 Perkembangan Moral Kognitif ... 11

2.1.3 Akuntansi Keperilakuan ... 11

2.1.4 Audit ... 12

2.1.5 Aspek Keperilakuan dalam Audit ... 13

2.1.6 Sensitivitas Etika ... 14

2.1.7 Pengalaman ... 15

2.1.8 Komitmen ... 16

2.1.9 Orientasi Etika ... 17

2.1.10 Akuntan Publik ... 18

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 19

(13)

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ... 23 3.2 Konsep Penelitian ... 25 3.3 Hipotesis Penelitian ... 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ... 29

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

4.3 Data Penelitian... 31

4.3.1 Populasi dan Sampel ... 31

4.3.2 Jenis Data ... 32

4.3.3 Sumber Data ... 33

4.4 Variabel Penelitian ... 33

4.4.1 Identifikasi Variabel... 33

4.4.2 Definisi Operasional Variabel ... 34

4.5 Metode Pengumpulan Data ... 39

4.6 Prosedur Pengumpulan Data ... 40

4.7 Teknik Analisis Data ... 40

4.7.1 Intervalisasi Data ... 40

4.7.2 Pengujian Instrumen... 41

4.7.3 Uji Asumsi Klasik ... 42

4.7.4 Uji Regresi Linier Berganda ... 43

4.7.5 Uji Statistik F ... 43

4.7.6 Uji Statistik t ... 44

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Responden ... 45

5.1.1 Responden Penelitian ... 45

5.1.2 Karakteristik Responden ... 46

5.2 Statistik Deskriptif ... 48

5.3 Pengujian Hipotesis ... 50

5.3.1 Uji Instrumen ... 50

5.3.2 Uji Asumsi Klasik ... 52

5.3.2.1 Uji Normalitas ... 52

5.3.2.2 Uji Multikolinearitas ... 53

5.3.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 55

5.3.3 Uji Regresi Linier Berganda ... 56

5.3.4 Uji F ... 58

5.3.5 Uji t... 59

5.3.5.1 Pengaruh Pengalaman pada Sensitivitas Etika Auditor Kantor Akuntan Publik di Bali ... 59

5.3.5.2 Pengaruh Komitmen Profesional pada Sensitivitas Etika Auditor Kantor Akuntan Publik di Bali ... 60

(14)

5.3.5.3 Pengaruh Komitmen Organisasional pada Sensitivitas Etika Auditor Kantor Akuntan Publik di Bali ... 60 5.3.5.4 Pengaruh Idealisme pada Sensitivitas Etika

Auditor Kantor Akuntan Publik di Bali ... 61 5.3.5.5 Pengaruh Relativisme pada Sensitivitas Etika

Auditor Kantor Akuntan Publik di Bali ... 62

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Pengaruh Pengalaman pada Sensitivitas Etika Auditor Kantor Akuntan Publik di Bali ... 63 6.2 Pengaruh Komitmen Profesional pada Sensitivitas Etika

Auditor Kantor Akuntan Publik di Bali ... 65 6.3 Pengaruh Komitmen Organisasional pada Sensitivitas Etika

Auditor Kantor Akuntan Publik di Bali ... 66 6.4 Pengaruh Idealisme pada Sensitivitas Etika Auditor Kantor

Akuntan Publik di Bali ... 67 6.5 Pengaruh Relativisme pada Sensitivitas Etika Auditor Kantor

Akuntan Publik di Bali ... 68

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan ... 69 7.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

2.1 Rangkuman Hasil Penelitian Sebelumnya... 21

4.1 Daftar Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali Tahun 2013 ... 31

4.2 Penentuan Sampel Penelitian ... 32

5.1 Tingkat Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner ... 46

5.2 Karakteristik Responden ... 47

5.3 Hasil Statistik Deskriptif ... 49

5.4 Hasil Uji Validitas ... 50

5.5 Hasil Uji Reliabilitas ... 52

5.6 Hasil Uji Normalitas ... 53

5.7 Hasil Uji Multikolinearitas ... 54

5.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 55

5.9 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 56

(16)

DAFTAR GAMBAR

3.1 Kerangka Berpikir ... 24 3.2 Konsep Penelitian ... 25 4.1 Rancangan Penelitian ... 30

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian

2. Rekapitulasi Hasil Jawaban Responden 3. Transformasi Data Ordinal ke Interval 4. Statistik Deskriptif

5. Output SPSS Uji Validitas 6. Output SPSS Uji Reliabilitas 7. Output SPSS Uji Normalitas 8. Output SPSS Uji Multikolinearitas 9. Output SPSS Uji Heteroskedastisitas 10. Output SPSS Uji Regresi Linier Berganda

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia membutuhkan stabilitas ekonomi serta pengelolaan yang transparan dan akuntabel untuk dapat melakukan pembangunan yang berkesinambungan. Auditor Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah salah satu profesi yang dapat mewujudkan kondisi tersebut karena berperan dalam peningkatan kualitas informasi laporan keuangan. Informasi tersebut digunakan oleh publik untuk pengambilan keputusan ekonomi. Stabilitas akan terwujud apabila informasi yang tersedia memberikan gambaran riil kondisi keuangan suatu entitas. Kondisi ini merupakan tujuan yang ingin dicapai semua pihak di Indonesia melalui terbitnya Undang-Undang Akuntan Publik No. 5 Tahun 2011.

Aturan mengenai profesi akuntan publik disusun untuk mewujudkan kondisi ideal di bidang akuntansi dan audit. Namun dalam pelaksanaannya, suatu aturan tidak selalu dapat mengantisipasi permasalahan yang ada. Salah satu contoh adalah dilema etika yang dihadapi auditor KAP. Etika menjadi isu yang sering dibahas dalam setiap diskusi mengenai profesionalisme di bidang akuntansi dan audit (O’Leary dan Cotter, 2000). Hal ini menunjukkan profesi di bidang akuntansi dan audit tidak dapat terlepas dari permasalahan etika. Khusus di bidang audit, maka profesi akuntan publik yang sering menghadapi dilema etika tersebut. Masalah etika muncul ketika akuntan publik menyeimbangkan kepentingan dari berbagai pihak yang terkait (Shaub et al., 1993).

(19)

Krisis kepercayaan pada profesi auditor KAP di Indonesia terjadi setelah Dewan Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) memberi sanksi kepada 10 KAP yang melanggar standar audit pada tahun 2002 (Rustiana, 2006). Audit KAP Eddi Pianto & Rekan terhadap PT. Telkom adalah salah satu contoh kasus audit mengenai dilema etika yang dihadapi KAP di Indonesia (Ludigdo, 2006). Kasus berawal dari penolakan KAP Haryanto Sahari & Rekan untuk memberikan laporan audit sebelumnya sebagai acuan audit. KAP Eddi Pianto & Rekan mengalami kesulitan untuk mendapatkan penjelasan atas audit sebelumnya, sehingga terjadi keterlambatan pelaporan keuangan dan konsekuensi dari keterlambatan tersebut adalah pemberian sanksi terhadap KAP Eddi Pianto & Rekan. Hal ini membuktikan bahwa auditor harus bersikap profesional serta dapat mengambil keputusan yang tepat dan cepat dalam menjalankan tugas.

Anderson dan Ellyson (1986) menyatakan American Institute of Certified

Public Accountant (AICPA) memberikan syarat kepada para auditor untuk

melatih sensitivitas etika dan moral dalam semua aktivitasnya. Sensitivitas etika menjadi dasar dalam memahami sifat dasar etika dari suatu keputusan (Shaub et

al., 1993). Indonesia dapat mengadopsi syarat tersebut untuk menciptakan kondisi

ideal melalui penerapan UU Akuntan Publik dengan melatih sensitivitas etika. Kasus audit yang terjadi dapat dijadikan evaluasi dalam memperbaiki orientasi etika, meningkatkan komitmen profesional serta pengalaman auditor untuk menghadapi masalah etika. Evaluasi juga dapat dilakukan dalam lingkungan organisasi akuntan profesional untuk menghilangkan masalah etika yang melekat (Poneman dan Gabhart, 1993; Leung dan Cooper, 1995).

(20)

Sensitivitas etika didefinisikan oleh Shaub et al. (1993) sebagai kemampuan dalam mengambil suatu keputusan dengan mempertimbangkan sifat dasar etika dari keputusan yang dibuat. Kemampuan tersebut sangat penting bagi auditor ketika harus menghadapi dilema etika dalam menjalankan tugasnya. Hunt dan Vitell (1986) menyatakan bahwa pemahaman seseorang mengenai masalah etis dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan. Pengukuran sensitivitas etika dilakukan dengan mempertimbangkan kegagalan akuntan yang berkaitan dengan waktu, penggunaan waktu untuk kepentingan pribadi dan judgement akuntan yang berhubungan dengan prinsip-prinsip akuntansi. Irawati dan Supriyadi (2012) mengembangkan pengukuran sensitivitas etika dalam penelitian yang mereka lakukan dengan memodifikasi instrumen penelitian Shaub (1989). Penelitian ini menggunakan kedua pengukuran tersebut untuk mengukur sensitivitas etika.

Knoers dan Haditono (1999) menyatakan bahwa pengalaman adalah proses pembelajaran dan pertambahan potensi tingkah laku yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal. Auditor berkembang berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui diskusi, pelatihan dan penggunaan standar (Jones, 1991; Januarti, 2011). Auditor yang memiliki pengalaman dianggap lebih konservatif saat mengahadapi dilema etika (Larkin, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman sangat penting, karena semakin teliti auditor maka semakin meningkat sensitivitas etika yang dimiliki auditor. Gusnardi (2003) secara lebih spesifik menyatakan bahwa pengukuran terhadap pengalaman audit dapat dilakukan dengan mengetahui jabatan auditor, lama bekerja, peningkatan keahlian, serta pelatihan audit yang pernah diikuti.

(21)

Seorang auditor juga harus memiliki komitmen (Irawati dan Supriyadi, 2012). Komitmen dibedakan menjadi dua, yaitu komitmen profesional dan komitmen organisasional (Bline et al., 1992). Hal tersebut diperkuat oleh penelitian Chang dan Choi (2007) yang menemukan bahwa komitmen organisasional dan komitmen profesional adalah dua hal yang berbeda. Larkin (1990) menyatakan bahwa komitmen profesional adalah loyalitas pada profesi yang dimiliki oleh individu, sedangkan Kwon dan Banks (2004) menyatakan bahwa komitmen organisasional merupakan loyalitas pada organisasi. Komitmen pada organisasi dan/atau profesi memunculkan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi dan/atau profesi (Aranya et al., 1981; Aranya dan Ferris, 1984). Salah satu cara yang dapat dilakukan seorang auditor untuk bertahan sebagai anggota dari organisasi dan/atau profesinya adalah memahami sifat dasar etika dari suatu keputusan yang dibuat, pemahaman yang cukup dapat meningkatkan sensitivitas etikanya (Anderson dan Ellyson, 1986; Shaub et al., 1993). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara komitmen profesional dan komitmen organisasional dengan sensitivitas etika. Pengukuran komitmen profesional dan organisasional dilakukan dengan menggunakan indikator berbeda. Penelitian ini menggunakan lima indikator untuk mengukur komitmen profesional dan empat indikator untuk mengukur komitmen organisasional, sesuai dengan Irawati dan Supriyadi (2012). Indikator komitmen profesional dalam penelitian ini berkaitan dengan komitmen auditor terhadap profesinya sebagai auditor, sedangkan indikator komitmen organisasional berkaitan dengan komitmen auditor terhadap organisasi tempat ia bekerja.

(22)

Alternatif lain yang dapat digunakan untuk menyelesaikan dilema etika adalah orientasi etika. Orientasi etika merupakan alternatif pola perilaku seseorang untuk menyelesaikan dilema etika, yang dibentuk oleh idealisme dan relativisme (Forsyth, 1980; Higgins dan Kelleher, 2005). Penelitian ini menggunakan masing-masing sepuluh indikator untuk mengukur idealisme dan relativisme, sesuai dengan Irawati dan Supriyadi (2012). Pengukuran idealisme berkaitan dengan tindakan yang berpedoman pada nilai-nilai etika dan moral, sedangkan relativisme berkaitan dengan penolakan terhadap nilai-nilai etika dan moral (Forsyth, 1980). Kedua pengukuran tersebut penting digunakan untuk mengukur hubungan orientasi etika dengan sensitivitas etika.

Beberapa penelitian mengenai sensitivitas etika telah dilakukan. Irawati dan Supriyadi (2012) menyatakan bahwa terdapat pengaruh komitmen organisasional terhadap sensitivitas etika. Hasil tersebut berbeda dengan Shaub et al. (1993) serta Aziza dan Salim (2007) yang berpendapat bahwa tidak ada hubungan antara komitmen organisasional dengan sensitivitas etika. Januarti (2011) menyatakan bahwa orientasi etika berpengaruh signifikan terhadap persepsi dan pertimbangan etis, sedangkan pengalaman, komitmen profesional, dan nilai etika organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap persepsi dan pertimbangan etis. Hasil berbeda ditunjukkan Khomsiyah dan Indriantoro (1998) yang menemukan bahwa komitmen profesional mempengaruhi sensitivitas etika. Fallah (2006) menunjukkan bahwa budaya etis organisasi berpengaruh terhadap idealisme dan tidak berpengaruh pada relativisme, sedangkan relativisme berpengaruh signifikan pada sensitivitas etika dan idealisme tidak berpengaruh.

(23)

Motivasi dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh variabel komitmen dan orientasi etika pada sensitivitas etika auditor dengan menambahkan variabel pengalaman, serta penggunaan dimensi waktu dan tempat yang berbeda (confirmatory research). Perbedaan dimensi waktu yang dimaksud adalah penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2013, sedangkan perbedaan dimensi tempat yang dimaksud adalah Kantor Akuntan Publik di Bali. Terdapat beberapa alasan dipilihnya auditor pada Kantor Akuntan Publik sebagai responden dalam penelitian ini. Alasan pertama, karena beberapa penelitian sebelumnya lebih banyak menguji sensitivitas etika pada auditor pemerintah, seperti, auditor BPK dan pemeriksa internal Bawasda. Faktor lain yang menjadi pertimbangan dipilihnya auditor KAP adalah budaya organisasi yang cenderung heterogen pada masing-masing KAP jika dibandingkan dengan BPK yang memiliki budaya organisasi yang cenderung homogen, karena berada pada satu organisasi yang memiliki kesamaan budaya. Kesamaan budaya pada BPK diperkuat dengan sistem e-audit yang diterapkan oleh BPK untuk seluruh anggotanya, sehingga mengarah pada penyeragaman program audit (www.bpk.go.id). Perbedaan budaya KAP dengan BPK diduga akan berpengaruh pada keputusan individu auditor, penelitian ini mencoba untuk melihat fenomena tersebut dari objek penelitian yang berbeda. Selain itu, penelitian sebelumnya menggunakan skala Likert 1 sampai 7, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert 1 sampai 4 untuk menghindari multi interpretable, central tendency effect dan menghindari banyak informasi yang hilang (Hadi, 1991; Kriyantono, 2008).

(24)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah disusun sebagai berikut:

1) Apakah pengalaman berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Kantor Akuntan Publik di Bali?

2) Apakah komitmen profesional berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Kantor Akuntan Publik di Bali?

3) Apakah komitmen organisasional berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Kantor Akuntan Publik di Bali?

4) Apakah idealisme berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Kantor Akuntan Publik di Bali?

5) Apakah relativisme berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Kantor Akuntan Publik di Bali?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkaan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

1) Mengetahui pengaruh pengalaman pada sensitivitas etika auditor Kantor Akuntan Publik di Bali.

2) Mengetahui pengaruh komitmen profesional pada sensitivitas etika auditor Kantor Akuntan Publik di Bali.

3) Mengetahui pengaruh komitmen organisasional pada sensitivitas etika auditor Kantor Akuntan Publik di Bali.

(25)

4) Mengetahui pengaruh idealisme pada sensitivitas etika auditor Kantor Akuntan Publik di Bali.

5) Mengetahui pengaruh relativisme pada sensitivitas etika auditor Kantor Akuntan Publik di Bali.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diberikan melalui penelitian ini adalah: 1) Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam pengembangan ilmu akuntansi keprilakuan yang berkaitan dengan audit. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan sensitivitas etika auditor. 2) Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada seluruh pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini, khususnya kepada Kantor Akuntan Publik mengenai fenomena sensitivitas etika yang dialami auditor.

(26)

9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Etika

Etika menjadi salah satu panduan bagi profesi auditor dalam mempertanggungjawabkan segala aktivitasnya (Januarti, 2011). Auditor Kantor Akuntan Publik adalah salah satu profesi yang tidak dapat lepas dari permasalahan etika. Hal tersebut dibuktikan melalui kasus pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) kepada 10 KAP yang melanggar standar audit pada tahun 2002 (Rustiana, 2006). Kasus tersebut berkaitan dengan proses auditor dalam mengambil suatu keputusan yang tepat dan cepat saat menjalankan tugas. Auditor dalam segala aktivitasnya harus mempertimbangkan banyak hal karena banyaknya kepentingan yang melekat pada proses audit (Damman, 2003). Tsui (1996) serta Tsui dan Gul (1996) juga menyatakan hal yang sama, seorang auditor sering berada dalam konflik audit saat melaksanakan tugasnya. Konflik yang terjadi akan berkembang menjadi dilema etika ketika auditor menghadapi situasi pembuatan keputusan yang menyangkut independensi dan integritas dengan imbalan ekonomis di sisi lain (Windsor dan Askhanasy, 1995). Bertens (2000) menyatakan bahwa teori etika dapat membantu proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan moral dan justifikasi terhadap keputusan tersebut, sehingga kasus-kasus yang terjadi di Indonesia diharapkan dapat berkurang di masa yang akan datang.

(27)

Etika adalah tatanan moral yang telah disepakati bersama dalam suatu profesi dan ditujukan untuk anggota profesi (Risa, 2011). Duska (2003) mengembangkan tiga teori etika, ketiga teori tersebut digunakan untuk mengembangkan penelitian ini, yaitu:

1) Utilitarianism Theory

Teori ini membahas mengenai optimalisasi pengambilan keputusan individu untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkan dampak negatif. Terdapat dua macam utilitarisme, yaitu:

a. act utilitarisme yaitu perbuatan yang bermanfaat untuk banyak orang, b. rule utilitarisme yaitu aturan moral yang diterima oleh masyarakat luas. 2) Deontologi Theory

Teori ini membahas mengenai kewajiban individu untuk memberikan hak kepada orang lain, sehingga dasar untuk menilai baik atau buruk suatu hal harus didasarkan pada kewajiban, bukan konsekuensi perbuatan. Deontologi menekankan bahwa perbuatan tidak pernah menjadi baik karena hasilnya baik, melainkan karena kewajiban yang harus dilakukan (Bertens, 2000).

3) Virtue Theory

Teori ini membahas watak seseorang yang memungkinkannya untuk bertingkah laku baik secara moral. Terdapat dua bagian virtue theory, yaitu: a. pelaku bisnis individual, seperti: kejujuran, fairness, kepercayaan dan

keuletan,

b. taraf perusahaan, seperti: keramahan, loyalitas, kehormatan, rasa malu yang dimiliki oleh manajer dan karyawan.

(28)

2.1.2 Perkembangan Moral Kognitif

Kohlberg (1971) menyatakan bahwa moral kognitif adalah faktor penentu dalam pengambilan keputusan etis. Pengukuran terhadap perkembangan moral kognitif seseorang tidak hanya dapat diamati dari perilakunya saja, namun juga harus melihat kesadaran moral seseorang dalam membuat suatu keputusan.

Jones (1991) juga menyatakan bahwa pemahaman seseorang terhadap moral dalam mengambil suatu keputusan etis bergantung pada dirinya sendiri (pengalaman, orientasi etika dan komitmen profesional) dan situasi (nilai etika organisasi). Selain itu, Trevino (1986) menyatakan bahwa faktor organisasional berpengaruh terhadap perilaku etis seseorang. Seseorang memiliki alasan untuk melakukan suatu tindakan yang dianggap benar berdasarkan komitmen dan melihat hal tersebut sebagai dasar mengevaluasi suatu aturan (Velasques, 2005).

2.1.3 Akuntansi Keperilakuan

Akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari studi akuntansi yang mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan sistem akuntansi (Siegel et

al., 1989). Sistem akuntansi terkait dengan seluruh desain alat pengendalian

manajemen, meliputi sistem pengendalian, sistem penganggaran, desain akuntansi pertangungjawaban, desain organisasi, desain pengumpulan biaya, desain penilaian kinerja serta pelaporan keuangan. Ruang lingkup akuntansi keperilakuan tidak hanya meliputi bidang akuntansi manajemen saja, tetapi juga menyangkut etika, auditing, sistem informasi akuntansi bahkan juga akuntansi keuangan.

(29)

Hudayati (2002) menjelaskan secara lebih rinci mengenai ruang lingkup akuntansi keperilakuan yang meliputi:

1) mempelajari pengaruh antara perilaku manusia terhadap desain, konstruksi, dan penggunaan sistem akuntansi yang diterapkan dalam perusahaan

2) mempelajari pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku manusia

3) memprediksi bagaimana sistem akuntansi dapat dipergunakan untuk mempengaruhi perilaku.

2.1.4 Audit

Audit merupakan proses sistematis guna mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi mengenai tindakan dan kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian asersi dengan kriteria yang ditetapkan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan (Jusup, 2001). Definisi lainnya mengenai audit disampaikan oleh Boyton (2003) yang menyatakan bahwa audit merupakan proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif tentang asersi-asersi suatu kegiatan dan peristiwa ekonomi yang bertujuan untuk menetapkan kesesuaian antara asersi-asersi dengan kriteria yang ditetapkan, kemudian hasilnya disampaikan kepada pihak yang berkepentingan. Sedangkan Agoes (2004) berpendapat bahwa audit bersifat kritis dan sistematis, aktivitasnya dilakukan oleh pihak independen, dengan memeriksa laporan keuangan manajemen beserta catatan pembukuan dan bukti pendukung, dengan tujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan.

(30)

Dari beberapa definisi yang telah disampaikan sebelumnya, terdapat beberapa ciri penting yang ada dalam definisi audit adalah:

1) suatu proses sistematis 2) pemeriksaan secara kritis

3) memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif 4) asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi 5) kriteria yang telah ditetapkan

6) penyampaian hasil

7) pihak-pihak yang berkepentingan

2.1.5 Aspek Keperilakuan dalam Audit

Akuntansi berfungsi menghasilkan informasi keuangan untuk berbagai pihak yang berkepentingan guna pengambilan keputusan bisnis. Akuntansi terdiri dari beberapa konsentrasi, salah satunya adalah audit. Aktivitas audit muncul dari hubungan keagenan yang timbul antara pihak pemberi tugas yang disebut prinsipal dan penerima tugas yang disebut agen. Djakman (2003) menyatakan bahwa prinsipal mempekerjakan agen untuk mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan suatu entitas. Audit berfungsi sebagai salah satu penyedia informasi kepada kedua pihak untuk dapat menghindari munculnya masalah-masalah keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa agen tidak selalu bertindak yang terbaik untuk prinsipal, sehingga audit juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan tersebut. Audit pada saat ini menjadi bagian penting dalam perkembangan akuntansi.

(31)

Tingginya pemahaman masyarakat umum atas pentingnya fungsi audit meningkatkan peran auditor dan lembaganya. Mengacu pada definsi audit, dapat disimpulkan bahwa audit adalah proses pembuktian oleh pihak independen terhadap suatu asersi manajemen dengan menggunakan pertimbangan dan bukti.

Menurut Siegel dan Marconi (1989), auditor harus dapat melepaskan diri dari faktor personalitas saat melaksanakan aktivitas audit. Personalitas bisa menyebabkan kegagalan audit dan risiko yang tinggi bagi auditor. Ada dua kondisi yang dihadapi oleh auditor. Pertama, auditor dipengaruhi oleh persepsi mereka pada lingkungan audit. Kedua, auditor harus selaras serta sinergi dalam pekerjaan kelompok, sehingga muncul interaksi yang akan menimbulkan proses keperilakuan. Suartana (2010) berpendapat bahwa akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari disiplin akuntansi yang mengkaji hubungan perilaku manusia dan sistem akuntansi, serta dimensi keperilakuan dari organisasi dimana manusia dan sistem akuntansi itu berada. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat aspek keperilakuan dalam audit.

2.1.6 Sensitivitas Etika

Shaub et al. (1993) berpendapat bahwa sensitivitas etika adalah kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etika dalam suatu keputusan. Hunt dan Vitell (1986) menjelaskan bahwa kemampuan seseorang untuk memahami masalah etis dipengaruhi oleh lingkungan budaya, lingkungan industri, lingkungan organisasi, dan pengalaman pribadi. Irawati dan Supriyadi (2012) yang mengukur sensitivitas etika dengan memodifikasi skenario sensitivitas etika Shaub (1989), yaitu:

(32)

kegagalan akuntan yang berkaitan dengan waktu, penggunaan waktu untuk kepentingan pribadi dan judgement akuntan yang berhubungan dengan prinsip akuntansi. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) tentang Standar Pengendalian Mutu Nomor 1 bagi KAP menyatakan bahwa setiap individu dalam KAP harus patuh pada ketentuan yang berlaku. Standar ini memperjelas definisi audit Shaub et al. (1993) dan Vitell (1986) bagi auditor untuk semakin meningkatkan kemampuannya memahami nilai etika.

2.1.7 Pengalaman

Pengalaman adalah proses pembelajaran dan pertambahan potensi tingkah laku yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal (Knoers dan Haditono, 1999). Standar Profesional Akuntan Publik menyatakan pelaksanaan audit harus dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai seorang auditor. Pengalaman dapat diperoleh melalui pelatihan, supervisi, maupun review kinerja yang diberikan oleh auditor senior. Januarti (2011) berpendapat bahwa pengalaman auditor berkembang searah dengan pengalaman audit, diskusi audit, pelatihan, dan penggunaan standar. Jones (1991) juga menyatakan bahwa perkembangan moral kognitif seseorang dipengaruhi oleh pengalaman. Auditor yang memiliki pengalaman dianggap lebih konservatif saat mengahadapi dilema etika (Larkin, 2000). Sikap konservatif tersebut membantu auditor untuk meningkatkan sensitivitas etikanya. Gusnardi (2003) mengukur pengalaman audit melalui jabatan auditor, lama bekerja, peningkatan keahlian, serta pelatihan audit yang pernah diikuti.

(33)

2.1.8 Komitmen

Aranya et al. (1981) serta Aranya dan Ferris (1984) mendefinisikan komitmen sebagai berikut:

1) sebuah kepercayaan, penerimaan tujuan dan nilai organisasi dan/atau profesi, 2) kesediaan mengerahkan usaha untuk organisasi dan/atau profesi,

3) keinginan mempertahankan keanggotaan dalam organisasi dan/ atau profesi. Bline et al. (1992) menemukan bahwa komitmen profesional dan komitmen organisasional mengindikasikan dua hal yang berbeda. Komitmen organisasional dan komitmen profesional dibedakan secara empiris dan diprediksi oleh variabel yang berbeda (Brierly, 1996; Leong et al., 2003). Kwon dan Banks (2004) menyatakan bahwa komitmen organisasional berkaitan dengan jenis organisasi karyawan, sedangkan komitmen profesional diperkirakan oleh dukungan untuk kelompok, sikap positif terhadap profesi dan karakteristik pekerjaan. Penjelasan tentang komitmen profesional juga diungkapkan oleh Jeffrey dan Weatherholt (1996), komitmen profesional yang kuat akan mengarahkan auditor untuk taat pada aturan. Chang dan Choi (2007) menemukan bahwa komitmen profesional dan organisasional adalah pengalaman psikologis yang dapat dijelaskan oleh variabel individu dan organisasi yang berbeda.

1) Komitmen profesional

Larkin (1990) menyatakan sikap yang profesional menunjukkan tingkat loyalitas seorang individu pada profesi, seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut. Profesionalisme membantu auditor menciptakan pelayanan yang baik untuk klien atau masyarakat melalui kemampuan profesionalnya.

(34)

Tenaga profesional dididik untuk menjalankan tugas secara independen dan memecahkan masalah yang muncul dalam pelaksanaan tugas dengan menggunakan keahlian dan dedikasi secara profesional (Badjuri, 2009).

2) Komitmen organisasional

Mowday et al. (1982) menyatakan bahwa komitmen organisasi terbangun bila masing-masing individu mengembangkan tiga sikap dalam organisasi, yaitu sebagai berikut:

a. Identification merupakan pemahaman atau penghayatan tujuan organisasi. b. Involvement merupakan perasaan menyenangkan yang muncul untuk terlibat

dalam suatu pekerjaan dalam organisasi dan pekerjaan yang dilakukan. c. Loyalty merupakan perasaan bahwa organisasi adalah tempat bekerja dan

tempat tinggal sehingga muncul kesetiaan terhadap organisasi.

2.1.9 Orientasi Etika

Orientasi etika merupakan alternatif pola perilaku seseorang untuk menyelesaikan dilema etika dan konsekuensi yang diharapkan oleh fungsi yang berbeda (Higgins dan Kelleher, 2005). Orientasi etika berhubungan dengan faktor eksternal seperti lingkungan budaya, lingkungan industri, lingkungan organisasi dan pengalaman pribadi yang merupakan faktor internal individu tersebut (Hunt dan Vitell, 1986). Norma etis, standar perilaku individu, standar perilaku dalam keluarga, serta standar perilaku dalam komunitas mengarahkan perilaku seseorang untuk mengenali permasalahan (Tsalikis dan Fritzsche, 1989; Wiley, 1998).

(35)

Finn et al. (1988) mengembangkan penelitian Hunt dan Vitell (1986) dengan menggunakan skala idealisme dan relativisme untuk membentuk orientasi etika. Forsyth (1980) dan Shaub et al. (1993) mengidentifikasi idealisme dan relativisme sebagai prediktor penting penilaian moral. Sikap idealis diartikan sebagai sikap yang tidak melanggar nilai-nilai moral, serta tidak memihak dan terhindar dari berbagai kepentingan, sedangkan relativisme adalah sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral yang bersifat absolut.

2.1.10 Akuntan Publik

Definisi mengenai Profesi Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik (KAP) tertuang pada Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008. Profesi Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan. KAP merupakan suatu badan usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan RI, sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam memberikan jasanya. Ijin KAP akan diterbitkan apabila pemohon telah memenui beberapa persyaratan yang telah ditetapkan sebagai berikut:

1) memiliki nomor Register Negara untuk Akuntan,

2) memiliki Sertifikat Tanda Lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP), Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL), Satuan Kredit PPL (SKP) dalam dua tahun terakhir,

(36)

3) pengalaman praktik paling sedikit seribu jam dalam lima tahun terakhir dan lima ratus jam diantaranya pernah memimpin dan/atau mensupervisi perikatan audit umum yang disahkan oleh Pemimpin KAP,

4) memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),

5) tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin Akuntan Publik,

6) membuat Surat Permohonan, melengkapi Permohonan Izin Akuntan Publik, membuat persyaratan tidak merangkap jabatan dengan surat.

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

Irawati dan Supriyadi (2012) meneliti pengaruh orientasi etika pada komitmen profesional, komitmen organisasional, dan sensitivitas etika auditor dengan gender sebagai pemoderasi. Pengumpulan data menggunakan metode

survey. Sampel berjumlah 138 pemeriksa BPK Perwakilan Yogyakarta dan Jawa

Tengah. Teknik analisis yang digunakan adalah SEM. Hasilnya terdapat pengaruh komitmen profesi dengan komitmen pada organisasi, komitmen organisasional berpengaruh secara signifikan terhadap sensitivitas etika pemeriksa BPK.

Januarti (2011) mengembangkan penelitian mengenai pengaruh pengalaman, komitmen profesional, orientasi etis, dan nilai etika pada persepsi dan pertimbangan etis. Sampel berjumlah 183 auditor BPK di Jakarta dan Semarang. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi. Hasilnya adalah orientasi etika berpengaruh signifikan terhadap persepsi dan pertimbangan etis, sedangkan pengalaman, komitmen profesional, dan nilai etika organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap persepsi dan pertimbangan etis.

(37)

Pengaruh orientasi etika pada komitmen dan sensitivitas etika diteliti oleh Aziza dan Salim (2007). Sampel penelitian eksperimen ini adalah auditor yang bekerja pada KAP di Bengkulu dan Sumatera Selatan. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 32 auditor KAP. Teknik analisis yang digunakan yaitu Path Analysis. Hasilnya orientasi etika berpengaruh terhadap komitmen. Komitmen profesional dan organisasional tidak berpengaruh terhadap sensitivitas etika.

Fallah (2006) meneliti tentang pengaruh budaya etis organisasi dan orientasi etis terhadap sensitivitas etika. Metode pengumpulan sampel dalam penelitian ini adalah survey. Sampel berjumlah 116 aparatur Bawasda di Provinsi Papua. Teknik analisis yang digunakan adalah Path Analysis. Hasilnya budaya etis organisasi berpengaruh pada idealisme dan tidak pada relativisme, sedangkan relativisme berpengaruh signifikan pada sensitivitas etika dan idealisme tidak berpengaruh.

Shaub et al., (1993) meneliti pengaruh orientasi etika pada komitmen profesi dan organisasi, serta sensitivitas etika dengan teknik analisis Manova. Hasilnya adalah orientasi etika mempengaruhi sensitivitas etika, komitmen profesi dan organisasi. Uraian hasil penelitian sebelumnya dijelaskan pada Tabel 2.1.

(38)

Tabel 2.1 Rangkuman Hasil Penelitian Sebelumnya Peneliti dan Tahun Penelitian Variabel Penelitian dan Objek Penelitian Teknik Analisis Data Hasil Penelitian Irawati dan Supriyadi (2012) Variabel Bebas: Orientasi Etika Variabel Terikat: Komitmen Profesional, Komitmen Organisasional, dan Sensitivitas Etika Variabel Pemoderasi: Gender Objek Penelitian: BPK Structural Equation Modeling (SEM) Gender merupakan pemoderasi hubungan

idealisme orientasi etika

terhadap komitmen

organisasional dan sensitivitas etika. Namun tidak berhasil menguji gender sebagai pemoderasi hubungan

idealisme orientasi etika

terhadap komitmen

profesional Penelitian ini tidak berhasil menguji bahwa gender merupakan pemoderasi dalam hubungan antara

relativisme orientasi etika

terhadap komitmen

profesional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika. Januarti (2011) Variabel Bebas: Pengalaman auditor, Komitmen Profesional, Orientasi Etis, dan

Nilai Etika Variabel Terikat: Persepsi dan Pertimbangan Etis Objek Penelitian: BPK Regresi

Orientasi Etis berpengaruh signifikan terhadap Persepsi dan Pertimbangan Etis

Pengalaman, Komitmen Profesional, dan Nilai Etika Organisasi tidak berpengaruh terhadap Persepsi dan Pertimbangan Etis Aziza dan Salim (2007) Variabel Bebas: Orientasi Etika Variabel Terikat: Komitmen dan Sensitivitas Etika Objek Penelitian: Auditor di Bengkulu dan Sumatera Selatan Path Anaslysis

Orientasi Etika berpengaruh

terhadap Komitmen.

Komitmen Profesional dan Organisasional tidak berpengaruh signifikan terhadap sensitivitas etika.

(39)

Peneliti dan Tahun Penelitian Variabel Penelitian dan Objek Penelitian Teknik Analisis Data Hasil Penelitian Fallah (2006) Variabel Bebas: Budaya Etis Organisasi dan Orientasi etis Variabel Terikat: Sensitivitas Etika Objek Penelitian: Bawasda Path Anaslysis

Budaya Etis Organisasi berpengaruh positif dengan Idealisme dan Relativisme. Idealisme berpengaruh positif terhadap Sensitivitas Etika. Relativisme berpengaruh negatif terhadap Sensitivitas Etika Shaub, et.al, (1993) Variabel Bebas: Orientasi etis Variabel Terikat: Komitmen Profesi, Komitmen Organisasi dan Sensitivitas Etika Multivariate Analysis of variance (Manova)

Orientasi etis mempengaruhi sensitivitas etika, komitmen profesi, dan komitmen organisasi

(40)

23

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan kajian teori dan kajian empiris sesuai Sugiyono (2010). Kajian teori dalam penelitian ini terdiri dari teori utama dan teori pendukung. Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori etika yang menjelaskan mengenai proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan moral dan justifikasi terhadap keputusan. Terdapat sembilan teori pendukung yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu perkembangan moral kognitif, akuntansi keperilakuan, audit, aspek keperilakuan dalam audit, sensitivitas etika, komitmen, orientasi etika, sensitivitas etika, dan akuntan publik. Sementara kajian empiris dalam penelitian ini berpedoman pada beberapa penelitian yang telah terlebih dahulu dilakukan sebelum penelitian ini dilaksanakan. Terdapat lima penelitian terdahulu yang dijadikan dasar untuk mengembangkan penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Irawati dan Supriyadi (2012), Januarti (2011), Aziza dan Salim (2007), Fallah (2006), serta Shaub et. al., (1993).

Kajian teori dan kajian empiris tersebut digunakan untuk mengembangkan rumusan masalah dalam penelitian ini. Setelah rumusan masalah dalam penelitian ini tersusun, kemudian dikembangkan hipotesis penelitian. Selanjutnya, hipotesis yang telah disusun diuji dengan alat bantu statistik untuk memperoleh hasil penelitian. Setelah hasil penelitian diperoleh, peneliti kemudian dapat menarik

(41)

suatu kesimpulan secara menyeluruh mengenai penelitian yang telah dilakukan. Selain itu, peneliti juga dapat memberikan saran kepada peneliti selanjutnya mengenai kelemahan penelitian yang telah dilakukan maupun pengembangan yang dapat dilakukan untuk penelitian selanjutnya. Kerangka berpikir dijelaskan dengan menggunakan Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir

Rumusan Masalah

Hipotesis

Uji Statistik

Hasil

Kesimpulan dan Saran Kajian Teori Teori Etika Perkembangan Moral Kognitif Akuntansi Keperilakuan Audit Aspek Keperilakuan dalam Audit Sensitivitas Etika Pengalaman Komitmen Orientasi Etika Akuntan Publik Kajian Empiris Irawati dan Supriyadi (2012), Januarti (2011), Aziza dan Salim

(2007), Fallah (2006),

serta

(42)

3.2 Konsep Penelitian

Konsep penelitian menjelaskan mengenai hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Konsep penelitian dijelaskan pada Gambar 3.2. Pemahaman seseorang mengenai masalah etis dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan (Hunt dan Vitell, 1986). Penelitian Larkin (2000) menyatakan auditor yang berpengalaman lebih konservatif saat mengahadapi dilema etika sehingga berpengaruh pada tingkat ketelitiannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengalaman berpengaruh pada sensitivitas etika. Seorang auditor juga harus memiliki komitmen. Komitmen pada organisasi dan/atau profesi memunculkan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi dan/atau profesi (Aranya et al., 1981; Aranya dan Ferris, 1984). Khomsiyah dan Indriantoro (1998) serta Irawati dan Supriyadi (2012) juga memperkuat pengaruh komitmen pada sensitivitas etika. Alternatif lain yang dapat digunakan untuk menyelesaikan dilema etika adalah orientasi etika (Higgins dan Kelleher, 2005). Penelitian Januarti (2011), Shaub et al. (1993), dan Fallah (2006) juga menunjukkan adanya pengaruh orientasi etika pada sensitivitas etika auditor.

Gambar 3.2 Konsep Penelitian

Pengalaman Komitmen Profesional Komitmen Organisasional Idealisme Relativisme Sensitivitas Etika

(43)

3.3 Hipotesis Penelitian

Kerlinger (2003) menyatakan hipotesis sebagai pernyataan dugaan tentang hubungan dua variabel atau lebih, yang berbentuk kalimat pernyataan dan menghubungkan variabel satu dengan yang lainnya secara umum maupun khusus.

1) Pengalaman

Pengalaman adalah proses pembelajaran dan pertambahan potensi tingkah laku yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal (Knoers dan Haditono, 1999). Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) menyatakan bahwa pelaksanaan audit harus dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Penelitian Larkin (2000) menyatakan auditor yang memiliki pengalaman lebih konservatif saat menghadapi dilema etika. Jones (1991) juga menyatakan bahwa perkembangan moral kognitif seseorang dipengaruhi oleh pengalaman. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman auditor akan berkaitan dengan tingkat ketelitian auditor dan dapat mempengaruhi sensitivitas etika seorang auditor saat melaksanakan tugasnya, sehingga diduga:

H1 : Pengalaman berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Kantor

Akuntan Publik di Bali

2) Komitmen

Aranya et al. (1981) serta Aranya dan Ferris (1984) mendefinisikan komitmen sebagai sebuah kepercayaan pada nilai-nilai organisasi dan/atau profesi untuk mengerahkan usaha atas nama organisasi dan/atau profesi sehingga memunculkan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi dan/atau profesi. Komitmen dibedakan menjadi komitmen profesional dan

(44)

komitmen organisasional secara empiris dan diprediksi oleh variabel yang berbeda (Bline et al., 1992; Brierly, 1996; Leong et al., 2003). Komitmen organisasional berkaitan dengan jenis organisasi karyawan, sedangkan komitmen profesional berkaitan dengan dukungan untuk kelompok dan sikap positif terhadap profesi dan karakteristik pekerjaan (Kwon dan Banks, 2004).

Tenaga profesional dididik untuk menjalankan tugas secara independen dan memecahkan masalah yang muncul dalam pelaksanaan tugas dengan menggunakan keahlian dan dedikasi secara profesional (Badjuri, 2009). Selain itu, auditor didalam organisasinya juga dididik untuk memahami atau menghayati tujuan organisasi, terlibat dalam pekerjaan dan setia terhadap organisasi (Mowday

et al., 1982). Kedua komitmen tersebut akan menumbuhkan sensitivitas bagi

auditor dalam melaksanakan tugasnya, tidak terkecuali dalam mengambil suatu keputusan yang berkaitan dengan nilai-nilai etika.

Khomsiyah dan Indriantoro (1998) menyatakan bahwa terdapat pengaruh komitmen profesional terhadap sensitivitas etika. Irawati dan Supriyadi (2012) juga menemukan bahwa komitmen organisasional berpengaruh secara signifikan terhadap sensitivitas etika. Hal ini mengindikasikan bahwa komitmen profesional dan komitmen organisasional mempengaruhi sensitivitas etika, sehingga diduga:

H2 : Komitmen profesional berpengaruh pada sensitivitas etika auditor

Kantor Akuntan Publik di Bali

H3 : Komitmen organisasional berpengaruh pada sensitivitas etika auditor

(45)

3) Orientasi Etika

Finn et al. (1988) mengembangkan penelitian Hunt dan Vitell (1984) dengan menggunakan skala idealisme dan relativisme dari Forsyth (1980), dimana lingkungan budaya dan pengalaman pribadi diasumsikan membentuk orientasi etika. Forsyth (1980) dan Shaub et al. (1993) mengidentifikasi idealisme dan relativisme sebagai prediktor penting penilaian moral. Sikap idealis diartikan sebagai sikap tidak memihak dan terhindar dari berbagai kepentingan. Sedangkan, relativisme adalah suatu sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral yang absolut dalam mengarahkan perilaku etis (Forsyth, 1980) dalam Shaub et al. (1993).

Shaub et al. (1993) menemukan bahwa orientasi etis mempengaruhi sensitivitas etika. Selain itu, orientasi etika berpengaruh signifikan terhadap persepsi dan pertimbangan etis (Januarti, 2011). Fallah (2006) secara spesifik menemukan idealisme berpengaruh positif terhadap sensitivitas etika dan relativisme berpengaruh negatif terhadap sensitivitas etika. Persepsi etika auditor pada ketiga penelitian tersebut menunjukkan bahwa aturan-aturan etika berpengaruh pada sikap auditor dalam menentukan keputusannya. Ketika auditor memilih untuk mempertahankan idealisme atau relativisme, maka sensitivitas etika yang dihasilkan akan berbeda, sehingga diduga:

H4 : Idealisme berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Kantor Akuntan

Publik di Bali

H5 : Relativisme berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Kantor

(46)

29

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil riset yang menjadi valid, objektif, efektif, dan efisien (Jogiyanto, 2007). Rancangan penelitian dalam penelitian ini diawali dari terjadinya fenomena dilema etika yang dihadapi auditor di Indonesia ketika melaksanakan tugasnya. Hal tersebut salah satunya tercermin dari kasus pemberian sanksi kepada 10 KAP yang melanggar standar audit pada tahun 2002 (Rustiana, 2006). Kasus audit tidak hanya terjadi di Indonesia, sebelumnya juga kasus audit pernah terjadi pada Enron. Kasus yang terjadi membuktikan bahwa auditor KAP harus mampu berperan lebih baik lagi dalam menjalankan segala jenis tugas yang diberikan kepadanya. Sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan serta memperbaiki peran auditor, maka langkah nyata yang telah dilakukan oleh American Institute of Certified Public Accountant (AICPA), yaitu memberi syarat kepada para auditor untuk melatih sensitivitas dan moral dalam semua aktivitasnya (Anderson dan Ellyson, 1986).

Setelah menyusun rumusan masalah dan hipotesis penelitian, maka selanjutnya menentukan variabel pengalaman, komitmen dan orientasi etika yang mempengaruhi sensitivitas etika. Irawati dan Supriyadi (2012), Januarti (2011), Aziza dan Salim (2007), Fallah (2006), serta Shaub et al. (1993) telah menguji beberapa variabel-variabel berbeda yang berkaitan dengan sensitivitas etika.

(47)

Penelitian ini mencoba mengkombinasikan keseluruhan penelitian sebelumnya untuk memperoleh hasil penelitian dengan dimensi waktu dan tempat yang berbeda (confirmatory research).

Instrumen penelitian yang berupa kuesioner kemudian disusun untuk digunakan mengumpulkan data penelitian. Metode yang digunakan untuk menentukan data penelitian ini adalah metode purposive sampling. Setelah seluruh data diperoleh, maka tahap selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data untuk memperoleh hasil. Hasil penelitian kemudian dibahas dan diinterpretasikan untuk menarik kesimpulan dan saran. Rancangan penelitian dijelaskan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian

Pengolahan dan Analisis Data

Pembahasan dan Interpretasi Hasil

Kesimpulan dan Saran Masalah Penelitian

Rumusan Masalah

Hipotesis

Variabel Penelitian:

Pengalaman, Komitmen Profesional & Organisasional, Idealisme & Relativisme, serta Sensitivitas Etika Instrumen dan

Pengumpulan Data

(48)

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada auditor Kantor Akuntan Publik di Bali yang terdaftar pada Ikatan Akuntan Publik Indonesia tahun 2013. Waktu penelitian yang digunakan adalah tahun 2013. Tabel 4.1 berikut ini menjelaskan KAP di Bali yang terdaftar pada Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) 2013.

Tabel 4.1 Daftar KAP di Provinsi Bali Tahun 2013

NO. NAMA KAP

1. KAP Drs. Ida Bagus Djagera 2. KAP Drs I Made Oka & Rekan 3. KAP I Wayan Ramantha

4. KAP Drs. Johan Malonda, Astika & Rekan (Cab) 5. KAP K. Gunarsa

6. KAP Drs. Ketut Budiartha

7. KAP Drs. Sri Marmo Djogosarkoro

8. KAP Drs. Tasnim Ali Widjanarko & Rekan 9. KAP Drs. Wayan Sunasdyana

10. KAP Rama Wendra

11. KAP Drs. Gede Kusumaputra 12. KAP Drs. Heru Bawono

13. KAP Drs. Ketut Muliartha RM & Rekan Sumber: www.iapi.or.id (2013)

4.3 Data Penelitian 4.3.1 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh auditor Kantor Akuntan Publik di Bali tahun 2013. Berdasarkan directory IAPI 2013, jumlah auditor keseluruhan di Bali adalah sebanyak 82 auditor. Sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan metode purposive sampling, dengan menggunakan kriteria bahwa auditor yang menjadi sampel memiliki pengalaman audit minimal 1 tahun pada KAP di Bali. Pemilihan sampel juga didasarkan pada kondisi bahwa auditor dengan

(49)

pengalaman minimal 1 tahun telah memperoleh penugasan audit sebagai auditor junior. Penentuan sampel penelitian ini disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Penentuan Sampel Penelitian

Keterangan Jumlah

Jumlah Populasi (Auditor KAP di Bali) 82 Jumlah Auditor yang Bekerja Kurang dari 1 Tahun 12

Jumlah Sampel Penelitian 70

Sumber: data diolah (2013)

Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada Putri dan Laskito (2013), Fatimah (2012) dan Indarto (2011) yang meneliti pengalaman audit menggunakan kriteria purposive sampling dengan menetapkan responden adalah auditor yang memiliki pengalaman minimal 1 tahun bekerja pada KAP. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 70 auditor.

4.3.2 Jenis Data

Berikut ini adalah jenis data untuk keperluan analisis dan menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan. Terdapat dua jenis data penelitian, yaitu:

1) Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka (Sugiyono, 2009). Data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu usia auditor, lama auditor bekerja dan pelatihan yang pernah diikuti.

2) Data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur dengan menggunakan angka (Sugiyono, 2009). Data kualitatif dalam penelitian ini yaitu komitmen profesional dan komitmen organisasional, orientasi etika (idealisme dan relativime), serta sensitivitas etika auditor.

(50)

4.3.3 Sumber Data

Berikut ini adalah sumber data yang digunakan dalam penelitin ini untuk keperluan analisis dan menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan. Terdapat dua sumber data penelitian, yaitu:

1) Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama (Saifuddin, 2001). Data primer dalam penelitian ini adalah jawaban responden atas kuesioner pengaruh pengalaman, komitmen dan orientasi etika pada sensitivitas etika auditor.

2) Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui olahan data dari pengumpul data primer atau pihak lain pertama (Saifuddin, 2001). Data sekunder dalam penelitian ini adalah daftar KAP di Bali.

4.4 Variabel Penelitian 4.4.1 Identifikasi Variabel

Variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai sebagai berikut.

1) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat (Sugiyono, 2009). Variabel bebasnya adalah pengalaman, komitmen profesional, komitmen organisasional, idealisme, dan relativisme.

2) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Sugiyono, 2009). Variabel terikatnya adalah sensitivitas etika.

(51)

4.4.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah sebuah definisi untuk setiap variabel-variabel penelitian yang ada, dengan tujuan untuk menjelaskan karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang diobservasi, sehingga konsep dapat diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian (Jogiyanto, 2007). Pengukuran variabel menggunakan skala Likert empat poin untuk menghindari multi interpretable,

central tendency effect dan menghindari banyak informasi yang hilang. Definisi

operasional dan pengukuran variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Sensitivitas Etika

Shaub et al. (1993) menyatakan bahwa sensitivitas etika adalah kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etika dalam suatu keputusan. Penelitian Irawati dan Supriyadi (2012) mengukur sensitivitas etika dengan memodifikasi skenario sensitivitas etika Shaub (1989) yang terdiri dari: kegagalan akuntan dalam mengerjakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang diminta, penggunaan jam kantor untuk kepentingan pribadi dan judgement akuntan dalam hubungannya dengan prinsip-prinsip akuntansi.

Variabel sensitivitas etika (Y) diukur dengan menggunakan 4 indikator berupa kasus-kasus yang berkaitan dengan sensitivitas etika auditor. Indikator sensitivitas etika dijabarkan dalam kasus 1 s/d 4 pada lampiran kuesioner penelitian. Responden diarahkan untuk menilai tingkat indikasi pentingnya 4 kasus yang disajikan. Penilaian dimulai dari indikasi kasus sangat tidak penting/STP (1), tidak penting/TP (2), penting/P (3), dan sangat penting/SP (4).

(52)

2) Pengalaman

Pengalaman adalah proses pembelajaran dan pertambahan potensi tingkah laku yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal (Knoers dan Haditono, 1999). Gusnardi (2003) mengukur pengalaman audit berdasarkan jabatan auditor, lama bekerja, peningkatan keahlian, serta pelatihan audit yang pernah diikuti oleh auditor.

Variabel pengalaman (X1) diukur dengan menggunakan 4 indikator yang

dikembangkan Gusnardi (2003). Indikator pengalaman dijabarkan dalam poin kuesioner pengalaman yang terdiri dari jabatan auditor, lama bekerja, peningkatan keahlian, serta pelatihan audit yang pernah diikuti.

a. Penilaian jabatan dimulai dari auditor junior yang diberi skor 1, auditor senior yang diberi skor 2, manajer yang diberi skor 3, dan pemilik/partner yang diberi skor 4.

b. Penilaian lama bekerja dimulai dari 1-3 tahun diberi skor 1, 4-6 tahun diberi skor 2, 7-9 tahun diberi skor 3, dan yang bekerja ≥ 10 tahun diberi skor 4.

c. Penilaian tingkat pendidikan dimulai dari D3 diberi skor 1, S1 diberi skor 2, S2 diberi skor 3, dan S3 diberi skor 4.

d. Penilaian pelatihan dimulai dari 1-3 kali diberi skor 1, 4-6 kali diberi skor 2, 7-9 kali diberi skor 3, dan ≥ 10 kali diberi skor 4.

(53)

3) Komitmen

Aranya et al. (1981) serta Aranya dan Ferris (1984) mendefinisikan komitmen sebagai kepercayaan serta penerimaan tujuan nilai organisasi dan/atau profesi dengan kesediaan untuk mengerahkan usaha atas nama organisasi dan/atau profesi dan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi dan/ atau profesi. Bline et al. (1992) menemukan bahwa komitmen profesional dan komitmen organisasional mengindikasikan dua hal yang berbeda. Komitmen organisasional dan komitmen profesional dibedakan secara empiris dan diprediksi oleh variabel yang berbeda, (Brierly, 1996; Leong et al., 2003).

Larkin (1990) menyatakan profesional adalah tingkat loyalitas seorang individu pada profesi, seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut. Komitmen profesional dalam penelitian ini menggunakan modifikasi pengukuran Irawati dan Supriyadi (2012) yang dikembangkan oleh Dwyer et al. (2000). Penilaian menggunakan lima pernyataan yang berkaitan dengan komitmen profesional yaitu keinginan, tanggungjawab, motivasi, kepedulian, dan kebanggaan pada profesi auditor. Variabel komitmen profesional (X2) diukur

dengan 5 indikator yang dijabarkan menggunakan 5 pernyataan yang berkaitan dengan komitmen auditor terhadap profesinya sebagai auditor. Responden diarahkan untuk menilai pernyataan yang paling sesuai dengan kondisi responden. Penilaian dimulai dari pendapat sangat tidak setuju/STS (1), tidak setuju/TS (2), setuju/S (3), dan sangat setuju/SS (4).

Gambar

Tabel 2.1 Rangkuman Hasil Penelitian Sebelumnya  Peneliti  dan  Tahun  Penelitian  Variabel  Penelitian dan   Objek Penelitian  Teknik  Analisis Data  Hasil Penelitian  Irawati dan  Supriyadi  (2012)  Variabel Bebas: Orientasi Etika  Variabel Terikat: Komi
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
Gambar 3.2 Konsep Penelitian
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data penelitian dan data pengujian hipotesis tentang Pengaruh Penerapan Metode Sprite Terhadap Kemampuan Membaca Cepat Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3

• Disebut juga kalkulus predikat, merupakan logika yang digunakan untuk merepresentasikan masalah yang tidak dapat direpresentasikan dengan menggunakan proposisi.. •

Ketersiratan makna masam, manis, masin dan pahit serta makna yang berasosiasi dengan rasa juga dapat dicungkil dan dikaitkan dengan akal budi

Pertambahan bobot badan rendah selain disebabkan oleh jumlah dan kualitas pakan yang diberikan belum sesuai dengan kebutuhan untuk sapi penggemukan kemungkinan

Usaha intensifikasi pajak sesuai upaya untuk meningkatkan penerimaan negara pada saat ini sudah tidak dapat diharapkan lagi untuk dapat memenuhi tuntutan target pemerintah

manusia Indonesia pada aspek kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi, serta pengaruhnya dalam kehidupan masa kini dalam bentuk tulisan dan/atau media lain..

Pelaksanaan penelitian yaitu 1).Pada masing-masing kandang dimasukkan seekor tikus; 2).Setiap replikasi dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali sehingga tiap kontrol dan

Penelitian ini merupakan pengembangan metode analisis kinerja portofolio yang dilakukan oleh Arditha dan Asliana (2007) dan bertujuan untuk melakukan analisis