• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI TEORI PENELITIAN

2.1.1 Definisi Peran

2.1 Deskripsi Teori

Teori merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, ada beberapa pengertian teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut William dalam Sugiyono (2008:53), menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada. Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti.

2.1.1 Definisi Peran

Peran atau peranan merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang. Pengharapan semacam itu merupakan suatu norma yang dapat mengakibatkan terjadinya suatu peranan. Menurut Thoha (2003:80), bagaimana seseorang berperilaku dalam peranan organisasi sangat ditentukan oleh:

1. Karakteristik pribadinya.

2. Pengertiannya tentang apa yang diharapkan orang lain kepadanya.

3. Kemauannya untuk mentaati norma yang telah menetapkan pengharapan tadi.

Maka berbicara mengenai peran, Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP), sebagai salah satu badan publik memiliki karakteristik peran yang tentu saja berbeda dengan badan-badan atau lembaga lainnya. Dimana, badan publik ini memiliki peran yang erat kaitannya dengan berjalannya kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, maka peran yang dijalankan oleh badan publik ini merupakan sangat penting karena besar harapan yang diharapkan dari perannya.

Berkaitan dengan peran itu, maka akan muncul norma-norma yang harus ditaati secara bersama-sama supaya harapan-harapan tersebut dapat tercapai. Harapan terseebut dapat tercapai apabila setiap orang atau badan publik tersebut menjalankan peranannya dengan baik. Menurut Soekanto (2006:243), peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan dan kedudukan tidak dapat dipisahkan, karena satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.

Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat

meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (social position) merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.

Menurut Levinson dalam Soekanto (2006:244), peranan mencakup tiga hal:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Dalam kehidupan bermasyarakat, tentu saja setiap orang memiliki peranan yang berbeda-beda yang harus dijalankan sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Peranan merupakan perilaku setiap individu maupun organisasi atau kelompok yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, karena didalamnya dapat dicapai harapan-harapan yang tujuannya adalah menyejahterakan masyarakat guna saling memudahkan satu sama lain dalam menjalankan peran masing-masing.

Teori peran adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Selain dari psikologi, teori peran berawal dari dan masih tetap digunakan dalam sosiologi dan antropologi. Istilah

“peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater, aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu diharapkan untuk berperilaku secara tertentu. Posisi aktor dalam teori itu kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat. Sebagaimana halnya dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan daripadanya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut. Dari sudut pandangan inilah disusun teori-teori peran.

Dalam teorinya Biddle & Thomas dalam Sarwono (2008:215), membagi peristilahan dalam teori peran dalam empat golongan, yaitu istilah-istilah yang menyangkut:

a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial. b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.

c. Kedudukan orang-orang dalam perilaku. d. Kaitan antara orang dan perilaku.

Pertama, orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial dapat dibagi dalam dua golongan sebagai berikut:

a. Aktor (actor, pelaku) yaitu orang yang sedang berperilaku menuruti suatu peran.

b. Target (sasaran) atau orang lain (other) yaitu orang yang mempunyai hubungan dengan aktor dan perilakunya.

Aktor maupun target bisa berubah individu ataupun kumpulan individu (kelompok). Hubungan antara kelompok dengan kelompok misalnya terjadi antara sebuah paduan suara (aktor) dan pendengar (target).

Kedua, Menurut Biddle & Thomas dalam Sarwono (2008:216), ada lima istilah tentang perilaku dalam kaitannya dengan peran:

Harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang lain pada umumnya tentang perilaku yang pantas, yang ditujukan pada orang yang memiliki peran-peran tertentu dalam masyarakat. b. Norm(norma)

Menurut Secord dan Backman (1964) dalam Sarwono norma hanya merupakan salah satu bentuk harapan. Jenis-jenis harapan menurut Secord dan Backman adalah sebagai berikut: 1. Harapan yang bersifat meramalkan (anticipatory), yaitu

harapan tentang suatu perilaku yang akan terjadi.

2. Harapan normatif adalah keharusan yang menyertai peran. Biddle dan Thomas membagi lagi harapan normatif ini ke dalam dua jenis, yakni:

i. Harapan yang terselubung (covert): harapan itu tetap ada walaupun tidak diucapkan.

ii. Harapan yang terbuka, yaitu harapan yang diucapkan.

c. Performance(wujud perilaku)

Wujud perilaku yaitu peran yang diwujudkan oleh aktor. Goffman dalam bSarwono (2008:220) meninjau perwujudan peran ini dengan memperkenalkan istilah permukaan (front), yaitu untuk menunjukkan perilaku-perilaku tertentu yang diekspresikan secara khusus agar orang lain mengetahui dengan jelas peran si pelaku (aktor).

d. Evaluation(penilaian) dansanction(sanksi)

Penilaian dan sanksi agak sulit dipisahkan jika dikaitkan dengan peran. Biddle dan Thomas dalam Sarwono (2008:220) menyatakan bahwa kedua hal tersebut didasarkan pada harapan masyarakat (orang lain) tentang norma. Berdasarkan norma itu, orang memberikan kesan positif atau negatif terhadap suatu perilaku. Kesan negatif dan positif inilah yang dinamakan penilaian peran. Sedangkan yang dimaksud dengan sanksi adalah usaha orang untuk mempertahankan suatu nilai positif atau agar perwujudan peran diubah sedemikian rupa sehingga hal yang tadinya dinilai negatif menjadi positif.

Ketiga, Secord & Backman dan Biddle & Thomas dalam Sarwono (2008:222) memberikan definisi yang saling melengkapi tentang kedudukan (posisi). Dari kedua definisi mereka dapat disimpulkan bahwa kedudukan adalah sekumpulan orang yang secara bersama-sama (kolektif) diakui perberdaannya dari kelompok-kelompok lain berdasarkan sifat-sifat

yang mereka miliki bersama, perilaku yang sama-sama mereka perbuat, dan reaksi orang terhadap mereka bersama.

Keempat, Biddle & Thomas dalam Sarwono (2008:226) mengemukakan bahwa kaitan (hubungan) yang dapat dibuktikan ada atau tidak adanya dan dapat diperkirakan kekuatannya adalah kaitan antara orang dengan perilaku dan perilaku dengan perilaku. Kriteria untuk menetapkan kaitan-kaitan tersebut diatas adalah sebagai berikut:

a. Derajat kesamaan atau ketidaksamaan antara bagian-bagian yang saling berkait.

b. Derajat saling menentukan atau saling ketergantungan antara bagian-bagian tersebut.

c. Gabungan antara derajat kesamaan dan saling ketergantungan (a+b).

Thoha (2003:80) menyatakan, dalam bahasa organisasi, peranan diperoleh dari uraian jabatan. Adapun uraian jabatan itu merupakan dokumen tertulis yang memuat persyaratan-persyaratan, dan tanggung jawab atas sesuatu pekerjaan. Dalam bahasa psikologi sosial, uraian jabatan itu memberikan serangkaian pengharapan yang menentukan terjadinya peranan. Persoalan yang sering terjadi dalam suatu organisasi acapkali ditimbulkan karena peranan tidak dibagi secara jelas diantara orang-orang dalam organisasi tersebut, sehingga terjadi keraguan dan konflik peranan. Orang tidak tahu pasti peranan apa dan bagaimana yang harus dimainkan olehnya, karena deskripsi tentang peranan itu sendiri tidak jelas. Kadang-kadang terjadi pula orangnya tidak mampu melakukan suatu peranan yang diharapkan oleh organisasi. Persoalan tersebut sangat ditentukan oleh kecakapan dan kemampuan, keterampilan dan keahlian

orangnya. Termasuk ke dalam hal ini adalah persepsi, kebutuhan, sikap dan perilaku dari orang tersebut terhadap peranan yang diharapkan dari padanya. Jika timbul masalah disebabkan karena deskripsi peranan tidak jelas, maka dengan mudah dapat diketahui sumber masalahnya terletak pada organisasi tersebut.

Organisasi tidak mampu memberikan informasi yang jelas kepada pendukungnya, tentang apa dan bagaimana yang harus dimainkan. Kejadian seperti ini barangkali karena tujuannya tidak jelas, misinya kabur, dan norma aturannya tidak menentu. Mungkin juga karena caliber dan kualitas kepemimpinan kurang mampu mendeskripsikan misi, tujuan dan norma organisasi ke dalam peran-peran tertentu.

Dokumen terkait