• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN BADAN KELUARGA BERENCANA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEREMPUAN (BKBPMP) DALAM MENANGANI PERNIKAHAN DINI DI KECAMATAN PADARINCANG KABUPATEN SERANG - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN BADAN KELUARGA BERENCANA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEREMPUAN (BKBPMP) DALAM MENANGANI PERNIKAHAN DINI DI KECAMATAN PADARINCANG KABUPATEN SERANG - FISIP Untirta Repository"

Copied!
339
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

Nita Soraya Laelatuduja NIM : 6661111641

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)
(3)
(4)
(5)

Administration Department, Faculty of Social and Politic. Sultan Ageng Tirtayasa University. Advisor I: Drs. Hasuri Waseh, SE, M.Si, Advisor II: Kandung Sapto Nugroho, S. Sos, M.Si.

Keywords: Role, BKBPMP, Early Marriage

(6)

Kabupaten Serang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I: Drs. Hasuri Waseh, SE, M.Si, Dosen Pembimbing II: Kandung Sapto Nugroho, S. Sos, M.Si.

Kata Kunci: Peran, BKBPMP, Pernikahan Dini

(7)

“Get Up In The Morning

With Enthuasiasm And

Sleep With Satisfaction”

Tidak ada jalan yang mudah menuju keberhasilan, tidak

mungkin datang dengan begitu saja, tetapi mereka yang

ingin berjuang mendapatkannya, kemudian berikhtiar dan

bekerja keraslah kuncinya...

Langkah kaki ini lelah menelusuri setiap jalan, mata ini

terkantuk-kantuk menatap layar monitor tanpa mengenal

waktu, siang dijadikan malam dan malam dijadikan

siang...

Pikiran bercabang dan hati ini terkadang kesal, resah,

merasa putus asa dikala setiap revisi menghantui, namun

karena mereka lah “Kedua Orang tuaku” penyemangat

dalam menyandang gelar S. Sos ku...

Terima Kasih Mah, Piw

(8)

sumber suara-suara hati, sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, sumber segala kesuksesan, Sang Kekasih tercinta yang tak terbatas pencahayaan cinta-Nya. Berkat hidayah, taufiq dan inayah-Nya, akhirnya skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik meskipun tidak sempurna, karena kesempurnaan hanya milik sang Pencipta. Tak lupa shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga berserta sahabatnya.

Hasil penelitian yang dinamakan “SKRIPSI” ini diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul “Peran Badan

Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Dalam Menangani Proses Pernikahan Dini Di Kabupaten Serang Studi Kasus Di

Kecamatan Padarincang”

(9)

Ageng Tirtayasa.

2. Yth. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Yth. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Pembantu Dekan I FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan sekaligus Pembimbing II skripsi, terima kasih atas bimbingan, masukan kritik dan sarannya kepada peneliti.

4. Yth. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Yth. Ibu Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si., Sekretaris Jurusan Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Yth. Bapak Drs. Hasuri Waseh, SE., M.Si., Pembimbing I skripsi, terima kasih untuk nasihat dan motivasinya kepada peneliti, semoga menjadi modal awal menuju kesuksesan.

7. Yth. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing MPA peneliti, mengucapkan terima kasih atas nasihat, pelajaran dan bimbingan dalam menyusun sebuah penelitian.

(10)

dapat peneliti sebutkan satu persatu, semoga ilmu yang telah disampaikan dapat bermanfaat.

10. Para Staf Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Negara atas segala sumbangsihnya.

11. Pengelola Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik atas segala fasilitas yang telah diberikan kepada peneliti.

12. Dukungan dan motivasi terbesar tentulah dari keluarga tercinta peneliti,

Ayahandaku “pipiw” yang selalu memberi dorongan agar peneliti segera

menyelesaikan skripsi ini, yang senantiasa berdo’a untuk kesuksesan sang peneliti, baik membantu dalam hal segala apapun, yang selalu mengingatkan agar tidak pernah meninggalkan sholat 5 waktu, mengaji, serta berusaha,

berdo’a dan ikhtiar kepada Allah SWT. Untuk Ibundaku “mamah” terima

kasih untuk segala nasihat-nasihat, arahan dan dorongan agar tetap fokus dalam mengerjakan skripsi ini yang tak luput juga mamah selalu

mendo’akan yang terbaik untuk teteh agar segera menyelesaikan study S1 dengan tepat waktu. Kepada adik-adikku tersayang Nadila Amalia “teteh dila”, Muhammad Haidar Muslim “aa hedar” dan Muhammad Risqy

(11)

(KR) Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang. Yang senantiasa membimbing, memberi ilmu pengetahuan selama peneliti menyusun penelitian ini dengan penuh rasa ketulusan hati beliau, peneliti ucapkan terima kasih banyak telah membantu dalam pencarian data skripsi ini, namun seiring berjalannya waktu beliau telah dipanggil terlebih dahulu oleh sang kuasa pada bulan februari tahun 2015, belum sempat peneliti ucapkan terima kasih yang tak terhingga ini sebab tanpa beliau mungkin akan sulit mendapatkan hasil penelitian yang akan penulis susun. Semoga Allah memberi tempat yang paling indah disisi-Nya. Ammiinn Yaa Rabbal’alamin.

15. Yth. Ibu Cicih Sugiharti, S.Sos., Kasubid Informasi Analisa Program (IKAP) Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang.

16. Yth. Ibu Kokom, Staf Umum Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang, yang senantiasa mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian di BKBPMP Kabupaten Serang.

17. Yth. Bapak Drs. Ajat Sudrajat, M.Si., selaku Camat Kecamatan Padarincang.

(12)

22. Yth. Bapak Drs. H. A. Farid, M.Si., selaku Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Padarincang sekaligus Penghulu.

23. Yth. Bapak Hidayat, S.Pdi., selaku Penghulu di Kecamatan Padaricang. 24. Yth. Bapak Umar Fauzi, S.Hi., selaku Penghulu di Kecamatan Padarincang. 25. Yth. Bapak Drs. Auful Mujtaba, M.Si., Ketua Badan Penasihatan,

Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kecamatan Padarincang. 26. Yth. Bapak H. Dudung Mudrik, Kepala Desa Kadu Bereum.

27. Yth. Bapak H. Rahmat, Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Desa Kadu Bereum.

28. Mahasiswa ANE Non Reguler dan ANE Reguler angkatan tahun 2011, terima kasih untuk saling berbagi cerita mengenai perkuliahan, saling mensupport untuk segera menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu.

(13)

mau direpotkan oleh penulis, menemani bolak-balik tempat penelitian, yang saling memberi support satu sama lain dan memberi nasihat.

30. Sahabat-sahabatku tercinta, Maicy yang sedang melanjutkan study S1 Kebidanannya semoga segera menyelesaikan tugas akhirnya, Hadijah lulusan D3 Kebidanan yang sedang bekerja merantau dikota orang semoga sukses dengan pekerjaan Bidan yang tanpa pamrih, untuk mamihku Diny Ayu Febiola yang sedang melanjutkan S1 Teknik Kimianya di Surabaya lulusan D3 UNPAD semoga segera menyelesaikan study S1 nya dan segera kembali pulang ke kota Serang-Banten. Terima kasih untuk support-support kalian yang tiada hentinya agar peneliti segera menyelesaikan tugas akhirnya ini dengan penuh semangat tanpa mengeluh dan putus asa, semoga kita bersama-sama maju dengan kesuksesan yang kita tempuh selama ini. I miss You untuk kalian.

31. Untuk yang berinisial “DR” terima kasih untuk beberapa tahun ini selalu

(14)

hadir di sela-sela waktu yang singkat ini. Selalu mensupport agar segera menyelesaikan skripsi ini, mengerti akan kesibukan penulis serta selalu memberikan canda dan tawanya kepada penulis, sehingga penulis tidak merasa bosan dalam mengerjakan kewajiban untuk segera menyandang gelar sarjananya. Meskipun perkenalan ini singkat, semoga Allah memberikan suatu alasan yang bermakna untuk kita, dan semoga ini yang terbaik AamiinYaa Rabbal’alamin. (Thanks to A. RJA).

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurang sempurnaan. Oleh karena itu peneliti sangat berharap adanya saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini lebih lanjut.

Serang, Juni 2015

(15)

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... i

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 17

1.3 Batasan Masalah ... 18

1.4 Rumusan Masalah ... 19

1.5 Tujuan Penelitian ... 19

1.6 Manfaat Penelitian ... 19

1.7 Sistematika Penulisan ... 20

BAB II DESKRIPSI TEORI PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori ... 25

2.1.1 Definisi Peran ... 25

2.1.2 Definisi Pernikahan ... 31

2.1.3 Definisi Pernikahan Dini ... 34

2.1.3.1 Akibat Pernikahan Dini ... 36

2.1.3.2 Resiko Kehamilan Usia Dini ... 38

2.1.4 Definisi Keluarga ... 39

(16)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ... 50

3.2 Fokus Penelitian ... 51

3.3 Lokasi Penelitian ... 51

3.4 Instrument Penelitian ... 52

3.5 Informan Penelitian ... 53

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 56

3.6.1 Metode Observasi ... 58

3.6.2 Wawancara ... 60

3.6.2.1 Pedoman Wawancara ... 62

3.6.3 Studi Kepustakaan ... 66

3.6.4 Studi Dokumentasi ... 67

3.7 Teknik Analisis Data ... 68

3.7.1 Pengumpulan Data Mentah ... 69

3.7.2 Transkip Data ... 69

3.7.3 Pembuatan Koding ... 70

3.7.4 Kategorisasi Data ... 70

3.7.5 Penyimpulan Sementara ... 70

3.7.6 Triangulasi ... 70

3.7.7 Penyimpulan Akhir ... 71

3.8 Uji Keabsahan Data ... 71

3.9 Jadwal Penelitian ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 73

4.1.1 Gambaran Umum BKBPMP ... 73

4.1.1.1 Tupoksi BKBPMP ... 76

(17)

4.1.3.2 Tupoksi KUA ... 87

4.2 Deskripsi Data ... 88

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ... 88

4.2.2 Informan Penelitian ... 93

4.3 Hasil Penelitian ... 97

4.3.1 Peran BKBPMP ... 97

4.4 Pembahasan ... 123

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 132

5.2 Saran ... 133

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(18)

Tabel 1.1(Tingkat Pernikahan Di bawah Usia 20 Tahun di Kabupaten Serang) ... 8

Tabel 1.2Tingkat Pernikahan Dini di Kabupaten Serang Tahun. 2013 ... 10

Gambar 1.3Perbedaan Fungsi Reproduksi Perempuan & Laki-laki ... 13

Gambar 2.1Kerangka Berfikir ... 47

Tabel 3.1Koding Informan ... 56

Tabel 3.2Pedoman Wawancara ... 62

Gambar 3.3Proses Analisis Data ... 69

Tabel 3.4Jadwal Penelitian ... 72

Tabel 4.1Susunan Organisasi BKBPMP Kabupaten Serang ... 77

Tabel 4.2Tingkat Pendidikan Pegawai BKBPMP ... 78

Tabel 4.3Struktur Organisasi ... 81

Tabel 4.4Data Pegawai KUA Kecamatan Padarincang ... 86

Tabel 4.5Transkip Matriks Triangulasi ... 91

Tabel 4.6Hasil Penelitian Indikator Harapan(Expectation)... 124

Tabel 4.7Hasil Penelitian Indikator Norma(Norm)... 126

Tabel 4.8Hasil Penelitian Indikator Wujud Perilaku(Performance)... 128

(19)

Lampiran Kartu Bimbingan Skripsi Lampiran Daftar Hadir Seminar Proposal Lampiran Daftar Hadir Sidang Skripsi Lampiran Surat Izin Penelitian

Lampiran Struktur Organisasi BKBPMP Kabupaten Serang

Lampiran Rekapitulasi Hasil Pendataan Keluarga Tingkat Kabupaten Tahun 2013

Lampiran TUPOKSI bidang IKAP dan KK, bidang KB dan KR

Lampiran Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974

Lampiran Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1975

Lampiran Data Pegawai KUA Kecamatan Padarincang

Lampiran BP.4 Kecamatan Padarincang Tahun 2013

Lampiran Gambaran Umum Kecamatan Padarincang

Lampiran Transkip Data dan Koding

Lampiran Pedoman Wawancara

Lampiran Catatan Lapangan

Lampiran Kategorisasi Data

Lampiran Member Check

Lampiran Surat Pernyataan

Lampiran Dokumentasi

(20)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan manusia menyangkut pembangunan karakter dan pola pikir manusia, sejatinya merupakan sasaran dari pembangunan daerah yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pada dasarnya adalah upaya perubahan dalam berbagai bidang dan sektor kehidupan masyarakat menuju peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi, diversifikasi kegiatan sosial-ekonomi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pola pikir kearah yang modernisasi akan tetapi untuk memenuhi hal ini, diperlukan perencanaan yang matang, tepat, dan dapat dipercaya dengan menggunakan berbagai metode dan prosedur yang dapat dipertanggung-jawabkan, baik dalam aspek legal-formal maupun menjawab tantangan dan permasalahan pembangunan sekaligus akademik.

(21)

Pemberdayaan masyarakat sebagai proses menyiapkan masyarakat dengan berbagai sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keahlian untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat dalam menentukan masa depan mereka. Program pemberdayaan masyarakat yang direncanakan oleh pemerintah maupun LSM tidak selalu berjalan mulus, seringkali mengalami permasalahan terutama dalam program pemberdayaan yang dilakukan di masyarakat, namun pemerintah tetap menjalankan program tersebut guna untuk mensejahterakan masyarakat.

Proses perencanaan dilakukan untuk menghasilkan berbagai dokumen rencana pembangunan baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Implementasi desentralisasi sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang RI 32 Tahun 2004, dengan menuntut adanya proses perencanaan pembangunan yang lebih bersifat partisipatif.

Dalam peraturan dan perundangan baru, penyusunan rencana dikehendaki memadukan pendekatan teknokratis, demokratis, partisipatif, politis, bottom up dantop down process. Ini bermakna bahwa perencanaan daerah selain diharapkan memenuhi kaidah penyusunan rencana yang sistematis, terpadu, transparan, dan akuntabel. Konsisten dengan rencana lainnya yang relevan dan juga kepemilikan rencana(sense of ownership)menjadi aspek yang perlu diperhatikan.

(22)

perencanaan resmi daerah yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan SKPD dan pembangunan daerah pada umumnya dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan masa pimpinan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. (Sumber:http://bkbpmp.serangkab.go.id).

Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang sebagai salah satu Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Kabupaten Serang, tentunya berkewajiban menyusun Renstra atau Rencana Strategis Perkembangan Kelembagaan BKBPMP Kabupaten Serang pada tahun 1972 s/d tahun 2003. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kabupaten Serang yang terbentuk sejak tahun 1972, merupakan lembaga vertikal Non Departemen yang menangani tentang Kependudukan dan Keluarga Berencana diwilayah Kabupaten Serang, dan bertanggung jawab langsung secara vertikal kepada Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat.

(23)

Pada tahun 2008 dengan masuknya bidang Pemberdayaan Perempuan nomenklatur, Badan Koordinasi Pembangunan Keluarga Sejahtera (BKPKS) Kabupaten Serang berubah menjadi Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Serang. Berdasarkan pada Perda Kabupaten Serang Nomor 10 Tahun 2008 tentang pembentukkan lembaga tekhnis daerah tanggal 11 Desember 2008, dan Perbup Kabupaten Serang Nomor 37 Tahun 2008, tentang Tugas Pokok dan Fungsi BKBPP Kabupaten Serang tanggal 18 Desember 2008. Dan pada tahun 2012 hingga sekarang, dengan masuknya Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Serang, berubah nomenklaturnya menjadi Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang.

Berdasarkan pada Perda Kabupaten Serang Nomor 20 Tahun 2011, tentang pembentukkan lembaga tekhnis daerah, tanggal 07 Desember 2011 dan Perbup Kabupaten Serang Nomor 21 Tahun 2012, tentang Tugas Pokok dan Fungsi BKBPMP Kabupaten Serang, dan nomenklatur BKBPMP Kabupaten Serang masih tetap hingga sekarang.

(24)

Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang mempunyai tugas pokok yaitu, merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengawasi penyelenggaraan sebagian tugas Pemerintah Daerah di bidang Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan.

Publikasi “Profil BKBPMP Kabupaten Serang Tahun 2013-2014” berisi

tentang Data Kesekretariatan, diantaranya ialah Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KB dan KR), Bidang Pemberdayaan Masyarakat (PM), Bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PEM), Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP dan PA) serta Bidang Informasi Analisa Program dan Ketahanan Keluarga (IKAP dan KK). Data yang dikumpulkan berasal dari semua bidang yang ada dilingkungan BKBPMP Kabupaten Serang. (Sumber:Bab Pendahuluan Profil BKBPMP Kabupaten Serang).

Peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) yang sangat vital dan penting kepada masyarakat terkait dengan salah satu tugas dan fungsinya, dalam pemberdayaan masyarakat dan perempuan adalah memberi pengarahan atau mensosialisasikan bagaimana mencegah pernikahan dini, yang pada dasarnya dalam kehidupan sehari-hari fenomena sosial seperti melangsungkan pernikahan di usia dini semakin marak dilakukan. Fenomena sosial ini berkembang sejatinya karena berbagai banyak faktor, diantaranya adalah karena faktor lingkungan, tuntutan biologis, psikologis, budaya yang dianut oleh sebagian masyarakat kita.

(25)

bagi siapa saja yang ingin melangsungkan pernikahan dini seharusnya berfikir matang serta berfikir secara baik dan buruknya sebelum mengambil keputusan untuk menikah di usia dini. Karena kehidupan setelah menikah akan banyak tuntutan hidup dan tantangan hidup yang lebih berat lagi, hal ini sangat dibutuhkan kedewasaan dan kematangan emosional yang sangat tinggi, serta mampu hidup mandiri baik secara ekonomi. Membangun keluarga dalam pernikahan akan ada tanggung jawab yang sangat besar dalam hal menafkahi istri, anak dan serta membesarkan anak-anaknya serta memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pada umumnya remaja yang menikah di usia dini, pasti tidak dapat menikmati bangku pendidikan dan menikmati masa-masa remaja mereka. Kebanyakan remaja yang melakukan pernikahan dini adalah remaja-remaja yang masih duduk di bangku sekolah tetapi sudah mencoba hubungan seks di luar nikah dan akhirnya hamil di luar nikah, sehingga mereka memutuskan untuk berhenti sekolah dan melanjutkan ke pernikahan. Istilah lainnya di Negara Indonesia pernikahan ini disebut dengan, “Married by Accident” (MBA) yaitu secara

gamblang dapat diartikan secara “kasar” MBA adalah menikah karena

“kecelakaan” / tidak sengaja. Kasus MBA ini memang bisa terjadi pada siapa saja,

tetapi biasanya kasus ini banyak terjadi pada usia remaja. Banyak faktor yang

(26)

sehingga merebaknya pergaulan bebas. Sedangkan dari segi pendidikan agama dan moralnya yang kurang dari orang tua. Dalam beberapa budaya, pernikahan dini bukanlah masalah karena sudah menjadi kebiasaan. Namun, dalam konsep kekinian, pernikahan dini akan membawa masalah psikologis yang besar dikemudian hari dan pernikahan dini bertentangan dalam Undang-undang Perkawinan, yakni Pasal 7 Ayat 1 Tahun 1974.

Kehidupan mereka yang menikah di usia muda ini tidak jarang terjadi ketegangan antara suami-istri, seperti tidak terkendalinya emosi yang di latarbelakangi kekurangsiapan mental dari pasangan usia muda tersebut. Yang pada akhirnya dapat menimbulkan tekanan sosial maupun ekonomi dalam rumah tangga. Sebagai generasi muda dan penerus bangsa, tidaklah harus selalu mengambil langkah yang dianggap mudah untuk menjalin kasih dengan pasangan melalui pernikahan dalam usia yang dini, semua itu harus melewati proses yang panjang dan harus ada kesiapan dari masing-masing pihak, karena jika tidak, pernikahan yang akan dilakukan hanya akan menjadi pernikahan yang sia-sia.

(27)

pemahaman tentang pendidikan, rendahnya tingkat ekonomi, faktor sosial budaya, dan pergaulan bebas.

Tabel 1.1

Tingkat Pernikahan di Bawah Usia 20 Tahun di Kabupaten Serang

No. Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

1. Jumlah

2. 263.971 8.529 271.670 9.284 274.525 8.347 281.920 8.836

(Sumber:Sub Bidang IKAP BKBPMP Kabupaten Serang)

(28)

Dengan meningkatnya angka pernikahan di usia dini ini menjadi salah satu tugas berat BKBPMP dalam menekan angka pernikahan dini, karena mempunyai dampak yang kurang baik bagi pasangan pernikahan dini tersebut. Pada dasarnya usia ideal untuk menikah bagi wanita ialah usia 20 tahun dan untuk pria berusia 25 tahun, agar keduanya dapat berfikiran matang dan saling mempertimbangkan untuk membina kehidupan berumah tangga.

Secara umum, pernikahan dini yang dilakukan oleh sebagian masyarakat utamanya yaitu di daerah Kabupaten Serang. Dan sesuai dengan tupoksi BKBPMP Kabupaten Serang yaitu merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengawasi penyelenggaraan sebagian tugas Pemerintah Daerah di bidang Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan. Program kependudukan dan keluarga berencana merupakan upaya untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Keluarga merupakan bagian (komunitas) terkecil dari masyarakat, dari keluarga yang baik akan muncul pula masyarakat yang baik. Kualitas keluarga menunjukan dan menentukan kualitas manusia yang tentunya akan menentukan kualitas bangsa Indonesia terutama kualitas generasi muda.

(29)

itu, upaya-upaya yang dilaksanakan di Kabupaten Serang yakni untuk meningkatkan kualitas keluarga melalui program-program penguatan ketahanan keluarga diantaranya, peningkatan kemampuan melalui bimbingan teknis bagi pengelola bina keluarga balita (BKB), bina keluarga remaja (BKR) dan bina keluarga lansia (BKL). BKB, BKR dan BKL merupakan kelompok-kelompok kegiatan masyarakat yang menghimpun keluarga yang didalamnya mempunyai balita, remaja atau lansia.

Dari hasil survey bidang IKAP (Informasi Analisa Program) menyatakan dari 29 Kecamatan di Kabupaten Serang terdapat 1 (satu) Kecamatan, data yang memiliki angka tertinggi yakni di Kecamatan Padarincang pada tahun 2013 yang mencapai hingga 1.145 penduduk yang melakukan Pernikahan Dini dibawah usia 20 tahun, dan sudah dapat dikatakan PUS menurut umur istri yaitu Pasangan Usia Subur. Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan tingkat pernikahan dini dari 29 Kecamatan di Kabupaten Serang pada tahun 2013 yaitu, sebagai berikut:

Tabel 1.2

Tingkat Pernikahan Dini di Kabupaten Serang Tahun 2013

NO DESA JUMLAH PUS

JUMLAH PUS (MENURUT UMUR ISTRI)

< 20 TAHUN 20 - 29 TAHUN 30 -49 TAHUN

1 KRAMAT WATU 15.763 272 5.035 10.456

2 WARINGIN KURUNG 7.762 103 3.340 4.319

3 BOJONEGARA 8.648 362 3.017 5.269

4 PULO AMPEL 7.628 155 2.769 4.704

5 CIRUAS 13.277 190 3.987 9.100

6 KRAGILAN 15.071 220 9.427 5.424

7 CIKANDE 17.340 419 7.990 8.931

8 KIBIN 10.193 107 4.388 5.698

(30)

10 BINUANG 5.852 173 2.739 2.940

11 PONTANG 8.810 334 3.995 4.481

12 TIRTAYASA 8.043 69 3.917 4.057

13 TANARA 7.920 147 2.824 4.949

14 PAMARAYAN 10.108 262 4.489 5.357

15 KOPO 9.352 278 4.834 4.240

16 JAWILAN 11.250 97 5.513 5.640

17 CIKEUSAL 13.043 413 4.793 7.837

18 PETIR 10.989 334 3.929 6.726

19 TUNJUNG TEJA 8.613 447 3.645 4.521

20 BAROS 9.708 252 3.663 5.793

21 ANYAR 9.072 126 2.767 6.179

22 CINANGKA 10.359 60 3.974 6.325

23 MANCAK 8.856 865 3.481 4.510

24 CIOMAS 8.060 862 2.965 4.233

25 PABUARAN 6.267 115 1.949 4.203

26 PADARINCANG 14.617 1.145 6.323 7.149

27 GUNUNG SARI 4.367 309 1.599 2.459

28 BANDUNG 6.214 379 3.109 2.726

29 LEBAK WANGI 7.446 226 3.133 4.087

JUMLAH KABUPATEN 281.864 8.836 117.019 156.009

(Sumber:Rekapitulasi Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2013)

(31)

perjodohan antar orang tua, kekhawatiran orang tua terhadap anak perempuannya dan akibat pergaulan remaja masa kini.

Pada kenyataan yang ada pernikahan dini banyak terjadi juga di kota-kota besar salah satunya di Kabupaten Serang. Semakin maraknya pernikahan dini, semakin banyak juga pertumbuhan generasi-generasi baru, sehingga peran BKBPMP mengharuskan agar lebih meningkatkan lagi sosialisasi dan arahan-arahan tentang dampak yang akan terjadi jika menikah di usia dini terhadap masyarakat, terutama di Kecamatan yang memiliki angka tertinggi.

Adapun beberapa dampak bagi masyarakat atau bagi pasangan serta keluarga yang melangsungkan pernikahan dini, menurut BKBPMP di bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KB dan KR) yang berperan dalam mencegah dan mengatasi pernikahan di usia dini, yakni: Pertama, Dampak Psikis, dikarenakan pernikahan yang dilakukan dalam usia yang belum matang maka cara pandang serta cara berfikir yang belum matang pula, sehingga terjadi kekurang pahaman akan tugas dan fungsinya sebuah rumah tangga.

(32)

keseluruhan. Keterkaitan antara kesehatan reproduksi dengan siklus hidup yakni, kesehatan reproduksi sangat terkait dengan siklus hidup karena sesungguhnya kesehatan reproduksi tercermin dari kondisi kesehatan selama siklus kehidupannya, mulai dari saat konsepsi, masa anak, masa remaja, dewasa hingga masa pasca usia reproduksi.

Fungsi reproduksi antara perempuan dan laki-laki sangat berbeda, perempuan mempunyai lebih bermacam kejadian yang dialami. (seperti pada gambar 1.3) di bawah ini:

Gambar 1.3

Perbedaan Fungsi Reproduksi Perempuan dan Laki-laki

(Sumber:BKBPMP-Buku Panduan Pendidikan Kesehatan Reproduksi bagi Calon Pengantin)

Dari gambar 1.3 di atas terlihat jelas perbedaan fungsi reproduksi perempuan dan laki-laki yang akan mengakibatkan beberapa penyakit pada perempuan seperti halnya HIV, kanker payudara, mandul, pendarahan, anemia, kekerasan seksual, pengeroposan tulang, keguguran, keram, dan kanker rahim.

Perempuan

Laki-laki

Lahir Bersetubuh

Haid

Melahirkan

Hamil

Menopause Mati

Menyusui

(33)

Sedangkan beberapa penyakit pada laki-laki seperti HIV, impoten dan prostat. Maka dari itu sangat rentan sekali kesehatan reproduksi bagi perempuan dan laki-laki yang belum memenuhi standar untuk menikah.

Ketiga, dampak sosial bagi keluarga. Perlu diingat bahwa dengan kekurang matangan cara pandang, serta cara berfikir dari pasangan yang melangsungkan pernikahan dini, maka secara otomatis kehidupan yang seharusnya mereka jalani dalam ikatan suami istri dan terlepas dari keluarga pun tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dalam hal ini, orang tua yang akan menanggung beban kehidupan mereka kembali, utamanya adalah beban kebutuhan ekonomi. Hal-hal semacam inilah yang umum terjadi jika pernikahan dini terjadi di masyarakat. Undang-undang negara kita telah mengatur batas usia perkawinan, dalam Undang-undang Perkawinan Bab II Pasal 7 Ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 (enam belas tahun) tahun. (Sumber: Bapak. Asep Rahmat, SE.M.Si, 11 November 2014, Kantor BKBPMP Kabupaten Serang).

Adapun peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP)mengenai hal tersebut yang “seharusnya” dapat mencegah

(34)

dibatasi dengan umur, sementara dalam kaca mata agama, pernikahan dini ialah pernikahan yang dilakukan oleh orang yang belum baligh.

Dengan demikian permasalahan yang ditemukan dilapangan mengenai peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang dalam menangani pernikahan dini yakni, antara lain: Pertama, kurangnya dana anggaran yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang. Sehingga dalam pelaksanaan penyelengaraan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat yang seharusnya menjadi rutinitas pihak BKBPMP menjadi terhambat, dan para pegawai BKBPMP tidak bisa menjalankan tugasnya secara langsung kepada masyarakat karena kurangnya dana anggaran untuk setiap kegiatan sosialisasi. (Sumber: Ibu Nina Martini, Kepala Bidang KB, 27 Juli 2015, Kantor BKBPMP Kabupaten Serang).

(35)

bereproduksi atau terjadinya kehamilan, karena kehamilan pada usia di bawah 20 tahun, rahim dan panggul belum berkembang dengan baik sehingga dapat menyebabkan kesulitan persalinan. (Sumber: Bapak Asep Rahmat, SE, M.Si, Kasubid Kesehatan Reproduksi, 11 November 2014, Kantor BKBPMP Kabupaten

Serang).

Ketiga, kurangnya intensitas penyuluhan yang dilakukan oleh pegawai Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP), kepada kalangan Ibu-ibu di perkampungan mengenai pentingnya pengawasan terhadap anak usia dini. Pengawasan orang tua atau peran seorang Ibu sangat penting kepada anak-anaknya, baik kepada anak laki-laki maupun kepada anak perempuan dalam pergaulan sehari-hari, terutama pada anak remaja atau anak usia dini yang sangat rentan sekali karena pada usia tersebut mereka akan selalu ada rasa ingin tahu yang tinggi dan mencoba hal baru. Adapun dampak yang akan terjadi, baik berdampak positif maupun berdampak negatif. Remaja yang terlalu bebas bergaul di bawah pengawasan orang tua akan berdampak negatif sehingga remaja di bawah usia dini akan mengalami kebebasan dalam bergaul dan mengharuskan menikah di bawah usia standar perkawinan. (Sumber: Bapak Asep Rahmat, SE, M.Si, Kasubid Kesehatan Reproduksi, 11 November 2014, Kantor BKBPMP Kabupaten Serang).

(36)

usia dini. Karena tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan, sehingga orang tua yang memiliki anak perempuan cenderung berfikir untuk mempercepat pernikahan anaknya demi kepentingan atau alasan ekonomi yang masih serba kekurangan. Kurangnya penyuluhan mengenai penundaan kehamilan di bawah usia 20 tahun berkaitan erat dengan kesehatan reproduksi pasangan yang akan beresiko di masa mendatang. (Sumber: Ibu Cicih Sugiharti, S.Sos, Kasubid Informasi Analisa Program, 11 November 2014, Kantor BKBPMP Kabupaten

Serang).

Dalam tugas dan fungsi internal Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) mengalami beberapa hambatan diantaranya, tumpang tindih peraturan yang berkaitan dengan permasalahan pernikahan dini, yang terlihat dari Peraturan Perundang-undangan Nomor 10 Tahun 1992 dengan disempurnakannya melalui Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 (Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga) yang secara substansi saling bertentangan, hal ini menyebabkan kinerja Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) dalam menangani permasalahan pernikahan dini sering terhambat.

Bertitik tolak masalah tersebut di atas, maka peneliti mengambil judul: Peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Dalam Menangani Pernikahan Dini Di Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang.

(37)

Berdasarkan hasil pengamatan dan studi pendahuluan yang telah dilaksanakan sebelumnya. Penelitian ini memfokuskan pada peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) dalam menangani pernikahan dini dengan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya dana anggaran yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang, sehingga kegiatan yang akan dilaksanakan menjadi terhambat.

2. Kurangnya intensitas kegiatan sosialisasi terus-menerus yang dilakukan oleh pegawai BKBPMP terhadap masyarakat mengenai Undang-undang perkawinan.

3. Kurangnya intensitas penyuluhan yang dilakukan oleh pegawai BKBPMP kepada kalangan Ibu-ibu di perkampungan mengenai pentingnya pengawasan terhadap anak usia dini.

4. Kurangnya penyuluhan yang dilakukan oleh pegawai BKBPMP kepada pasangan yang sudah terlanjur menikah di usia dini mengenai penundaan kehamilan.

1.3 Batasan Masalah

(38)

Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) dalam menangani pernikahan dini di Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimana peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) dalam menangani pernikahan dini di Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang?

1.5 Tujuan Penelitian

Setiap bentuk tindakan atau langkah yang terencana mempunyai tujuan tertentu, demikian pula halnya dengan penelitian yang penulis lakukan ini. Adapun tujuan penelitian tentang peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) dalam menangani pernikahan dini di Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui bagaimana peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) dalam menangani pernikahan dini yang terjadi di Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang.

(39)

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai sumbangan pemikiran, dalam rangka pengembangan teori-teori yang berkaitan dengan pernikahan dini terutama dalam hal peranan Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) itu sendiri. Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat:

1. Untuk memenuhi syarat ujian strata-1 pada program studi ilmu administrasi negara.

2. Bagi penulis, menambah pengetahuan dan wawasan khususnya dalam peranan BKBPMP dalam menangani pernikahan dini.

3. Pada kantor BKBPMP Kabupaten Serang, dapat memberikan masukan agar peran BKBPMP dalam menangani pernikahan dini dapat ditingkatkan lagi.

4. Untuk pembaca, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar membuat penelitian secara mendalam untuk melakukan penelitian ini selanjutnya.

1.7 Sistematika Penulisan

Skripsi ini berjudul Peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Dalam Menangani Pernikahan Dini Di Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang. Dan sistematika penulisan skripsi yang penulis buat yaitu, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN

(40)

Latar belakang ini menjelaskan tentang masalah yang terjadi untuk dijadikan objek penelitian.

1.2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah ini berdasarkan latar belakang masalah itu hendaknya dituangkan dalam uraian yang diteliti mengenai variabel-variabel serta menggunakan metode-metode yang paling serasi.

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk menganalisis masalah juga membatasi ruang lingkup masalah. Disamping itu masalah perlu dinyatakan secara khusus batas-batas masalah agar peneliti lebih terarah. Lagi pula kita memperoleh gambaran yang jelas, apabila penelitian itu dapat dianggap selesai dan berakhir. 1.4. Rumusan Masalah

Tiap penelitian harus mempunyai tujuan-tujuan yang harus dicapai dan tujuan bertambah erat dengan masalah yang dipilih serta analisis masalah. 1.5. Tujuan Masalah

(41)

Manfaat penelitian ini bermanfaat bagi kita dan pihak-pihak yang membutuhkan, terutama bagi pihak yang mempunyai kepentingan khusus dengan hasil penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

Mengkaji berbagai teori dan konsep yang relevan dengan permasalahan dan variabel penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapi yang digunakan untuk merumuskan hipotesis. Dengan mengkaji berbagai teori dan konsep maka peneliti memiliki konsep penelitian yang jelas, sehingga dapat menyusun pertanyaan yang rinci untuk penyelidikan, serta dapat menemukan hubungan antar variabel yang diteliti. Hasil penting kajian teori lainnya, peneliti mendapatkan kerangka konseptual yang didalamnya tergambar konstruk dari variabel yang akan diukur. Selain itu, dari kajian teori akan diturunkan dalam bentuk kisi-kisi instrument.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik Skripsi, Tesis, Disertasi atau Jurnal Penelitian. Jumlah jurnal yang digunakan minimal 2 jurnal.

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

(42)

dengan sebuah bagan yang menunjukkan alur peneliti serta kaitan antar variabel yang diteliti. Bagan tersebut disebut paradigma atau model penelitian. Kerangka pemikiran adalah penjelasan secara sistematis tentang hubungan antar variabel penelitian yang dituangkan dalam bentuk bagan atau tabel. Kerangka pemikiran adalah penjelasan secara sistematis tentang hubungan antar fenomena penelitian.

2.4 Asumsi Dasar

Asumsi Dasar merupakan sebuah anggapan, dugaan, pikiran yang dianggap benar untuk jawaban sementara sebelum ada kepastian terhadap permasalahan yang diteliti dan akan diuji kebenarannya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metodologi Penelitian

Bagian ini menguraikan tentang tipe/pendekatan penelitian, yaitu: survey (deskriptif analistis, eksplanatory, eksperimental atau teknik kuantitatif dan kualitatif lain).

3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian

Bagian ini membatasi dan menjelaskan substansi materi kajian penelitian yang akan dilakukan.

3.3 Lokasi Penelitian

(43)

3.4 Instrumen Penelitian

Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data yang digunakan. Pada penelitian kualitatif, instrumennya adalah peneliti itu sendiri. Sehingga perlu disampaikan pedoman wawancara yang akan digunakan dalam pengumpulan data.

3.5 Informan Penelitian

Teknik apa yang digunakan dalam menentukan informan penelitian. 3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui pengamatan berperanserta, wawancara, dokumen dan bahan-bahan visual.

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui pengkodean dan pengkodingan data (berdasarkan kategorisasi data), reduksi data, triangulasi, penulisan laporan hasil dan keabsahan data.

3.9 Jadwal Penelitian

Menjelaskan jadwal penelitian secara rinci beserta tahapan penelitian yang akan dilakukan. Jadwal penelitian ditulis dalam bentuk tabel.

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian

(44)

4.2 Deskripsi Data

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisis data yang relevan, baik data kualitatif maupun dengan data kuantitatif.

4.3 Pembahasan

Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data. Terhadap hipotesis yang diterima barangkali tidak ada persoalan, tetapi terhadap hipotesis yang ditolak harus diberikan berbagai dugaan yang menjadi penyebabnya. Pembahasan akan lebih mendalam jika dikonfrontir atau didiskusikan dengan hasil penelitian orang lain yang relevan (sejenis). Pada akhir pembahasan peneliti dapat mengemukakan berbagai keterbatasan yang mungkin terdapat dalam pelaksanaan penelitiannya, terutama sekali untuk penelitian eksperimen. Keterbatasan ini dapat dijadikan rekomendasi terhadap penelitian lebih lanjut dalam bidang yang menjadi objek penelitiannya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas dan mudah dipahami. Selain itu kesimpulan penelitian juga harus sejalan dan sesuai dengan permasalahan serta hipotesis penelitian.

5.2 Saran

(45)

26 2.1 Deskripsi Teori

Teori merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, ada beberapa pengertian teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut William dalam Sugiyono (2008:53), menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada. Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti.

2.1.1 Definisi Peran

Peran atau peranan merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang. Pengharapan semacam itu merupakan suatu norma yang dapat mengakibatkan terjadinya suatu peranan. Menurut Thoha (2003:80), bagaimana seseorang berperilaku dalam peranan organisasi sangat ditentukan oleh:

1. Karakteristik pribadinya.

2. Pengertiannya tentang apa yang diharapkan orang lain kepadanya.

(46)

Maka berbicara mengenai peran, Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP), sebagai salah satu badan publik memiliki karakteristik peran yang tentu saja berbeda dengan badan-badan atau lembaga lainnya. Dimana, badan publik ini memiliki peran yang erat kaitannya dengan berjalannya kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, maka peran yang dijalankan oleh badan publik ini merupakan sangat penting karena besar harapan yang diharapkan dari perannya.

Berkaitan dengan peran itu, maka akan muncul norma-norma yang harus ditaati secara bersama-sama supaya harapan-harapan tersebut dapat tercapai. Harapan terseebut dapat tercapai apabila setiap orang atau badan publik tersebut menjalankan peranannya dengan baik. Menurut Soekanto (2006:243), peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan dan kedudukan tidak dapat dipisahkan, karena satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.

(47)

meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (social position) merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.

Menurut Levinson dalam Soekanto (2006:244), peranan mencakup tiga hal:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Dalam kehidupan bermasyarakat, tentu saja setiap orang memiliki peranan yang berbeda-beda yang harus dijalankan sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Peranan merupakan perilaku setiap individu maupun organisasi atau kelompok yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, karena didalamnya dapat dicapai harapan-harapan yang tujuannya adalah menyejahterakan masyarakat guna saling memudahkan satu sama lain dalam menjalankan peran masing-masing.

(48)

“peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater, aktor harus bermain

sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu diharapkan untuk berperilaku secara tertentu. Posisi aktor dalam teori itu kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat. Sebagaimana halnya dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan daripadanya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut. Dari sudut pandangan inilah disusun teori-teori peran.

Dalam teorinya Biddle & Thomas dalam Sarwono (2008:215), membagi peristilahan dalam teori peran dalam empat golongan, yaitu istilah-istilah yang menyangkut:

a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial. b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.

c. Kedudukan orang-orang dalam perilaku. d. Kaitan antara orang dan perilaku.

Pertama, orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial dapat dibagi dalam dua golongan sebagai berikut:

a. Aktor (actor, pelaku) yaitu orang yang sedang berperilaku menuruti suatu peran.

b. Target (sasaran) atau orang lain (other) yaitu orang yang mempunyai hubungan dengan aktor dan perilakunya.

Aktor maupun target bisa berubah individu ataupun kumpulan individu (kelompok). Hubungan antara kelompok dengan kelompok misalnya terjadi antara sebuah paduan suara (aktor) dan pendengar (target).

Kedua, Menurut Biddle & Thomas dalam Sarwono (2008:216), ada lima istilah tentang perilaku dalam kaitannya dengan peran:

(49)

Harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang lain pada umumnya tentang perilaku yang pantas, yang ditujukan pada orang yang memiliki peran-peran tertentu dalam masyarakat. b. Norm(norma)

Menurut Secord dan Backman (1964) dalam Sarwono norma hanya merupakan salah satu bentuk harapan. Jenis-jenis harapan menurut Secord dan Backman adalah sebagai berikut: 1. Harapan yang bersifat meramalkan (anticipatory), yaitu

harapan tentang suatu perilaku yang akan terjadi.

2. Harapan normatif adalah keharusan yang menyertai peran. Biddle dan Thomas membagi lagi harapan normatif ini ke dalam dua jenis, yakni:

i. Harapan yang terselubung (covert): harapan itu tetap ada walaupun tidak diucapkan.

ii. Harapan yang terbuka, yaitu harapan yang diucapkan.

c. Performance(wujud perilaku)

Wujud perilaku yaitu peran yang diwujudkan oleh aktor. Goffman dalam bSarwono (2008:220) meninjau perwujudan peran ini dengan memperkenalkan istilah permukaan (front), yaitu untuk menunjukkan perilaku-perilaku tertentu yang diekspresikan secara khusus agar orang lain mengetahui dengan jelas peran si pelaku (aktor).

d. Evaluation(penilaian) dansanction(sanksi)

Penilaian dan sanksi agak sulit dipisahkan jika dikaitkan dengan peran. Biddle dan Thomas dalam Sarwono (2008:220) menyatakan bahwa kedua hal tersebut didasarkan pada harapan masyarakat (orang lain) tentang norma. Berdasarkan norma itu, orang memberikan kesan positif atau negatif terhadap suatu perilaku. Kesan negatif dan positif inilah yang dinamakan penilaian peran. Sedangkan yang dimaksud dengan sanksi adalah usaha orang untuk mempertahankan suatu nilai positif atau agar perwujudan peran diubah sedemikian rupa sehingga hal yang tadinya dinilai negatif menjadi positif.

(50)

yang mereka miliki bersama, perilaku yang sama-sama mereka perbuat, dan reaksi orang terhadap mereka bersama.

Keempat, Biddle & Thomas dalam Sarwono (2008:226) mengemukakan bahwa kaitan (hubungan) yang dapat dibuktikan ada atau tidak adanya dan dapat diperkirakan kekuatannya adalah kaitan antara orang dengan perilaku dan perilaku dengan perilaku. Kriteria untuk menetapkan kaitan-kaitan tersebut diatas adalah sebagai berikut:

a. Derajat kesamaan atau ketidaksamaan antara bagian-bagian yang saling berkait.

b. Derajat saling menentukan atau saling ketergantungan antara bagian-bagian tersebut.

c. Gabungan antara derajat kesamaan dan saling ketergantungan (a+b).

(51)

orangnya. Termasuk ke dalam hal ini adalah persepsi, kebutuhan, sikap dan perilaku dari orang tersebut terhadap peranan yang diharapkan dari padanya. Jika timbul masalah disebabkan karena deskripsi peranan tidak jelas, maka dengan mudah dapat diketahui sumber masalahnya terletak pada organisasi tersebut.

Organisasi tidak mampu memberikan informasi yang jelas kepada pendukungnya, tentang apa dan bagaimana yang harus dimainkan. Kejadian seperti ini barangkali karena tujuannya tidak jelas, misinya kabur, dan norma aturannya tidak menentu. Mungkin juga karena caliber dan kualitas kepemimpinan kurang mampu mendeskripsikan misi, tujuan dan norma organisasi ke dalam peran-peran tertentu.

2.1.2 Definisi Pernikahan / Perkawinan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari

kata “Kawin” yang artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis,

melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Pernikahan atau perkawinan merupakan salah satu jalan atau suratan hidup yang dialami

oleh hampir semua manusia dimuka bumi ini walaupun ada beberapa

diantaranya yang tidak terikat dengan perkawinan sampai ajal menjemput.

Semua agama resmi di Indonesia memandang perkawinan sebagai

sesuatu yang sakral, harus dihormati dan harus dijaga kelanggengannya.

(52)

selesai bila anaknya telah memasuki jenjang perkawinan dan tanggung

jawab diserahkan kepada pihak suami.

Konsep dan definisi Perkawinan menurut Undang-undang Nomor

1 Tahun 1974:

1. Perkawinan adalah suatu ikatan bathin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Untuk laki-laki minimal sudah berusia 19 tahun dan untuk

perempuan harus sudah berusia minimal 16 tahun.

3. Jika menikah usia dibawah 21 tahun harus disertai ijin kedua

atau salah satu orang tua atau yang ditunjuk sebagai wali.

Undang-undang negara kita telah mengatur batas usia perkawinan.

Dalam Undang-undang Perkawinan Bab II Pasal 7 Ayat 1 disebutkan

bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19

tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 tahun. Adapun

anjuran melaksanakan nikah dalam sudut pandang agama mengandung

beberapa tujuan baik, tujuan yang bersifat fisik maupun yang bersifat

moral.

Tujuan yang bersifat fisik adalah untuk menyalurkan hasrat

biologis terhadap lawan jenis dan juga mengembangkan keturunan sebagai

(53)

dari pernikahan adalah untuk melakukan pengabdian kepada Tuhan

dengan sebaik-baiknya dan dengan pengabdian ini akan diharapkan

adanya intervensi dalam kehidupan berkeluarga yang akhirnya akan

melahirkan generasi-generasi yang taat dan shalih.

Menurut Puspitasari dalam Jamali. A (2006), mengungkapkan bahwaperkawinan adalah:

“Suatu ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita, hidup bersama dalam rumah tangga, melanjutkan keturunan menurut ketentuan hukum syariat islam”.

Sedangkan Bernard (1972), mengatakan pernikahan biasanya

digambarkan sebagai berikut:

“Bersatunya dua individu, tetapi pada kenyataannya adalah persatuan dua sistem keluarga secara keseluruhan dan pembangunan sebuah sistem ketiga yang baru. Beberapa ahli pernikahan dan keluarga percaya bahwa pernikahan mencerminkan fenomena yang berbeda-beda bagi perempuan dan laki-laki yang membuat kita perlu memisahkan pembahasan saat mencerminkan pernikahan laki-laki dan pernikahan pada perempuan”.

Santrock (1995), mengemukakan pernikahan sebagai berikut:

“Dalam masyarakat Amerika Serikat, perempuan telah mengantisipasi pernikahan dengan antusianisme yang lebih besar dan harapan yang lebih positif dibandingkan laki-laki”.

Di Indonesia peraturan mengenai pernikahan juga telah diatur

sedemikian rupa dalam satu wadah yaitu di dalam undang-undang

perkawinan, suami dan istri memiliki kewajiban dan hak yang sesuai

dengan kedudukannya masing-masing. Hal ini tertuang di dalam

(54)

kewajiban suami istri yang menyatakan bahwa di dalam rumah tangga

suami dan istri memiliki hak dan kedudukan yang sama, tetapi suami tetap

sebagai kepala rumah tangga dan istri tetap sebagai ibu rumah tangga.

Suami istri wajib untuk saling mencintai dan menghormati, suami

berkewajiban melindungi istri dan memenuhi semua kebutuhan di dalam

rumah tangganya dan istri berkewajiban untuk mengatur urusan rumah

tangga sebaik-baiknya.

2.1.3 Definisi Pernikahan Dini

Ada banyak pengertian pernikahan dini, disini penulis akan

menyebutkan dua diantaranya. Yang pertama yaitu menurut Prof. Dr. Sarlito Wirawan. Beliau mengatakan pernikahan dini adalah sebuah nama yang lahir dari komitmen moral dan keilmuan yang sangat kuat, sebagai

sebuah solusi alternative. Sedangkan Al-Qur’an mengistilahkan ikatan

pernikahan dengan “mistaqan ghalizhan”, artinya perjanjian kokoh atau

agung yang diikat dengan sumpah, (Luthfiyah, 2008).

Sedangkan menurut Muhammad M. Dlori (2005), mengemukakan

pernikahan dini adalah sebagai berikut:

“Pernikahan dini merupakan sebuah perkawinan dibawah umur yang target persiapannya belum dikatakan maksimal, persiapan fisik, persiapan mental, juga persiapan materi. Karena demikian inilah maka pernikahan dini bisa dikatakan sebagai pernikahan yang terburu-buru, sebab segalanya belum dipersiapkan secara matang”.

(55)

masa pubertas, hal ini terjadi karena remaja sangat rentan perilaku sexsual.

Pernikahan muda juga sering terjadi karena remaja berpikir secara

emosional untuk melakukan pernikahan, mereka berpikir telah saling

mencintai dan siap untuk menikah. Beberapa pendapat mengenai

pernikahan dini lainnya yakni:

1. Menurut UU Negara

Pengertian Pernikahan Dini menurut UU Negara / UU Perkawinan

Bab 11 Pasal 7 Ayat 1 menyatakan bahwa: Perkawinan hanya

diizinkan jika pihak pria dapat mencapai umur 19 tahun dan pihak

perempuan sudah mencapai umur 16 tahun. Jadi, jika masih

dibawah umur tersebut, maka dinamakan pernikahan dini.

2. Menurut Sudut Pandang Kedokteran

Dari sudut pandang kedokteran, pernikahan dini mempunyai

dampak negatif baik bagi ibu maupun anak yang dilahirkan.

3. Menurut Pakar Sosiolog

Melihat dari sisi sosiolog/social, pernikahan dini dapat mengurangi

harmonisasi keluarga. Hal tersebut disebabkan oleh emosi yang

masih labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang belum matang.

4. Menurut Islam

Adapun pernikahan dini menurut agama Islam, yakni pernikahan

yang dilakukan oleh orang-orang yang belum baligh. Jadi, bagi

yang belum baligh yang kemudian melakukan pernikahan sebelum

(56)

Menurut Alfiyah (2010), ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya pernikahan usia muda yang sering dijumpai dilingkungan

masyarakat kita, yaitu:

a. Ekonomi

Pernikahan usia muda terjadi karena adanya keluarga yang hidup di garis kemiskinan, untuk meringankan beban orang tua, maka anak perempuannya dinikahkan dengan orang yang dianggap mampu. b. Pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan untuk segera menikahkan anaknya yang masih dibawah umur.

c. Faktor Orang Tua

Orang tua khawatir terkena aib karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang sudah terlalu dekat, sehingga segera ingin menikahkan anaknya.

d. Media Massa

Gencarnya expose seks di media massa menyebabkan remaja modern kian ingin mencoba terhadap seks.

e. Faktor Adat

Pernikahan usia muda terjadi karena orang tua khawatir jika anak perempuannya dikatakan perawan tua sehingga segera dinikahkan. f. Keluarga Cerai (Broken Home)

Banyak anak-anak korban perceraian terpaksa menikah secara dini karena berbagai alasan, misalnya: tekanan ekonomi, untuk meringankan beban orang tua tunggal, membantu orang tua, mendapatkan pekerjaan, meningkatkan taraf hidup, dsb.

2.1.3.1 Akibat Pernikahan Dini

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, Ahmad (1996) mengemukakan akibat pernikahan dini sebagai berikut:

“Resiko diartikan sebagai bahaya/kerugian/kerusakan. Sedangkan

pernikahan diartikan sebagai suatu perkawinan, sementara “dini” yaitu

(57)

Nikah usia dini pada wanita tidak hanya menimbulkan persoalan

hukum, melanggar undang-undang tentang pernikahan, perlindungan anak

dan Hak Asasi Manusia, tapi juga menimbulkan persoalan yang bisa

menjadi peristiwa traumatik yang akan menghantui seumur hidup dan

timbulnya persoalan resiko terjadinya penyakit pada wanita serta resiko

tinggi berbahaya saat melahirkan, baik pada si ibu maupun pada anak yang

dilahirkan.

Menurut Kawakib (2009), mengemukakan mengenai resiko

penyakit menikah di usia dini:

“Resiko penyakit akibat menikah di usia dini beresiko tinggi terjadinya panyakit kanker leher rahim, neoritis depesi, dan konflik yang berujung perceraian”.

Menurut Lenteraim (2010), pernikahan dini memiliki beberapa dampak sebagai berikut:

1. Kesehatan Perempuan

a. Kehamilan dini dan kurang terpenuhinya gizi bagi dirinya sendiri.

b. Resiko anemia dan meningkatnya angka kejadian depresi. c. Beresiko pada kematian usia dini.

d. Meningkatnya Angka Kematian Ibu (AKI).

e. Study epidemiologi kanker serviks: resiko meningkat lebih dari 10x bila jumlah mitra seks 6/lebih atau bila berhubungan seks pertama dibawah usia 15 tahun.

f. Semakin muda wanita memiliki anak pertama, semakin rentan terkena kanker serviks.

g. Resiko terkena penyakit menular seksual. 2. Kualitas Anak

a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) sangat tinggi, adanya kebutuhan nutrisi yang harus lebih banyak untuk kehamilannya dan kebutuhan pertumbuhan ibu sendiri.

(58)

3. Keharmonisan Keluarga dan Perceraian

a. Banyaknya pernikahan usia muda berbanding lurus dengan tingginya angka perceraian.

b. Ego remaja yang masih tinggi.

c. Banyaknya kasus perceraian merupakan dampak dari mudanya usia pasangan bercerai ketika memutuskan untuk menikah. d. Perselingkuhan.

e. Ketidakcocokan hubungan dengan orang tua maupun mertua. f. Psikologis yang belum matang, sehingga cenderung labil dan

emosional.

g. Kurang mampu untuk bersosialisasi dan adaptasi

Oleh karena itu, pemerintah mendorong masa hamil sebaiknya

dilakukan pada usia 20-30 tahun. Dari segi mental pun, emosi remaja

belum stabil. Kestabilan emosi umumnya terjadi pada usia 24 tahun,

karena pada saat itulah orang mulai memasuki usia dewasa. Masa remaja,

boleh dibilang baru berhenti pada usia 19 tahun. Dan pada usia 20-24

tahun dalam psikologis, dikatakan sebagai usia dewasa muda atau lead

edolesen. Pada masa ini biasanya mulai timbul tradisi dari gejolak remaja

ke masa dewasa yang lebih stabil. Maka, kalau pernikahan dilakukan di

bawah umur 20 tahun secara emosi si remaja masih ingin berpetualang

menemukan jati dirinya

2.1.3.2 Resiko Kehamilan Usia Dini

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) tahun 2005, usia untuk hamil dan melahirkan adalah 20

sampai 30 tahun atau kurang dari usia tersebut adalah beresiko. Kesiapan

seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak

(59)

mental/emosi/psikologi dan kesiapan sosial/ekonomi. Secara umum,

seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan

pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu sekitar

usia 20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa di jadikan pedoman kesiapan

fisik.

Penyulit pada kehamilan pada remaja, lebih tinggi dibandingkan

“kurun waktu reproduksi sehat” antara umur 20 sampai 30 tahun.

Keadaan ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil,

sehingga dapat merugikan kesehatan ibu dan belum mampu untuk

perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan tersebut akan makin

menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress) psikologi, sosial,

ekonomi, sehingga memudahkan terjadinya keguguran, persalinan

prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan dan

mudah terjadi infeksi (Manuaba, 1998).

2.1.4 Definisi Keluarga

Keluarga menurut sejumlah ahli adalah sebagai unit sosial ekonomi

terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua

institusi, merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua orang atau

lebih yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah,

hubungan perkawinan, dan adopsi (UU Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1

Ayat 10; Khairuddin 1985; Landis 1989; Day et al. 1995; Gelles 1995;

(60)

Menurut U.S. Bureau of the Census Tahun 2000, keluarga terdiri

atas orang-orang yang hidup dalam satu rumah tangga (Newman dan

Grauerholz, 2002) Rosen (Skolnick dan Skolnick, 1997). Keluarga juga

seperti diamahkan oleh Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Bab II: Bagian

Ketiga Pasal 4 Ayat (2), bahwa Pembangunan keluarga bertujuan untuk

meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tenteram,

dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan

lahir dan kebahagiaan batin.

Menurut Mattessich dan Hill (Zeitlin, 1995), keluarga merupakan

suatu kelompok yang berhubungan kekerabatan, tempat tinggal, atau

hubungan emosional yang sangat dekat yang memperlihatkan empat hal

yaitu, interdepensi intim, memelihara batas-batas yang terseleksi, mampu

untuk beradaptasi dengan perubahan dan memelihara identitas sepanjang

waktu dan melakukan tugas-tugas keluarga.

Definisi lain menurut Settels (Sussman dan Steinmetz, 1987),

keluarga juga diartikan sebagai suatu abstraksi dari ideologi yang memiliki

citra romantis, suatu proses, sebagai satuan perlakukan intervensi, sebagai

suatu jaringan dan tujuan atau peristirahatan akhir. Lebih jauh, Frederick

Engels dalam bukunya The Origin of the Family, Private Property, and

the State, yang mewakili pandangan radikal menjabarkan keluarga

(61)

bentuk dan isi dari keluarga yang didasarkan pada sistem patriarkhi

(Ihromi, 1999).

Ditambahkan oleh Pitts yang dikutip oleh Kingsbury dan Scanzoni

(Boss et al. 1993) bahwa tujuan dari terbentuknya keluarga adalah sebagai

suatu struktur yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis

anggotanya dan untuk memelihara masyarakat yang lebih luas. Dalam

mencapai tujuan keluarga, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun

1994 menyebutkan adanya delapan fungsi yang harus dijalankan oleh

keluarga meliputi fungsi pemenuhan kebutuhan fisik dan non fisik yang

terdiri atas fungsi keagamaan, sosial-budaya, cinta kasih, melindungi,

reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan

lingkungan (BKKBN, 1996). Menurut United Nation (1993) fungsi

keluarga meliputi fungsi pengukuhan ikatan suami istri, prokreasi dan

hubungan seksual, sosialisasi dan pendidikan anak, pemberian nama dan

status, perawatan dasar anak, perlindungan anggota keluarga, rekreasi dan

perawatan emosi, serta pertukaran barang dan jasa.

Menurut Mattensich dan Hill (Zeitlin et al., 1995) fungsi

pemeliharaan fisik sosialisasi dan pendidikan, akuisisi anggota keluarga

baru melalui prokreasi atau adopsi, kontrol perilaku sosial dan seksual,

pemeliharaan moral keluarga dan dewasa melalui pembentukan pasangan

seksual, dan melepaskan anggota keluarga dewasa.

Burgest dan Locke (1960) mengemukakan 4 (empat) ciri keluarga

(62)

a. Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan (pertalian antar suami dan istri), darah (hubungan antara orangtua dan anak) atau adopsi.

b. Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama dibawah satu atap dan merupakan susunan satu rumahtangga. Tempat kos dan rumah penginapan bisa saja menjadi rumahtangga, tetapi tidak akan dapat menjadi keluarga, karena anggota-anggotanya tidak dihubungkan oleh darah, perkawinan atau adopsi.

c. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi si suami dan istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara laki-laki-laki-laki dan saudara perempuan. Peranan-peranan tersebut diperkuat oleh kekuatan tradisi dan sebagian lagi emosional yang menghasilkan pengalaman. d. Keluarga adalah pemelihara suatu kebudayaan bersama yang

diperoleh dari kebudayaan umum. Stephens mendefiniskan keluarga sebagai suatu susunan sosial yang didasarkan pada kontrak perkawinan termasuk dengan pengenalan hak-hak dan tugas orangtua; tempat tinggal suami, istri dan anak-anak, dan kewajiban ekonomi yang bersifat reciprocal antara suami dan istri (Eshelman 1991).

Menurut konsep sosiologi, tujuan keluarga adalah mewujudkan

kesejahteraan lahir (fisik, ekonomi) dan batin (sosial, psikologi, spiritual,

dan mental). Secara detail tujuan dan fungsi keluarga dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarganya yang meliputi kebutuhan fisik (makan dan minum), psikologi (disayangi/diperhatikan), spiritual/agama, dan sebagainya.

(63)

keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya (Landis 1989; BKKBN 1992).

2. Pitts yang dikutip oleh Kingsbury dan Scanzoni (Boss et al. 1993) menjelaskan bahwa tujuan dari terbentuknya keluarga adalah untuk mewujudkan suatu struktur/ hierarkis yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis para anggotanya dan untuk memelihara kebiasaan/budaya masyarakat yang lebih luas.

3. Dalam mencapai tujuan keluarga, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 1994 (BKKBN, 1996) menyebutkan adanya delapan fungsi yang harus dijalankan oleh keluarga meliputi fungsi-fungsi pemenuhan kebutuhan fisik dan nonfisik yang terdiri atas fungsi:

4. Menurut United Nations (1993) fungsi keluarga meliputi fungsi pengukuhan ikatan suami istri, prokreasi dan hubungan seksual, sosialisasi dan pendidikan anak, pemberian nama dan status, perawatan dasar anak, perlindungan anggota keluarga, rekreasi dan perawatan emosi, dan pertukaran barang dan jasa. 5. Menurut Mattensichdan Hill (Zeitlin et al. 1995) fungsi

keluarga terdiri atas pemeliharaan fisik sosialisasi dan pendidikan, akuisisi anggota keluarga baru melalui prokreasi atau adopsi, kontrol perilaku sosial dan seksual, pemeliharaan moral keluarga dan pendewasaan anggota keluarga melalui pembentukan pasangan seksual, dan melepaskan anggota keluarga dewasa.

6. Selanjutnya Rice dan Tucker (1986) menyatakan bahwa fungsi keluarga meliputi fungsi ekspresif, yaitu fungsi untuk memenuhi kebutuhan emosi dan perkembangan anak termasuk moral, loyalitas dan sosialisasi anak, dan fungsi instrumental yaitu fungsi manajemen sumberdaya keluarga untuk mencapai berbagai tujuan keluarga melalui prokreasi dan sosialisasi anak dan dukungan serta pengembangan anggota keluarga.

Gambar

Tabel 1.1Tingkat Pernikahan di Bawah Usia 20 Tahun di Kabupaten Serang
Tabel 1.2
Tabel 1.2 di atas menunjukkan tingkat pernikahan dini dari 29 Kecamatan
Gambar 1.3Perbedaan Fungsi Reproduksi Perempuan dan Laki-laki
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dimana konsumen kerap kali memberi produk lebih didasarkan pada mereknya baru kemudian kualitas yang ditawarkan oleh produk ataupun jasa (Aaker, 1996) Lebih

auditee dengan audit dan persepsi auditee dari kegunaan audit bagi pemangku kepentingan eksternal pada audit laporan keuangan pemerintah daerah yang dilakukan

Tujuan program ini untuk mengawasi peredaran makanan agar tidak tercemar dari mikroba dan bahan-bahan kimia yang dilarang mulai dari produksi sampai makanan di

a. Fasilitas fisik dan fasilitas non fisik memberikan pengaruh sebesar 45,8% terhadap kepuasan pelanggan berbelanja di Pasar Pusat Pasar Kota Medan, sedangkan 54,2% dipengaruhi

 Konsep keruangan  (lokasi, iklim,  morfologi, geologis, flora, dan fauna,   serta penduduk)  dan  konektivitas/intera ksi antarruang  serta perubahan 

Tanggal Cum Dividen di Pasar Reguler &amp; Pasar Negosiasi 9 Juni 2017 Tanggal Ex Dividen di Pasar Regular &amp; Pasar Negosiasi 12 Juni 20171. Tanggal Cum Dividen di Pasar Tunai

Apabila hak tanggungan dibebankan pada beberapa hak ats tanah, dpat diperjanjikan dalam akta pemberian hak tanggungan yang bersangkutan, bahwa pelunasan utang yang dijamin dapat

Direkomendasikan kepada rumah sakit untuk membuat standar, dan format khusus, jadwal, dan waktu khusus, supaya adanya keseragaman dalam melaksanakan mentorship, dan bagi