BAB I PENDAHULUAN
1.6 Ruang Lingkup
2.4.1 Definisi Teori health belief model
Teori health belief model yang dikutip Edberg (2009) dalam
buku “Kesehatan Masyarakat, Teori Sosial dan Perilaku”, merupakan
teori yang mengarahkan pada proses berfikir yang dialami seseorang sebelum melakukan suatu tindakan yang berkaitan dengan kesehatan. Meskipun teori ini diarahkan pada apa yang terjadi pada seseorang, juga perlu diingat konteksnya. Keputusan untuk melakukan ataupun tidak melakukan suatu tindakan didasarkan pada petunjuk, rujukan dan informasi yang berasal dari lingkungan, baik fisik, sosial, maupun
budaya seseorang tersebut. Proses berfikir yang dibahas dalam psikologi kognitif diantaranya adalah persepsi, memori, pembuatan keputusan, interpretasi, penalaran dan penilaian, diantara kemampuan lainnya.
Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Komponen kognitif ini adalah olahan pikiran manusia atau seseorang terhadap kondisi eksternal atau stimulus, yang menghasilkan pengetahuan, yang dikutip Notoatmodjo (2010), dalam buku “Ilmu Perilaku Kesehatan”.
Persepsi merupakan faktor sosiopsikologi yang berasal dari dalam individu itu sendiri yang mempengaruhi proses pembentukan dan perubahan dalam perilaku kesehatan. Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda-beda, meskipun objeknya sama, yang dikutip Notoatmodjo (2003), dalam buku “Pendidikan dan Perilaku Kesehatan”.
Persepsi adalah suatu proses memperhatikan dan menyeleksi, mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan. Proses memperhatikan dan menyeleksi terjadi karena setiap saat panca indera kita (indera pendegar, perasa, penglihatan, penciuman dan peraba) dihadapkan pada begitu banyak stimulus lingkungan. Akan tetapi tidak semua stimulus tersebut kita perhatikan, sebab akan dapat
menyebabkan kebingungan pada diri kita sendiri. Sehingga stimulus tersebut perlu diseleksi agar menjadi lebih berarti dan tidak bingung. Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indera, kemudian individu ada perhatian dan diteruskan ke otak,
selanjutnya individu menyadari tentang adanya sesuatu. Melalui persepsi disekitarnya, maupun tentang hal-hal yang ada
dalam diri individu yang bersangkutan (Azwar, 2000 dalam Handayani, 2007).
Konsep dasar health belief model yang dikutip Smet (1994),
dalam buku “Psikologi Kesehatan” yaitu menjelaskan faktor
determinan dari perilaku kesehatan yang berorientasi pada personal belief atau persepsi dan keyakinan mengenai suatu penyakit atau kejadian tertentu dan cara yang akan dilakukan untuk mengurangi kejadian tersebut. Proses kognitif dari health belief model dipengaruhi oleh berbagai informasi yang datang, kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung pada keyakinan atau penilaian kesehatan yaitu ancaman yang dirasakan individu dari sakit dan pertimbangan antara keuntungan dan kerugian yang didapat.
Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akan muncul. Hal ini mengacu pada sejauh mana seorang berfikir penyakit atau kesakitan betul-betul merupakan ancaman kepada dirinya. Asumsinya adalah bahwa bila ancaman yang dirasakan tersebut meningkat maka perilaku pencegahan juga akan
meningkat. Penilaian tentang ancaman yang dirasakan ini berdasarkan pada: (a) ketidak-kekebalan yang dirasakan (perceived vulnerability) yang merupakan kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengembangkan masalah kesehatan menurut kondisi mereka. (b) keseriusan yang dirasakan (perceived severity). Orang-orang yang mengevaluasi seberapa jauh keseriusan penyakit tersebut apabila mereka mengembangkan masalah kesehatan mereka atau membiarkan penyakitnya tidak ditangani. Penilaian yang kedua yang dibuat adalah perbandingan antara keuntungan dengan kerugian dari perilaku dalam usaha untuk memutuskan melakukan tindakan pencegahan atau tidak, yang dikutip Smet (1994) dalam buku “ Psikologi Kesehatan”.
Health belief model merupakan konsep utama yang memprediksikan mengapa seseorang mengambil suatu tindakan untuk pencegahan penyakit yang dilihat dari seberapa rentan penyakit menimbulkan keseriusan, manfaat serta kendala yang dihadapi dalam pengambilan tindakan, ditambah dengan kepercayaan individu dalam mengambil tindakan untuk pencegahan penyakit, yang dikutip Glanz, (2008) dalam buku “Health Behavior And Health Education; Theory, Research and Practice”.
Dan dalam penelitian ini konsep health belief model dipakai untuk mengetahui alasan ibu memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013, dari teori health belief model ini dapat dilihat pada konsep berikut :
Tabel 2.2
Konsep teori health belief model yang dikutip Edberg (2009) dalam buku “Kesehatan Masyarakat, Teori Sosial dan Perilaku”
Persepsi kerentanan Derajat risiko yang dirasakan seseorang terhadap masalah kesehatan
Persepsi keparahan Tingkat konsekuensi masalah kesehatan yang akan kepercayaan seseorang bahwa menjadi parah
Persepsi manfaat Hasil positif yang dipercaya seseorang sebagai hasil dari tindakan
Persepsi hambatan Hasil negatif yang dipercaya sebagai hasil dari tindakan
Petunjuk untuk bertindak Peristiwa eksternal yang memotivasi seseorang untuk bertindak
Efikasi diri Kepercayaan seseorang akan kemampuannya dalam melakukan tindakan
1. Persepsi kerentanan (Perceived susceptibility)
Persepsi kerentanan terhadap suatu penyakit agar bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya. Pemberian ASI secara eksklusif dapat mencegah bayi terserang penyakit infeksi, dan akan berpotensi berisiko terkena penyakit apabila pemberian ASI tidak sampai 6 bulan. 2. Persepsi keseriusan (Perceived seriousness)
Persepsi keseriusan penyakit apabila terkena maka konsekuensi yang akan diterima akan berat. Bayi yang tidak mendapatkan ASI secara eksklusif dapat menurunkan daya tahan tubuh bayi sehingga mudah terserang penyakit-penyakit dan berdampak kepada kegagalan pertumbuhan bayi. Kombinasi persepsi kerentanan dan persepsi
keseriusan akan menghasilkan persepsi ancaman. Individu akan mengubah perilaku mereka berdasarkan persepsi ancaman yang berasal dari keseriusan penyakit tersebut, yang dikutip Glanz, (2008) dalam buku “Health Behavior and Health Education; Theory, Research and Practice”.
3. Persepsi manfaat (Perceived benefits)
Melakukan tindakan pencegahan akan bermanfaat jika merasa sangat rentan terhadap penyakit-penyakit, persepsi positif ini sangat berperan penting pada perilaku seseorang dalam mengambil suatu keputusan kesehatan atas dirinya ataupun lingkungannya. Besarnya keuntungan ataupun manfaat yang didapat dari suatu tindakan pencegahan maka akan semakin besar peluang individu tersebut menjalankan tindakan pencegahan penyakit. Akan tetapi bila manfaat yang dirasakan kecil dari suatu tindakan yang akan dilakukan untuk pencegahan akan semakin kecil.
Pemberian ASI eksklusif memiliki manfaat bagi bayi seperti meningkatkan daya tahan tubuh bayi, meningkatkan kecerdasan bayi, dengan pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, akan terjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal, ASI mengandung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal.
4. Persepsi kendala (Perceived barrier)
Persepsi individu bahwa tidak terlalu banyak konsekuensi negatif bila mengambil tindakan pencegahan dan tidak banyak kendala dalam prosesnya. Adanya kendala dalam pemberian ASI eksklusif seperti puting susu yang pendek/terbenam, payudara bengkak, puting susu yang lecet, produksi ASI kurang, dan ibu bekerja, membuat ibu langsung menganggap bahwa hilangnya peluang untuk menyusui secara eksklusif sehingga dengan alasan kendala ini, ibu memberikan selingan ASI yaitu makanan pendamping ASI dini
5. Kepercayaan diri (Self efficacy)
Kepercayaan seseorang akan kemampuan untuk melakukan suatu tindakan dengan berhasil. Konsep ini ditambahkan oleh Rosenstock, Strecher, dan Becker tahun 1988 untuk menyempurnakan teori health belief model agar sesuai dengan tantangan perubahan perilaku atau kebiasaan yang tidak sehat, yang dikutip Glanz, (2008) dalam buku “Health Behavior and Health Education; Theory, Research and Practice”.
Ibu memiliki kepercayaan diri dalam memberikan ASI eksklusif, tetapi pada kenyataannya banyak ibu merasa khawatir pemberian ASI saja selama 6 bulan tidak cukup ini disebabkan oleh bayi masih rewel setelah diberikan ASI, maka ibu mulai memperkenalkan makanan pendamping ASI dini dimaksudkan agar bayi tidak rewel setelah diberi makanan.
6. Petunjuk untuk bertindak (Cues to action)
Peristiwa eksternal yang memotivasi seseorang untuk bertindak. Adanya dukungan dari keluarga terdekat, dukungan tenaga kesehatan, serta media masaa seperti majalah, televisi, dan radio dalam melakukan tindakan pemberian makanan pendamping ASI dini.
7. Modifying factors (karakteristik individu yang dapat mempengaruhi persepsi)
Variabel demografi, sosiopsikologi dan struktur yang berbeda dapat mempengaruhi persepsi individu dan secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi perilaku kesehatan individu tersebut. Secara spesifik, faktor sosiodemografi, khususnya tercapai pendidikan yang diyakini akan memberikan efek secara tidak langsung dalam mempengaruhi persepsi individu dalam persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat dari tindakan pencegahan, kendala dalam pencapaian tindakan dan kepercayaan diri dalam melakukan tindakan pencegahan.
Variabel ini terdiri dari 3 variabel, yaitu :
a. Variabel demografi, dimana pada variabel ini meliputi (usia, suku keturunan, adat/istiadat dan jumlah anak ibu)
b. Variabel sosiopsikologi, yang meliputi (pendidikan, pekerjaan dan pengalaman ibu dalam praktek pemberian makanan pendamping ASI dini kepada anak sebelumnya)
c. Variabel struktural, meliputi (pengetahuan ibu mengenai pemberian makanan pendamping ASI dini, ASI eksklusif dan upaya memperlancar ASI)
Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai alasan ibu memberikan makanan pendamping ASI dini dengan pendekatan teori health belief model di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013. Penggunaan konsep teori health belief model bermaksud agar lebih memudahkan peneliti mengambil benang merah yang menjadi alasan ibu memberikan makanan pendamping ASI dini. Konsep teori health belief model ini lebih mengutamakan munculnya persepsi ancaman terlebih dahulu, kemudian dipengaruhi oleh cues to action (faktor eksternal) dan karakteristik ibu (variabel demografi, sosiopsikologi, dan struktural) terhadap adanya persepsi ibu mengenai ancaman penyakit dari pemberian makanan pendamping ASI dini, sehingga berhubungan langsung dengan kecenderungan ibu untuk melakukan perilaku pemberian ASI eksklusif.
Konsep teori health belief model menekankan bahwa seseorang akan melakukan tindakan perilaku kesehatan apabila seseorang tersebut menganggap bahwa dirinya rentan terhadap suatu penyakit, percaya memiliki konsekuensi yang serius, adanya manfaat dalam mengurangi kerentanan atau keparahan kondisi, adanya hambatan (diantisipasi) dan sebanding dengan manfaat yang akan diterima serta keyakinan diri bahwa dapat berhasil melakukan tindakan perilaku kesehatan tersebut yang dikutip
Glanz, (2008) dalam buku “Health Behavior and Health Education; Theory,
Bagan 2.1
Teori Health Belief Model (Hochbaum 1958; Rosenstock, 1974; Kirscht, 1974; Becker, 1974; Janz and Becker, 1984, 1988)
Individual Perceptions Modifying Factors Likelihood of Action Usia Suku keturunan Adat/istiadat Pengalaman Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Persepsi ancaman terhadap penyakit Persepsi kerentanan
dan persepsi keseriusan
Cues to action (faktor eksternal)
Persepsi manfaat dan persepsi kendala
Tindakan/perilaku
Kepercayaan diri/self-efficacy
71 3.1 Kerangka Pikir
Kerangka pikir disusun untuk mempermudah pemahaman dalam menganalisis kegagalan-kegagalan dalam sistem pelayanan kesehatan khususnya dalam pelaksanaan program ASI eksklusif.
Kerangka pikir dalam penelitian ini menggunakan kerangka teori health belief model yang menjelaskan faktor determinan dari perilaku kesehatan yang berorientasi pada personal belief atau persepsi dan keyakinan individu mengenai suatu penyakit. Berdasarkan kerangka pikir, maka hal-hal berikut yang harus diketahui yaitu persepsi ibu mengenai kerentanan dan keseriusan penyakit yang akan ditimbulkan dari pemberian makanan pendamping ASI dini, persepsi ibu mengenai ancaman dari pemberian makanan pendamping ASI dini, persepsi ibu mengenai manfaat pemberian ASI eksklusif, persepsi ibu mengenai kendala pemberian ASI eksklusif, dan kepercayaan diri ibu untuk dapat memberikan ASI eksklusif.
Persepsi pemberian makanan pendamping ASI dini juga dipengaruhi dengan adanya faktor eksternal (cues to action) yaitu keluarga terdekat, tenaga kesehatan/bidan Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan dan media massa. Dan variabel karakteristik ibu (demografi, sosiopsikologi, struktural) yaitu umur ibu, suku keturunan ibu, kebiasaan/adat ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI dini, pengalaman ibu (jumlah anak) dalam memberikan makanan pendamping ASI dini, pendidikan formal ibu,
pekerjaan ibu, dan pengetahuan ibu (ASI eksklusif, makanan pendamping ASI dan upaya dalam memperlancar dan memperbanyak produksi ASI).
Persepsi ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI dini, karakteristik ibu, dan faktor eksternal dapat mempengaruhi keputusan ibu dalam pemberian ASI eksklusif dan atau makanan pendamping ASI dini. Berikut kerangka pikir penelitian untuk mengetahui alasan ibu memberikan makanan pendamping ASI dini di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013.
Bagan 3.1
Kerangka Pikir Penelitian
Individual Perceptions Modifying Factors Likelihood of Action Usia Suku keturunan Adat/istiadat Pengalaman (jumlah anak) Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Persepsi ancaman terhadap MP-ASI dini Persepsi ibu mengenai
kerentanan dan keseriusan penyakit yang dapat ditimbulkan dari pemberian MP-ASI dini Cues to action (faktor eksternal) Dukungan keluarga Dukungan tenaga kesehatan Media massa Persepsi manfaat memberikan ASI eksklusif dan persepsi kendala
memberikan ASI eksklusif Perilaku memberikan ASI eksklusif Kepercayaan diri/self-efficacy
3.2 Definisi Istilah
Tabel 3.1 Definisi Istilah
No Istilah Definisi Istilah
Karakteristik ibu
1 Umur ibu Jumlah tahun lamanya ibu hidup yang diperoleh dari selisih tanggal kelahiran dan tanggal wawancara.
2 Adat/kebiasaan ibu Tradisi atau adat adalah sesuatu yang dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama dan adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan. Dalam hal ini meliputi: tradisi/kebiasaan pemberian makanan pendamping ASI dini serta kepercayaan yang melatarbelakanginya
3 Suku keturunan ibu Anggota suatu suku bangsa pada umumnya ditentukan menurut garis keturunan ayah (patrilinial) seperti suku bangsa Batak, menurut garis keturunan ibu (matrilineal) seperti suku Minang, atau menurut keduanya seperti suku Jawa. dalam penelitian ini garis keturunan informan (ibu) dimaksudkan berhubungan dengan kebiasaan pemberian makanan pendamping ASI dini.