• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4) Delapan nasehat Al-Ghazali

Al-Ghazali memberikan nasehat sebanyak 8 buah sebagai rangkaian terakhir dalam kitab Ayyuha al-Walad. Empat diantara 8 nasehat tersebut harus dilaksanakan, sedangkan empat lagi harus ditinggalkan.

Adapun 4 perbuatan-perbuatan yang yang harus ditinggalkan:

a) Nasehat pertama, Al-Ghazali melarang agar tidak berdebat, karena berdebat baginya memuat berbagai bencana, dosanya lebih besar dari manfaatnya, merupakan sumber segala

perilaku tercela, seperti: riya’, dengki (hasad), sombong, dendam (hiqd), permusuhan, bermulut besar dan lain sebagainya, sebagaimana ungkapannya dalam kitab Ayyuha al-Walad, halaman 16 adalah sebagai berikut:

حّٙغاف .زش١ػو شحفآ حٙ١ف ْلأ ،صؼططعج حِ سٌأغِ ٝف جذدج شظحٕض لاج

ذغذٌجٚ ءح٠شٌحو ُ١ِر كٍخ ًو غرِٕ ٟ٘ جرئ .حٙؼفٔ ِٓ شروج

مذٌجٚشرىٌجٚ

.ح٘ش١غٚ زح٘حرٌّجٚ زٚجذؼٌجٚ ذ

Al-Ghazali memberikan solusi untuk menghindari adanya debat ini. Apabila terjadi perselisihan antara seseorang dan

kelompok lain, dan orang itu ingin menunjukkan kebenaran, maka debat boleh dilakukan. Tetapi dengan syarat sebagai berikut:

Pertama, Tidak membenda-bedakan, apakah kebenaran itu lewat hasil pemikiran orang itu atau orang (kelompok) lain. Kedua, Sebaiknya debat dilakukan secara tertutup, bukan dihadapan khalayak ramai. Tujuan debat ini adalah untuk mencari kebenaran, bukan untuk pamer dihadapan umum, atau juga bukan untuk menimbulkan perpecahan.

b) Al-Ghazali melarang memberi nasehat dan tadzkir (peringatan) kepada masyarakat, karena di dalamnya terkandung banyak bencana, kecuali apabila orang yang memberikan nasehat itu telah mengamalkannya. Sebagaimana ungkapan beliau dalam kitab Ayyuha al-walad, halaman 19 adalah sebagai berikut:

لائ زش١ػو سفج ٗ١ف ْلأ جشوزِٚ عػجٚ ْٛىض ْأ ِٓسزذض ْج ٛ٘ عذض حِّ

عؼض ُغلاٚأ يٛمض حّذ ًّؼض ْج

.طحٌٕج ٗذ

Menurut Al-Ghazali, apabila seseorang diuji untuk memberikan nasehat dan peringatan, maka ia harus mewaspadai dua hal sebagai berikut:

Pertama, Menghindari pembicaraan yang dibuat-buat, penuh dengan ibarat, syair atau ucapan kosong tanpa faedah. Sebab Allah SWT benci kepada orang-orang yang gaya bicaranya dibuat-buat. Orang demikian ini, biasanya berbuat melampaui

batas, dan kelakuannya ini menunjukkan rusaknya batin (jiwa) dan lalainya hati. Sebagaimana ungkapannya yang terdapat dalam kitab Ayyuha al-Walad karya Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, tahun 1412, halaman 19 sebagai berikut:

حطٌجٚ شسحشإحجٚ شسحرؼٌحذ َلاىٌج ٝف ف١ٍىض ٓػ يٚلأج

شحِ

فٍىطٌّجٚ ،ٕٓ١فٍىٌّج غغر٠ ٌٝحؼض الله ْلأ ،سحؼشلأجٚ شح١ذلأجٚ

٠ ذذٌج ٓػصٚحجطٌّج

.دٍمٌج سٍفغٚ ٓؽحرٌج خجشخ ٍٝػ يذ

Kedua, Jangan sampai orang yang memberikan nasehat itu berniat agar orang-orang yang diberi nasehat itu menjadi ketakutan, mereka menampakkan rasa cinta, merobek baju atau agar dikatakan: inilah majlis yang baik. Sebab niat semacam itu lebih condong pada kepentingan duniawi (riya‟) yang disebabkan kelalaian. Namun sebaliknya, harus menjadikan niat dan tekad orang tersebut adalah untuk mengajak dan mengalihkan (perhatian) manusia dari dunia menuju akhirat., dari maksiat menuju taat, dari kerakusan menuju zuhud, dan dari kekikiran menuju kedermawanan, sehingga timbul dalam hati orang yang diberi nasehat untuk cinta kepada akhirat. Sebagimana yang terdapat dalam kitab Ayyuha al-Walad karya Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, tahun 1412, halaman 20 adalah sebagai berikut:

ٟف كٍخٌج شؼٕ٠ ْج هظػٚ ٝف هطّ٘ ْٛىض لاج س١ٔحػٌج سٍظخٌجٚ

جز٘ ظٍجٌّج ُؼٔ :يحم١ٌ خح١ػٌج جٛمغ٠ٚ ،ذججٌٛج جٚشٙظ٠ٚج هغٍجِ

.ح١ٔذٌٍ ً١ِ ٍٗو ْلأ

هِضػ ْٛى٠ ْج ٝغرٕ٠ ًذ .سٍفغٌج ِٓ يٛط٠ٛ٘ٚ

ٌٝج س١ظؼٌّج ِٓٚ ،زشخلأج ٌٝج ح١ٔذٌج ِٓ طحٌٕجٛػذض ْج هطّ٘ٚ

ٌج ٌٝج صشذٌج ِٓٚ ،سػحطٌج

ِٓٚ ءحخغٌج ٌٝج ًخرٌج ِٓٚ ٜذ٘ض

ٓ١م١ٌج ٌٝج هشٌج

ٜٛمطٌج ٌٝج سٚشغٌج ِٓٚ سظم١ٌج ٌٝج سٍفغٌج ِٓٚ

زدحرؼٌج ٍُػ ٍُّٙؼضٚ ح١ٔذٌج ُٙ١ٌج غغرضٚ زشخلأج ُٙ١ٌج درذضٚ

.ٗطّدسٚ ًجٚضػ ٌٝحؼض الله َشىذ ُ٘شغض لاٚ ذ٘ضٌجٚ

c) Nasehat ketiga yang berkaitan dengan yang harus

ditinggalkan adalah sebagai berikut:

Pertama, Tidak bergaul dengan penjabat, dan tidak boleh bertemu dengan mereka. Karena melihat, duduk dan bergaul dengan mereka merupakan bencana besar.

Kedua, Jika seseorang telah diuji Allah untuk bergaul dengan mereka, maka janganlah memuji mereka. Karena Allah SWT akan murka bila nasehat seorang yang fasiq atau zalim dipuji. Ketiga, barang siapa mendo’akan mereka panjang umur,

maka ia telah rela Allah durhakai di bumi-Nya. Sebagaimana diungkapkan Al-Ghazali dalam kitab Ayyuha al-Walad, halaman 21 adalah sebagai berikut:

لاج عذض حِّ

ُٙط٠ؤس ْلأ ،ُ٘جشضلاٚ ٓ١ؽلاغٌجٚ ءجشِلاج ؾٌحخض

عجد ِٓٚ .ٌُحظٌجٚ كعحفٌج حذِ جرج دؼغ٠ ٌٝحؼض الله ْلأ .ُ٘ءحٕغٚ

ُٙتحمذ يٛطٌج

مف

.ٗػسج ٝف الله ٝظؼ٠ ْج ددج ذ

d) Nasehat Al-Ghazali yang berkaitan dengan perbuatan yang perlu ditinggalkan adalah sebagai berikut: Tidak menerima pemberian atau hadiah apapun dari pejabat negara, meskipun orang yang diberi hadiah mengetahui, bahwa pemberian dan hadiah itu adalah hasil dari usaha yang halal. Bagi Al-Ghazali hal itu dapat merusak agama, dan dapat membuat orang berkepentingan dan berpihak pada mereka, melindungi kelompok mereka, dan setuju dengan kezaliman mereka. Ini semua dapat mengakibatkan rusaknya agama. Hal ini sebagiamana ungkapan Al-Ghazali dalam kitab Ayyuha al-Walad, halaman 21 adalah sebagai berikut:

ِٓ حٙٔج صٍّػ ْجٚ ،ُ٘ح٠ذ٘ٚ ءجشِلأج ءحطػ ِٓ حث١ش ًرمض لاج عذض حِّ

زحػجشِٚ ،سٕ٘ جذٌّج ِٕٗ ذٌٛط٠ ٗٔلأ ،ٓ٠ذٌج ذغف٠ ُِٕٙ غّطٌج ْلا يلاذٌج

ُٙرٔحج

دحغف ٍٗو جز٘ٚ .ٍُّٙظ ٝف سمفجٌّٛجٚ

.ٓ٠ذٌج ٝف

Sedangkan 4 nasehat yang diberikan Al-Ghazali untuk dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a) Supaya menjadikan hubungan seseorang hamba dengan Allah sedemikian rupa, sehingga akan timbul rasa senang, lapang dada dan tidak marah. Sebagaimana ungkapannya yang

terdapat dalam kitab Ayyuha al-Walad halaman 22 adalah sebagai berikut:

ٝػشض نذرػ حٙذ هؼِ ًِحػٌٛ ع١ذذ ٌٝحؼض الله غِ هطٍِحؼِ ًؼجض ْج

هغفٌٕ ٝػشضلا ٞزٌجٚ دؼغضلاٚ ٗ١ٍػ نشؽحخ ه١ؼ٠ لاٚ ِٕٗ حٙذ

حجٌّج نذرػ ِٓ

.ٝم١مذٌج نذ١ع ٛ٘ٚ ٌٝحؼض الله حؼ٠أ ٝػشض لاف ٜص

b) Apapun yang diperbuat seseorang untuk masyarakat, maka jadikanlah sebagaimana yang ia sukai untuk dirinya sendiri. Sebab tidak akan sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai untuk masyarakat sebagaimana ia mencintai untuk dirinya sendiri. Hal ini sebagaimana ungkapannya dalam kitab Ayyuha al-walad, halaman 22 sebagai berikut:

ِ هغفٌٕ ٝػشض حّو ٍٗؼجج طحٌٕحذ صٍّػ حٍّو

ْحّ٠ئ ًّى٠لا ٗٔلأ ُٕٙ

ٝطد ذرػ

ٗغفٌٕ دذ٠ حِ طحٌٕج شتحغٌ دذ٠

Pendapat Al-Ghazali ini didasarkan pada sabda Rasulullah SAW sebagai berikut:

حٕغذد ،شفؼج ٓذ ذّذِ حٕغذد :يحلسحشذ ٓذجٚ ٕٝػٌّج ٓذ ذّذِ حٕغذد

زدحطل صؼّع :يحل ،سرؼش

ٓػ ،ٕٗػ الله ٝػس هٌحِ ٓذ ظٔأ ٓػ ظذذ٠

يحل ٚأ( ٗ١خلأ دذ٠ ٝطد ُوذدج ِٓإ٠لا :يحل ٍُعٚ الله ٍٝط ٟرٌٕج

ٗغفٌٕ دذ٠ حِ )زسحجٌج

c) Apabila seseorang membaca atau mempelajari ilmu

mensucikan jiwanya. Sebagaimana ungkapannya didalam kitab Ayyuha al-walad, halaman 22 sebagai berikut:

ٝوض٠ٚ هرٍل خٍظ٠ هٍّػ ْٛى٠ ْج ٝغرٕ٠ ٗطؼٌحؽ ٚج ٍُؼٌج شأشل جرج

هغفٔ

Dalam nasehat ketiganya ini, Al-Ghazali berpendapat bahwa mmempelajari pengetahuan adalah fardhu „ain, sedangkan mempelajari ilmu lainnya adalah fardhu kifayah, itupun sekedar pengetahuan tentang apa-apa (ilmu) yang dapat menunaikan berbagai kewajiban terhadap Allah SWT.

d) Nasehat terakhir Al-Ghazali yang berkaitan dengan hal-hal yang harus dikerjakan adalah tidak menyimpan kebutuhan hidupnya melebihi kebutuhan satu tahun sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Al-Ghazali dalam kitabnya Ayyuha al-Walad pada halaman 23 mengungkapkan sebagai berikut:

سٕع س٠حفو ِٓشػوج ح١ٔذٌج ِٓ ًؼجض لاج

Berkaitan dengan hal ini, nabi pernah berdoa sebagai berikut:

حفحفو ذّذِ يج شٛل ًؼجج ٌٍُٙج

Artinya: “Ya Allah jadikanlah (persediaan) makanan keluarga Muhamad (ku) secukupnya”.

d. Metode Pendidikan

Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikannya ke

arah tujuan yang di cita-citakan. Bagaimanapun baik dan sempurnanya suatu kurikulum/materi pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apa-apa manakala tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentransformasikannya kepada peserta didik. Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat membuang waktu dan tenaga secara percuma. Karenanya, metode adalah syarat untuk efisiensinya aktivitas kependidikan Islam.

Metode merupakan salah satu yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan dalam pendidikan. Hal inilah yang dilakukan Al-Ghazali yang lebih menyeimbangkan antara teori dan praktek yang sesuai dengan asas-asas pendidikan Islam. Adapun metode yang digunakan Al-Ghazali dalam interaksi edukatifnya dalam kitab Ayyuha al-Waalad adalah sebahai berikut:

Dokumen terkait