Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
III.3 ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS)
III.3.2 PENYAKIT MENULAR BERSUMBER BINATANG
III.3.2.1 DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
Insiden rate (Incidence Rate) Provinsi Jawa Timur atau Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2013 masih terkendali, yakni mencapai 39 per 100.000 penduduk. Angka ini masih di bawah target 52 per 100.000 penduduk. Namun,
Indikator
Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
Target Hasil Target Hasil Target Hasil Target Hasil Target Hasil
Cakupan Pelayanan (%) 80 56 100 60 100 60 100 63 100 118 Cakupan Pelayanan (Absolut) - 791.221 - 931.013 - 931.013 - 963.559 - 970.834 Angka Penggunaan Oralit (%) 100 86,5 100 70,3 100 70,3 100 62,9 100 81,5 Angka Penggunaan Infus (%) <1,6 4,5 <1 3,6 <1 3,6 <1 3,23 <1 3,9 Mortalitas KLB 1,1 1,8 <1 - <1 - <1 - <1 - Kematian Diare (Absolut) - 8 - 17 - 17 - 26 - 19
29 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013
jika dilihat per kabupaten/kota, masih terdapat 11 kabupaten/kota yang masih cukup tinggi Insiden Rate-nya.
. Tabel 3.5 Pencapaian Hasil Kinerja Program DBD Provinsi Jawa Timur Tahun 2013
Sumber : Laporan Program DBD
Seksi Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Dari tabel 3.5 di atas, angka kematian pada tahun 2013 berada di atas target, yakni mencapai 1,04 %. Ini menunjukkan bahwa perlu peningkatan diagosa dini dan tata laksana kasus DBD di rumah sakit serta sosialisasi tentang penyakit DBD perlu ditingkatkan. Wilayah dengan Case Fatality Rate melebihi 1 % mencapai 16 kabupaten/kota (dari target 5 kabupaten/kota), serta rendahnya Angka Bebas Jentik (ABJ) menunjukkan bahwa di sekitar rumah penduduk masih banyak ditemukan vektor penular DBD, sehingga penularan DBD masih terus terjadi.
III.3.2.2 MALARIA
Hasil dari surveilans rutin pada tahun 2013, 30 kabupaten/kota di Jawa Timur terdapat kasus Malaria. Kasus Malaria terbanyak adalah Malaria import sebesar 99,9 %. Tingginya Malaria import yang tidak ditemukan dan diobati sangat beresiko untuk menularkanMalaria di daerah reseptif. Adapun daerah reseptif Malaria di Jawa Timur tersebar di pantai selatan Jawa Timur dan sekitar pengunungan Wilis serta di daerah kepulauan Sumenep.
Pengendalian Malaria di Jawa Timur dilaksanakan secara menyeluruh dengan mengendalikan kepadatan vektor, menemukan sedini mungkin penderita Malaria, mengobati penderita, meningkatkan sumber daya manusia pada tenaga medis, tenaga laboratorium, pengelola program dan juru Malaria desa, serta koordinasi lintas sektor. Pada pengendalian vektor dilakukan pengendalian vektor stadium larva dan stadium dewasa. Kegiatan-kegiatan ini diharapkan dapat menunjang pencapain indicator Malaria
No Indikator Satuan Target Realisasi
1 Angka Kesakitan (Incidence Rate) per 100.000
penduduk 52 39
2 Angka Kematian (Case Fatality Rate) persen ≤ 1 1,04
3 Angka Bebas Jentik (ABJ) persen ≥ 95 86
30 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013
dan pencapaian target Rencana Strategis Malaria tahun 2013 yang tertuang dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2009 sampai dengan tahun 2014.
. Tabel 3.6 Pencapaian Hasil Kinerja Program Malaria Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013
Sumber : Laporan Program Malaria
Seksi Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Dari tabel 3.6 di atas pada tahun 2013 terlihat jumlah sediaan darah diperiksa 31.920 orang dengan jumlah kasus Malaria positif sebanyak 1.070 orang, jumlah ini menurun dibandingkan dengan jumlah tahun 2012. Annual Parasite Insidence (API) mengalami penurunan dari tahun 2012 menjadi 0,028 per seribu penduduk. Angka ini sudah jauh di bawah target wilayah eliminasi Malaria sebesar kurang dari 1 per seribu penduduk. Proporsi Malaria import mengalami kenaikan dibanding dengan proporsi tahun 2012, ini berarti Jawa Timur semakin siap untuk melakukan eliminasi Malaria tahun 2015 dimana diharapkan tidak ada lagi penularan Malaria setempat.
ABER (Annual Blood Examination Rate) adalah persentase penduduk yang diambil dan diperiksa darahnya dalam setahun. ABER ini sesuai target program dan dianggap baik harus sebesar 10 %. Angka cakupan Jawa Timur tahun 2013 sebesar 0.1 %, dimana cakupan ini masih jauh di bawah target program. Angka SPR (Slide Positivity Rate) tahun
No Indikator Satuan 2009 2010 2011 2012 2013
1 Jumlah Sediaan Darah
Diperiksa ribuan 50,4 56,1 23,6 35,4 31,9
2 ABER persen 1,1 1.06 0,46 0,5 0,1
3 SPR persen - - - 3.7 3,4
4 Penderita Malaria orang 1.489 947 1.222 1.320 1.070
5 API permil 0,33 0,18 0,24 0,2 0,028
6 Proporsi Plasmodium
Falsiparum persen 35,1 46,5 50,7 35.5 34,5
7 Proporsi Kasus
Indigenous persen 30,8 10.67 11,7 0,7 0,1
8 Proporsi Malaria Import persen 74.48 85.4 87,4 93,8 99,9
31 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013
2013 sebesar 3.4 %. Angka ini sesuai dengan kondisi Jawa Timur yang masuk daerah Pra Eliminasi dimana SPR harus di bawah 5 %.
Sebaran penderita Malaria yang ditemukan di Jawa Timur di tahun 2013 terdapat di 78,95 % (30) kabupaten/kota dengan jumlah penderita Malaria sebanyak 1.070 penderita. Jumlah penderita terbanyak di Kabupaten Trenggalek yaitu sebesar 155 penderita atau 14 % dari total penderita Malaria Jawa Timur. Jumlah penderita indigenous sebanyak 1 orang dan jumlah Malaria import sebesar 1.070 orang atau 99,9 %.
Gambar 3.22 Peta Persebaran Proporsi Penderita Malaria Import Provinsi Jawa Timur Tahun 2013
Sumber : Laporan Program Malaria
Seksi Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Tahun 2013, terdapat 1 (satu) kabupaten/kota dengan Malaria indigenous yakni Kabupaten Trenggalek. Ditemukan kasus 1 (satu) penderita Malaria di Desa Barang Kecamatan Panggul (termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Bodag). Dari hasil penyelidikan epidemiologi di Desa Barang tersebut tidak ditemukan adanya penularan di sekitar tempat tinggal penderita. Penderita Malaria tersebut diduga tertular di desa yang lain, yakni Desa Salam Wates Kecamatan Pandean.
Karakteristik penderita Malaria pada tahun 2013 antara lain : a. Penderita per bulan
Kejadian Malaria di Jawa Timur dengan dominasi Malaria import, sangat dipengaruhi oleh mobilisasi penduduk dari dan ke daerah endemis Malaria di luar Pulau Jawa. Trend penderita Malaria mencapai angka tertinggi pada bulan Januari sedangkan tren naik terjadi di bulan Mei, Juli dan Agustus. Tren naik di bulan Juli bersamaan
32 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013
dengan mobilitas penduduk untuk pulang kampung Hari Raya Idul Fitri dari daerah endemis Malaria.
b. Penemuan penderita
Penemuan Malaria dilakukan secara aktif dan pasif. Pada tahun 2013 penemuan terbanyak pada Passive Case Detection (PCD) sebesar 84 %. Penemuan PCD pada penderita Malaria dengan melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan. Sedangkan penemuan secara aktif (Active Case Detection/ACD) sebesar 13 %. Penemuan ini banyak dilakukan oleh juru Malaria desa dan petugas Puskesmas yang mencari secara aktif penderita Malaria di daerah endemis. Selain itu, juga penemuan melalui surveilans migrasi (SM) sebesar 3 %, Penemuan ini didahului dengan adanya informasi penduduk yang datang dari daerah endemis dengan gejala klinis Malaria oleh masyarakat, kader, perangkat desa atau informasi dari fasilitas kesehatan. c. Kelompok umur
Penderita Malaria dengan kelompok umur lebih dari 15 tahun. Kecenderungan ini menunjukan bahwa kejadian Malaria di Jawa Timur terbanyak pada Malaria import. Kasus balita terdapat pada penderita Malaria indigenous di Kabupaten Madiun. Kejadian pada kelompok umur lebih 15 tahun tersebut bila tidak ditangani akan mengganggu produktifitas masyarakat, mengingat kelompok umur tersebut merupakan kelompok umur produktif.
d. Jenis kelamin
Penderita Malaria menurut kelompok umur terbanyak pada laki-laki dengan proporsi 94 %. Sedangkan proporsi pada perempuan sebanyak 6 %. Hal ini terkait dengan proporsi asal penularan Malaria yang lebih banyak pada Malaria import.
e. Klasifikasi penularan
Eliminasi Malaria mengharuskan tidak ada penderita indigenous di daerah reseptif. Pada tahun 2013 masih terdapat penderita indigenous sebanyak 1 penderita dari Kabupaten Trenggalek. Proporsi terbanyak penderita Malaria di Jawa Timur pada Malaria import yaitu sebesar 99 %. Kondisi ini perlu dijaga dan diturunkan agar Jawa Timur di tahun 2015 dapat memenuhi syarat eliminasi yaitu kasus indigenous sebesar 0 %. Untuk daerah reseptif, penderita Malaria import menjadi faktor resiko penular bila tidak segera ditemukan dan segera diobati dengan tata laksana pengobatan Malaria secara benar. Pengobatan yang dianjurkan program dengan menggunakan obat radikal Artemisinin-based Combination Therapy (ACT).
f. Jenis parasit
Jenis parasit dengan proporsi terbanyak adalah Plasmodium Vivax sebesar 56 %, sedangkan Plasmodium Falciparum sebesar 36 %. Proporsi ini perlu dicermati terkait dengan keberhasilan pengobatan Malaria khususnya di Jawa Timur. Kecenderungan
33 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013
penderita Malaria dengan Plasmodium Vivax akan kambuh bila pengobatan yang dilakukan tidak adekuat.
Daerah reseptif Malaria di Jawa Timur meliputi wilayah Jawa Timur bagian selatan di sekitar Gunung Wilis. Tetapi tidak menutup kemungkinan terdapat daerah reseptif di luar wilayah tersebut. Pada tahun 2013, telah dilakukan Spot Check Vector Malaria di 4 (empat) tempat, yakni :
a. Dusun Plengkung Desa Kalipahit Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi. Hanya ditemukan nyamuk Anopheles Vagus. Di mana nyamuk ini bukan merupakan vektor Malaria.
b. Dusun Ringinsari Desa Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi.
Spot check di wilayah ini sebagai tindak lanjut dari spot check tahun 2012, di mana di lokasi ini banyak terdapat penambang emas dan terdapat faktor resiko untuk terjadi penularan Malaria setempat. Tidak ditemukan nyamuk dewasa vektor Malaria, tetapi saat dilakukan pengamatan di genangan air sekitar tempat survei ditemukan larva
Anopheles Subpictus.
c. Dusun Ngantep Desa Tumpakrejo Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang. Ditemukan vektor Malaria antara lain : Anopheles Subpictus, Anopheles Aconitus,
Anopheles Sundaicus, serta nyamuk Anopheles yang lain Anopheles Vagus dan Anopheles Annularis.
d. Dusun Sumbon Desa Barang Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek.
Tidak ditemukan vektor Malaria, tetapi masih ditemukan nyamuk Anopheles Vagus. Hasil pengamatan terhadap tempat perindukan ditemukan larva Anopheles Vagus.
III.3.2.3 FILARIASIS (PENYAKIT KAKI GAJAH)
Di Jawa Timur, 100 % penderita kasus Kaki Gajah ditemukan dalam kondisi kronis atau menahun dan cacat permanen. Tercatat sampai dengan tahun 2013, kasus klinis Kaki Gajah yang telah ditemukan dan diobati sejumlah 358 penderita yang tersebar di 33 kabupaten/kota.
Gambaran capaian hasil kegiatan program Filariasis dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.7 di bawah ini. Penderita terbanyak ditemukan di Kabupaten Lamongan dengan 56 kasus. Sedangkan kabupaten/kota yang belum ditemukan kasus ini antara lain : Kabupaten Gresik, Kota Blitar, Kota Mojokerto, Kota Madiun dan Kota Batu. Data jumlah kasus Filariasis masing-masing kabupaten/kota bisa dilihat di Lampiran Data Profil Kesehatan Tabel 25.
34 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013
. Tabel 3.7 Pencapaian Hasil Kinerja Program Filariasis Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2013
Sumber : Laporan Program Filariasis
Seksi Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur