• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROME (AIDS)

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

III.3 ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS)

III.3.1 PENYAKIT MENULAR LANGSUNG

III.3.1.3 HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROME (AIDS)

Sampai dengan bulan Desember 2013, jumlah kasus AIDS yang dilaporkan adalah 8.725 orang dan 20.030 kasus HIV yang ditemukan melalui VCT. Dari jumlah tersebut, 2.292 orang (26,3 %) di antaranya meninggal dunia. Angka tersebut sesungguhnya jauh lebih kecil dibandingkan angka yang sebenarnya terjadi (fenomena gunung es). Dan dari hasil estimasi sampai dengan tahun 2012 diperkirakan jumlah ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) di Jawa Timur mencapai 57.321 orang.

Adapun hasil prevalensi HIV pada kelompok PSK (Pekerja Seks Komersial) di 10 kabupaten/kota sudah menunjukkan angka > 5 % secara konsisten. Hal ini menunjukan bahwa Jawa Timur sudah termasuk dalam tingkat epidemi HIV terkonsentrasi (concentrated level epidemic). Prevalensi HIV yang terkonsentrasi ini bila tidak segera diambil langkah-langkah yang tepat, nantinya akan menyebar ke populasi umum termasuk ibu dan anak-anak yang dilahirkan, melalui para pelanggan WTS (Wanita Tuna Susila) sebagai perantara (bridging population). Pada populasi berisiko lainnya prevalensi HIV juga > 5%, seperti pada Populasi Injection Drug Users (IDU) di Malang Raya 59 %, Kota Surabaya 48,75 %. Pada populasi Lelaki Seks Lelaki (LSL) Kota Malang 6,25, Kota Surabaya 22,1 %. Pada Waria Kota Malang 9,17 %, Kota Surabaya 27,5 %. Pada Populasi Wanita Pekerja Seks Langsung (WPSL) Kota Surabaya 12,5 % dan Kabupaten Banyuwangi 10 %.

38 kabupaten/kota di Jawa Timur sudah melaporkan adanya kasus AIDS dan berdasarkan tempat asal penderita. Di seluruh kabupaten/kota sudah ada/ditemukan kasus AIDS, dimana sebagian besar ditemukan di Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kota Malang, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Malang. Namun sangat disadari, bahwa kasus AIDS tersebut masih jauh lebih sedikit dibandingkan kasus yang sesungguhnya mengingat tidak seluruh kasus AIDS yang ada atau baru sebagian kecil yang dilaporkan (under-reported).

6 Proporsi MB - 84% 85% 85% 86% 87% 7 RFT Rate : a. PB b. MB 95% 90% 95% 91% 93% 90% 97% 90% 93% 89% 94% 87%

22 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

Gambar 3.17 Perkembangan Kasus HIV, AIDS dan Jumlah Kematian per Tahun Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013

Sumber : Laporan Program HIV/AIDS

Seksi Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Gambar 3.18 Proporsi Kasus AIDS Berdasarkan Faktor Resiko Penderita Provinsi Jawa Timur, Sampai Dengan Tahun 2012 dan 2013

Sumber : Laporan Program HIV/AIDS

Seksi Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Ditinjau dari cara penularan, pada kasus AIDS dari data laporan surveilans nampak bahwa faktor resiko yang tertinggi adalah heteroseksual sebanyak 6.379 kasus (73,11 %), kemudian diikuti penggunaan narkotika suntik (IDU) sebanyak 1.547 kasus (17,73 %) dan homoseksual sebanyak 367 kasus (4,21 %). Gambaran perkembangan proporsi faktor

23 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

resiko kasus AIDS sampai dengan tahun 2012 dan 2013 seperti ditunjukkan pada gambar 3.18.

Dari segi jenis kelamin, kasus AIDS didominasi oleh kelompok laki-laki sebanyak 5.589 kasus (64,1 %), sedangkan kasus AIDS pada kelompok perempuan sebanyak 3.136 kasus (35,9 %). Proporsi perempuan cenderung mengalami peningkatan secara tajam dari tahun ke tahun.

Gambar 3.19 Proporsi Kasus AIDS Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Provinsi Jawa Timur, Sampai Dengan Tahun 2013

Sumber : Laporan Program HIV/AIDS

Seksi Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Dari segi kelompok umur, kasus AIDS didominasi kelompok umur seksual aktif, yakni kelompok umur 25-29 tahun dengan 2.149 kasus, kelompok umur 30-34 tahun dengan 1.940 kasus dan kelompok usia 35-39 tahun dengan 1.257 kasus. Di samping itu, kasus HIV sudah bermanifestasi menjadi AIDS di kalangan anak-anak, yakni dengan 299 kasus pada kelompok umur 0-9 tahun.

Berdasarkan hasil capaian kegiatan Voluntary Counselling and Testing (VCT) kumulatif dari periode tahun 2005 sampai dengan Desember 2013, bahwa klien yang melakukan tes HIV sebanyak 220.370 orang, dimana 19.890 orang di antaranya HIV positif (9,03 %). Di tabel 3.2 di bawah ini digambarkan kondisi pencapaian hasil kegiatan Prevention of Mother-To-Child HIV Transmission (PMTCT) dengan indikator Ibu Hamil HIV Positif, AntiRetroViral (ARV), Bayi Lahir, Bayi Dites dan Bayi yang HIV.

24 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

Tabel 3.2 Pencapaian Hasil Kegiatan PMTCT Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013

Sumber : Laporan Program HIV/AIDS

Seksi Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Pada tabel 3.3 di bawah ini akan ditampilkan kondisi masing-masing kabupaten/kota dengan fasilitas layanan kesehatan Infeksi Menular Seksual (IMS), Voluntary Counselling and Testing (VCT), care support treatment (CST), Prevention of Mother-To-Child HIV Transmission (PMTCT), Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) dan Tuberkulosis-HIV (TB-Tuberkulosis-HIV).

Tabel 3.3 Fasilitas Layanan Kesehatan

Program Penanggulangan HIV-AIDS di Kabupaten/Kota Tahun 2013

Tahun Ibu Hamil HIV+ ARV Bayi Lahir Bayi Dites Bayi HIV

2009 76 49 53 15 5 2010 31 19 28 9 3 2011 65 36 48 7 7 2012 321 211 228 32 15 2013 192 186 143 82 47 Jumlah 685 501 500 145 77

Kabupaten/Kota IMS VCT CST PMTCT PTRM TB-HIV

Kabupaten Pacitan + + Kabupaten Ponorogo + + Kabupaten Trenggalek + Kabupaten Tulungagung + + + + + Kabupaten Blitar + + + Kabupaten Kediri + + + + Kabupaten Malang + + + + + + Kabupaten Lumajang + + Kabupaten Jember + + + + + Kabupaten Banyuwangi + + + + + Kabupaten Bondowoso +

25 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

Sumber : Laporan Program HIV/AIDS

Seksi Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Kabupaten Situbondo + Kabupaten Probolinggo + + + Kabupaten Pasuruan + + + Kabupaten Sidoarjo + + + + Kabupaten Mojokerto + + Kabupaten Jombang + + + + + Kabupaten Nganjuk + + + Kabupaten Madiun + Kabupaten Magetan + + + Kabupaten Ngawi + + Kabupaten Bojonegoro + + + Kabupaten Tuban + + Kabupaten Lamongan + + Kabupaten Gresik + + + + Kabupaten Bangkalan + Kabupaten Sampang + Kabupaten Pamekasan + Kabupaten Sumenep Kota Kediri + + + + Kota Blitar Kota Malang + + + + + + Kota Probolinggo + + Kota Pasuruan + Kota Mojokerto + + + Kota Madiun + + + + + + Kota Surabaya + + + + + + Kota Batu

26 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

III.3.1.4 PNEUMONIA

Berdasarkan hasil laporan program Pneumonia, cakupan penemuan Pneumonia di Jawa Timur belum mencapai target nasional yang ditentukan. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak, baik pelaksana program maupun pengambil kebijakan serta masyarakat. Persentase cakupan penemuan kasus Pneumonia dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 bisa dilihat pada gambar 3.20 di bawah ini.

Gambar 3.20 Persentase Cakupan Penemuan Kasus Pneumonia Provinsi Jawa Timur Tahun 2013

Sumber : Laporan Program Pneumonia

Seksi Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Proporsi Pneumonia berdasarkan klasifikasi adalah : Pneumonia (8,6 %), Pneumonia Berat (0,4 %) dan Batuk Bukan Pneumonia (91 %). Hal ini menunjukkan masih rendahnya standar tata laksana penemuan kasus berdasarkan klasifikasi. Perlu adanya fokus perhatian pada kabupaten/kota yang cakupan penemuan kasusnya rendah, tetapi proporsi batuk bukan Pneumonia lebih besar daripada 90 %, untuk memotivasi pelaksana program agar lebih meningkatkan penemuan kasus Pneumonia sehingga mampu menekan angka kematian balita karena Pneumonia.

Proporsi Pneumonia pada bayi (32,4 %) dan anak balita (65 %) masih jauh lebih tinggi dibandingkan Pneumonia pada umur lebih dari 5 tahun. Angka kematian Pneumonia pada bayi lebih besar dibandingkan pada anak balita, yakni 70 % pada bayi, dan 30 % pada anak balita. Case Fatality Rate (CFR) Pneumonia keseluruhan adalah 0,01 %. Adapun CFR Pneumonia pada bayi sebesar 0,02 % dan pada anak balita sebesar 0,004 %. Rendahnya angka kematian ini perlu dilakukan pengecekan ulang pada

27 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), mengingat data MTBS menunjukkan angka kematian pada bayi dan anak balita sebagian besar akibat Diare dan Pneumonia.

III.3.1.5 DIARE

Cakupan pelayanan penyakit Diare dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir cenderung meningkat, dimana pada tahun 2013 mencapai 118,39 %. Hal ini terjadi karena penurunan angka morbiditas dari tahun 2012 yang sebesar 411/1.000 penduduk menjadi 214/1.000 penduduk pada tahun 2013. Kualitas tata laksana program Diare dari sisi pelaporan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir belum seluruhnya mencapai target karena angka penggunaan Oralit lebih besar dari 100 % dan angka penggunaan infus lebih besar dari 1 %.

Gambar 3.21 Cakupan Pelayanan Program Diare Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013

Sumber : Laporan Program Diare

Seksi Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, capaian penemuan Diare cenderung meningkat. Penderita Diare yang ditemukan di Kader/Posyandu mencapai 121.465 orang, sehingga cakupan sudah melebihi target 10 %, yakni 12,51 %.

Tujuan pencegahan Diare adalah untuk tercapainya penurunan angka kesakitan Diare dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sarana sanitasi dan peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Upaya yang dilakukan adalah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga semua sektor dan masyarakat luas. Salah satu

28 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

kegiatan berkesinambungan yang dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan dan informasi atau penyuluhan dari berbagai sumber media. Keterlibatan kader juga mendukung dalam pelayanan penderita Diare, terutama untuk meningkatkan penggunaan rehidrasi oral, yakni Oralit maupun cairan rumah tangga. Di sarana kesehatan, upaya pelayanan penderita Diare bagi balita adalah dengan pemberian tablet Zinc sesuai umur selama 10 hari berturut-turut di samping pemberian Oralit. Tata laksana penderita Diare yang tepat di tingkat rumah tangga diharapkan dapat mencegah terjadinya dehidrasi berat yang bisa berakibat kematian.

Tabel 3.4 Hasil Cakupan Program Diare Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013

Sumber : Laporan Program Diare

Seksi Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Dokumen terkait