• Tidak ada hasil yang ditemukan

DENGAN MENERAPKAN SMK3 PADA PROYEK KONSTRUKS

 pekerjanya selama proses konstruksi berlangsung. seperti :Helmet,safety shoes,kaca mata, masker,safety belt, rompi,gloves, kotak K-3, dsb. Sebagai pihak pelaksana konstruksi tentunya rutinitas inspeksi danbreafingterhadap penggunaan APD merupakan kewajiban utama yang harus sering dilakukan guna menertipkan kedisiplinan dalam penggunaan APD bagi para pekerjanya di lapangan.

Contoh Gambar Berbagai Alat Perlindungan Diri (Sumber: http://bit.ly/2tZwAIy)

2. Kondisi Tidak Aman (Unsafe -Condition)

Faktor berikutnya yaitu kondisi dan unsur-unsur yang terdapat dalam area kerja (Work Site Job) yang dapat menjadi pemicuh timbulnya kecelakaan kerja, misalnya:

Kondisi Jalan masuk proyek (Access Road Project),kondisi jalan masuk suatu proyek yang tidak mendukung seperti becek, amblas dan kotor tentu saja dapat berpotensi menimbulkan terjadinya kecelakana dalam pelaksanaannya misalnya berpotensi menyebabkan kendaraan proyek terguling, pekerja terjatuh, dan sebagainya.

Contoh Gambar Jalan Akses Menuju Proyek yang Rusak (Sumber: http://bit.ly/2t6gEBB)

Kondisi instalasi listrik dan mesin yang berserakan,hal ini juga dapat berpotensi menimbulkan terjadinya kecelakana bagi para pekerja yang berada disekitarnya, misalnya kondisi

instalasi listrik proyek yang berserakan dan tergenang oleh air tentunya dapat membahayakan bagi para pekerja yang melintasi area tersebut.

Contoh Penyimpanan Mesin dan Instalasi Listrik yang Berserakan pada Proyek Konstruksi

(Sumber: http://bit.ly/2uz8DJM)

Tidak memasang rambu pemberitahuan dan peringatan di sekitar area proyek, dengan memasang rambu pemberitahuan dan peringatan dalam pelaksanaan konstruksi tentunya dapat membantu dalam memberikan pentunjuk, arahan maupun peringatan terhadap kondisi berbahaya di sekitar area proyek, misalnya rambu peringatan terhadap bahaya terjatuh dengan memasangsafety line, rambu pemberitahuan terhadap penggunaan APD selama berada dalam area konstruksi, rambu peringatan terhadap lokasi galian, rambu peringatan bahaya listrik tegangan tinggi, rambu peringatan terhadap aktifitas peralatan kosntruksi. dsb. Tentunya hal ini tidak diharapkan hanya menjadi persyaratan administrasi yang hanya dibuat dan tidak dilaksanakan selama proses konstruksi.

Contoh Gambar Peringatan (Sumber: http://bit.ly/2tZwAIy)

Kondisi penerangan yang tidak memadai,pekerjaan proyek konstruksi juga membutuhkan penerangan yang cukup selama

2

67

pekerjaan berlangsung contohnya pada pekerjaan galian bawah tanah dan pekerjaan yang dilakukan pada malam hari. Jika fasilitas penerangan yang diberikan tidak memadai tentunya dapat menimbulkan risiko terjadinya kecelakan kerja.

Contoh Gambar Kondisi Proyek dengan Penerangan yang Kurang

(Sumber: http://bit.ly/2upAnzY)

Kondisi pengudaraan yang tidak memadai, sama halnya dengan kondisi pencahayaan, pengudaraan juga merupakan hal yang tidak kala penting dalam proses pelaksanan proyek konstruksi misalnya pada pekerjaan yang dilakukan di bawah tanah atau diruangan yang sempit karena harus membutuhkan sistem sirkulasi udara yang ideal, hal ini harus menjadi perhatian bagi pihak pelaksana sehingga tidak menimbulkan terjadinya hal yang tidak diinginkan selama proyek berlangsung.

Contoh Gambar Kondisi Proyek dengan Pengudaraan yang Kurang

(Sumber: http://bit.ly/2uzcKW2)

Kondisi peralatan konstruksi yang tidak layak pakai,kondisi demikian juga memiliki tingkat risiko dalam menimbulkan kecelakanan kerja, misalnya kondisi peralatanTower Craneyang tidak layak pakai atau rusak tentunya dapat berisiko menimbulkan kejadian yang fatal bagi para pekerja

maupun masyarakat disekitarnya hal ini juga berlaku pada peralatan konstruksi lainnya.

Contoh Gambar Escavator yang Rusak Menghambat Pekerjaan Konstruksi

(Sumber: http://bit.ly/2t6kM4j)

Penggunaan jenis material konstruksi yang berbahaya,tidak semua material konstruksi dapat dengan aman digunakan dalam pelaksanaan kosntruksi, ada beberapa material atau bahan yang membutuhkan penanganan khusus dalam penggunaannya maupun material yang berbahaya dalam penggunaannya misalnya material yang berbahan asbes sangat berbahaya bagi kesehatan pernafasan pekerja, bahan peledak/detonator pada pekerjaan peledakan tebing, serta penggunaan bahan-bahan kimia lainnya yang berbahaya selama proses konstruksi.

Contoh Gambar Penggunaan Bahan Material Berbahaya (Sumber: http://bit.ly/2twnEqE)

Pemilihan metode kerja yang tidak sesuai prosedur,kadang dalam pelaksanaan konstruksi pemilihan metode kerja dilakukan berdasarkan kebiasaan, tentunya jika kebiasaan yang telah mengikuti prosedur tidak menimbulkan risiko, tetapi jika kebiasaan yang dilakukan tidak sesuai dengan standar yang berlaku maka dapat berpotensi menimbulkan risiko terjadinya kecelakaan kerja, misalnya prosedur pengoperasian peralatan

3

68

Sumber :

_.2012. Evaluasi dan Perancangan Sistem Manajemen SMK3 dalam Rangka Perbaikan Safety Behavior Pekerja[Online]

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=54095&val=4186 [17 Juli 2017] _.2017. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 Proyek Konstruksi[Online] http://bit.ly/2tZwAIy[17 Juli 2017]

Rachmawati, Faizah Dwi, dkk. 2013. Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Terhadap Tingkatan Kecelakaan Kerja Konstruksi

konstruksi yang tidak safety maka akan membahayakan keselamatan pekerja yang ada disekitarnya.

Contoh Gambar Kondisi Bangunan yang Rusak/Gagal Konstruksi Akibat Kesalahan Metode Pekerjaan

(Sumber: http://bit.ly/2twwpRD)

Secara garis besar terdapat hubungan logis yang saling berkaitan antara sumber dayamaterial, man powerdan peralatan konstruksi (Equipment) dalam penerapan K3, secara umum hubungan material dan peralatan akan berdampak terhadap dampak lingkungan di sekitarnya, sedangkan hubungan antara material denganman powerakan berdampak terhadap kesehatan pekerja dari penggunaan material selama aktifitas konstruksi berlangsung, serta hubungan antara peralatan denganman powerakan berdampak kepada aspek keselamatan pekerja terhadap peralatan yang digunakana selama pekerjaan konstruksi. Hubungan ini dapat dilihat pada alur logis di bawah ini:

Adapun hal-hal yang dapat menjadi masukan dalam mereduksi tingkat risiko terjadinya kecelakan kerja dalam industri konstruksi antara lain:

 Dengan melakukantraining dan breafingsecara berkala bagi para staff dan pekerja konstruksi sebelum kegiatan proyek mulai dilaksanakan, sehingga dapat menjadi pembekalan yang membentuk suatu kebiasaan dan kesadaran dalam menjalankan aktifitasnya terhadap pentingnya penerapan K3.

 Dengan memberikanreward dan

punishmentterhadap pekerja konstruksi, yaitu dengan memberikan penghargaan terhadap staff dan pekerja yang patuh dan disiplin terhadap penerapan K-3 selama proyek berlangsung serta memberikan sanksi yang tegas terhadap staff dan pekerja yang lalai dalam melaksanakan prosedur K-3 selama kegiatan proyek berlangsung, dapat berupa potongansallarymaupun jenis sanksi administrasi lainnya yang dianggap rasional.

 Dengan sering melakukan inspeksi dadakan selama proyek berlangsung dengan membentuk suatu divisi khusus yang dapat menilai dan mengevaluasi persoalan K-3 pada proyek konstruksi, baik berupa inspeksi terhadap kelengkapan ketersediaan APD, kedisiplinan pekerja dalam menggunakan APD, kondisi area proyek, kondisi peralatan, metode kerja, material konstruksi, pencahayaan, pengudaraan serta aspek lainnya yang dianggap dapat berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja di lokasi proyek. Bagi pihak pelaksana konstruksi (kontraktor) dapat memberikan jaminan sosial bagi setiap staff dan dan pekerjanya sesuai jaminan Undang-undang agar berkurangnya kecelakaan dalam proses pekerjaan.

Penulis : Shanti Astri Noviani, S.Pd. Penelaah Jasa Konstruksi Balai Penerapan Teknologi Konstruksi

[email protected]

4

69