• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Pengaruh Pemberian ESP Kelompok Tikus Ovariektomi

4.3.5. Densitas Osteoblas dan Osteoklas

Pada daerah metafisis ditemukan jaringan sumsum merah yang terdiri atas berbagai bentuk sel-sel darah dari hasil proses diferensiasi sel-sel hemositoblas. Pada daerah metafisis ini, banyak juga ditemukan osteoblas aktif maupun osteoblas pasif. Secara mikroskopis di bagian epifisis dan metafisis tulang tibia tikus yang diberi ESP 120 hari, sel-sel tulang, sumsum tulang, dan osteoblas baik yang aktif maupun yang pasif tampak lebih padat dibandingkan pada tikus kontrol. Adanya osteoblas aktif menandakan tulang dalam kondisi bekerja sedangkan adanya osteoblas pasif menunjukkan tulang dalam kondisi istirahat dalam pembentukan tulang. Densitas osteoblas aktif dan pasif pada tikus OV-2, masing-masing: 57,19 ± 18,67, dan 67,31 ± 18,45, lebih padat dibandingkan dengan densitas osteoblas aktif dan pasif pada tikus kontrol masing-masing: 28,17 ± 14,79, dan 38,00 ± 14,52 (P<0,05) (Tabel 8).

72

Gambar 33. Gambaran radiografi tulang tibia tikus ovariektomi dengan perlakuan pemberian ESP pada umur 90,120, dan 150 hari.

Inset: Tanda panah memperlihatkan radiolusen (OV-1’), dan radiopaque

(OV-2’), dengan derajat radiopaque yang menurun pada OV-3’- OV- 4’ bila dibandingkan dengan OV-2’. Bar: 5 mm

OV-0 = sham, tidak diberi ESP dan diovariektomi OV-1, yang diberi ESP mulai umur 90 hari OV-2, 120 hari OV-3 ,dan 150 hari (OV-4).

Tabel 8. Densitas osteoblas aktif dan pasif, osteoklas dan buluh darah pada tulang tibia tikus ovariektomi yang diberi ESP pada umur 90, 120, dan 150 hari.

grup Osteoblas Osteoklas Buluh darah

Aktif Pasif OV-0 30,75±19,16c 41,79±17,37b 3,21±2,19c 8,04±3,59b OV- 1 28,17±14,79c 38,00±14,52b 16,00±3,32a 8,50±2,60 OV- 2 ab 57,19±18,67a 67,31±18,45a 6,68±3,35b 11,17±5,57 OV- 3 a 38,46±8,36b 45,75±10,45b 7,67±2,59b 10,75±3,37 OV- 4 a 28,39±15,55c 36,39±16,97b 9,06±3,67b 8,71±4,61ab

OV-0 = Tikus sham; Tikus yang diovariektomi tidak diberi ESP (OV-1), Tikus diovariektomi diberi ESP selama 120 hari (OV-2), 90 hari (OV-3), dan 60 hari (OV-4).

OV-0 OV-1 OV-2

OV-3 OV-4

73

Banyaknya osteoblas aktif pada tikus ovariektomi yang diberi ESP selama 90 hari adalah sebesar 38,46 ± 8,36 sedangkan yang pasif adalah 36 45,75 ± 10,45. Pada tikus OV-3, yang diberi ESP selama 90 hari memperlihatkan penurunan jumlah osteoblas baik yang aktif maupun yang pasif, tetapi densitas osteoblas tikus OV-3 tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tikus kontrol (P<0,05). Selanjutnya, densitas osteoblas aktif pada tikus OV-4 terlihat juga adanya penurunan menjadi 28,39 ± 15,55 dan osteoblas pasif sebesar 36,39 ± 16,97 tetapi masih menyamai tikus kontrol (P>0,05) (Gambar 34).

Sementara itu, densitas osteoklas meningkat sejalan dengan rentang waktu pemberian ESP yang lebih pendek (Tabel 8 dan Gambar 35). Tikus ovariektomi yang diberi ESP 120 hari menunjukkan densitas osteoklas paling rendah (6,68 ± 3,35) dibandingkan tikus kontrol (16,00 ± 3,32), maupun tikus perlakuan lainnya (OV-3 dan OV-4) (P<0,05). Tikus ovariektomi yang diberi ESP mulai umur 90 hari (OV-3) dan umur 60 hari (OV-4) menunjukkan densitas osteoklas sebesar (7,67 ± 2,59), namun demikian densitas osteoklas OV-3 dan OV-4 ini masih lebih rendah dibandingkan dengan tikus kontrol (P<0,05). Pada tikus pemberian ESP selama 60 hari di samping terlihat sumsum tulang yang jarang juga trabekula yang menipis dan menunjukkan peningkatan densitas osteoklas (Tabel 8).

Densitas pembuluh darah arteriol dalam sumsum tulang akan mengikuti aktivitas tulang. Dari semua tikus perlakuan, tikus yang diberi ESP, secara relatif menunjukkan kondisi pembuluh darah arteriol yang banyak sejalan dengan lamanya pemberian ESP. Tikus yang diberi ESP 120 hari (OV-2) memiliki arteriol paling banyak bila dibandingkan dengan tikus kontrol (OV-1) maupun tikus perlakuan (OV-3 dan OV-4) (Tabel 8).

4.3.6. Gambaran Mikroskopis Trabekula dan Buluh Darah Tulang Tibia.

Secara mikroskopis, kondisi pertulangan antara lain ditentukan oleh densitas trabekula, osteoblas, dan osteoklas yang terdapat di bagian diafisis maupun metafisis tulang. Trabekula merupakan jaringan ikat berupa anyaman- anyaman yang terbentuk dari sasaran epifisis yang mengalami osifikasi ke arah distal. Trabekula umumnya memanjang sejajar dengan sumbu tulang dan memberikan warna biru menandakan masih mengandung tulang rawan sedangkan warna merah menandakan tulang yang sudah padat dengan pewarnaan MT (Gambar 36).

74

Gambar 34. Distribusi osteoblas aktif dan pasif pada tulang tibia tikus ovariektomi umur 210 hari pada tikus kontrol dan yang diberi ESP pada umur 90,120, dan 150 hari.

Inset: OV-2’ pemberian ESP selama 120 hari dengan jumlah osteoblas yang meningkat. Osteoblas aktif (panah hitam) osteoblas pasif (segitiga), ost: osteosit (panah merah). Pewarnaan HE. Bar: 50 µm (OV-0, OV-1, OV-2,), 20 µm (OV-0’, OV-1’, OV-2’,).

75

Gambar 35. Densitas osteoklas tulang tibia tikus ovariektomi yang diberi ESP pada umur 90,120, dan 150 hari.

Inset: mempelihatkan sel osteoklas. OV-0’: sham, OV-1’: Tikus perlakuan yang diovariektomi tidak diberi ESP menunjukkan peningkatan sel osteoklas: OV-2’, pemberian ESP selama 120 hari, osteoklas (panah hitam), osteosit (panah merah). Pewarnaan HE. Bar: 50 µm (OV-0, OV-1, OV-2), dan 20 µm (OV-0’, OV-1’, OV-2’).

ost

ost ost

77

Gambar 36. Gambaran trabekula pada potongan memanjang dan sketsa densitas trabekula tulang tibia setelah pembuangan bone marrow dari tikus ovariektomi yang diberi ESP selama 120, 90, dan 60 hari. Terjadi peningkatan trabekula (panah hitam) selama pemberian pada grup (OV-2- OV-4) dibandingkan dengan kontrol (OV-1).

OV-0 = Tikus sham; Tikus yang diovariektomi tidak diberi ESP (OV-1), Tikus diovariektomi diberi ESP selama 120 hari (OV-2), 90 hari (OV-3), dan 60 hari (OV-4). Pewarnaan MT. Bar: 50 µm

Tikus yang diberi ESP selama 120 hari (OV-2) memiliki trabekula dengan intensitas warna biru lebih pekat dibandingkan dengan tikus kontrol (OV-1), maupun tikus-tikus perlakuan lainnya (OV-3 dan OV-4). Trabekula pada tulang tibia tikus OV-2 juga tampak lebih padat dan tebal baik di daerah diafisis maupun metafisis. Demikian juga dengan trabekula pada tikus OV-3 yang memberikan intensitas warna biru yang lebih pekat dibandingkan dengan intensitas warna trabekula pada tikus kontrol dan tikus perlakuan lainnya. Walaupun demikian,

78

pada tikus OV-3 trabekulanya tampak lebih tipis dan jarang dibandingkan dengan tikus OV-2. Hal yang sama juga ditemukan pada tulang tibia tikus OV-4. Dengan pewarnaan MT ini, juga dapat diamati buluh darah terutama ditemukan pada daerah metafisis. Buluh darah banyak ditemukan pada sumsum tulang tikus kontrol maupun tikus-tikus perlakuan tetapi pada OV-2 dan OV-4, buluh darahnya tampak lebih banyak dibandingkan dengan tikus kontrol.

4.3.7. Gambaran Mikroskopis Kelenjar Paratiroid

Aktivitas sel-sel prinsipal dalam menghasilkan hormon paratiroid (PTH) dapat ditentukan dari ukuran dan jumlah sel prinsipal dalam kelenjar paratiroid. Gambaran mikroskopis tikus yang diberi ESP 120 hari (OV-2) menunjukkan gambaran paratiroid yang normal dan tidak menunjukkan perubahan yang menonjol dibandingkan dengan kontrol maupun tikus perlakuan lainnya.

Gambar 37. Gambaran mikroskopis kelenjar paratiroid tikus yang diberi ESP pada umur 90, 120, dan 150 hari.

OV-0 = Tikus sham; Tikus yang diovariektomi tidak diberi ESP (OV-1), Tikus yang diovariektomi diberi ESP selama 120 hari (OV-2), menunjukkan sel-sel prinsipal yang kompak dan terlihat terang. Sel- sel prinsipal padat tidak terjadi peningkatan jumlah, sel-sel oksifil tidak terjadi kerusakan, kapiler banyak terjadi penimbunan darah. Pewarnaan HE. Bar: 50µm.

psp oks kpr psp oks kpr psp oks kpr

79

Sel-sel kelenjar paratiroid tikus OV-2 menunjukkan susunan yang rapi, tidak menunjukkan kelainan. Dari semua kelompok perlakuan menunjukkan gambaran mikroskopis paratiroid yang hampir serupa dengan tikus kontrol. Perubahan yang demikian menunjukkan paratiroid dalam keadaan baik (Gambar 37).

4.3.8. Gambaran Mikroskopis Hati dan Ginjal

Berdasarkan hasil pengamatan, gambaran mikroskopis jaringan hati tikus- tikus perlakuan (OV-2, OV-3, dan OV-4) mirip dengan pada tikus kontrol dan tidak menunjukkan perubahan anatomi. Pada tikus OV-2 yang diberi ESP selama 120 hari, sel-sel hepatosit tidak mengalami perubahan, dengan terlihat inti sel hepatosit yang masih berwarna biru cerah, dan sitoplasma berwana merah cerah serta tidak ada akumulasi benda-benda asing di dalam sitoplasma. Sinusoid normal, tidak mengalami perubahan maupun kerusakan lainya (Gambar 38).

Gambar 38. Gambaran mikroskopis hati.

Tikus sham (OV-0), Tikus yang diovariektomi tidak diberi ESP (OV-1), Tikus yang diovariektomi diberi ESP selama 120 hari (OV-2). Gambar menunjukkan tidak adanya perbedaan pada semua grup dibandingkan tikus kontrol. Panah hitam sinusoid tidak melebar, panah merah sel hepatosit yang normal, panah hijau vena sentralis tidak dipenuhi darah. Pewarnaan HE. Bar: 50µm.

sns vc sht sns vc sht sht vc sns

80

Hasil yang sama juga ditemukan pada gambaran mikroskopi ginjal tikus tidak menunjukkan adanya perubahan maupun perbedaan pada tikus sham, kontrol maupun tikus ovariektomi yang diberi ESP (OV-2, OV-3, dan OV-4). (Gambar 39). Pada tikus OV-2 glomerulusnya yang tidak mengalami perubahan, ditandai sel-sel penyusunnya yang kompak. Sel-sel endotel pada kapsula Bowman terlihat normal. Tubulus proksimalis dan tubulus distalis normal, ditandai dengan epitel yang kompak dan sitoplasma cukup baik serta lumen dari tubulus kosong, tidak ada akumulasi benda-benda asing.

Gambar 39. Gambaran mikroskopi ginjal.

Tikus yang diovariektomi tidak diberi ESP (OV-1), Tikus yang diovariektomi dan diberi ESP selama 120 hari (OV-2). Gambar menunjukkan tidak adanya perbedaan pada semua grup baik kontrol maupun tikus perlakuan. Panah hitam glomerulus padat, panah merah tubulus ginjal lumen kosong, panah hijau kapsula Bowman tipis dan tidak melebar. Pewarnaan HE. Bar: 50µm. gmr tbg kB gmr tbg kB gm tbg

81

Dokumen terkait