• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Depresi

2.2.1 Definisi Depresi

Depresi adalah mood (suasana hati, perasaan) yang rendah atau tertekan

yang mungkin disertai anhedonia, yaitu hilangnya kemampuan untuk menikmati

aktivitas sehari-hari dan menyenangkan (Puri., Laking., & Treasaden, 2012).

Setiap orang sering mengalami perasaan sedih, tetapi perasaan ini biasanya akan

hilang dalam beberapa hari. Ketika seseorang mengalami gangguan depresi, hal

itu akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari, fungsi sebagai manusia yang

normal, dan menyebabkan perasaan sakit baik untuk orang yang mengalami

gangguan depresi maupun orang-orang terdekatnya. Depresi umum terjadi, tetapi

merupakan penyakit yang serius, dan mayoritas orang yang pernah mengalami

depresi membutuhkan perawatan untuk menjadi lebih baik (National Institute

Mental Health [NIMH], 2008).

2.2.2. Penyebab Depresi

Timbulnya depresi terjadi karena kerentanan seseorang pada predisposisi

genetik, karakteristik kepribadian, atau kebiasaan berpikir yang berinteraksi

dengan peristiwa stres seperti kehilangan sesuatu yang berharga, kekerasan

seksual, kehilangan bagian atau fungsi tubuh seperti mastektomi (Hankin &

18

Faktor predisposisi terjadinya depresi menurut NIMH (2008) dan Kaplan

& Saddock (2010) yaitu:

1) Genetik (Riwayat Keluarga)

Jika seseorang memiliki riwayat keluarga dengan depresi, orang tersebut

beresiko mengalami depresi. Di lain kasus, banyak juga orang yang

mengalami gangguan depresi tanpa memiliki riwayat keluarga dengan

depresi.

2) Ketidakseimbangan Bahan Kimia

Otak pada orang yang normal terlihat berbeda dibanding dengan yang

megalami gangguan depresi. Hal itu dikarenakan bagian dari otak yang

mengatur suasana hati, pikiran, tidur, keinginan, dan perilaku tidak

memiliki keseimbangan yang benar terhadap bahan kimia.

3) Faktor Hormonal

Perubahan siklus menstruasi, melahirkan, pembawaan, periode

postpartum, perimenopouse, dan menopouse merupakan penyebab depresi

pada wanita

4) Stress

Peristiwa hidup yang penuh dengan tekanan seperti trauma, kehilangan

seseorang yang berarti, hubungan yang buruk, tanggungjawab pekerjaan,

mengasuh anak dan lansia, penyalahgunaan, kemiskinan, penyakit kronis

mungkin memicu gangguan depresi pada beberapa orang. Orang yang

terdepresi merasakan putus asa karena tidak menerima respon yang

5) Penyakit Medis

Menghadapi penyakit yang serius, seperti stroke, serangan jantung, atau

kanker bisa memicu keadaan depresi.

6) Jenis Kelamin

Prevalensi depresi berat dapat terjadi dua kali lebih besar pada wanita

dibandingkan laki-laki. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan hormonal,

perbedaan stressor psikososial bagi wanita dan bagi laki-laki serta

perbedaan model perilaku tentang keputusasaan.

7) Usia

Rata-rata usia untuk terjadinya gangguan depresi berat adalah kira-kira 40

tahun. 50% dari semua pasien mengalami depresi saat berusia 20 – 50

tahun.

8) Status Perkawinan

Depresi paling sering terjadi pada orang yang tidak memiliki hubungan

interpersonal yang erat atau yang bercerai dan berpisah.

2.2.3. Klasifikasi Depresi

Menurut NIMH (2008) ada beberapa jenis gangguan depresi yaitu:

a.Major Depressive Disorder (Gangguan Depresi Berat)

Karakteristik dari gangguan ini adalah adanya beberapa gejala yang

mengganggu seseorang untuk bekerja, tidur, belajar, makan dan menikmati

20

Depresi berat merupakan ketikdakmampuan seseorang untuk berfungsi

secara normal. Depresi berat mungkin hanya terjadi sekali selama hidup

seseorang, tetapi adakalanya hal itu terjadi berulang kali dalam hidup seseorang

yang lain.

b. Dysthymic Disorder (Dysthymia)

Ditandai dengan waktu yang lama (dua tahun atau lebih) tidak terdapat

gejala-gejala yang dapat mengganggu kemampuan seseorang tetapi dapat

mengganggu fungsinya secara normal seperti perasaan yang nyaman. Orang

dengan dysthymia mungkin juga mengalami sekali atau lebih peristiwa depresi

berat selama hidupnya.

c. Minor Depression (Depresi Ringan)

Depresi ringan berlangsung antara 2 minggu atau lebih dan tidak memiliki

tanda dan gejala depresi berat. Tanpa pengobatan yang tepat orang dengan depresi

ringan berada pada resiko tinggi untuk berkembang menjadi depresi berat.

Beberapa bentuk gangguan depresi menunjukkan sedikit perbedaan

karakteristik dari yang digambarkan di atas, atau mungkin saja beberapa

Sedangkan menurut American Psychiatric Association dalam Kaplan &

Saddock (2010) ada beberapa klasifikasi depresi dan kriterianya yaitu sebagai

berikut:

1. Episode Deprsif Berat

Ada beberapa kriteria suatu depresi dikatakan sebagai episode

depresif berat yaitu sebagai berikut:

a. Lima (atau lebih) gejala berikut telah ditemukan selama periode dua

minggu yang sama dan mewakili perubahan dari fungsi sebelumnya;

sekurangnya satu dari gejala adalah salah satu dari mood terdepresi

atau hilangnya minat atau kesenangan.

1) Mood terdepresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari,

seperti yang ditunjukkan oleh laporan subjektif (misalnya

merasa sedih atau kosong) atau pengamatan yang dilakukan

orang lain (misalnya tampak sedih)

2) Hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam semua,

atau hampir semua aktivitas speanjang hari, hampir setiap hari.

3) Penurunan berat badan yang bermakna tanpa melakukan diet

atau penambahan berat badan (misalnya perubahan berat badan

lebih dari 5% dalam satu bulan), penurunan atau peningkatan

nafsu makan hampir setiap hari.

4) Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari

5) Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari

22

7) Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau

tidak tepat hampir setiap hari

8) Hilangnya kemampuan untuk berpikir atau memusatkan

perhatian, atau tidak dapat mengambil keputusan, hampir setiap

hari

9) Pikiran akan kematian yang rekuren (bukan hanya takut mati),

ide bunuh diri yang rekuren tanpa rencana spesifik, atau usaha

bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri.

b. Gejala tidak memenuhi kriteria untuk eposide campuran

c. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

d. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat

(misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu

kondisi medis umum.

e. Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh dukacita yaitu setelah

kehilangan orang yang dicintai, gejala menetap lebih dari 2 bulan

atau ditandai oleh gangguan fungsional yang jelas, preokupasi

morbid dengan rasa tidak berharga, ide bunuh diri, gejala psikotik,

2. Episode Depresif Ringan

Ada beberapa kriteria suatu depresi dikatakan sebagai episode

depresif ringan yaitu sebagai berikut:

a. Sekurangnya dua (tetapi kurang dari lima) gejala berikut telah

ditemukan selama periode dua minggu yang sama dan mewakili

perubahan dari fungsi sebelumnya; sekurangnya satu dari gejala

adalah salah satu dari mood terdepresi atau hilangnya minat atau

kesenangan.

1) Mood terdepresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari,

seperti yang ditunjukkan oleh laporan subjektif (misalnya

merasa sedih atau kosong) atau pengamatan yang dilakukan

orang lain (misalnya tampak sedih)

2) Hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam semua,

atau hampir semua aktivitas sepanjang hari, hampir setiap hari.

3) Penurunan berat badan yang bermakna tanpa melakukan diet

atau penambahan berat badan (misalnya perubahan berat badan

lebih dari 5% dalam satu bulan), penurunan atau peningkatan

nafsu makan hampir setiap hari.

4) Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari

5) Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari

6) Kelelahan atau hilangnya energi hampir setiap hari

7) Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan

24

8) Hilangnya kemampuan untuk berpikir atau memusatkan

perhatian, atau tidak dapat mengambil keputusan, hampir

setiap hari

9) Pikiran akan kematian yang rekuren (bukan hanya takut mati),

ide bunuh diri yang rekuren tanpa rencana spesifik, atau usaha

bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri.

b. Gejala tidak memenuhi kriteria untuk eposide campuran

c. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

d. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat

(misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu

kondisi medis umum.

e. Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh dukacita yaitu setelah

kehilangan orang yang dicintai, gejala menetap lebih dari 2 bulan

atau ditandai oleh gangguan fungsional yang jelas, preokupasi

morbid dengan rasa tidak berharga, ide bunuh diri, gejala psikotik,

3. Episode Depresif Karena Kondisi Medis Umum

Ada beberapa kriteria suatu depresi dikatakan sebagai episode

depresif karena kondisi medis umum yaitu sebagai berikut:

a. Gangguan mood yang menonjol dan persisten yang menguasai

gambaran klinis dan ditandai oleh salah satu (atau keduanya)

berikut ini:

1) Mood terdepresi atau hilangnya minat atau kesenangan

secara jelas pada semua, atau hampir semua aktivitas

2) Mood yang meninggi, ekspansif atau iritable

b. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau

temuan laboratorium bahwa gangguan adalah akibat fisiologis

langsung dari kondisi medis umum

c. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental

lain (misalnya, gangguan penyesuaian dengan mood terdepresi

sebagai respon terhadap stres menderita kondisi medis umum)

d. Gangguan tidak semata-mata selama perjalanan delirium atau

demensia

e. Gejala menyebakan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

26

Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

Jiwa (PPDGJ) III gejala utama dan gejala tambahan pada depresi yaitu sebagai

berikut:

1. Gejala utamanya mencakup suasana perasaan yang depresi / sedih atau

murung, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang

menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya

aktivitas.

2. Gejala tambahan mencakup konsentrasi dan perhatian berkurang,

berkurangnya harga diri dan kepercayaan diri, gagasan tentang perasaan

bersalah dan tidak berguna pandangan masa depan yang suram dan

pesimistik, gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh

diri, gangguan tidur dan berkurangnya nafsu makan.

Sehingga berdasarkan gejala utama dan gejala tambahan diatas ada

beberapa tingkatan depresi yaitu:

1. Depresi ringan, ciri – cirinya: sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3

gejala utama depresi seperti tersebut diatas, ditambah sekurang –

kurangnya 2 dari gejala tambahan, tidak boleh ada gejala berat

diantaranya, lamanya seluruh episode berlangsung sekurang – kurangnya

sekitar 2 minggu, hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan

sosial yang biasa dilakukan.

2. Depresi sedang, ciri – cirinya : sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3

gejala utama depresi seperti pada depresi ringan, ditambah sekurang –

episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu, menghadapi kesulitan

nyata untuk meneruskan kegiatan sosial pekerjaan dan urusan rumah

tangga.

3. Depresi berat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Depresi berat tanpa gejala psikotik, ciri – cirinya : semua 3 gejala

depresi utama harus ada, ditambah sekurang – kurangnya 4 dari

gejala lainya dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat,

bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi

psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau

atau mampu untuk melaporkan banyak gejala secara rinci,

episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang –

kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan

serangannya sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk

menegakan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu,

sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan

sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf

yang sangat terbatas.

b. Depresi berat dengan gejala psikotik, ciri – cirinya: episode depresi

berat yang memenuhi kriteria menurut depresi berat tanpa gejala

psikotik disertai waham, halusinasi atau stupor depresif, waham

biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau

malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung

28

2.2.4. Tanda dan Gejala Depresi

Orang dengan gangguan depresi tidak selalu memiliki gejala yang sama

satu dengan yang lain. Frekuensi, durasi dan beratnya gejala akan bervariasi

tergantung pada masing-masing orang. Adapun gejala-gejala depresi menurut

NIMH (2008) yaitu antara lain :

1) Perasaan sedih yang menetap, khawatir atau perasaan kosong

2) Perasaan putus asa dan atau pesimisme

3) Perasaan bersalah, perasaan tidak berharga dan atau putus asa

4) Cepat marah, tidak dapat istirahat

5) Kehilangan minat dalam kegiatan atau hobi yang menyenangkan,

termasuk seks

6) Kelelahan dan penurunan energi

7) Kesulitan berkonsentrasi, mengingat, dan membuat keputusan

8) Insomnia, terjaga dipagi buta, atau tidur yang berlebihan

9) Kehilangan nafsu makan

10)Pikiran untuk bunuh diri, usaha bunuh diri

11)Perasaan sakit yang menetap, sakit kepala, kram atau gangguan

pencernaan yang tidak mudah disembuhkan walaupun dengan perawatan.

Sedangkan menurut Kaplan & Saddock (2010) episode dari depresi yaitu

hilangnya minat atau kesenangan, pasien mungkin mengatakan bahwa mereka

merasa murung, putus asa, merasa sedih dan tidak berguna. Pasien depresi

kadang-kadang mengeluh tidak bisa menangis, suatu gejala yang menghilang saat

melakukan bunuh diri, dan 10-15% melakukan bunuh diri. Tetapi pasien depresi

kadang-kadang tidak menyadari depresi yang dialami dan tidak mengeluhkan

adanya depresi, walaupun mereka menunjukkan penarikan diri dari keluarga,

teman dan aktivitas yang sebelumnya menarik bagi mereka.

Hampir semua pasien depresi yaitu 97% mengeluhkan adanya penurunan

energi yang menyebabkan kesulitan dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan

serta adanya penurunan motivasi. Kira-kira 80% pasien mengeluh sulit tidur,

sering terbangun pada malam hari karena merenungkan masalah yang dihadapi.

Banyak pasien yang mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan berat

badan. Pasien juga mengalami kesulitan berkonsentrasi yaitu sebanyak 84% dan

gangguan dalam berpikir yaitu sebanyak 67%.

2.2.5. Dampak Depresi

Dampak depresi bagi pasien kanker cukup banyak dan kesemuanya

menimbulkan pengaruh yang buruk bagi penderita. Dampak yang ditimbulkan

berupa bunuh diri, penelantaran diri, distres keluarga.

1. Bunuh diri

Percobaan bunuh diri dijumpai pada hampir 1/3 dari penderita kanker yang

mengalami depresi major dan >50% dengan gangguan penyesuaian.

2. Penelantaran diri

Penderita menjadi tidak kooperatif, baik dalam hal pengobatan maupun

menjaga daya tahan tubuh. Kondisi ini tentu akan semakin memperparah

30

3. Distress pada keluarga

Depresi pada pasien kanker tidak hanya mempengaruhi pasien tetapi juga

berdampak pada keluarga mereka. Suatu survei di Inggris tentang kanker

payudara menunjukkan bahwa diantara faktor-faktor yang ada, depresi

merupakan faktor terkuat yang menimbulkan masalah perilaku dan

emosional dalam keluarga (Lisnawati, 2010).

2.2.6. Depresi Pada Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi

Mastektomi adalah pengangkatan keseluruhan jaringan payudara dan

nodus limfe aksilari. Ada dua rekasi yang ditimbulkan paska mastektomi yaitu

reaksi psikis positif dan reaksi psikis negatif. Reaksi psikis positif yang dapat

muncul adalah, meningkatnya penyesuaian diri penderita karena kehilangan

payudara. Sedangkan, reaksi psikis negatif yang dapat muncul adalah menurunnya

self esteem (harga diri) sebagai perempuan karena kehilangan payudara, stress,

atau depresi (Wagman dalam Dewi et al, 2004).

Shelley dalam Dewi et al (2004), menjelaskan bahwa pada saat pasien dan

dokter memutuskan pengangkatan payudara (mastektomi) sebagai cara

penyembuhan, seringkali hanya aspek fisik yang menjadi pertimbangan. Namun

sebenarnya, operasi ini tidak sekedar operasi pengangkatan organ tubuh manusia

saja. Operasi ini akan memunculkan tanda dan gejala psikologis tertentu, seperti

depresi, stres, kecemasan, dan masalah-masalah psikologis lainnya. Dalam

beberapa kasus penderita kanker payudara mengalami depresi dan pada pasien

Kehilangan payudara secara utuh baik bagian kanan atau kiri akan

mengubah body image perempuan. Mastektomi tidak hanya meninggalkan bekas

luka secara fisik, tetapi juga luka secara psikologis, yakni menurunnya perasaan

bangga dan harga diri perempuan. Berbagai reaksi pada perempuan paska

mastektomi dapat muncul dalam bentuk depresi (menarik diri dari lingkungan),

menurunnya self esteem, anoreksia dan insomnia. Salah satu dari masalah klinis

yang paling sering terjadi adalah gangguan depresi (Zamralita dalam Dewi et al,

2004).

Mastektomi merupakan pengalaman traumatis bagi wanita, dimana citra

tubuh yang berubah akibat mastektomi sangat sulit bagi wanita untuk

menerimanya. Selain itu kurangnya bantuan dari perawat dan dukungan keluarga

di rumah dapat menjadi faktor potensial yang dapat berkontribusi pada

perkembangan depresi dan kecemasan pada pasien tersebut (Farooqi, Yasmin,

2005).

Menurut Kevin (2010) seorang wanita yang akan menjalani mastektomi

tidak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya, hanya

kesedihan yang selalu ada dipikirannya ketika menghadapi mastektomi. Reaksi

yang timbul dari seorang wanita yang mengalami mastektomi adalah perasaan

tidak percaya bahwa bagian tubuhnya (payudara) sudah tidak ada lagi yang juga

diikuti oleh perasaan sedih dan depresi (McPherson & Anderson dalam Farooqi,

32

Dokumen terkait