• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT

DEPRESI PASIEN KANKER PAYUDARA PASKA

MASTEKTOMI DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Oleh

ERIKA EMNINA SEMBIRING

127046006 / KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi Keperawatan Medikal Bedah pada Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ERIKA EMNINA SEMBIRING

127046006 / KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)
(5)

Telah diuji

Pada tanggal : 18 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Heru Santosa, MS., Ph.D

(6)
(7)

i

Judul Tesis : Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara Paska

Mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Erika Emnina Sembiring Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah

Tahun : 2014

ABSTRAK

Mastektomi memberikan dampak yang serius bagi psikologis pasien yaitu

menurunnya perasaan bangga dan harga diri perempuan serta depresi. Depresi

yang dialami pasien paska mastektomi dapat diatasi dengan dukungan yang besar

dari suami sebagai orang yang terdekat dengan pasien. Penelitian ini bertujuan

untuk menguji hubungan dukungan suami dengan tingkat depresi pasien kanker

payudara paska mastektomi. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif korelasional, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

pasien kanker payudara yang mastektomi yang dirawat di RSUP H.Adam Malik

Medan. Sampel penelitian berjumlah 62 responden, yang diambil dengan cara

Consecutive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan dukungan yang diberikan

suami berada pada kategori cukup 50% dan kategori baik 50%. Pasien kanker

payudara paska mastektomi yang mengalami depresi sebanyak 51,6% dan tidak

(8)

ii

diperoleh p < 0,05, hal ini berarti ada hubungan dukungan suami dengan tingkat

depresi pasien kanker payudara paska mastetomi. Nilai r adalah -0,516 yang

bermakna tingkat kekuatan hubungan sedang dan berpola negatif, hal ini berarti

semakin baik dukungan yang diberikan suami kepada pasien kanker payudara

paska mastektomi maka tingkat depresi semakin turun. Diharapkan kepada

perawat untuk dapat memberikan intervensi keperawatan yang tepat sehingga

dapat mencegah atau mengatasi depresi yang terjadi pada pasien kanker payudara

paska mastektomi. Perawat melibatkan keluarga khususnya suami dalam

memberikan asuhan keperawatan serta memfasilitasi suami dalam memberikan

dukungan bagi istrinya yang menderita kanker payudara baik sebelum dan

sesudah mastektomi.

(9)

iii

Thesis Title : The Relationship between Husband’s Support and Level of Depression of the Post-Mastectomy Breast Cancer

Patients at H. Adam Malik General Hospital Medan

Name : Erika Emnina Sembiring

Study Program : Master of Nursing

Field of Specialization : Medical-Surgical Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

Mastectomy brings a serious impact to the psychology of patient that is the

declining of sense of pride and self-esteem of women as well as depression. The

depression experienced by the post-mastectomy breast cancer patients can be

evercome by a big support from their husbands as the persons who are the closest

to them. The purpose of this descriptive correlational study was to test the

relationship between husband’s support and level of depression of the

post-mastectomy breast cancer patients. The population of this study was all of the

post-mastectomy breast cancer patients being treated at H.Adam Malik General

Hospital Medan. The samples for this study were 62 respondents (patients)

selected through consecutive sampling technique. The result of this study showed

that the husband’s support was 50% in adequate category and 50% in good

category. The post-mastectomy breast cancer patients who experienced depression

(10)

iv

of hypothesis test using Spearman correlation test showed that p < 0.05, meaning

there was a relationship between husband’s support and the level of depression

experienced by the post-mastectomy breast cancer patients. The value of г was –

0.516 showing that the strength of the support was moderate with negative pattern

which means that the better the support given by the husband to the

post-mastectomy breast cancer patients, the lower the level of depression experienced

by the post-mastectomy breast cancer patients. It is expected that the nurses can

provide proper nursing interventions that it can prevent or overcome the

depression experienced by the post-mastectomy breast cancer patients. The

treatment involves the patients’ family especially their husbands in providing

nursing care as well as facilitating the husband to provide support for his wife

who suffered from breast cancer both before and after mastectomy.

(11)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas berkat dan kasihNya penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

“Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara

Paska Mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan”.

Selama menyusun tesis ini, penulis mengalami banyak pengalaman yang

berharga dari berbagai pihak. Sehingga, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Achmad Fathi, S.Kep,Ns., MNS selaku Sekretaris Program Studi Magister

Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Drs. Heru Santosa, MS., Ph.D selaku dosen pembimbing pertama, yang

telah senantiasa memberikan waktu untuk membimbing, memberikan

arahan, ilmu dan saran yang sangat berharga dalam proses penyusunan tesis

ini.

5. Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing kedua,

yang juga telah senantiasa memberikan waktu untuk membimbing,

memberikan arahan, ilmu dan saran yang sangat berharga dalam proses

(12)

vi

6. Dr. Wiwik Sulistyaningsih, S.Psi., M.Si selaku dosen penguji I yang telah

memberikan saran dan kritik yang sangat berguna untuk memperbaiki

kekurangan yang terdapat dalam pembuatan tesis ini.

7. Ikram, S.Kep, Ns., M.Kep selaku dosen penguji II yang telah memberikan

saran dan kritik yang sangat berguna untuk memperbaiki kekurangan yang

terdapat dalam pembuatan tesis ini.

8. Keluarga yang selalu memberikan semangat, motivasi dan dukungan yang

begitu besar sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini.

Terkhususnya buat Suami tercinta Hendra Perdamenta Purba yang selalu

memberikan dukungan baik moril maupun materil dan menjadi motivasi

bagi penulis. Orang tua tercinta J. Sembiring (alm) dan N. Br Sitepu

terimakasih buat cinta dan kasih sayang tulus yang selalu diberikan kepada

penulis.

9. Teman-teman mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan dan terkhusus

untuk teman-teman Magister Keperawatan Konsentrasi Keperawatan

Medikal Bedah angkatan pertama yang telah saling mengingatkan dan

mendukung selama penulisan tesis ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah

(13)

vii

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih ada kekurangan, baik dari aspek

bahasa maupun isinya. Oleh karena itu penulis akan menerima saran dan masukan

yang sifatnya memperbaiki tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga hasil

dari tesis ini dapat memberikan kontribusi bagi profesi keperawatan dan bagi

masyarakat.

Medan, 18 Agustus 2014

Penulis

(14)

viii

RIWAYAT HIDUP

Nama : Erika Emnina Sembiring

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 7 Oktober 1987

Alamat : Jln.Jamin Ginting Gg: Bendungan II No.33 Medan

No. HP : 085276730303

Riwayat Pendidikan :

Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus

SD SD Swasta Masehi 2000

SLTP SLTP Katolik Budi Murni 2 2003

SMA SMA Negeri 4 Medan 2006

Ners Fakultas Keperawatan 2011

Universitas Sumatera Utara

Magister Fakultas Keperawatan 2014

Universitas Sumatera Utara

Riwayat Pekerjaan:

Staf pengajar di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Prima Indonesia

mulai Agustus 2011 - Januari 2012

Staf pengajar di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Darma Agung

(15)

ix

Staf pengajar di Program Studi S1 Keperawatan STIKes Sumatera Utara

mulai September 2013 - saat ini.

Kegiatan Akademik Selama Studi:

Seminar Aplikasi Penelitian Kualitatif Sebagai Landasan Pengembangan

Pengetahuan Bidang Kesehatan dan Workshop Menganalisis Data

Kualitatif dengan Metode Content Analysis dan Software WEFT-QDA,

18 Desember 2012, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

sebagai Peserta.

Seminar Keperawatan Nursing Leadership Menyongsong ASEAN Community

2015, 30 Januari 2013, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara sebagai Peserta.

Seminar Internasional, Medan International Nursing Conference The Application

of Caring Science in Nursing Education Advanced Research and

Clinical Practice, 1-2 April 2013, Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara sebagai Peserta.

Seminar Keperawatan Trend & Issue Keperawatan Jantung Sindroma Koroner

Akut, 20 Juli 2013, Program Studi Ners STIKes Santa Elisabeth Medan

(16)

x

Pengabdian Masyarakat Deteksi Dini Hiperplasia dan Kanker Payudara dengan

Teknik Sadari di Kampung Nangka Pasar VI Stabat, 5 Oktober 2013

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sebagai Peserta.

Seminar dan Workshop Diagnostic Reasoning dengan Aplikasi NANDA, NOC,

NIC dan ISDA, 24 November 2013 Fakultas Keperawatan Universitas

(17)

xi

3.5Variabel dan Defenisi Operasional ... 45

3.6Metode Pengukuran ... 48

3.7Validitas dan Reliabilitas ... 50

3.8Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 52

3.9Pertimbangan Etik ... 53

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 55

4.1 Karakteristik Responden ... 55

4.2 Dukungan Suami Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi 57 4.3 Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi 58

(18)

xii

BAB 5 PEMBAHASAN ... 63

5.1 Dukungan Suami Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi 63 5.2 Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi 66

5.3 Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Depresi ... 69

5.4 Keterbatasan Penelitian ... 73

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

6.1 Kesimpulan ... 74

6.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(19)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Histologi Kanker Payudara ... 11

Tabel 3.1 Perkiraan Ukuran Sampel yang Diperlukan untuk Mencapai Tingkat Kekuatan yang Dipilih sebagai Fungsi Estimasi Korelasi ... 44

Tabel 3.2 Defenisi Operasional ... 46

Tabel 3.3 Panduan Interpretasi Hasil uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi ... 53

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Pasien Kanker Payudara Paska

Mastektomi di RSUP H.Adam Malik Medan ... 56

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Suami Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi di RSUP H.Adam Malik Medan ... 57

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Komponen Dukungan Suami Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi di RSUP H.Adam Malik Medan ... 58

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden untuk Pertanyaan Tentang Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi di RSUP H.Adam Malik Medan ... 59

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi di RSUP H.Adam Malik Medan ... 60

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Karakteristik Pasien Kanker Payudara Paska

Mastektomi dengan Tingkat Depresi ... 60

Tabel 4.7 Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Depresi Pasien

Kanker Payudara Paska Mastektomi di RSUP H.Adam Malik Medan ...

(20)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Model Sistem Teori Neuman ... 40

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Dukungan Suami dengan

Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi .. 41

(21)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 82

Lampiran 1a Lembar Screening ... 83

Lampiran 1b Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian ... 84

Lampiran 1c Surat Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) Untuk Mengikuti Penelitian (Informed Consent) ... 86

Lampiran 1d Kuesioner Dukungan Suami dan Tingkat Depresi ... 87

Lampiran 1e Izin Penggunaan Instrumen dari NIMH ... 93

Lampiran 1f Kuesioner Baku Tingkat Depresi (Center For Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D) dari National Institute Mental Health (NIMH) ... 94

Lampiran 1g Bukti Terjemahan Instrumen dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia ... 95

Lampiran 1h Bukti Terjemahan Instrumen dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris ... 96

Lampiran 2 Biodata Expert ... 97

Lampiran 3 Izin Penelitian ... 104

Lampiran 3a Surat Izin Penelitian dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara ... 105

Lampiran 3b Surat Ethical Clearence dari Komite Etik ... 106

Lampiran 3c Surat Izin Pengambilan Data dari RSUP H.Adam Malik ... 107

Lampiran 3d Surat Selesai Penelitian dari RSUP H.Adam Malik ... 108

(22)

i

Judul Tesis : Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara Paska

Mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Erika Emnina Sembiring Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah

Tahun : 2014

ABSTRAK

Mastektomi memberikan dampak yang serius bagi psikologis pasien yaitu

menurunnya perasaan bangga dan harga diri perempuan serta depresi. Depresi

yang dialami pasien paska mastektomi dapat diatasi dengan dukungan yang besar

dari suami sebagai orang yang terdekat dengan pasien. Penelitian ini bertujuan

untuk menguji hubungan dukungan suami dengan tingkat depresi pasien kanker

payudara paska mastektomi. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif korelasional, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

pasien kanker payudara yang mastektomi yang dirawat di RSUP H.Adam Malik

Medan. Sampel penelitian berjumlah 62 responden, yang diambil dengan cara

Consecutive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan dukungan yang diberikan

suami berada pada kategori cukup 50% dan kategori baik 50%. Pasien kanker

payudara paska mastektomi yang mengalami depresi sebanyak 51,6% dan tidak

(23)

ii

diperoleh p < 0,05, hal ini berarti ada hubungan dukungan suami dengan tingkat

depresi pasien kanker payudara paska mastetomi. Nilai r adalah -0,516 yang

bermakna tingkat kekuatan hubungan sedang dan berpola negatif, hal ini berarti

semakin baik dukungan yang diberikan suami kepada pasien kanker payudara

paska mastektomi maka tingkat depresi semakin turun. Diharapkan kepada

perawat untuk dapat memberikan intervensi keperawatan yang tepat sehingga

dapat mencegah atau mengatasi depresi yang terjadi pada pasien kanker payudara

paska mastektomi. Perawat melibatkan keluarga khususnya suami dalam

memberikan asuhan keperawatan serta memfasilitasi suami dalam memberikan

dukungan bagi istrinya yang menderita kanker payudara baik sebelum dan

sesudah mastektomi.

(24)

iii

Thesis Title : The Relationship between Husband’s Support and Level of Depression of the Post-Mastectomy Breast Cancer

Patients at H. Adam Malik General Hospital Medan

Name : Erika Emnina Sembiring

Study Program : Master of Nursing

Field of Specialization : Medical-Surgical Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

Mastectomy brings a serious impact to the psychology of patient that is the

declining of sense of pride and self-esteem of women as well as depression. The

depression experienced by the post-mastectomy breast cancer patients can be

evercome by a big support from their husbands as the persons who are the closest

to them. The purpose of this descriptive correlational study was to test the

relationship between husband’s support and level of depression of the

post-mastectomy breast cancer patients. The population of this study was all of the

post-mastectomy breast cancer patients being treated at H.Adam Malik General

Hospital Medan. The samples for this study were 62 respondents (patients)

selected through consecutive sampling technique. The result of this study showed

that the husband’s support was 50% in adequate category and 50% in good

category. The post-mastectomy breast cancer patients who experienced depression

(25)

iv

of hypothesis test using Spearman correlation test showed that p < 0.05, meaning

there was a relationship between husband’s support and the level of depression

experienced by the post-mastectomy breast cancer patients. The value of г was –

0.516 showing that the strength of the support was moderate with negative pattern

which means that the better the support given by the husband to the

post-mastectomy breast cancer patients, the lower the level of depression experienced

by the post-mastectomy breast cancer patients. It is expected that the nurses can

provide proper nursing interventions that it can prevent or overcome the

depression experienced by the post-mastectomy breast cancer patients. The

treatment involves the patients’ family especially their husbands in providing

nursing care as well as facilitating the husband to provide support for his wife

who suffered from breast cancer both before and after mastectomy.

(26)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker payudara adalah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan

payudara abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltratif

dan destruktif, serta dapat bermetastase. Tumor ini tumbuh progresif, dan relatif

cepat membesar. Kanker merupakan penyakit dengan penyebab multifactor yang

terbentuk dalam jangka waktu yang lama dan mengalami kemajuan melalui

stadium yang berbeda-beda (Oemiati, R., Rahajeng, E., & Kristanto, A, 2011).

Kanker payudara merupakan salah satu dari jenis kanker dengan

prevalensi yang cukup tinggi. Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun

wanita, hanya saja prevalensi pada wanita jauh lebih tinggi. Menurut WHO 8-9%

wanita akan mengalami kanker payudara. Pada tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta

wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal karenanya.

Pada tahun 2006 di Amerika, terdapat 212.920 kasus baru kanker payudara pada

wanita dan 1.720 kasus baru pada pria, dengan 40.970 kasus kematian pada

wanita dan 460 kasus kematian pada pria (Anggraeni & Ekowati, 2010). Pada

tahun 2007 di Eropa angka kejadian kanker payudara sebanyak 28.9% dari

seluruh kejadian kanker dan 7.8% meninggal karenanya (Reich, M., Lesur, A., &

(27)

2

Di Indonesia berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)

tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di

seluruh rumah sakit di Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%)

(Yayasan Kanker Indonesia, 2012). Sedangkan pada tahun 2010 jumlah penderita

kanker payudara pada perempuan berdasarkan data dari Yayasan Kanker

Indonesia ada sebanyak 4604 orang (18,58%) dan 52 orang (0,21%) kanker

payudara pada laki-laki. Berdasarkan hasil studi kolaborasi antara Indonesia dan

Jepang tentang epidemiologi kanker payudara yaitu stadium I sebanyak 2%,

stadium II sebanyak 16%, stadium IIIa sebanyak 23%, stadium IIIb sebanyak 40%

dan stadium IV sebanyak 19%. Kenyataan yang terjadi sebagian besar penderita

kanker payudara berobat ke Rumah Sakit sudah dalam keadaan stadium lanjut

yaitu lebih dari 50% (Oemiati et al, 2011).

Jumlah penderita kanker payudara di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

berdasarkan data dari rekam medis RSUP H.Adam Malik Medan terdapat 1.305

orang (Sinaga, Janno, 2013). Sedangkan jumlah penderita kanker payudara dari

tahun 2006-2010 di RSUD Dr.Pirngadi Medan yaitu tahun 2006 terdapat 74

orang, tahun 2007 terdapat 100 orang, tahun 2008 terdapat 99 orang, tahun 2009

terdapat 50 orang dan tahun 2010 terdapat 56 orang (Lumban Gaol, Nourma,

2010).

Prosedur yang paling sering digunakan untuk penatalaksanaan kanker

payudara adalah mastektomi dengan atau tanpa rekonstruksi dan pembedahan

yang dikombinasi dengan terapi radiasi. Mastektomi adalah operasi pengangkatan

(28)

pektoralis mayor dan minor, nodus limfe aksilaris termasuk mammari internal

atau supraklavikular tergantung pada tipe pembedahan atau mastektomi yang

dilakukan (Andrews, Gilly, 2010).

Wanita yang mengalami mastektomi akan kehilangan payudara yang

merupakan simbol seksualitas wanita (Potter & Perry, 2005). Kehilangan

payudara akibat mastektomi inilah yang akan mengubah citra tubuh dan fungsi

psikoseksual wanita, hal ini dinyatakan oleh Dean et al dalam Watson (1991).

Perubahan citra tubuh pada wanita yang mengalami mastektomi umumnya

negatif. Citra tubuh yang negatif memiliki kecenderungan tinggi untuk mengalami

depresi, cemas dan bunuh diri (Lisnawati, 2010).

Depresi adalah suatu kondisi terganggunya fungsi manusia berkaitan

dengan alam perasaan seperti kesedihan dan gejala penyerta termasuk perubahan

pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia yaitu hilangnya

kemampuan untuk menikmati aktivitas sehari-hari dan menyenangkan, kelelahan,

rasa putus asa dan tidak berdaya serta gagasan bunuh diri (Kaplan & Saddock,

2010).

Miller dalam Anggraeni & Ekowati (2010), sebanyak 16% - 25% pasien

menderita kanker payudara sekaligus mengalami depresi. Penelitian yang

dilakukan Rebar dalam Anggraeni & Ekowati (2010), setelah pasien terdiagnosa

kanker payudara pada tahun pertama, 48% wanita mengalami kecemasan dan

(29)

4

Gangguan psikologis yang dialami penderita kanker payudara

berhubungan dengan depresi, cemas, marah, dan harga diri rendah serta

dukungan emosional yang rendah. Penderita kanker payudara mengalami tingkat

depresi mulai dari ringan sampai berat dengan kualitas hidup yang rendah.

Ketakutan yang dialami penderita kanker payudara berhubungan dengan

kematian, kekambuhan penyakit, gambaran diri yang rendah, perubahan

feminitas, seksualitas dan ketertarikan merupakan faktor yang menyebakan

terjadinya tekanan psikologis baik setelah didiagnosa maupun setelah menjalani

pengobatan (Reich et al, 2007).

Menurut Kim et al (2011) faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya

depresi yaitu citra tubuh, harga diri dan hubungan interpersonal. Fakta ini juga

didukung oleh penelitian Colegrave cit Rahman dalam Anggraeni & Ekowati

(2010) mengenai peningkatan level kecemasan dan depresi pada wanita - wanita

dengan kasus kanker payudara bahkan sampai pada fase klinis–patologis. Dalam

situasi yang demikian seseorang membutuhkan dukungan sosial dari orang - orang

yang berarti dalam hidupnya.

Handayani (2009) mengemukakan bahwa wanita yang menderita kanker

payudara dan telah dilakukan tindakan pengangkatan payudara (mastektomi),

memiliki citra diri yang cenderung negatif. Namun citra diri pada wanita penderita

kanker payudara dapat menjadi positif karena mendapatkan dukungan yang besar

dari suami dan teman-teman. Mastektomi juga memberikan dampak pada

penampilan fisik bagi pasien, yang membawa akibat cukup serius terhadap

(30)

Perhatian dari suami atau istri termasuk kedalam kelompok dukungan

internal yang sangat membantu pemulihan kesehatan bagi pasangannya yang

dirawat (Friedman, 1998). Ketiadaan pasangan (suami) sangat mempengaruhi

kondisi psikologis pasien paska mastektomi, dimana pasien menjadi lebih

menurun kesehatannya dan kurang kooperatif berbeda dengan pasien yang

didampingi oleh suami mereka dimana pasien menjadi lebih bersemangat dan

memiliki harapan untuk mencapai kesembuhan (Anggraeni & Ekowati, 2010).

Selain itu istri sering mengalami depresi karena kurangnya dukungan dari suami

dan kritik yang selalu diberikan oleh suami kepada pasangannya yang menderita

kanker payudara (Pistrang & Barker, 1998).

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden didapatkan bahwa

dukungan suami yang diterima oleh responden masih kurang terutama dalam hal

mengingatkan responden untuk mematuhi anjuran dokter dan perawat, tidak

pernah mendampingi responden selama dirumah sakit dan menjalani pengobatan,

tidak pernah mencari informasi tentang kelompok-kelompok yang terdiri dari

orang-orang yang memiliki masalah yang sama dengan responden dan jarang

membesarkan hati responden atas kekurangan yang dialami.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang

hubungan dukungan suami dengan tingkat depresi pasien kanker payudara paska

(31)

6

1.2. Permasalahan

Masalah dalam penelitan ini adalah menguji hubungan dukungan suami

dengan tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastektomi.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Mendeskripsikan bagaimana dukungan suami pada pasien kanker

payudara paska mastektomi.

1.3.2 Mendeskripsikan bagaimana tingkat depresi pasien kanker payudara paska

mastektomi.

1.3.3 Menguji hubungan dukungan suami dengan tingkat depresi pasien kanker

payudara paska mastektomi.

1.4. Hipotesis

Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif

(Ha) yaitu ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan tingkat

depresi pasien kanker payudara paska mastektomi.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi atau bahan

pustaka tentang dukungan suami yang berhubungan dengan tingkat depresi pasien

(32)

1.5.2. Bagi Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan bagi

perawat dalam memberikan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi

tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastektomi dengan memfasilitasi

keluarga khususnya suami dalam memberikan dukungan bagi istrinya yang

menderita kanker payudara.

1.5.3. Bagi Peneliti

Proses penelitian ini dapat menambah pengetahuan, wawasan dan

pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian dan menjadi salah satu wadah

bagi peneliti untuk dapat mengaplikasikan konsep yang telah didapat selama di

perkuliahan.

1.5.4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan

pengetahuan peneliti selanjutnya dalam meneliti bidang yang sama.

1.5.5. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat menjadi motivasi bagi responden bahwa dengan

dukungan yang besar dari keluarga khususnya suami dapat membantu proses

(33)

8 BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Kanker Payudara

2.1.1. Definisi Kanker Payudara

Menurut Nurcahyo (2010) kanker payudara adalah terganggunya sistem

pertumbuhan sel di dalam jaringan payudara. Payudara tersusun atas kelenjar

susu, jaringan lemak, kantung penghasil susu, dan kelenjar getah bening. Sel

abnormal bisa tumbuh di empat bagian tersebut, dan mengakibatkan kerusakan

yang lambat tetapi pasti menyerang payudara.

Kanker payudara merupakan jaringan abnormal yang merugikan dan dapat

menyebar ke organ tubuh yang lain. Kanker mempunyai karakteristik yang

berbeda-beda, ada yang dapat tumbuh sangat cepat dan ada yang lambat. Kanker

payudara dapat menimbulkan rasa nyeri, luka pada puting, pendarahan, lekukan,

dan perubahan bentuk pada payudara (Dewi, F.I., Djoenaina, V., & Melisa, 2004).

2.1.2. Etiologi Kanker Payudara

Etiologi dan penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Namun,

banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan

(34)

Faktor-faktor resiko tersebut adalah :

a.Jenis Kelamin

Berdasarkan penelitian, wanita lebih beresiko menderita kanker

payudara daripada pria. Prevalensi kanker payudara pada pria hanya 1%

dari seluruh kanker payudara.

b.Faktor Usia

Resiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.

Setiap sepuluh tahun, resiko kanker meningkat dua kali lipat. Kejadian

puncak kanker payudara terjadi pada usia 40.

c.Riwayat Keluarga

Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga merupakan faktor

resiko terjadinya kanker payudara.

d.Riwayat Adanya Tumor Jinak Payudara Sebelumnya

Beberapa tumor jinak pada payudara dapat bermutasi menjadi ganas.

e.Faktor Genetik

Pada suatu studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara

berhubungan dengan gen tertentu. Bila terdapat mutasi gen BRCA1 dan

BRCA2, yaitu gen suseptibilitas kanker payudara, maka probabilitas

untuk terjadi kanker payudara adalah sebesar 80%.

f.Faktor Hormonal

Kadar hormon estrogen yang tinggi selama masa reproduktif, terutama

jika tidak diselingi perubahan hormon pada saat kehamilan, dapat

(35)

10

g.Usia Menarche

Berdasarkan penelitian, menarche dini dapat meningkatkan resiko

kanker payudara. Ini dikarenakan terlalu cepat mendapat paparan dari

estrogen.

h.Menopause

Menopause yang terlambat juga dapat meningkatkan resiko kanker

payudara. Untuk setiap tahun usia menopause yang terlambat, akan

meningkatkan resiko kanker payudara 3 %.

i.Usia Pada Saat Kehamilan Pertama >30 tahun.

Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan

peningkatan usia wanita saat kehamilan pertamanya.

j.Nullipara/Belum Pernah Melahirkan

Berdasarkan penelitian, wanita nulipara mempunyai resiko kanker

payudara sebesar 30 % dibandingkan dengan wanita yang multipara.

k.Tidak Menyusui

Berdasarkan penelitian, waktu menyusui yang lebih lama mempunyai

efek yang lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker payudara. Ini

dikarenakan adanya penurunan level estrogen dan sekresi bahan-bahan

karsinogenik selama menyusui.

l.Pemakaian Kontrasepsi Oral dalam Waktu Lama dan Obesitas

Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral dan obesitas beresiko

tinggi mengalami kanker payudara, dan resiko ini menurun dengan

(36)

2.1.3. Klasifikasi Kanker Payudara

Adapun klasifikasi kanker payudara yaitu sebagai berikut:

a. Klasifikasi patologik meliputi kanker puting payudara, kanker ductus

lactiferous dan kanker dari lobules

b. Klasifikasi Histologi Kanker Payudara (Klasifikasi WHO 2010) :

Tabel 2.1. Histologi Kanker Payudara

Non-Invasif a. Karsinoma duktus in situ

b. Karsinoma lobulus in situ

Invasif a. Karsinoma invasif duktal

b. Karsinoma invasif duktal dengan

komponen intraduktal yang predominant

c. Karsinoma invasif lobular

d. Karsinoma mucinous

e. Karsinoma medullary f. Karsionoma tubular g. Karsinoma adenoid cystic h. Karsinoma apocrine

i. Karsinoma dengan metaplasia j. Tipe squamous

k. Tipe spindle-cell

l. Tipe cartilanginous dan osseous

m. Mixed type

Paget’s disease of the nipple

Sedangkan jenis kanker payudara berdasarkan pola pertumbuhan dan

karakteristik sel kanker dibagi atas:

a. Karsinoma In Situ

Karsinoma in situ ditandai dengan proliferasi sel epitel maligna yang tetap

terkurung dalam duktus terminal. Terdapat dua jenis karsinoma in situ

yaitu karsinoma lobulus in situ dan karsinoma duktus in situ. Pengobatan

(37)

12

Pengobatan lain yang dapat dilakukan yaitu dengan radioterapi, dan obat

oral yaitu tablet anti estrogen.

b. Kanker Payudara Invasif

Kanker payudara invasif memiliki kemampuan untuk menyebar dari

struktur payudara. Dua jenis kanker payudara invasif adalah karsinoma

lobulus dan duktus. Kanker ini memiliki potensi untuk metastasis atau

meyebar ke seluruh tubuh.

c. Penyakit Paget

Insiden kanker payudara jenis ini rendah yaitu 0,5 – 3,2% seluruh kanker

payudara. Biasanya penyakit ini mengenai jaringan epidermis puting dan

wanita sering kali datang ke fasilitas kesehatan karena adanya rabas dari

puting, dan kadang – kadang adanya penebalan pada jaringan dasar

payudara. Pengobatan yang sering dilakukan yaitu eksisi pada puting dan

jaringan dasar payudara baik dengan radioterapi pascaoperasi maupun

mastektomi. Jika ditangani dengan baik, wanita memiliki kesempatan

untuk sembuh dari penyakit tersebut.

d. Kanker Payudara Inflamasi

Sekitar 4% kanker payudara didiagnosis sebagai kanker payudara

inflamasi. Tanda – tanda yang sering muncul yaitu payudara bengkak dan

merah serta edema pada kulit dengan indurasi pada jaringan dasar

payudara (peau d’orange). Secara keseluruhan pasien kanker payudara

jenis ini kemampuan untuk bertahan hidup sangat kecil. Akan tetapi, jika

(38)

mengurangi penyebaran kanker serta untuk bertahan hidup (Andrews,

Gilly, 2010).

2.1.4. Tanda dan Gejala Kanker Payudara

Adapun tanda dan gejala yang mungkin ditemukan yatiu:

a.Adanya benjolan pada payudara

b.Perubahan ukuran atau bentuk payudara

c.Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau

berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah)

d.Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu

maupun aerola (daerah berwarna coklat tua disekeliling puting susu)

e.Payudara tampak kemerahan

f.Kulit disekitar puting susu bersisik

g.Puting susu tertarik kedalam atau terasa gatal

h.Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara (Andrews, Gilly,

(39)

14

2.1.5. Stadium Kanker Payudara

Penentuan stadium kanker penting sebagai panduan pengobatan,

follow-up dan menentukan prognosis.

a. Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya

didalam jaringan payudara yang normal

b. Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum

menyebar keluar payudara

c. Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke

kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari

2cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak

d. Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum

menyebar ke kelenjar getah bening atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm

tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak

e. Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah

menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama

lain atau perlengketan ke strukur lainnya, atau tumor dengan garis tengah

lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak

f. Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu kedalam kulit

payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening

di dalam dinding dada dan tulang dada

g. Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding

(40)

2.1.6. Mastektomi

Prosedur yang paling sering digunakan untuk penatalaksanaan kanker

payudara adalah mastektomi dengan atau tanpa rekonstruksi dan pembedahan

yang dikombinasi dengan terapi radiasi (Andrews, Gilly, 2010). Ada dua jenis

pengangkatan kanker payudara yaitu:

a. Mastektomi yaitu pengangkatan jaringan payudara melalui pembedahan

yang bervariasi, mulai dari pengangkatan payudara, otot-otot dada, dan

nodus limfe aksilaris.

b. Lumpektomi yaitu reseksi kuadran payudara yang sakit, dan pengangkatan

nodus aksilaris untuk mengangkat tumor, diikuti dengan terapi radiasi

untuk mengurangi resiko rekurensi tumor lokal setelah operasi (Brunner &

Suddarth, 2002).

Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara yang terkena kanker.

Mastektomi hanya dapat dilakukan pada stadium II dan III. Mastektomi dapat

menghambat proses perkembangan sel kanker dan umumnya mempunyai taraf

kesembuhannya 85% sampai dengan 87%. Namun penderita akan kehilangan

sebagian atau seluruh payudara, mati rasa pada kulit, kelumpuhan jika tidak

ditangani dengan tepat (Wagman dalam Dewi et al, 2004).

Ada beberapa jenis mastektomi yang dilakukan pada pasien kanker

payudara menurut Gilly Andrews (2010), yaitu sebagai berikut:

a. Mastektomi Radikal

Pada prosedur operasi ini dilakukan pengangkatan payudara, otot

(41)

16

lemak. Mastektomi radikal merupakan operasi luas yang meninggalkan

jaringan parut yang panjang pada dinding dada dan area dada yang

cekung. Pengangkatan semua nodus limfe aksilaris dapat menyebabkan

pembengkakan lengan atau limfedema, beberapa penurunan kekuatan otot

di lengan, dan pergerakan bahu terbatas.

b. Mastektomi Modifikasi Radikal (Mastektomi Patey)

Dalam prosedur operasi ini, dilakukan pengangkatan payudara, nodus

limfe aksilaris, dan lapisan otot dinding dada. Kadang – kadang otot

pektoralis minor diangkat atau dipisahkan, untuk memfasilitasi akses ke

aksila. Karena otot pektoralis mayor dipertahankan, kekuatan lengan juga

tetap terjaga dan pembengkakan pada lengan kemungkinan tidak terjadi.

Rekonstruksi payudara lebih mudah dicapai karena lebih banyak kulit

yang tersisa dibandingkan pada mastektomi radikal.

c. Mastektomi Sederhana atau Total

Mastektomi sederhana atau total berupa pengangkatan payudara saja.

Kadang – kadang sedikit nodus limfe aksilaris diangkat untuk memberi

indikasi apakah kanker sudah menyebar atau belum. Keuntungan prosedur

ini yaitu otot – otot dada tidak diangkat dan kekuatan lengan tidak

berkurang. Karena sebagian besar nodus limfe aksilaris tidak diangkat,

resiko kekambuhan lokal – regional lebih tinggi daripada jika seluruh

(42)

2.2. Depresi

2.2.1 Definisi Depresi

Depresi adalah mood (suasana hati, perasaan) yang rendah atau tertekan

yang mungkin disertai anhedonia, yaitu hilangnya kemampuan untuk menikmati

aktivitas sehari-hari dan menyenangkan (Puri., Laking., & Treasaden, 2012).

Setiap orang sering mengalami perasaan sedih, tetapi perasaan ini biasanya akan

hilang dalam beberapa hari. Ketika seseorang mengalami gangguan depresi, hal

itu akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari, fungsi sebagai manusia yang

normal, dan menyebabkan perasaan sakit baik untuk orang yang mengalami

gangguan depresi maupun orang-orang terdekatnya. Depresi umum terjadi, tetapi

merupakan penyakit yang serius, dan mayoritas orang yang pernah mengalami

depresi membutuhkan perawatan untuk menjadi lebih baik (National Institute

Mental Health [NIMH], 2008).

2.2.2. Penyebab Depresi

Timbulnya depresi terjadi karena kerentanan seseorang pada predisposisi

genetik, karakteristik kepribadian, atau kebiasaan berpikir yang berinteraksi

dengan peristiwa stres seperti kehilangan sesuatu yang berharga, kekerasan

seksual, kehilangan bagian atau fungsi tubuh seperti mastektomi (Hankin &

(43)

18

Faktor predisposisi terjadinya depresi menurut NIMH (2008) dan Kaplan

& Saddock (2010) yaitu:

1) Genetik (Riwayat Keluarga)

Jika seseorang memiliki riwayat keluarga dengan depresi, orang tersebut

beresiko mengalami depresi. Di lain kasus, banyak juga orang yang

mengalami gangguan depresi tanpa memiliki riwayat keluarga dengan

depresi.

2) Ketidakseimbangan Bahan Kimia

Otak pada orang yang normal terlihat berbeda dibanding dengan yang

megalami gangguan depresi. Hal itu dikarenakan bagian dari otak yang

mengatur suasana hati, pikiran, tidur, keinginan, dan perilaku tidak

memiliki keseimbangan yang benar terhadap bahan kimia.

3) Faktor Hormonal

Perubahan siklus menstruasi, melahirkan, pembawaan, periode

postpartum, perimenopouse, dan menopouse merupakan penyebab depresi

pada wanita

4) Stress

Peristiwa hidup yang penuh dengan tekanan seperti trauma, kehilangan

seseorang yang berarti, hubungan yang buruk, tanggungjawab pekerjaan,

mengasuh anak dan lansia, penyalahgunaan, kemiskinan, penyakit kronis

mungkin memicu gangguan depresi pada beberapa orang. Orang yang

terdepresi merasakan putus asa karena tidak menerima respon yang

(44)

5) Penyakit Medis

Menghadapi penyakit yang serius, seperti stroke, serangan jantung, atau

kanker bisa memicu keadaan depresi.

6) Jenis Kelamin

Prevalensi depresi berat dapat terjadi dua kali lebih besar pada wanita

dibandingkan laki-laki. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan hormonal,

perbedaan stressor psikososial bagi wanita dan bagi laki-laki serta

perbedaan model perilaku tentang keputusasaan.

7) Usia

Rata-rata usia untuk terjadinya gangguan depresi berat adalah kira-kira 40

tahun. 50% dari semua pasien mengalami depresi saat berusia 20 – 50

tahun.

8) Status Perkawinan

Depresi paling sering terjadi pada orang yang tidak memiliki hubungan

interpersonal yang erat atau yang bercerai dan berpisah.

2.2.3. Klasifikasi Depresi

Menurut NIMH (2008) ada beberapa jenis gangguan depresi yaitu:

a.Major Depressive Disorder (Gangguan Depresi Berat)

Karakteristik dari gangguan ini adalah adanya beberapa gejala yang

mengganggu seseorang untuk bekerja, tidur, belajar, makan dan menikmati

(45)

20

Depresi berat merupakan ketikdakmampuan seseorang untuk berfungsi

secara normal. Depresi berat mungkin hanya terjadi sekali selama hidup

seseorang, tetapi adakalanya hal itu terjadi berulang kali dalam hidup seseorang

yang lain.

b. Dysthymic Disorder (Dysthymia)

Ditandai dengan waktu yang lama (dua tahun atau lebih) tidak terdapat

gejala-gejala yang dapat mengganggu kemampuan seseorang tetapi dapat

mengganggu fungsinya secara normal seperti perasaan yang nyaman. Orang

dengan dysthymia mungkin juga mengalami sekali atau lebih peristiwa depresi

berat selama hidupnya.

c. Minor Depression (Depresi Ringan)

Depresi ringan berlangsung antara 2 minggu atau lebih dan tidak memiliki

tanda dan gejala depresi berat. Tanpa pengobatan yang tepat orang dengan depresi

ringan berada pada resiko tinggi untuk berkembang menjadi depresi berat.

Beberapa bentuk gangguan depresi menunjukkan sedikit perbedaan

karakteristik dari yang digambarkan di atas, atau mungkin saja beberapa

(46)

Sedangkan menurut American Psychiatric Association dalam Kaplan &

Saddock (2010) ada beberapa klasifikasi depresi dan kriterianya yaitu sebagai

berikut:

1. Episode Deprsif Berat

Ada beberapa kriteria suatu depresi dikatakan sebagai episode

depresif berat yaitu sebagai berikut:

a. Lima (atau lebih) gejala berikut telah ditemukan selama periode dua

minggu yang sama dan mewakili perubahan dari fungsi sebelumnya;

sekurangnya satu dari gejala adalah salah satu dari mood terdepresi

atau hilangnya minat atau kesenangan.

1) Mood terdepresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari,

seperti yang ditunjukkan oleh laporan subjektif (misalnya

merasa sedih atau kosong) atau pengamatan yang dilakukan

orang lain (misalnya tampak sedih)

2) Hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam semua,

atau hampir semua aktivitas speanjang hari, hampir setiap hari.

3) Penurunan berat badan yang bermakna tanpa melakukan diet

atau penambahan berat badan (misalnya perubahan berat badan

lebih dari 5% dalam satu bulan), penurunan atau peningkatan

nafsu makan hampir setiap hari.

4) Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari

5) Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari

(47)

22

7) Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau

tidak tepat hampir setiap hari

8) Hilangnya kemampuan untuk berpikir atau memusatkan

perhatian, atau tidak dapat mengambil keputusan, hampir setiap

hari

9) Pikiran akan kematian yang rekuren (bukan hanya takut mati),

ide bunuh diri yang rekuren tanpa rencana spesifik, atau usaha

bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri.

b. Gejala tidak memenuhi kriteria untuk eposide campuran

c. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

d. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat

(misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu

kondisi medis umum.

e. Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh dukacita yaitu setelah

kehilangan orang yang dicintai, gejala menetap lebih dari 2 bulan

atau ditandai oleh gangguan fungsional yang jelas, preokupasi

morbid dengan rasa tidak berharga, ide bunuh diri, gejala psikotik,

(48)

2. Episode Depresif Ringan

Ada beberapa kriteria suatu depresi dikatakan sebagai episode

depresif ringan yaitu sebagai berikut:

a. Sekurangnya dua (tetapi kurang dari lima) gejala berikut telah

ditemukan selama periode dua minggu yang sama dan mewakili

perubahan dari fungsi sebelumnya; sekurangnya satu dari gejala

adalah salah satu dari mood terdepresi atau hilangnya minat atau

kesenangan.

1) Mood terdepresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari,

seperti yang ditunjukkan oleh laporan subjektif (misalnya

merasa sedih atau kosong) atau pengamatan yang dilakukan

orang lain (misalnya tampak sedih)

2) Hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam semua,

atau hampir semua aktivitas sepanjang hari, hampir setiap hari.

3) Penurunan berat badan yang bermakna tanpa melakukan diet

atau penambahan berat badan (misalnya perubahan berat badan

lebih dari 5% dalam satu bulan), penurunan atau peningkatan

nafsu makan hampir setiap hari.

4) Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari

5) Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari

6) Kelelahan atau hilangnya energi hampir setiap hari

7) Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan

(49)

24

8) Hilangnya kemampuan untuk berpikir atau memusatkan

perhatian, atau tidak dapat mengambil keputusan, hampir

setiap hari

9) Pikiran akan kematian yang rekuren (bukan hanya takut mati),

ide bunuh diri yang rekuren tanpa rencana spesifik, atau usaha

bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri.

b. Gejala tidak memenuhi kriteria untuk eposide campuran

c. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

d. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat

(misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu

kondisi medis umum.

e. Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh dukacita yaitu setelah

kehilangan orang yang dicintai, gejala menetap lebih dari 2 bulan

atau ditandai oleh gangguan fungsional yang jelas, preokupasi

morbid dengan rasa tidak berharga, ide bunuh diri, gejala psikotik,

(50)

3. Episode Depresif Karena Kondisi Medis Umum

Ada beberapa kriteria suatu depresi dikatakan sebagai episode

depresif karena kondisi medis umum yaitu sebagai berikut:

a. Gangguan mood yang menonjol dan persisten yang menguasai

gambaran klinis dan ditandai oleh salah satu (atau keduanya)

berikut ini:

1) Mood terdepresi atau hilangnya minat atau kesenangan

secara jelas pada semua, atau hampir semua aktivitas

2) Mood yang meninggi, ekspansif atau iritable

b. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau

temuan laboratorium bahwa gangguan adalah akibat fisiologis

langsung dari kondisi medis umum

c. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental

lain (misalnya, gangguan penyesuaian dengan mood terdepresi

sebagai respon terhadap stres menderita kondisi medis umum)

d. Gangguan tidak semata-mata selama perjalanan delirium atau

demensia

e. Gejala menyebakan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

(51)

26

Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

Jiwa (PPDGJ) III gejala utama dan gejala tambahan pada depresi yaitu sebagai

berikut:

1. Gejala utamanya mencakup suasana perasaan yang depresi / sedih atau

murung, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang

menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya

aktivitas.

2. Gejala tambahan mencakup konsentrasi dan perhatian berkurang,

berkurangnya harga diri dan kepercayaan diri, gagasan tentang perasaan

bersalah dan tidak berguna pandangan masa depan yang suram dan

pesimistik, gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh

diri, gangguan tidur dan berkurangnya nafsu makan.

Sehingga berdasarkan gejala utama dan gejala tambahan diatas ada

beberapa tingkatan depresi yaitu:

1. Depresi ringan, ciri – cirinya: sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3

gejala utama depresi seperti tersebut diatas, ditambah sekurang –

kurangnya 2 dari gejala tambahan, tidak boleh ada gejala berat

diantaranya, lamanya seluruh episode berlangsung sekurang – kurangnya

sekitar 2 minggu, hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan

sosial yang biasa dilakukan.

2. Depresi sedang, ciri – cirinya : sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3

gejala utama depresi seperti pada depresi ringan, ditambah sekurang –

(52)

episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu, menghadapi kesulitan

nyata untuk meneruskan kegiatan sosial pekerjaan dan urusan rumah

tangga.

3. Depresi berat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Depresi berat tanpa gejala psikotik, ciri – cirinya : semua 3 gejala

depresi utama harus ada, ditambah sekurang – kurangnya 4 dari

gejala lainya dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat,

bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi

psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau

atau mampu untuk melaporkan banyak gejala secara rinci,

episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang –

kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan

serangannya sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk

menegakan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu,

sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan

sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf

yang sangat terbatas.

b. Depresi berat dengan gejala psikotik, ciri – cirinya: episode depresi

berat yang memenuhi kriteria menurut depresi berat tanpa gejala

psikotik disertai waham, halusinasi atau stupor depresif, waham

biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau

malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung

(53)

28

2.2.4. Tanda dan Gejala Depresi

Orang dengan gangguan depresi tidak selalu memiliki gejala yang sama

satu dengan yang lain. Frekuensi, durasi dan beratnya gejala akan bervariasi

tergantung pada masing-masing orang. Adapun gejala-gejala depresi menurut

NIMH (2008) yaitu antara lain :

1) Perasaan sedih yang menetap, khawatir atau perasaan kosong

2) Perasaan putus asa dan atau pesimisme

3) Perasaan bersalah, perasaan tidak berharga dan atau putus asa

4) Cepat marah, tidak dapat istirahat

5) Kehilangan minat dalam kegiatan atau hobi yang menyenangkan,

termasuk seks

6) Kelelahan dan penurunan energi

7) Kesulitan berkonsentrasi, mengingat, dan membuat keputusan

8) Insomnia, terjaga dipagi buta, atau tidur yang berlebihan

9) Kehilangan nafsu makan

10)Pikiran untuk bunuh diri, usaha bunuh diri

11)Perasaan sakit yang menetap, sakit kepala, kram atau gangguan

pencernaan yang tidak mudah disembuhkan walaupun dengan perawatan.

Sedangkan menurut Kaplan & Saddock (2010) episode dari depresi yaitu

hilangnya minat atau kesenangan, pasien mungkin mengatakan bahwa mereka

merasa murung, putus asa, merasa sedih dan tidak berguna. Pasien depresi

kadang-kadang mengeluh tidak bisa menangis, suatu gejala yang menghilang saat

(54)

melakukan bunuh diri, dan 10-15% melakukan bunuh diri. Tetapi pasien depresi

kadang-kadang tidak menyadari depresi yang dialami dan tidak mengeluhkan

adanya depresi, walaupun mereka menunjukkan penarikan diri dari keluarga,

teman dan aktivitas yang sebelumnya menarik bagi mereka.

Hampir semua pasien depresi yaitu 97% mengeluhkan adanya penurunan

energi yang menyebabkan kesulitan dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan

serta adanya penurunan motivasi. Kira-kira 80% pasien mengeluh sulit tidur,

sering terbangun pada malam hari karena merenungkan masalah yang dihadapi.

Banyak pasien yang mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan berat

badan. Pasien juga mengalami kesulitan berkonsentrasi yaitu sebanyak 84% dan

gangguan dalam berpikir yaitu sebanyak 67%.

2.2.5. Dampak Depresi

Dampak depresi bagi pasien kanker cukup banyak dan kesemuanya

menimbulkan pengaruh yang buruk bagi penderita. Dampak yang ditimbulkan

berupa bunuh diri, penelantaran diri, distres keluarga.

1. Bunuh diri

Percobaan bunuh diri dijumpai pada hampir 1/3 dari penderita kanker yang

mengalami depresi major dan >50% dengan gangguan penyesuaian.

2. Penelantaran diri

Penderita menjadi tidak kooperatif, baik dalam hal pengobatan maupun

menjaga daya tahan tubuh. Kondisi ini tentu akan semakin memperparah

(55)

30

3. Distress pada keluarga

Depresi pada pasien kanker tidak hanya mempengaruhi pasien tetapi juga

berdampak pada keluarga mereka. Suatu survei di Inggris tentang kanker

payudara menunjukkan bahwa diantara faktor-faktor yang ada, depresi

merupakan faktor terkuat yang menimbulkan masalah perilaku dan

emosional dalam keluarga (Lisnawati, 2010).

2.2.6. Depresi Pada Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi

Mastektomi adalah pengangkatan keseluruhan jaringan payudara dan

nodus limfe aksilari. Ada dua rekasi yang ditimbulkan paska mastektomi yaitu

reaksi psikis positif dan reaksi psikis negatif. Reaksi psikis positif yang dapat

muncul adalah, meningkatnya penyesuaian diri penderita karena kehilangan

payudara. Sedangkan, reaksi psikis negatif yang dapat muncul adalah menurunnya

self esteem (harga diri) sebagai perempuan karena kehilangan payudara, stress,

atau depresi (Wagman dalam Dewi et al, 2004).

Shelley dalam Dewi et al (2004), menjelaskan bahwa pada saat pasien dan

dokter memutuskan pengangkatan payudara (mastektomi) sebagai cara

penyembuhan, seringkali hanya aspek fisik yang menjadi pertimbangan. Namun

sebenarnya, operasi ini tidak sekedar operasi pengangkatan organ tubuh manusia

saja. Operasi ini akan memunculkan tanda dan gejala psikologis tertentu, seperti

depresi, stres, kecemasan, dan masalah-masalah psikologis lainnya. Dalam

beberapa kasus penderita kanker payudara mengalami depresi dan pada pasien

(56)

Kehilangan payudara secara utuh baik bagian kanan atau kiri akan

mengubah body image perempuan. Mastektomi tidak hanya meninggalkan bekas

luka secara fisik, tetapi juga luka secara psikologis, yakni menurunnya perasaan

bangga dan harga diri perempuan. Berbagai reaksi pada perempuan paska

mastektomi dapat muncul dalam bentuk depresi (menarik diri dari lingkungan),

menurunnya self esteem, anoreksia dan insomnia. Salah satu dari masalah klinis

yang paling sering terjadi adalah gangguan depresi (Zamralita dalam Dewi et al,

2004).

Mastektomi merupakan pengalaman traumatis bagi wanita, dimana citra

tubuh yang berubah akibat mastektomi sangat sulit bagi wanita untuk

menerimanya. Selain itu kurangnya bantuan dari perawat dan dukungan keluarga

di rumah dapat menjadi faktor potensial yang dapat berkontribusi pada

perkembangan depresi dan kecemasan pada pasien tersebut (Farooqi, Yasmin,

2005).

Menurut Kevin (2010) seorang wanita yang akan menjalani mastektomi

tidak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya, hanya

kesedihan yang selalu ada dipikirannya ketika menghadapi mastektomi. Reaksi

yang timbul dari seorang wanita yang mengalami mastektomi adalah perasaan

tidak percaya bahwa bagian tubuhnya (payudara) sudah tidak ada lagi yang juga

diikuti oleh perasaan sedih dan depresi (McPherson & Anderson dalam Farooqi,

(57)

32

2.3. Dukungan Suami

2.3.1. Definisi Dukungan Suami

Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan yang dipandang

oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diadakan untuk keluarga

dimana dukungan tersebut bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga

memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga dapat berupa

dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri, dukungan dari

saudara kandung, dukungan dari anak dan dukungan keluarga eksternal, seperti

dukungan dari sahabat, tetangga, sekolah, keluarga besar, tempat ibadah, praktisi

kesehatan. Dukungan keluarga merupakan sebuah proses yang terjadi sepanjang

kehidupan, dimana dalam semua tahap siklus kehidupan dukungan keluarga

membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal untuk

meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga dalam kehidupan

(Friedman,1998).

Dukungan suami merupakan dukungan yang diberikan suami dalam

pengambilan keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Suami adalah

orang pertama dan utama dalam memberi dorongan dan dukungan kepada istri

sebelum pihak lain turut memberikannya. Dukungan suami merupakan dorongan,

(58)

2.3.2. Komponen Dukungan Suami

Menurut Hause & Kahn (1985) dan Caplan (1976) dalam Friedman (1998)

bahwa komponen-komponen dukungan suami terdiri dari:

a. Dukungan Penilaian

Dukungan penilaian meliputi pertolongan pada individu untuk memahami

kejadian depresi dengan baik, sumber depresi dan strategi koping yang dapat

digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan penilaian yang diberikan

berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Sehingga dukungan yang

diberikan dapat membantu meningkatkan strategi koping individu dengan strategi

– strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek – aspek

yang positif.

Dalam dukungan penilaian, kelompok dukungan dapat mempengaruhi

persepsi individu akan ancaman dengan mengikutsertakan individu untuk

membandingkan diri mereka sendiri dengan orang lain yang mengalami hal yang

lebih buruk. Dukungan keluarga dan suami membantu individu dalam melawan

keadaan depresi yang dialami individu dengan membantu mendefinisikan kembali

situasi tersebut sebagai ancaman kecil dan memberikan pilihan yang tepat untuk

menyelesaikan masalah.

b. Dukungan Nyata/Instrumental

Bentuk dukungan ini melibatkan penyediaan dukungan material seperti

pelayanan, bantuan keuangan, atau barang. Benda atau jasa yang diberikan akan

membantu memecahkan masalah, seperti saat seseorang memberi uang,

(59)

34

peralatan yang dibutuhkan. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh

penerima dengan tepat. Pada dukungan nyata keluarga merupakan sumber untuk

mencapai tujuan praktis dan konkrit.

c. Dukungan Informasi

Informasi dapat membantu individu memahami peristiwa stres yang lebih

baik dan menentukan sumber daya dan strategi penanganan yang dapat dihimpun

untuk menghadapinya. Dukungan informasi meliputi pemberian solusi dari

masalah, pemberian nasehat, pengarahan, saran, ide-ide, dan umpan balik tentang

apa yang dilakukan.

d. Dukungan Emosional

Dukungan emosional yang diberikan oleh suami atau orang lain dapat

membuat individu merasa tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang

terdekat dalam hal ini pasangan (suami), keluarga atau orang lain yang

memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, dan empati terhadap

persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang

dihadapinya. Keluarga dapat memberikan dukungan emosional dengan

meyakinkan penerima dukungan bahwa ia adalah individu yang berharga.

Kehangatan kasih sayang yang diberikan dapat memungkinkan kelompok

penerima dukungan untuk didekati. Dukungan emosional dapat berupa dukungan

simpati, empati, cinta,kepercayaan, dan penghargaan.

Menurut Kuntjoro (2002) bentuk-bentuk dukungan suami yang dapat

diberikan pada istri adalah adanya kedekatan emosional, suami mengijinkan istri

(60)

perhatian, suami menghargai atas kemampuan dan keahlian istri, suami dapat

diandalkan ketika istri membutuhkan bantuan, dan suami merupakan tempat

bergantung untuk menyelesaikan masalah istri. Dengan adanya dukungan suami,

tugas yang tadinya terasa berat menjadi lebih ringan dan membahagiakan.

Sebaliknya, jika suami istri dalam sebuah perkawinan tidak mampu menjalin

kerjasama, maka hal itu akan menyebabkan kesulitan dalam mengatasi

permasalahan hidup yang lebih kompleks di kemudian hari.

2.3.3. Fungsi Dukungan Suami

Menurut Caplan dalam Friedman & Jones (2010) keluarga dalam hal ini

pasangan (suami) memiliki fungsi pendukung yaitu meliputi:

a. Dukungan sosial dimana suami berfungsi sebagai pencari dan penyebar

informasi mengenai dunia.

b. Dukungan penilaian dimana suami bertindak sebagai sistem pembimbing

umpan balik, membimbing dan memerantarai pemecahan masalah, dan

merupakan sumber serta validator identitas anggota.

c. Dukungan tambahan dimana suami adalah sumber bantuan praktis dan

konkrit.

d. Dukungan emosional dimana suami berfungsi sebagai tempat istirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan emosional dan meningkatkan

(61)

36

2.3.4. Dukungan Suami Pada Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi Gangguan psikologis yang dialami penderita kanker payudara

berhubungan dengan depresi, cemas, marah, dan harga diri rendah serta dukungan

emosional yang rendah. Penderita kanker payudara mengalami tingkat depresi

mulai dari ringan sampai berat dengan kualitas hidup yang rendah. Ketakutan

yang dialami penderita kanker payudara berhubungan dengan kematian,

kekambuhan penyakit, gambaran diri yang rendah, perubahan feminitas,

seksualitas dan ketertarikan merupakan faktor yang menyebakan terjadinya

tekanan psikologis baik setelah didiagnosa maupun setelah menjalani pengobatan

(Reich et al, 2007).

Depresi yang dialami pasien kanker payudara berhubungan dengan

ketidakberdayaan, kurangnya dukungan dari suami, dan kritik yang selalu

diberikan oleh suami kepada pasangannya yang menderita kanker payudara

(Pistrang & Barker, 1998).

Handayani (2009) juga mengemukakan bahwa wanita yang menderita

kanker payudara dan telah dilakukan tindakan pengangkatan payudara

(mastektomi), memiliki citra diri yang cenderung negatif. Namun citra diri pada

wanita penderita kanker payudara dapat menjadi positif karena mendapatkan

dukungan yang besar dari suami dan teman-teman. Mastektomi juga memberikan

dampak pada penampilan fisik bagi pasien, yang membawa akibat cukup serius

terhadap keharmonisan hubungan suami dan istri (Anggraeni & Ekowati, 2010).

Perhatian dari suami atau istri termasuk kedalam kelompok dukungan

(62)

dirawat (Friedman, 1998). Ketiadaan pasangan (suami) sangat mempengaruhi

kondisi psikologis pasien paska mastektomi, dimana pasien menjadi lebih

menurun kesehatannya dan kurang kooperatif berbeda dengan pasien yang

didampingi oleh suami mereka dimana pasien menjadi lebih bersemangat dan

memiliki harapan untuk mencapai kesembuhan (Anggraeni & Ekowati, 2010).

2.4. Landasan Teori

Betty Neuman dalam Marriner Tomey & Alligood (2006) mendefinisikan

manusia secara utuh yang merupakan gabungan dari konsep holistik dan

pendekatan sistem terbuka. Menurut Neuman manusia merupakan mahluk dengan

kombinasi kompleks yang dinamis dari fisiologis, psikologis, sosiokultural,

spiritual dan variabel perkembangan yang berfungsi sebagai sistem terbuka.

Sebagai sistem terbuka, manusia berinteraksi, beradaptasi dengan lingkungan

yang digambarkan sebagai stressor (Chinn & Jacobs dalam Potter & Perry, 2005).

Lingkungan internal terdiri dari segala sesuatu yang mempengaruhi

(intrapersonal) yang berasal dari dalam diri pasien. Lingkungan eksternal segala

sesuatu pengaruh yang berasal di luar diri pasien (interpersonal). Model Neuman

mencakup stressor intrapersonal, interpersonal dan ekstrapersonal (Neuman dalam

Marriner Tomey & Alligood, 2006).

Dalam penelitian ini hal yang menjadi stressor bagi pasien adalah tindakan

mastektomi yang mengakibatkan pasien kehilangan payudara yang merupakan

simbol seksualitas wanita. Kehilangan payudara akibat mastektomi menyebabkan

Gambar

Tabel 2.1. Histologi Kanker Payudara
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat
Tabel 3.1. Perkiraan Ukuran Sampel yang Diperlukan untuk Mencapai Tingkat Kekuatan yang Dipilih sebagai Fungsi Estimasi Korelasi Populasi, dengan α= 0.05
Tabel 3.2. Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kant or Pusat Tat a Usaha Universit as Gadjah M ada, Bulaksumur Universit as Gadjah M ada mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/ Jasa Dana DIPA unt uk pelaksanaan kegiat an t

Model-Model Pengajaran dan Pem belajaran: Isu-isu Metodis dan Paradigm atis, J ogjakarta: Pustaka Pelajar.. Ibrahim dan Nana

Peran perawat dibutuhkan dalam menentukan pelayanan kesehatan yang optimal bagi penderita skizofrenia.Salah satu pelayanan keperawatan adalah perilaku caring perawat. Perilaku

Jika meninjau lokasi dari setiap lubang yang dibuat antara sejajar dengan jalan atau di bawah selokan memperlihatkan bahwa nilai rata-rata laju infiltrasi dari lubang terletak di

1 On-balance sheet items (excluding derivatives and SFTs, but including collateral) 176,212,075 2 (Assets amounts deducted in determining Basel III Tier 1 capital)

Studies (Chase et al., 1992) of glucose metabolism in the bovine CL in vitro also indicated that glucose was a major energy source used by the ovary, and that physiological state,

As a thread of activity in OWS-8, Observation Fusion thread combines the OGC Earth Observation Web Coverage Service (EO-WCS) standard and architecture with the results of the

Arsitektur eropa pada abad itu bersifat Ekletik dengan banyak bangunan elitnya yang terjebak dalam gaya dari masa lalu atau disebut Neo-Klasikisme.. Arsitektur pada era