• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.4.1 Pengertian Depth Jump

Depth jump merupakan bentuk latihan dari pliometrik dengan cara melompat dari bangku atau box kemudian mendarat, disusul dengan melompat setinggi- tingginya (Farentinos 2002 dalam Nugroho et al, 2013). Latihan depth jump merupakan salah satu bentuk latihan berbeban yang mampu memberikan keuntungan sekaligus meningkatkan baik pada kemampuan kekuatan, kecepatan, daya ledak dan kontrol motorik, dengan mengikuti prinsip latihan yang benar dan

30

sesuai dengan tujuan menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan gerakan-gerakan eksplosif (Johansyah, 2010).

Depth jumps adalah tipe pelatihan dinamis dimana individu melangkah dari box setinggi 20-80 cm dan melakukan loncatan eksplosif ke atas (Wilson, Murphy, dan Giorgi, 1996 dalam Andrew dkk, 2010).. Setelah di tanah atlet harus melakukan vertical jump dengan upaya yang maksimal dengan waktu yang singkat di tanah, dalam latihan depth jump fokus latihan dengan 60% kekuatan dan 40% kecepatan (Faidlullah dan Kuswandari, 2009).

Latihan akan menjadi lebih efektif apabila dilakukan teknik yang benar saat melakukan pelatihan depth jump. Yessis dan Hatfield (2007) menjelaskan cara melakukan depth jump, pertama melangkah dari box yang telah ditetapkan pada ketinggian tertentu sehingga jatuh lurus ke bawah (bukan menyudut). Setelah itu melakukan tolakan ke lantai dan meloncat ke atas atau ke atas depan dengan sedikit menekukkan kaki jika dimungkinkan. Semua pendaratan harus vertical sehingga dapat membuat beban maksimal pada otot (Dau, 2013).

Persendian tungkai bawah berperan penuh dalam pelatihan depth jump. Hal ini dikarenakan vertical jump adalah gerakan yang ada dalam depth jump. Pada fase take off dimulai dengan extensi sendi pinggul kemudian secara berurutan diikuti oleh sendi lutut dan sendi pergelangan kaki (Umberger, 1998). Sendi pinggul berperan pertama dalam vertical jump yang kemudian diikuti dengan sendi lutut dan sendi pergelangan kaki. Hal ini juga berlaku dalam depth jump karena dalam depth jump mengandung gerakan vertical jump (Dau, 2013).

31

Penelitian sebelumnya telah ditemukan kontribusi relatif rata-rata dari otot pada vertical jump yang merupakan bagian dari depth jump sebesar 23% pada sendi pergelangan kaki, 28% pada sendi pinggul, dan 49% pada sendi lutut (Hubley, 1983). Sendi lutut berkontribusi terbesar dalam vertical jump dan sendi pergelangan kaki berkontribusi paling kecil dalam vertical jump, jika sendi lutut diberi penekanan lebih besar maka hasil vertical jump akan lebih besar karena kontribusi sendi lutut dalam vertical jump paling besar daripada kontribusi sendi- sendi yang lain (Dau, 2013).

Efek dalam pelatihan plyometrik depth jump sangat spesifik untuk meningkatkan daya ledak eksplosif. Reilly (1992 dalam Abass, 2009) menemukan bahwa depth jump mampu meningkatkan daya dan kekuatan ledakan. Disimpulkan juga bahwa latihan pliometrik dapat dimasukkan dalam program pelatihan kekuatan karena menekankan sifat elastis otot dalam pelatihannya dan cenderung mengembangkan kekuatan otot. Peningkatan sederhana dalam kekuatan maksimal isometrik dan konsentris setelah pelatihan pliometrik depth jump, disimpulkan bahwa efek dari latihan pliometrik sangat spesifik (Klausen, 1990 dalam Abass, 2009)

Latihan Plyometrik adalah latihan-latihan atau ulangan yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan, kecepatan dan waktu reaksi. Dalam latihan pliometrik gerakan dilakukan dengan kecepatan gerak tertentu yang melibatkan refleks regang, dimana otot sudah berada dalam kedaan siap untuk berkontraksi lagi sebelum ia berada dalam keadaan rileks (Hanafi, 2010). Istilah ini sering digunakan dalam menghubungkan gerakan lompat yang berulang-ulang atau

32

reflek rengang untuk menghasilkan reaksi yang eksplosif. Furgon & Doewes (2002) menyatakan latihan plyometrik adalah suatu latihan yang memiliki ciri khusus, yaitu kontraksi otot yang sangat kuat yang merupakan respon dari pemberian dinamik atau rengangan yang cepat dari otot-otot terlibat, menghasilkan pergerakan otot isometrik dan menyebabkan refleks rengangan otot dalam otot. Latihan plyometrik dilakukan serangkaian gerakan latihan power yang didesain secara khusus untuk membantu otot mencapai tingkat potensial maksimalnya dalam waktu yang singkat. Plyometrik juga disebut dengan reflek rengangan atau reflek miotatik atau reflek pilinan otot (Furgon & Doewes, 2002).

Definisi diatas dapat disimpulkan latihan plyometrik adalah latihan untuk meningkatkan daya ledak otot dengan bentuk kombinasi latihan isometric dan isotonic (eksentrik-konsentrik) yang mengunakan pembebanan dinamik. Renggangan itu terjadi secara mendadak sebelum otot berkontraksi kembali atau suatu latihan yang memungkinkan otot untuk mencapai kekuatan maksimal dalam jangka waktu sesingkat-singkatnya (Dau, 2013).

Keuntungan dan Kelemahan Latihan Pliometrik Depth Jump menurut Hasanah 2013 :

1. Keuntungan latihan pliometrik depth jump: a. Latihan ini mudah dilaksanakan

b. Secara psikologis latihan ini lebih ringan. Karena tidak ada perubahan ketinggian

c. Sederhana, karena alat ini mudah dibuat dan didapat d. Lebih aman karena ketinggian dari tanah tetap

33

2. Kelemahan latihan pliometrik depth jump:

a. Faktor eksentrik (memanjang) dan konsentrik (memendek) untuk kontraksi otot kurang banyak mengalami peningkatan karena gerakan yang nain turun

b. Atlet cepat jenuh karena gerak maupun tempatnya tetap sehingga motivasi seseorang kurang

2.4.2 Mekanisme Depth Jump Meningkatkan Vertical Jump

Pada latihan ini otot yang dikembangkan adalah fleksor pinggul dan paha, gastrocnemius, gluteus, quadriceps dan hamstring (Radiclife dan Farentinous, 2002). Pada saat memulai fase melompat atau fase take off dari kotak terjadi kontraksi isotonic konsentric rectus femoris, eksentrik hamstring dan konsentrik gastrocnemius. Kontraksi tersebut akan bertahan hingga gerakan melompat dilakukan dengan gerak stretch reflex untuk mengirim impuls neuromuscular ke spinal cord agar mampu melakukan lompatan dengan baik. Kemudian pada saat gerakan melompat dilakukan terjadi kontraksi isotonic eksentrik rectus femoris, konsentrik hamstring dan eksentrik gastrocnemius (Meisatama, 2015).

Gerakan melompat dilakukan semampunya dan setinggi-tingginya dan pada akhir fase take off atau relates gerak otot rectus femoris dan gastrocnemius mengirim energi mekanik secara luas melalui bagaian proximal energi mekanik untuk kembalinya sendi hip (Markovic dan Jaric, 2007). Bertambahnya power akan meningkatkan kemampuan melompat. Peningkatan kekuatan untuk kelompok otot tertentu terjadi dengan adaptasi kekuatan otot tersebut (Gambetta, 2006)

34

2.4.3 Aplikasi Depth Jump

Prosedur pelaksanaan depth jump untuk meningkatkan vertical jump sebagai berikut :

a. Berdiri di atas kotak atau platform, dengan kaki membuka selebar bahu.

b. Lompat perlahan dari kotak ke tanah dengan mendaratkan kedua kaki secara bersama.

c. Gunakan tangan untuk menarik dan mengayun yang berfungsi untuk menambah kecepatan pada saat melompat.

d. Kemudian lompat setinggi-tingginya.

Gambar 2.9 Latihan Depth Jump Sumber : Donald A. Chu (2006)

Dokumen terkait