• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS

DAFTAR LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Desa dan Perdesaan

Definisi desa menurut Sutardjo Kartohadikusuma mengemukakan bahwa desa adalah suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri. Menurut Bintarto desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang terdapat di situ (suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain. Sedangkan menurut Paul H. Landis bahwa Desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-cirinya sebagai berikut5:

a) Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa. b) Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan.

4

c) Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.

Masyarakat perdesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang hakikatnya bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat di mana dia hidup. Masyarakat perdesaan juga mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama yaitu sebagai anggota masyarakat yang saling mencintai saling menghormati dan mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagian bersama di dalam masyarakat.

Adapun yang menjadi ciri-ciri masyarakat perdesaan antara lain sebagai berikut :

a) Di dalam masyarakat perdesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat perdesaan lainnya di luar batas-batas wilayahnya.

b) Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan (Gemeinschaft atau paguyuban).

c) Sebagian besar warga masyarakat perdesaan hidup dari pertanian. Pekerjaan- pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan yang biasanya sebagai pengisi waktu luang.

d) Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencarian, agama, adat- istiadat dan sebagainya.

Oleh karena anggota masyarakat mempunyai kepentingan pokok yang hampir sama, maka mereka selalu bekerja sama untuk mencapai kepentingan-kepentingan mereka. Seperti pada waktu mendirikan rumah, upacara pesta perkawinan, memperbaiki jalan desa, membuat saluran air dan sebagainya, dalam hal-hal tersebut mereka akan selalu bekerjasama. Bentuk-bentuk kerjasama dalam masyarakat sering diistilahkan dengan gotong royong dan tolong-menolong.

5

2.2.1. Pembangunan Perdesaan

Maksud pembangunan perdesaan adalah menghilangkan atau mengurangi berbagai hambatan dalam kehidupan sosial–ekonomi, seperti kurang pengetahuan dan keterampilan, kurang kesempatan kerja, dan sebagainya (Jayardinata dan Pramandika, 2006). Akibat berbagai hambatan tersebut, penduduk wilayah perdesaan umumnya miskin. Sasaran dari program pembangunan perdesaan adalah meningkatkan kehidupan sosial dan kehidupan ekonomi keluarga miskin sehingga mereka mendapat kesejahteraan, yang berarti mereka memperoleh tingkat kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan material (makanan-minuman, pakaian, perumahan, alat-alat, dsb) dan kebutuhan spiritualnya (pendidikan, agama, ilmu, keamanan, kepercayaan kepada diri, dsb) dengan layak.

Pengembangan agribisnis perdesaan bertujuan menjadikan petani handal atau modern yang bisa mengelola komoditas pertaniannya dari pratanam hingga pasca panen atau pemasaran6. Hampir di seluruh desa di Indonesia, para petani hanya

menguasai sub-sistem produksi, sedangkan sub-sistem agribisnis lainnya seperti pengadaan sarana dan modal, pengolahan hasil, dan pemasaran masih berada diluar kendali mereka. Di dalam sub-sistem produksi pun, praktek pertanian mereka masih perlu ditingkatkan dengan penerapan teknologi pertanian yang lebih maju dan lebih produktif.

Pengembangan agribisnis dengan demikian dapat dikaitkan dalam kerangka pembangunan perdesaan untuk masa yang akan datang. Di mana melalui program pemerintah di sektor agribisnis haruslah memperkuat posisi petani sebagai yang terlibat langsung dalam kegiatan agribisnis dan kewirausahaan. Sejalan dengan upaya pengembangan agribisnis, yang sejak awal mesti diprogramkan oleh pemerintah daerah, maka salah satu langkah ke arah itu ialah memberi kemudahan kepada petani dalam memperoleh segala bentuk sumber daya agraria. Akan tetapi kalau sumber daya agraria ini sulit, atau karena hambatan birokrasi, maka dapat diperkirakan bahwa petani kita tidak akan pernah bangkit dari nestapa keterpurukan mereka sebagai petani yang tetap tidak berdaya, lebih-lebih petani penggarap7.

6

Abdurachman Adimihardja, 2006. Prima Tani Membangun Agroindustri Pedesaan dengan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Agribisnis. http://www.litbang.deptan.go.id [4 April 2011]

7

Aminuddin Siregar, 2008. Pengembangan Agribisnis dan Pembangunan Desa http://klubhausbuku.multiply.com/journal [4 April 2011]

Sebaliknya, bila para petani meperoleh kemudahan menjangkau sumber daya agraria ini, maka langkah berikutnya kembali perlu dipikirkan ialah upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Ini berkait pula dengan kebijakan pembangunan dan pengembangan agribisnis yang dibuat oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Kualitas sumber daya manusia amat sangat terkait dengan pembangunan masyarakat perdesaan, terutama yang menyangkut penataan ulang terhadap mekanisme pemberdayaan ekonomi rakyat khususnya dalam bidang perencanaan pembangunan desa.

Pengembangan agribisnis kembali perlu mendapat perhatian serius. Terutama dari pihak pemerintah pusat, khususnya pemerintah daerah yang memiliki kewenangan dan yang secara otonomi pemerintah daerah berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Bagi kabupaten yang memiliki sumber daya alam yang potensial, pengembangan agribisnis merupakan peluang untuk dapat melakukan pembangunan desa.

Pengembangan agribisnis ini, hanya dapat dikatakan berhasil apabila perlakuan terhadap sistem pendistribusian produk pertanian berlaku sama dengan pendistribusian barang ekonomi lainnya. Dengan kata lain pengembangan agribisnis tidak hanya membutuhkan komitmen tetapi juga memerlukan aturan yang jelas. Prospek kedepan dari pengembangan agribisnis didukung oleh pemerintah dan lembaga terkait, sebab pengembangan usaha pertanian melalui agribisnis ini akan berkait langsung dengan perekonomian rakyat, yang juga menjadi bagian dengan mengantisipasi terpuruknya ekonomi rakyat khususnya di perdesaan. Kemudian yang diperlukan selanjutnya adalah niat yang ikhlas untuk membantu petani, ikhtiar secara profesional, dan tawakal kepada Tuhan yang Maha Kuasa.

2.2.2. Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan

Dalam pengembangan agribisnis perdesaan, selain pendekatan agribisnis dapat juga menggunakan pendekatan wilayah dan kesejahteraan masyrakat. Hal ini berarti bahwa pembangunan tidak terbatas pada sektor pertanian saja, tetapi menyentuh seluruh aspek kemasyarakatan secara komperhensif, dengan

memperhatikan kekhususan kondisi wilayah. Masyarakat tani berupaya menggali potensi sumberdaya alam dan sosial-budaya untuk meningkatan kesejahteraan, yang dilaksanakan secara partisipatif dengan para peneliti, penyuluh, aparat Dinas Pemda, swasta, dan sebagainya

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan semua sektor pembangunan harus dibangun secara integratif di bawah koordinasi pemerintah bersangkutan, maka dapat diharapkan prasarana dan sarana pertanian serta berbagai fasilitas umum perdesaan pun dapat tertata dengan lebih baik. Perlunya pengembangan agribisnis ini dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat perdesaan disebabkan potensi ekonomi lokal sebagian besar masyarakat perdesaan di Indonesia adalah masyarakat agraris, yakni bidang pertanian.

Kegiatan pembangunan perlu diarahkan untuk dapat memberdayakan ekonomi masyarakat perdesaan untuk merubah kehidupan masyarakat desa menjadi lebih baik. Perencanaan dan implementasi pembangunan seharusnya berisi usaha untuk memberdayakan mereka sehingga mereka mempunyai akses pada sumber- sumber ekonomi. Usaha memberdayakan masyarakat desa serta perang melawan kemiskinan dan kesenjangan di daerah perdesaan masih harus menjadi agenda penting dalam kegiatan pembangunan dan pembangunan perdesaan masih relevan untuk ditempatkan pada prioritas kebijaksanaan.

Pembangunan perdesaan dalam perkembangnya tidak semata-mata terbatas pada peningkatan produksi pertanian. Pembangunan perdesaan juga tidak hanya mencakup implementasi program peningkatan kesejahteraan sosial melalui distribusi uang dan jasa untuk mencukupi kebutuhan dasar. Lebih dari itu adalah sebuah upaya kegiatan yang menyentuh pemenuhan berbagai macam kebutuhan sehingga segenap anggota masyarakat dapat mandiri, percaya diri, tidak bergantung dan dapat terlepas dari belenggu kemiskinan.