• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman 1 Peluang (Opportunity)

VII. FORMULASI STRATEGI PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DI DESA TANGKIL DAN HAMBALANG

7.2. Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman 1 Peluang (Opportunity)

a) Adanya program dari PNPM untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat desa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di perdesaan kini sedang direalisasikan ke berapa wilayah, termasuk ke Desa Tangkil dan Hambalang. Program ini meliputi perbaikan sarana, prasarana dan infrastruktur perdesaan seperti pembangunan jalan, jembatan, MCK, dll dan juga berbagai program perekonomian diantaranya seperti pelatihan dan pedampingan usaha-usaha kecil dan juga simpan pinjam bergulir.

Agar program ini dapat bejalan dengan baik maka dibutuhkan kekompakan dengan warga untuk bisa bekerja sama. Program dari PNPM ini membutuhkan dorongan dari masyarakat di kedua desa untuk tumbuh dan berkembang. Selain itu, diharapkan juga swadya atau parsitipasi masyarakat, baik tenaga maupun materi.

Menurut warga desa selama ini program pembangunan desa bisa dilihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat. Sebelumnya Desa Tangkil dan Hambalang tergolong sebagai desa tertinggal dengan kurangnya fasilitas umum dan kondisi jalan yang rusak. Namun adanya program PNPM, potensi kemajuan desa sudah bisa dirasakan oleh masyarakat dan program ini berjalan dangan baik.

b) Adanya investor yang bersedia menanamkan modalnya

Di Desa Tangkil dan Hambalang seringkali dijumpai masyarakat yang mempunyai peternakan kambing de sekitar rumahnya. Setelah ditelusuri kambing- kambing tersebut ada yang merupakan titipan atau investasi dari orang-orang di luar desa. Mereka menitipkan kambing dengan sistem bagi hasil, yang tentunya dapat menguntungkan kedua belah pihak dan perekonomian masyarakat desa cukup terbantu.

Dengan adanya investor tersebut merupakan peluang dari masyarakat perdesaan untuk dapat mengembangkan pertanian dan memberdayakan perekonomian masyarakat desa. Para investor juga diharapkan dapat membawa dampak positif untuk pembangunan di perdesaan ke arah yang lebih baik.

c) Adanya industri pengolahan hasil pertanian

Adanya industri pengolahan hasil pertanian (agroindustri) dapat mendukung kegiatan agribisnis di perdesaan, caranya dilakukan dengan efisiensi usaha, baik di tingkat produksi pengolahan maupun pemasaran, yang berpijak pada orientasi pasar domestik dan ekspor, berbasis sumber daya lokal, dan pengurangan ketergantungan komponen impor. Peran subsektor industri pengolahan hasil pertanian (agroindustri) dalam pertumbuhan ekonomi di perdesaan yakni penyerapan hasil pertanian dan penyerapan tenaga kerja.

Subsektor industri pengolahan hasil pertanian adalah subsektor yang mampu memberi nilai tambah bagi produk hasil pertanian. Hal ini dikarenakan memiliki keterkaitan langsung dengan pertanian primer, di mana industri pengolahan inilah yang mengolah produk primer pertanian menjadi barang setengah jadi (intermediate goods) maupun barang konsumsi (final goods). Oleh karena itu dengan adanya industri pengolahan hasil pertanian merupakan suatu peluang untuk mengembangkan kegiatan agribisnis di perdesaan dan juga memberdayakan ekonomi masyarakatnya.

d) Adanya bantuan bibit dari pemerintah

Bantuan bibit tanaman dari pemerintah muncul karena masih banyak wilayah di Kecamatan Citeureup yang masih dalam keadaan gersang. Kecamatan Citeureup mencanangkan kegiatan tanam dan pelihara 17.000 pohon. Bantuan bibit pohon ini merupakan tindak lanjut dari program One Billion Indonesia Three (OBlT) yang dicanangkan oleh pemerintah.

Penanaman 17.000 pohon akan dilakukan secara bertahap di 12 desa dan 2 kelurahan di Kecamatan Citeureup. Jadi setiap wilayah akan ditanami rata-rata 1.000 pohon. Bibit tanaman ini diperoleh dari Kemenpora, beberapa perdesaan besar yang ada di Citeureup, UPT Kurikulum Kecamatan, UPT Puskesmas dan PGRI Kecamatan Citeureup.

Dengan adanya bantuan bibit tanaman dari pemerintah diharapakan agar pemerintah lebih memperhatikan sektor agribisnis di perdesaan. Kedepannya pemerintah juga diharapkan tidak hanya memberikan bantuan bibit dalam rangka penghijauan tapi juga untuk mengembangkan sektor agribisnisnya. Bantuan bibit unggul akan sangat membantu bagi masyarakat perdesaan untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat tani.

e) Adanya perhatian dari pemerintah daerah terkait penanggulangan kemiskinan Perhatian pemerintah daerah terkait penganggulangan kemiskinan diantaranya yaitu program pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) milik warga desa. Pembangunan RTLH tersebut merupakan bantuan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor tahun 2010. Rata-rata nominal bantuan dalam pembangunan RTLH yang dikucurkan sebesar Rp. 5 Juta per-unit. Pembangunan tersebut disebar secara merata ke setiap wilayahnya.

Mudah-mudahan dengan adanya bantuan ini kehidupan warga di perdesaan akan menjadi lebih baik lagi kedepannya terutama dalam perekonomiannya. Sebelumnya kondisi pemukiman warganya cukup mengkhawatirkan, mereka hidup dalam serba keterbasan karena jeratan ekonomi dan penghasilan yang kurang memadai. Kedepannya diharapakan program-program pemerintah lainnya untuk

mengatasi kemiskinan di perdesaan, khususnya pemberdayaan ekonomi agar masyarakat perdesaan lebih mandiri.

7.2.2. Ancaman (Threat)

a) Pengambilalihan lahan pertanian sewaktu-sewaktu oleh pemilik lahan

Status lahan pertanian di kedua desa sebagian besar merupakan tanah Hak Guna Usaha (HGU) milik pemerintah yang kemudian dibebaskan lahannya oleh perdesaan- perdesaan, pengembang kawasan perumahan dan investor untuk digunakan berbagai macam kepentingan. Selama ini masyarakat tani menggunakan lahan yang masih belum digunakan oleh pemiliknya, namun hal ini dapat berakibat buruk apabila sewaktu-waktu pemilik lahan akan menggunakan lahannya. Maka para petani dapat kehilangan mata pencahariannya dan kegiatan agribisnis di perdesaan menjadi terhambat.

b) Adanya aktivitas pembangunan markas komando Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI) yang dapat menghambat aktivitas masyarakat

Mulai akhir tahun 2010 ini, Kementrian Pertahanan (Kemenhan) RI membangun kompleks terpadu yang akan dijadikan sebagai Pusat Milisi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Kecamatan Citeureup. Kompleks PMPP yang dibangun Kemenhan rencananya akan berdiri di atas areal cukup luas yaitu mencapai 260 hektare. Areal kompleks PMPP terletak di empat desa yaitu Desa Sukahati, Desa Tangkil, Desa Leuwinutug dan Desa Hambalang.

Adanya aktivitas pembangunan tersebut dapat mengganggu perekonomian masyarakat sekitar, khususnya masyarakat Desa Tangkil dan Hambalang karena rusaknya jalan yang menghubungkan kedua desa akibat seringnya dilalui kendaraan proyek. Rusaknya jalan tersebut dapat menghambat arus barang dan jasa dari dan menuju kedua desa. Dengan adanya pembangunan ini masyarakat pun kehilangan mata pencaharian sebagai petani karena ladang mereka tergusur sehingga sebagian

besar warganya ikut terlibat dalam proyek tersebut walau hanya untuk sementara dengan upah rata-rata hanya Rp. 20.000,- sehari.

c) Kurang intensifnya perhatian pemerintah terhadap kegiatan agribisnis di kedua desa

Perhatian pemeritah terhadap kegiatan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang dirasakan masih kurang intensif. Dengan terbatasnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat akan teknik budidaya dan penggunaan teknologi yang tepat guna dapat menghambat kegiatan agribisnis di perdesaan. Selain itu masyarakat tani di kedua desa masih kurang mampu dalam mengakses informasi akan harga suatu komoditas.

Maka disini peran yang intensif dan kontinyu dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk mendampingi petani mengembangkan sektor agribisnis di perdesaan. Dengan pendampingan pada petani diharapakan pemerintah dapat cepat tanggap pada permasalahan-permasalahan yang sering muncul dan dihadapi oleh petani.

d) Isu kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL)

Adanya isu kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL) dapat berdampak negatif terhadap kegiatan agribisnis di perdesaan. Kenaikan harga BBM dan TDL dapat menyebabkan naiknya biaya operasi dari pelaku agribisnis yang mengakibatkan berfluktuasinya harga suatu komoditas di pasaran. Seperti kita ketahui bahwa harga di pasaran bukan saja ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran akan suatu komoditas.

Dengan adanya isu tersebut dapat mempengaruhi sensitivitas harga dari suatu komoditas pertanian yang terkadang dapat merugikan petani. Maka isu-isu kenaikan BBM dan TDL merupakan ancaman bagi pengembangan agribisnis di perdesaan.

e) Belum tersedianya sarana pelaku ekonomi/pedagang berupa pasar yang representatif

Salah satu aspek yang dapat mendukung berjalannya kegiatan perekonomian, khususnya kegiatan agribisnis yaitu adanya pasar yang representatif. Masyarakat di Desa Tangkil dan Hambalang menjual hasil pertanian dan berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar Citereup karena jaraknya yang paling dekat. Namun saat ini pasar Citeureup yang di bangun sekitar tahun 1980 itu, kondisinya memprihatinkan dan sangat kumuh.

Apabila kondisi pasar tidak ada perbaikan dikhawatirkan pembeli akan semakin malas berbelanja ke Pasar Citeureup. Terlebih bila di musim hujan pasar semakin terlihat kumuh, karena becek dan menumpuknya sampah yang dihasilkan pedagang terutama PKL yang menimbulkan aroma tidak sedap. Sudah selayaknya pasar yang menjadi icon wilayah Citeureup itu diperbaiki, karena keberadaan pasar tersebut merupakan sentra perekonomian warga termasuk masyarakat Desa Tangkil dan Hambalang. Harapannya ada peremajaan kondisi pasar dari pasar tradisional menjadi semi modern sehingga dapat menunjang kegiatan perekonomian di wilayah Citereup.