• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. PEMBAHASAN

4.8. Desain Indikator Kinerja Rantai Pasokan dengan

Desain indikator pengukuran kinerja terdiri dari tingkat 1 yaitu proses bisnis. tingkat 2 terdiri parameter kinerja industri sayuran. Tingkat 3 terdiri dari atribut kinerja dan tingkat 4 terdiri dari indikator kinerja. Semua variabel dibangun dalam model hirarki pemilihan indikator sayuran dataran tinggi seperti yang terlihat pada Gambar 7.

Pemilihan indikator prioritas pengukuran kinerja rantai pasokan sayuran dataran tinggi

Perencanaan (0,278) Pengadaan (0,147) Pengolahan (0,329) Pengiriman (0,070) Nilai Tambah (0,443) Kualitas (0,314) Risiko (0,243) Reliability (0,195) Responsivesness (0,104) Flexibility/Quality (0,408) Cost (0,172) Asset (0,121) Biaya transportasi optimal (1,000) Cash-to-cash cycle time (0,750) Kesesuaian standar mutu (0,800) Fleksibilitas pemenuhan pesanan (0,200) Lead time pemenuhan pesanan (0,667) Siklus waktu pemenuhan pesanan (0,333) Pemenuhan pesanan sempurna (0,500) Kinerja pengiriman (0,500) Inventory days of supply (0,250) Tujuan Proses Bisnis Parameter kinerja industri sayuran Atribut Kinerja Indikator Kinerja

Gambar 7. Hirarki pemilihan indikator kinerja rantai pasokan sayuran dataran tinggi

Budidaya (0,176)

4.8.1. Proses Bisnis

Proses bisnis terdiri dari perencanaan, pengadaan, budidaya, pengolahan, pengiriman.

1. Perhitungan bobot dan prioritas

Berdasarkan perhitungan PHA, pengolahan mempunyai bobot paling tinggi dan menjadi prioritas pertama. Faktor yang menyebabkan pengolahan menjadi prioritas pertama karena kegiatan pengolahan mencakup kegiatan pencucian, sortasi, pengemasan, pelabelan dan persiapan pengiriman Pengolahan dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas brokoli. Brokoli menjadi lebih berharga tinggi di pasar karena kualitasnya. Kondisi dijelaskan pada Tabel 14.

Tabel 14. Bobot dan prioritas proses bisnis

Proses Bisnis Bobot Prioritas

Pengolahan 0,329 1

Perencanaan 0,278 2

Budidaya 0,176 3

Pengadaan 0,147 4

Pengiriman 0,070 5

2. Kondisi Proses Bisnis Rantai Pasokan Brokoli a. Pengolahan

Kegiatan pengolahan mencakup kegiatan sortasi, pengemasan, pelabelan dan persiapan pengiriman. Sortasi menjadi bagian penting yang harus dilakukan bandar karena masing tingkat kualitas ditujukan ke pasar yang berbeda. Tolok ukur terpenting dari pengolahan adalah hasil produksi dan kualitas. Sehingga untuk menjaga hubungan baik dengan petani bandar menyediakan sarana produksi seperti bibit, pupuk, pestisida, modal kerja bagi yang membutuhkan.

b. Perencanaan

Perencanaan belum terlaksana dengan baik karena tidak semua komponen rantai pasokan membuat perencanaan. Perencanaan masih dibuat oleh pihak ritel namun sosialisasi juga sering terlambat karena ritel juga tidak bisa

memastikan tingkat permintaan brokoli. Namun, bandar sebagai pihak yang bekerjasama dengan petani sebagai pemasok telah merancang pola waktu tanam, sehingga setiap pesanan bisa dipenuhi.

c. Budidaya

Budidaya merupakan faktor penentu terhadap kelangsungan rantai pasokan. Budidaya brokoli tergolong mudah karena hanya membutuhan lahan yang produktif dan benih unggul. Dalam hal ini apabila petani brokoli di Cipanas memiliki modal yang cukup, akan mampu meningkatkan daya saing ekspor brokoli Indonesia karena pengalaman yang dimiliki dan keuletan dalam berbudidaya.

d. Pengadaan

Pengadaan komoditas biasanya dilakukan oleh bandar dan UD. Bandar menjalin kerjasama dengan petani baik secara individu maupun kelompok yang dipercaya dapat memasok komoditas brokoli yang dibutuhkan sesuai dengan standar mutu. Manajemen pengadaan mencakup penentuan harga, dan pengiriman, pembayaran kepada pemasok (kelompok tani/petani) dan menjaga dan meningkatkan hubungan baik. Harga ditetapkan melalui mekanisme pasar dengan berpatokan pada pasar tujuan (pasar tradisional/pasar modern), dan jalur rantai distribusi.

e. Pengiriman

Pengiriman merupakan sebuah proses bisnis yang melibatkan pergerakan fisik dari komoditas brokoli yang berada dalam satu jalar rantai pasokan. Manajemen pengiriman barang didahului komunikasi pendahuluan terutama informasi tentang harga, jumlah, kualitas dan frekuensi yang harus dikirimkan. Proses tawar menawar dan negosiasi sering dilakukan melalui telepon.

Brokoli akan dijemput oleh orang yang telah ditugaskan UD ke gudang bandar atau bandar yang mengantarkan ke gudang UD tergantung kesepakatan. Brokoli dikemas di perusahaan tapi ada juga yang dikemas terlebih dahulu oleh bandar. Setelah proses pengemasan di perusahaan selesai, produk disimpan sementara di dalam ruang penyimpanan yang dilengkapi dengan alat pendingin agar mencegah penyusutan produk yang

berlebihan. Setelah itu produk langsung didistribusikan ke setiap gudang ritel

yang banyak berlokasi di daerah Jakarta dan sekitarnya, serta di daerah

Sukabumi.

Transportasi yang digunakan oleh UD dan bandar untuk distribusi brokoli

dari petani adalah mobil pick up dan motor, sedangkan untuk

mendistribusikan brokoli kepada ritel dengan menggunakan truk ada yang dilengkapi alat pendingin ada yang tidak.

Apabila pengiriman dilakukan melalui jalur STA, maka disediakan fasilitas penyimpanan berupa ruang pendingin untuk sasaran pasar modern. Dimana bandar harus mengirimkan sendiri brokoli ke STA.

4.8.2. Faktor Peningkatan Kinerja

Faktor peningkatan kinerja terdiri dari nilai tambah, kualitas dan risiko.

1. Perhitungan Bobot dan Prioritas

Berdasarkan perhitungan PHA dapat dilihat bahwa nilai tambah memiliki bobot paling besar dan menjadi prioritas pertama pada tingkat faktor peningkatan kinerja. Kondisi ini dijelaskan pada Tabel 15. Faktor penyebab nilai tambah menjadi prioritas pertama adalah:

1. Perhitungan nilai tambah dapat menunjukkan perbandingan keuntungan yang didapatkan setiap anggota rantai pasokan.

2. Nilai tambah menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diperoleh anggota rantai pasokan.

Tabel 15. Bobot dan prioritas parameter kinerja sayuran dataran tinggi

Parameter Kinerja Bobot Prioritas

Nilai tambah 0,433 1

Kualitas 0,314 2

Risiko 0,243 3

2. Kondisi Faktor Peningkatan Kinerja Rantai Pasokan Brokoli a. Nilai Tambah

Nilai tambah yang diperoleh petani dari brokoli di Cipanas cukup besar yaitu 25 persen. Sedangkan pada pihak UD sebesar 20,49 persen karena bandar hanya melakukan sortasi dan pengemasan. Namun petani hanya

mendapatkan keuntungan sebesar 17,5 persen. Sedangkan keuntungan di tingkat UD 20,28 persen. Rasio nilai tambah yang didapatkan ritel adalah sebesar 65,03 persen dengan tingkat keuntungan paling tinggi di antara anggota rantai yaitu sebesar 56,63 persen.

b. Kualitas

Kualitas merupakan hal yang paling utama untuk setiap produk. Pada umumnya brokoli Cipanas biasanya diklasifikasikan menjadi 3 yaitu A, B, dan C. Kualitas A dan sebagian kualitas B diperuntukkan untuk supermarket dan restoran, sedangkan C dan sebagian B untuk pasar induk/tradisional.

c. Risiko

Risiko merupakan hal yang sangat penting diperhitungkan agar setiap anggota dalam rantai pasokan tidak menanggung kerugian hanya di satu pihak. Risiko yang diterima pada setiap anggota rantai pasokan berbeda- beda. Pada petani, risiko yang mereka terima terutama adalah gagal panen yang disebabkan oleh keadaan alam. Saat ini risiko gagal panen sepenuhnya masih ditanggung oleh petani. Selain gagal panen, risiko yang lain adalah pengembalian komoditas oleh perusahaan dari petani. Komoditas yang tidak sesuai dengan standar kualitas yang diminta oleh UD akan dikembalikan kepada petani. Risiko yang diterima oleh UD apabila terjadi keterlambatan waktu yang ditetapkan konsumen brokoli akan dikembalikan. Bagi UD yang memiliki ruangan pendingin masih bisa disimpan di lemari pendingin, sedangkan yang tidak akan mengalami kerugian. Hal ini berdampak terhadap kerugian bandar juga. Pada tingkat ritel, risiko yang paling umum adalah tidak terjualnya keseluruhan produk.

4.8.3. Atribut Kinerja dan Indikator Kinerja

Atribut kinerja terdiri dari reliability, responsiveness, flexibility/quality,

biaya, dan asset. Pembobotan atribut kinerja berdasarkan PHA dijelaskan pada

Tabel 16. Bobot dan prioritas atribut kinerja

Atribut Kinerja Bobot Prioritas

Flexibility/Quality 0,408 1

Reliability 0,195 2

Cost 0,172 3

Asset 0,121 4

Responsiveness 0,104 5

Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat flexibility/quality mempunyai bobot

paling besar dan menjadi prioritas pertama. Dengan demikian flexibility/quality

menjadi prioritas pertama karena:

a. Produk hortikultura, khususnya brokoli masih bergantung pada musim, sehingga fleksibel dalam pemenuhan pesanan harus ada. Ini akan berpengaruh terhadap kualitas brokoli yang dihasilkan.

b. Kualitas akan menentukan nilai dan harga suatu brokoli. Apalagi saat ini dalam pasar internasional, produk yang diperdagangkan harus memenuhi standar internasional.

Masing-masing atribut kinerja akan dijelaskan beserta dengan indikatornya.

1. Flexibility/Quality

Variabel flexibility/quality diukur dengan menghitung fleksibilitas pemenuhan pesanan dan pemenuhan kualitas pesanan. Bobot fleksibilitas pemenuhan pesanan adalah 0,200 dan bobot kesesuaian standar mutu adalah 0,200.

a. Fleksibilitas pemenuhan pesanan

Selama tahun 2008 pemenuhan pesanan terlihat fleksibel. Walaupun pada musim hujan tetapi petani masih mampu memenuhi pesanan konsumen.

b. Kesesuaian standar mutu

Pada musim hujan yaitu pada bulan Oktober-Februari, kualitas pesanan agak terganggu. Karena ada penurunan kualitas brokoli dan ini akan mengakibatkan ketidakstabilan harga.

2. Reliability

Variabel reliability parameternya adalah kinerja pengiriman dan

pemenuhan pesanan yang sempurna. Bobot kinerja pengiriman adalah 0,500 dan bobot pemenuhan pesanan yang sempurna adalah 0,500.

a. Kinerja pengiriman

Kinerja pengiriman petani kepada bandar dipengaruhi oleh musim dan waktu tanam. Pada musim hujan panen tidak sesuai target. Namun pada musim kemarau jumlah pengiriman selalu sesuai target. Karena itu jumlah brokoli di gudang bandar pun mampu memenuhi seluruh permintaan pasar.

b. Pemenuhan pesanan yang sempurna

Setiap pesanan selalu diusahakan petani untuk memenuhinya. Karena sistem pola tanam brokoli di Cipanas sudah baik dengan arti kata manejemen waktu pada kelompok tani sudah ada sehingga setiap pesanan hampir semua dipenuhi, namun musim juga masih menjadi kendala.

3. Biaya

Varibel biaya yang diukur adalah biaya transportasi minimal. Posisi gudang bandar berada di dekat lahan, maka petani tidak menggunakan alat trnsportasi. Sedangkan dari bandar ke UD/STA harus diantarkan sendiri oleh bandar. Biaya ini biasanya tidak terhitung baik oleh petani maupun di tingkat bandar. Bobot biaya transportasi optimal adalah 1,000.

4. Asset

Variabel asset yang dihitung adalah cash to cash cycle time dan inventory

days of supply. Bobot Cash to cash cycle time adalah 0,750 dan bobot inventory days of supply adalah 0,250.

a. Cash to cash cycle time

Siklus pembayaran yang diberlakukan selama dari bandar ke petani adalah bandar memberikan pinjaman pada awal masa tanam. Setelah panen dijual ke bandar, selanjutnya hasil penjualan dipotong dengan pinjaman petani. Sisanya dibayarkan seminggu setelah petani mengantarkan brokoli ke gudang bandar. Sedangkan pembayaran dari UD

ke bandar adalah seminggu atau sebulan setelah brokoli diantarkan. Pembayaran dari ritel ke UD adalah satu bulan setelah brokoli diantarkan. Namun sering terjadi kendala, ritel mengundur pembayaran satu bulan lagi, sehingga selalu dibayar 2 bulan setelah barang diantar.

b. Inventory days of supply

Persediaan di gudang bandar hanya bisa bertahan satu hari. Sedangkan di UD bisa bertahan 3 hari.

5. Responsiveness

Variabel Responsiveness diukur dengan menghitung siklus waktu

pemenuhan pesanan dan lead time pemenuhan pesanan. Bobot indikator siklus

waktu pemenuhan pesanan adalah 0,333 dan lead time pemenuhan pesanan

adalah 0,667.

b. Siklus waktu pemenuhan pesanan

Selama tahun 2008 siklus waktu pemenuhan pesanan mulai berjalan baik. Bandar telah merancang pola tanam yang disesuaikan dengan luas lahan.masa budidaya memakan waktu 3 bulan dan masing-masing tim dalam kelompok tani melakukan pergiliran tanam yang berlanjut.sehingga apabila siklus pesanan dari masa tanam memakan waktu 2 minggu.

c. Lead time pemenuhan pesanan

Lead time pemenuhan pesanan brokoli ada dua yaitu lead time

pemrosesan (masa tanam dan panen) dan lead time pengiriman. Lead time

pemrosesan selama 3 bulan, sedangkan lead time pengiriman adalah 4 jam

untuk daerah Jabotabek.

4.8.4. Pemilihan Indikator Kinerja Berdasarkan Atribut Kinerja

Indikator pengukuran kinerja sayuran dataran tinggi terdiri dari variabel atribut kinerja, yang terdiri dari kinerja pengiriman, pemenuhan pesanan yang

sempurna, siklus waktu pemenuhan pesanan, lead time pemenuhan pesanan,

fleksibilitas pemenuhan pesanan, kesesuaian standar mutu, biaya transportasi

optimal, cash to cash cycle time dan inventory days of supply.

Berdasarkan bobot indikator kinerja didapatkan indikator yang menjadi prioritas berdasarkan bobot atribut kinerja dijelaskan pada Tabel 17.

Tabel 17. Prioritas indikator kinerja

Atribut Kinerja Indikator Terpilih

Flexibility/Quality Kesesuaian standar mutu

Reliability Kinerja pengiriman

Cost Biaya transportasi optimal

Asset Cash to cash cycle time

Responsivesness Lead time pemenuhan pesanan

Berdasarkan Tabel 17 diketahui bahwa kesesuaian standar mutu mempunyai bobot paling besar dan menjadi prioritas pertama indikator pengukuran kinerja sayuran dataran tinggi termasuk brokoli. Faktor penyebab kesesuaian standar mutu menjadi prioritas adalah:

1. Peningkatan daya saing harus mengutamakan kesesuaian standar mutu.

2. Apabila brokoli yang dihasilkan sesuai standar mutu berarti proses bisnis

terlaksana dengan baik.

Sampai saat ini pengembangan produk-produk hortikultura, salah satunya brokoli di Indonesia masih mengalami hambatan dalam hal konsistensi mutu yang baik. Manuwoto (1998) menjelaskan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh

beberapa faktor, mulai dari saat proses produksi secara on-farm, penanganan

produk, transportasi-distribusi maupun pada proses pengolahan untuk menghasilkan nilai tambah produk yang lebih tinggi.

Rendahnya mutu brokoli, memerlukan perhatian yang lebih besar untuk

membentuk sistem agribisnis hortikultura dan manajemen rantai pasokan (supply

chain management) dengan mengutamakan kualitas produknya. Dengan

demikian, yang perlu dilakukan untuk menghasilkan mutu produk yang baik, diantaranya adalah penggunaan benih yang berkualitas tinggi, perbaikan proses budidaya tanaman di lahan, baik dari segi penggunaan peralatan budidaya, perbaikan proses pemeliharaan tanaman, proses pemanenan, proses penanganan pasca panen, proses pengolahan bahan untuk meningkatkan nilai tambahnya, serta sistem manajemen yang lebih baik, diantaranya dengan meningkatkan jaminan mutu produk sampai ke tangan konsumen.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait