• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemasan adalah wadah (pembungkus) yang dapat membantu mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan pada bahan yang dikemas. Kemasan primer adalah kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus dan kontak langsung dengan bahan. Saat ini, ada banyak jenis bahan yang digunakan untuk mengemas makanan diantaranya adalah berbagai jenis plastik, kertas, fibreboard, gelas, tinplate, dan aluminium.

Jenis kemasan primer yang paling banyak digunakan adalah plastik. Hal ini disebabkan oleh banyaknya keunggulan plastik diantaranya lebih ringan dan tidak mudah pecah. Bahan ini juga dapat dibentuk lembaran sehingga dapat dibuat kantong atau dibuat kaku sehingga dapat dibentuk sesuai desain dan ukuran yang diinginkan.

Salah satu jenis plastik yang dapat digunakan sebagai kemasan beras adalah Polypropylene (PP). Menurut Macrogalleria (2009), PP dibuat melalui proses polimerisasi dengan rumus molekul (-CH3-CH-CH2-)n. Sintesis polipropilen dilakukan dengan menggunakan katalis metallocene.

Dalam kode atau simbol pengenal plastik yang dikeluarkan oleh The

Society of Plastic Industry pada tahun 1988 di Amerika Serikat, PP memiliki

kode nomor 5. Sifat mekanis jenis plastik PP adalah kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi, dan cukup mengkilap (Wikanto, 2008).

Menurut Azapagic et al. (2003) plastik PP dibuat dari monomer

propylene (propene) dengan proses pembuatan yang sama seperti proses

pembuatan poletilen (PE). Plastik PP memiliki struktur yang sama dengan PE. Ciri khas utama PP yang membedakannya dengan PE adalah adanya gugus metil yang terikat pada atom karbonnya. Plastik PP terdiri atas tiga jenis yakni

Ketiganya memiliki sifat reologi yang sama namun memiliki perbedaan sifat fisik dan sifat mekanis yang berbeda. PP lebih tahan terhadap oksidasi karena udara (oksigen) dibandingkan PE karena adanya atom hidrogen tertier pada gugus karbonnya.

Sifat umum plastik PP antara lain tahan suhu tinggi, tahan asam, dan tahan minyak. Oleh karena itu, plastik ini dapat digunakan untuk pangan sterilisasi, sari buah, dan produk olahan minyak (Syamsir, 2008). Sifat fisik plastik PP dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Sifat fisik plastik PP

Sifat HPP* CPP**

Densitas (g/cm3) 0.90-0.91 0.89-0.91

Kekerasan Permukaan (Rockwell R) 80-102 65-96

Tensile Strength (Psi) 4500-6000 4000-5500

Flexural Modulus (Psi) 17000-25000 13000-20000 Impact Strength (ft-lb/in of notch) 0.4-1.4 1.1-1.4

Elongation at Break (%) 100-600 200-500

Tingkat Penyerapan Air (%) 0.01-0.03 0.03

* Homopolymer Polypropylene ** Copolymer Polypropylene

Sumber: International Association of Plastics Distribution

Polipropilen (PP) merupakan jenis plastik yang paling ringan diantara jenis plastik lainnya. Dibandingkan dengan LDPE dan HDPE, PP memiliki karakteristik yang lebih kuat dan lebih transparan. PP juga memiliki kemampuan penghalang gas dan uap air yang lebih baik serta lebih tahan panas. Plastik PP cocok untuk kemasan boil in-bag dan produk retortable. Plastik ini juga cocok untuk membungkus produk bakery dan produk segar lainnya karena memiliki sifat yang cukup fleksibel sehingga bisa mengikuti bentuk bahan yang tidak beraturan (Barret et al., 2004)

Dua tipe utama PP adalah non-oriented atau cast PP (PP) dan oriented PP (OPP). OPP memiliki sifat yang lebih baik dalam hal kejernihan, impact

stregth, dan kemampuan sebagai penghalang uap air dan gas (Barret et al.,

2004). Menurut Maier dan Calafut (1998) OPP lebih tahan terhadap uap air dibandingkan karena proses orientasi dalam molekul PP dapat menyebabkan penurunan ruang intermolekuler yang tersedia untuk proses difusi air.

Menurut Barret et al. (2004) plastik PP memiliki nilai Oxygen

Transmission Rate (OTR) sebesar 2320 cc/m2/day. Nilai OTR menunjukkan jumlah oksigen yang mampu melewati bahan plastik selama waktu tertentu. Sementara nilai Moisture Vapor Transmission Rate (MVTR) plastik PP berkisar antara 6-10 cc/mil/m2/day. Nilai MVTR menunjukkan jumlah uap air yang mampu melewati suatu bahan selama waktu tertentu. Dalam industri pengemasan, nilai OTR dan MVTR berguna untuk menentukan kualitas, tingkat kemananan, dan umur simpan.

Karakteristik lain yang juga beperan penting dalam pengemasan adalah

Glass Transition Temperature (Tg) dan Crystalline Melting Point (Tm). Nilai

Glass Transition Temperature (Tg) menunjukkan temperatur dimana bahan yang bersifat solid amorphous berubah menjadi keras pada saat didinginkan dan menjadi lunak saat dipanaskan. Nilai Tg dari PP adalah –35° C dan 26° C bergantung pada metode pengukuran, laju pemanasan, thermal history, dan mikrostrukturnya (Maier dan Calafut, 1998). Nilai Crystalline Melting Point (Tm) menunjukkan temperatur dimana bahan akan memadat menjadi struktur crystalline ketika bahan tersebut didinginkan. Nilai Tm dari PP adalah 176° C (Azapagic et al., 2003).

Kemasan beras jagung ini didesain terbuat dari bahan polypropylene (PP) dengan ukuran 45 x 30 cm untuk kemasan beras 5 kg, sedangkan untuk kemasan beras 1 kg berukuran 30 x 18 cm. Pada bagian belakang kemasan tercantum nilai nutrition fact yang diperoleh berdasarkan hasil analisis komposisi nilai gizi. Kemasan ini juga mencantumkan cara memasak serta takaran penanakan berdasarkan hasil kajian dan penyusunan SOP penanakan dalam penelitian. Desain kemasan beras jagung disajikan pada Lampiran 20, Lampiran 21, Lampiran 22, dan Lampiran 23.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Beras jagung dibuat melalui tahap penggilingan, penyosohan, dan pengayakan. Beras jagung yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat ukuran berbeda yakni beras jagung A (>4 mm), B (3.35-4 mm), C (2.36-3.35 mm), dan D (1.18-2.36 mm). Pembuatan beras jagung menghasilkan rendemen sebesar 52.10% dengan fraksi beras jagung yang paling banyak dihasilkan adalah beras jagung C.

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai densitas kamba terendah dimiliki oleh beras jagung A yakni sebesar 0.736 kg/liter. Sementara hasil analisis tingkat pengembangan menunjukkan bahwa beras jagung A memiliki tingkat pengembangan yang paling tinggi, sedangkan beras jagung D memiliki tingkat pengembangan yang paling rendah. Sebaliknya, tingkat penyerapan air paling besar dimiliki oleh beras jagung D dan tingkat penyerapan air paling kecil dimiliki oleh beras jagung A.

Dari hasil kajian SOP penanakan diketahui bahwa pada basis 50 gram beras jagung perbandingan beras jagung dan air tanak yang optimal untuk beras jagung A dan B adalah 1:7, sedangkan untuk beras jagung C adalah 1:5, dan untuk beras jagung D adalah 1:4. Hasil kajian SOP penanakan juga menunjukkan bahwa beras jagung A, B, dan C masih membutuhkan perlakuan awal untuk menghasilkan nasi jagung yang matang, sedangkan beras jagung D tidak membutuhkan perlakuan awal apapun.

Perlakuan awal optimal untuk beras jagung A adalah perendaman dalam air dingin (± 27° C) selama 5 jam dan perendaman dalam air panas (suhu awal ± 100° C) selama 60 menit. Perlakuan awal optimal untuk beras jagung B adalah perendaman dalam air dingin selama 4 jam dan perendaman dalam air panas selama 50 menit. Sementara perlakuan awal optimal untuk beras jagung C adalah perendaman dalam air dingin selama 3 jam dan perendaman dalam air panas selama 30 menit.

Berdasarkan hasil analisis proksimat diketahui bahwa beras jagung memiliki kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, dan kadar

karbohidrat berturut-turut sebesar 12.78% (bb), 0.245% (bb), 6.8% (bb), 1.095% (bb), dan 79.08% (bb). Selain itu, beras jagung juga memiliki kadar serat pangan sebesar 6.67% (bb). Berdasarkan hasil analisis proksimat tersebut dapat dihitung nilai energi per 100 gram. Beras jagung memiliki nilai energi sebesar 353.375 kkal per 100 gram.

Survei konsumen menunjukkan bahwa 60% responden menyukai beras jagung D dan sebagian besar responden memilih kemasan berukuran 1 liter (63.33%) dengan harga jual Rp 3500 per liter (66.67%).

B. SARAN

Perlu dilakukan penelitian tentang optimasi penggilingan dan penyosohan selama proses pembuatan beras jagung dalam rangka upaya peningkatan rendemen produk. Penelitian lanjutan tentang optimasi proses pembuatan beras jagung ini juga ditujukan agar beras jagung dengan ukuran yang paling disukai konsumen yakni beras jagung D memiliki nilai rendemen yang paling tinggi diantara beras jagung ukuran lain.

Untuk meningkatkan nilai tambah beras jagung, diperlukan penelitian tentang pemanfaatan sisa penggilingan beras jagung seperti menir dan dedak jagung. Selain itu, perlu dilakukan penelitian tentang analisis umur simpan beras jagung untuk memaksimalkan penyimpanan beras jagung.

Dokumen terkait