• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ukuran celah pelolosan ditentukan berdasarkan percobaan tinggi celah pelolosan saat dilewati oleh kepiting. Kepiting berukuran kecil akan dengan mudah melewati celah pelolosan, sebaliknya kepiting berukuran besar akan sulit melewati melewati celah pelolosan. Ukuran celah pelolosan yang diperoleh dari hasil pengamatan adalah ukuran 4 cm x 6 cm dan 5 cm x 7 cm. Ukuran celah pelolosan ini berfungsi untuk meloloskan kepiting tidak layak tangkap dan spesies non target tangkapan. Celah pelolosan dalam alat tangkap perangkap lipat yang didesain, ditempatkan pada bagian bawah sisi samping perangkap lipat, hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jirapunpipat (2008) yang menyatakan bahwa posisi yang paling efisien adalah pada bagian bawah perangkap.

Penggunaan celah pelolosan pada setiap perangkap berjumlah dua buah dengan ukuran yang sama, ditempatkan pada bagian bawah masing-masing sisi samping perangkap. Penggunaan dua celah pelolosan ini untuk memaksimalkan performa perangkap dalam meloloskan hasil tangkapan undersized dan non target spesies, karena menurut Brown dan Caputi (1986) yang diacu dalam Jirapunpipat (2008) bahwa celah pelolosan bekerja hanya jika kepiting menemukan celah tersebut untuk keluar, karena itu penggunaan lebih dari satu celah pelolosan direkomendasikan oleh mereka.

4.6.2 Penentuan sudut kemiringan dan bahan lintasan pintu masuk

Penentuan sudut kemiringan dan bahan lintasan pintu masuk dilakukan dengan melakukan ujicoba berdasarkan besar sudut kemiringan lintasan pintu masuk, mesh size dan bahan serta kecepatan waktu kepiting saat melintasi lintasan pintu masuk perangkap. Berdasarkan hasil uji coba, kepiting dapat melintasi dinding pintu masuk dengan cepat pada lintasan yang terbuat dari bahan waring dengan ukuran mesh size 0,5 cm pada sudut kemiringan 30° dan 40° dengan lebih cepat dan mudah, jika dibandingkan dengan dua bahan jaring lainnya dengan ukuran mata jaring yang lebih besar, karena ketika kepiting melewati jaring, kaki-kaki jalannya terperosok masuk ke dalam mata jaring, sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk melakukan pergerakan sampai pada bagian atas, sedangkan pada bahan waring, pergerakannya mudah karena kaki jalan kepiting dapat bertumpu dengan baik pada jaring tanpa kakinya masuk atau terperosok ke dalam jaring, ini ditambah dengan fungsi kaki renang yang membantu pergerakannya.

Uji coba laboratorium terhadap sudut kemiringan lintasan pintu masuk mulai dari 0° - 45°, ditemukan bahwa kepiting ukuran sedang mampu memanjat dinding lintasan hingga sudut 45°, namun pada sudut > 45° kepiting yang besar mampu memanjat namun lebih lambat dan bahkan terpental atau jatuh. Untuk dapat dilalui oleh semua kepiting, pemilihan sudut kemiringan lintasan pintu masuk ditentukan dengan interval 10°, yakni mulai dari 30° dan 40°.

Sudut kemiringan lintasan pintu masuk yang terdapat pada alat tangkap kepiting milik nelayan pada umumnya adalah 20°, namun sudut ini sangat landai sehingga masih memungkinkan kepiting untuk menjangkau pintu masuk dan

meloloskan diri melalui pintu masuk. Sebagaimana penelitian Kim dan Ko (1987) diacu dalam Archadale et al (2007) yang meneliti tingkah laku C. Japonica di dalam perangkap yang diletakkan di dalam tanki, menemukan bahwa tingkat meloloskan diri meningkat ketika pintu masuk berada dekat dengan dasar perangkap atau ketika jumlah pintu masuk ditambah dari 2 menjadi 4 buah. Oleh karena itu penelitian dilaboratorium dilakukan dengan merubah ukuran dengan interval 10°. Sehingga sudut kemiringan lintasan pintu masuk 30° dan 40° yang dipilih untuk dalam mendesain alat tangkap.

Sudut kemiringan lintasan pintu masuk ini dimaksudkan untuk dapat menghalangi kepiting yang ada di dalam perangkap dalam upaya menjangkau pintu keluar secara langsung. Karena jarak antara dasar dan celah pintu masuk semakin tinggi. Sehingga tidak mudah dijangkau oleh kepiting untuk meloloskan diri melalui pintu masuk. Karena menurut Thomas (1956); High (1976); Miller (1979a, 1980, 1990) diacu dalam Archdale et al (2007) bahwa, cara efektif yang digunakan untuk membatasi lolosnya kepiting dari dalam bubu adalah menaikkan pintu masuk, memasang ruang terpisah, atau parlors untuk meningkatkan retensi atau menempatkan trigger (pengejut), shutter atau alat non return device lainnya pada pintu masuk untuk mencegah escapement.

Selain itu kemudahan dalam menkonstruksi celah pintu masuk juga menjadi pertimbangan pemilihan sudut kemiringan lintasan, dinding lintasan yang terlalu terjal dapat menyulitkan kepiting untuk bermanuver masuk melalui celah pintu masuk ke dalam perangkap, apalagi pintu masuk yang digunakan berbentuk celah, yang mana lebih sulit untuk dilewati oleh kepiting. Sebagaimana dikemukanan oleh Archdale et al. (2007) bahwa, tipe pintu masuk memberikan pengaruh terhadap masuk dan lolosnya target spesies. Mulut bubu berbentuk corong (open funnels) memudahkan untuk masuk sementara mulut bubu berbentuk celah sulit untuk dilewati dan membutuhkan usaha lebih untuk masuk ke dalam bubu. Untuk itu pemilihan sudut 30° dan 40° adalah lebih moderat dari segi kemudahan dilewati dan kemudahan konstruksi pintu masuk.

Disamping itu juga, pemilihan sudut kemiringan ini juga untuk mempermudah konstruksi celah pelolosan dalam perangkap, karena penempatan celah pelolosan berada pada posisi yang proporsional sesuai dengan bentuk dan

ukuran perangkap, sehingga tetap menunjang performa lipatan perangkap (ketika dibuka atau ditutup) ketika dioperasikan.

4.6.3 Desain dan konstruksi

Desain dan konstruksi perangkap lipat yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada standar perangkap lipat yang digunakan oleh nelayan konvensional yang berbentuk kotak berukuran (48 x 32 x 18) cm tanpa celah pelolosan dan terdiri dari dua pintu masuk. Bentuk perangkap lipat yang dipakai terdiri dari 2 tipe yaitu; perangkap lipat dengan ukuran (70 x 50 x 35) cm tanpa celah pelolosan dan perangkap lipat dengan ukuran yang sama namun dilengkapi dengan celah pelolosan ukuran (4 x 6) cm dan (5 x 7) cm serta ruang pelolosan di kedua sisi kiri dan kanan (Gambar 10).

Konstruksi perangkap lipat ujicoba dengan ukuran ini didasarkan pada pengamatan awal di laboratorium, ketika lebih dari satu individu kepiting diletakkan di dalam aquarium (50 x 40 x 50) cm, kepiting cenderung untuk bergerak saling menjauh untuk mencari daerah berdiamnya masing-masing biasanya pada sudut-sudut aquarium, jika ruangan yang tersedia lebih kecil dan jumlah individu dalam aquarium banyak mereka akan berkompetisi untuk memperebutkan wilayah, yang kalah biasanya akan menghindari wilayah yang menang. Tingkah laku kepiting ketika berada dalam aquarium ini dianalogikan sebagai tingkah laku kepiting didalam perangkap, untuk itu perangkap di desain dengan ukuran yang lebih besar. Ini dimaksudkan untuk mengurangi persaingan dalam memperebutkan ruang dan untuk mengurangi kejenuhan ketika lebih dari satu individu kepiting berada dalam perangkap.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, perangkap lipat nelayan yang memiliki dimensi yang lebih kecil, umumnya menangkap 1 individu kepiting bakau dan paling banyak 2 individu kepiting bakau, inipun jarang terjadi. Pengamatan lapangan juga menunjukkan bahwa individu kepiting yang tertangkap dengan perangkap lipat nelayan cenderung berusaha untuk meloloskan diri dari dalam perangkap, ini terlihat dengan rusaknya/terputusnya benang-benang jaring akibat dicapit oleh kepiting.

Menurut nelayan, apabila waktu perendaman lebih lama dari biasanya, kepiting yang telah masuk dalam perangkap dapat meloloskan diri keluar dari perangkap tersebut, hal ini sering terjadi dimana perangkap lipat yang ketika diletakkan masih bagus, tetapi ketika diangkat sudah jebol atau benang jaringnya sudah terputus dan berlubang, biasanya kerusakan terjadi pada bagian dinding lintasan pintu masuk dan bagian dinding samping perangkap. Hal ini terjadi selain dari ukuran benang yang kecil dan daya tahannya kurang baik, ruang dalam perangkap tidak terlalu luas juga mungkin menyebabkan stress terhadap organisme yang berada dalam perangkap, sehingga organisme tersebut berusaha untuk keluar atau meloloskan diri.

Munro (1974) diacu dalam Miller (1990) membuat hipotesis bahwa organisme yang tertangkap pada perangkap yang berukuran kecil memiliki peluang yang besar untuk keluar. Hipotesis tersebut dibuktikan secara ilmiah oleh Miller (1978) diacu dalam Miller (1990) yang menyebutkan bahwa Cancer crab yang ditempatkan dalam perangkap berukuran kecil lebih banyak yang meloloskan diri dibandingkan dengan perangkap yang besar. Posisi kepiting yang tertangkap oleh perangkap yang berukuran besar biasanya menyebar, sehingga tidak menimbulkan perkelahian.

Miller (1990) mendapatkan bahwa Spider crab (Chionoecetes opilio) yang berada didalam bubu yang berukuran besar akan menempati satu posisi tertentu dan tidak melakukan suatu gerakan.Volume perangkap yang semakin besar menyebabkan jumlah tangkapan semakin banyak (Miller, 1990). Ukuran perangkap yang besar juga mengurangi terjadinya gear saturation yaitu kondisi dimana peluang kepiting untuk masuk menjadi kecil ketika terjadi peningkatan jumlah individu di dalam perangkap. Menurut Salthaug (2002), efisiensi hasil tangkapan relatif tergantung pada peluang masuknya kepiting ke dalam perangkap dan peluang masuknya kepiting ke dalam perangkap tergantung pada jumlah dari kepiting yang sudah berada dalam perangkap.

Konstruksi perangkap lipat yang dilengkapi dengan celah pelolosan dan ruang pelolosan (escape chamber) yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Gambar 8.

Gambar 10 Konstruksi perangkap lipat yang dilengkapi dengan celah pelolosan dan ruang pelolosan (escape chamber) yang digunakan dalam penelitian.

Konstruksi perangkap didesain berdasarkan hasil uji di laboratorium. Selanjutnya digunakan dalam ujicoba penangkapan kepiting bakau di daearah penangkapan nelayan. Pada ujicoba langsung dilapangan, perangkap lipat yang dilengkapai dengan ruang pelolosan pada kedua sisi samping perangkap berfungsi untuk menampung hasil tangkapan yang meloloskan diri melalui celah pelolosan agar dapat diketahui jumlah dan ukuran kepiting yang tertangkap dan juga jumlah dan ukuran spesies non target lainnya. Jumlah, jenis dan ukuran yang tertangkap pada perangkap lipat ini akan dibandingkan dengan perangkap yang tidak memiliki celah pelolosan (Gambar 11).

70 cm

50 cm 35 cm

20 cm 20 cm

90 cm

Ket : garis warna hitam adalah tambahan ruang pelolosan Celah pelolosan

Gambar 11 Konstruksi perangkap lipat yang tidak dilengkapi celah pelolosan yang digunakan dalam penelitian.

Dokumen terkait