• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Jenis dan Sumber Data

IV. DESAIN MODEL

A. Konfigurasi Model

Model penilaian udang ekspor berbasis jaminan mutu dan keamanan pangan dirancang dalam suatu kesatuan sistem yang diberi nama Shrimp Assessment System 1.0 (ShASy 1.0). ShASy 1.0 terdiri dari empat bagian utama, yaitu sistem manajemen dialog, pusat pengolahan, sistem manajemen basis data, dan model-model penilaian. Konfigurasi model ShASy 1.0 disajikan dalam Gambar 5.

SISTEM MANAJEMEN

BASIS DATA MODEL-MODEL PENILAIAN PUSAT PENGOLAHAN

SISTEM MANAJEMEN DIALOG PENGGUNA Model Penilaian Unit Budidaya Model Penilaian Unit Penangkap Model Penilaian Importir Model Penilaian Unit Pengumpul Model Penilaian Unit Pengolahan Model Penilaian Unit

Laboratorium Kriteria dan Standar Hasil Penilaian Kondisi Aktual Data Unit Usaha

Sistem manajemen dialog (user interface) merupakan bagian yang berfungsi untuk menghubungkan pengguna dengan sistem ShASy 1.0. Sistem manajemen dialog dirancang dengan prinsip user friendly untuk mempermudah pengguna (user) berinteraksi dengan sistem ShASy 1.0 dalam proses penilaian jaminan mutu dan keamanan pangan udang. Sistem manajemen dialog dapat menerima masukan (input) dari pengguna dan menampikan keluaran (output) sesuai dengan yang diinginkan oleh pengguna. Masukan dari pengguna dapat berupa suatu perintah atau data aktual pada suatu perusahaan. Keluaran yang ditampilkan oleh sistem manajemen dialog berupa informasi dalam bentuk pertanyaan, pernyataan, tabel, dan informasi dalam bentuk cetak (hardcopy).

Pusat pengolahan merupakan modul utama yang berfungsi mengendalikan sistem manajemen dialog, mengendalikan akses data ke modul sistem manajemen basis data, dan mengendalikan proses penilaian pada model-model penilaian. Pusat pengolahan merupakan modul yang berperan mengintegrasikan bagian-bagian yang lain sehingga membentuk kesatuan ShASy 1.0.

Menurut Cahyadi (2005), sistem manajemen basis data pada suatu sistem penilaian merupakan modul yang berfungsi untuk mengelola data, baik data empirik yang dimasukkan oleh pengguna (data dinamis), maupun data-data penunjang yang berfungsi sebagai keterangan (data-data statis). Sistem manajemen basis data ShASy 1.0 terdiri dari empat komponen data utama, yaitu:

1. Data unit usaha, berisi data identifikasi umum unit usaha udang yang akan dinilai.

2. Data kriteria dan standar, berisi data kriteria dan standar penilaian yang digunakan dalam proses penilaian.

3. Data kondisi aktual, berisi data aktual unit usaha udang sebagai input penilaian.

4. Data hasil penilaian, berisi data hasil perhitungan dan kesimpulan penilaian.

Model-model penilaian pada ShASy 1.0 dirancang berdasarkan kriteria jaminan mutu dan keamanan pangan pada unit usaha udang yang terlibat dalam rantai usaha udang. Secara keseluruhan terdapat enam model penilaian yang dikembangkan yaitu model penilaian untuk unit budidaya, unit penangkap, unit importir, unit pengumpul, unit pengolahan, dan unit laboratorium pengujian. Setiap model penilaian (MP) tersusun atas beberapa sub-model penilaian (SMP) yang dibentuk dari unsur penilaian, dan sub-unsur penilaian. Model-model penilaian merupakan bagian yang melakukan penilaian terhadap data aktual unit usaha yang menjadi masukan ShASy 1.0.

B. Desain Model Basis Data

Menurut Fathansyah (2004), basis data merupakan himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan yang diorganisasi sedemikian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali dengan cepat dan mudah. Perancangan basis data diperlukan agar dihasilkan basis data yang kompak dan efisien dalam penggunaan ruang penyimpanan, cepat dalam pengaksesan dan mudah dalam manipulasi data (tambah, ubah, hapus). Perancangan basis data dimulai dengan analisis aliran data dalam sistem, kemudian dilanjutkan dengan perancangan model data konseptual, dan implementasi model data konseptual ke dalam model data fisik (Cahyadi, 2005).

Hasil analisis aliran data dapat digambarkan dalam bentuk Data Flow Diagram (DFD). DFD berguna untuk menggambarkan fungsionalitas sistem. Proses, jika terlalu rumit, dapat diperluas ke dalam DFD lain dengan level yang lebih rendah (Nugroho, 2002). Gambar 6 menyajikan DFD level 0 untuk ShASy 1.0 yang memperlihatkan hubungan antara masukan (input), proses, dan luaran (output) secara umum. Masukan pada sistem berupa data tentang sistem sertifikasi, data kriteria jaminan mutu dan keamanan pangan, data kondisi aktual unit usaha udang, data identifikasi unit usaha, dan data pengguna sistem, sedangkan luaran sistem adalah laporan penilaian.

Gambar 6. DFD Level 0 ShASy 1.0

Proses belum digambarkan secara rinci pada DFD level 0. Pada DFD level 1, proses-proses yang terjadi dalam sistem mengalami dekomposisi sehingga menjadi lebih terperinci. Proses yang terjadi dalam ShASy 1.0 dirinci menjadi tiga proses utama yaitu proses penyusunan kriteria dan standar penilaian, proses penilaian, dan proses pelaporan. DFD level 1 dapat dilihat pada Gambar 7.

Setiap proses utama yang terjadi dalam ShASy 1.0 dapat dirinci dalam DFD level 2. Terdapat tiga jenis DFD level 2, yaitu DFD level 2.1 untuk proses penyusunan data kriteria dan standar penilaian, DFD level 2.2 untuk proses penilaian, dan DFD level 2.3 untuk proses pelaporan. Gambar 8 menyajikan keseluruhan DFD level 2.

Pustaka KKP

Data tentang sistem sertifikasi

Data kriteria jaminan mutu dan keamanan pangan

1.5 Seleksi data 1.1 Penyusunan data jenis model 1.2 Penyusunan data sub-model 1.3 Penyusunan data unsur penilaian 1.4 Penyusunan data sub-unsur penilaian

Data Jenis Unit Usaha Udang Jenis Model Penilaian Informasi Jenis Model Penilaian Informasi Jenis

Model Penilaian Sub-Model Penilaian Informasi Sub-Model Penilaian Data Standar Data Kriteria Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan Informasi Sub-Model Penilaian Informasi Unsur Penilaian Unsur Penilaian Informasi Unsur Penilaian Sub-Unsur Penilaian Informasi Sub-Unsur Penilaian Data Penilaian Sertifikasi DFD Level 2.1 Pengguna 2.1 Penentuan Skor Sub-Unsur 1 Penyusunan Kriteria dan Standar Data Kriteria dan Standar Penilaian 2.2 Perhitungan deviasi setiap unsur 2.3 Perhitungan rata-rata deviasi Data aktual dan Informasi Skor Sub-Unsur Hasil Penilaian Tk Sub-Unsur

Informasi Skor Sub-Unsur

Hasil Penilaian Tk Unsur Informasi Deviasi Unsur Informasi Deviasi Unsur Rata-rata Deviasi dan Kesimpulan penilaian Hasil Penilaian Umum Data kondisi

aktual unit usaha

2.4 Input data Unit usaha

Unit Usaha

Data Unit Usaha Data Unit Usaha Data Unit Usaha DFD Level 2.2 3.1 Pemanggilan data Data Hasil Penilaian Laporan Penilaian 2 Penilaian Pengguna 3.2 Penyusunan Laporan Penilaian Data Unsur Penilaian Data Sub-Model Penilaian

Data Hasil Penilaian Unsur Penilaian Sub-Model Penilaian Data Unsur Data Sub-Model DFD Level 2.3

DFD level 2.1 pada Gambar 8 merinci proses penyusunan kriteria dan standar penilaian. Proses ini terdiri dari lima proses, yaitu proses seleksi data, proses penyusunan data jenis model, proses penyusunan data sub-model, proses penyusunan data unsur, dan proses penyusunan data sub-unsur. Kelompok data kriteria dan standar penilaian tersimpan dalam data store jenis model penilaian, sub-model penilaian, unsur penilaian, dan sub-unsur penilaian.

DFD level 2.2 pada Gambar 8 merinci proses penilaian. Proses ini terdiri dari empat proses, yaitu proses input data unit usaha, proses penentuan skor sub-unsur, proses perhitungan deviasi setiap unsur, dan proses perhitungan rata-rata deviasi. Input data identifikasi unit usaha disimpan dalam data store unit usaha sedangkan kelompok data hasil penilaian tersimpan dalam data store hasil penilaian tingkat sub-unsur, hasil penilaian tingkat unsur dan hasil penilaian umum.

DFD level 2.3 pada Gambar 8 merinci proses pelaporan. Proses ini terdiri dari dua proses, yaitu proses pemanggilan data yang dibutuhkan untuk pelaporan dan proses penyusunan laporan penilaian. Laporan hasil penilaian yang telah disusun kemudian akan diperlihatkan kepada pengguna sistem.

Aliran data dan proses pada DFD level 2 sudah cukup menggambarkan keseluruhan model ShASy 1.0 sehingga pada tahap selanjutnya DFD level 2 ini dapat digunakan sebagai dasar penyusunan model data konseptual yang

menggambarkan hubungan antar entitas di dalam sistem tanpa

mempertimbangkan detail implementasi fisiknya. Gambar 9 menyajikan model data konseptual ShASy 1.0.

Gambar 9. Model Data Konseptual ShASy 1.0

Hubungan antar entitas dalam model data konseptual digambarkan dengan derajat relasi. Tabel 3 menjelaskan derajat relasi yang ada dalam model data konseptual.

Tabel 3. Derajat Relasi pada Model Data Konseptual

Notasi Derajat Relasi Minimum-Maksimum Keterangan (0, N) Nol atau lebih (1, N) Satu atau lebih

(1, 1) Satu

(0, 1) Nol atau satu Sumber: Fathansyah (2004)

Berbeda dengan model data konseptual, model data fisik memperlihatkan hasil implementasi entitas dalam bentuk hubungan antar tabel. Model data fisik disusun dengan format Microsoft® Office Access 2003 (Microsoft Corporation, 2003) berdasarkan model data konseptual yang telah dibuat sebelumnya. Gambar 10 menyajikan model data fisik ShASy 1.0.

SM PK,FK1 IdM PK IdSM SubModel D PK,FK1 IdM PK IdT Nama Pemilik Alamat Telp Fax Email SU PK,FK1 IdSM PK IdSU FK1 IdM FK1 IdU SubUnsur Kriteria N1 N2 Satuan H PK,FK1 IdM PK,FK1 IdPer D Ket Tgl U PK,FK1 IdSM PK IdU FK1 IdM Unsur HSU PK,FK1 IdM PK,FK1 IdT PK,FK2 IdSM PK,FK2 IdSU FK2 IdU Inp Nilai HU PK,FK1 IdM PK,FK1 IdT PK,FK1 IdSM PK,FK1 IdU d Ket M PK IdM Model

Gambar 10. Model Data Fisik ShASy 1.0

Pada Gambar 10 terlihat hasil implementasi entitas jenis model menjadi tabel M, entitas sub-model menjadi tabel SM, entitas unsur menjadi tabel U, entitas sub-unsur menjadi tabel SU, entitas unit usaha menjadi tabel D, entitas hasil penilaian tingkat sub-unsur menjadi tabel HSU, entitas hasil penilaian tingkat unsur menjadi tabel U, dan entitas hasil penilaian umum menjadi tabel H. Penyingkatan penulisan sengaja dilakukan untuk mempermudah penulisan kode saat pembuatan program.

C. Desain Model-Model Penilaian

Berdasarkan hasil identifikasi sistem sertifikasi hasil perikanan untuk produk udang yang berjalan saat ini, maka dapat dinyatakan hal sebagai berikut:

1. Sistem sertifikasi hasil perikanan untuk produk udang harus dikaji secara holistik mulai dari bahan baku hingga produk akhir.

2. Sistem sertifikasi hasil perikanan untuk produk udang harus dilihat dari empat elemen, yaitu:

b) Penyediaan bahan baku oleh pedagang pengumpul. c) Pengolahan oleh industri pengolahan.

d) Pengujian yang dilakukan oleh laboratorium pengujian.

3. Pengawasan yang dilakukan terhadap masing-masing elemen dapat

mengacu pada POSS (Prosedur Operasional Standar Sanitasi), CBUB (Cara Budidaya Udang yang Baik), CPUB (Cara Penanganan Udang yang Baik), protokol impor, HACCP (Hazard Analytical Critical Control Point) dan acuan metode pengujian (ISO 17025:2005).

Gambar 11. Rantai Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

Sebagai evaluasi terhadap sistem sertifikasi, model-model penilaian dikembangkan secara terintegrasi berdasarkan empat elemen dalam sistem sertifikasi yaitu, unit pengadaan bahan baku, unit penyediaan bahan baku, unit pengolahan, dan unit pengujian. Secara keseluruhan terdapat enam model penilaian yang dikembangkan yaitu model penilaian untuk unit budidaya, unit penangkap, unit importir, unit pengumpul, unit pengolahan, dan unit laboratorium pengujian.

Model penilaian (MP) dibentuk berdasarkan standar jaminan mutu dan keamanan pangan yang berlaku pada masing-masing unit usaha udang. Standar penilaian tersebut kemudian disusun menjadi sub-unsur, unsur, dan

sub-model penilaian (SMP) yang membentuk struktur model penilaian. Berikut ini merupakan penjelasan enam struktur model penilaian yang dikembangkan pada penelitian ini.

1. Model Penilaian Unit Budidaya

Model Penilaian Unit Budidaya (MP Unit Budidaya) berguna untuk menilai jaminan mutu dan keamanan pangan pada unit budidaya udang/tambak. Pada unit budidaya, sanitasi dapat dipenuhi dengan pelaksanaan POSS dan CBUB. CBUB dikenal juga dengan istilah Good Aquaculture Practices (GAP). Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya merupakan lembaga yang kompeten untuk melakukan inspeksi dan penerbitan CBUB yang terkait dengan POSS. Pelaksanaan dan pengawasan POSS telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya sebagai upaya sertifikasi petambak. POSS merupakan persyaratan dasar yang harus dipenuhi untuk mendapatkan udang yang aman sebagai bahan baku pengolahan (Santoso, 2010).

MP Unit Budidaya terdiri dari dua sub-model penilaian yaitu SMP POSS Unit Budidaya dan SMP Monitoring Parameter GAP. SMP POSS Unit Budidaya digunakan untuk menilai penerapan POSS pada suatu unit budidaya udang atau tambak. SMP POSS Unit Budidaya disusun dari POSS unit budidaya yang telah dikembangkan Santoso (2010). SMP POSS Unit Budidaya terdiri dari dua belas unsur penilaian.

SMP Monitoring Parameter GAP digunakan untuk menilai pelaksanaan GAP pada unit budidaya udang. SMP Monitoring Parameter GAP disusun dari parameter pemeriksaan batas kritis operasi budidaya udang, bahaya kontaminan, residu kimia, dan bakteri patogen yang potensial pada unit budidaya (Santoso, 2010). SMP Monitoring Parameter GAP terdiri dari delapan unsur penilaian.

Tabel 4 menunjukkan daftar unsur penilaian dan kriteria pada MP Unit Budidaya.

Tabel 4. Unsur dan Kriteria Penilaian MP Unit Budidaya

ID

Unsur Unsur Penilaian Kriteria

A Sub-Model Penilaian Prosedur Operasi Standar Sanitasi (POSS) Unit Budidaya

1 Lokasi Jauh dari sumber-sumber kontaminasi

Sumber air mencukupi Tidak terjadi kontaminasi air Dilakukan filterisasi air 2 Pasokan Air

Monitoring kualitas air dilakukan setiap hari Terdapat pagar pembatas area tambak Letak tolet, tangki kotoran dan gudang terpisah Terdapat fasilitas pengolahan limbah 3 Desain dan Tata Letak

Pematang utama tambak lebar dan tidak becek Dilakukan pencegahan terhadap pest Bahan fasilitas dan perlengkapan tidak korosif 4 Fasilitas dan Perlengkapan

Dilakukan perawatan kebersihan Benih yang ditebar sehat 5 Benih

Penggunaan benih yang bersertifikat Pakan bernomor pendaftaran atau bersertifikat Tidak ada campuran bahan berbahaya dalam pakan Label dan informasi lengkap dan jelas

Bahan-bahan yang aman untuk pakan buatan sendiri 6 Pakan

Pemberian pakan sesuai dosis Bahan tidak berbahaya

Penyimpanan bahan terpisah dan aman Penggunaan bahan sesuai ketentuan

Pemanasan atau pembakaran untuk pupuk kandang 7 Penggunaan Bahan Kimia, Biologi dan

Obat Udang

Label dan informasi bahan lengkap dan jelas Penjagaan kebersihan alat pemanenan Pemanenan melalui saluran pembuangan air Waktu pemanenan pagi atau malam hari Tersedia pakaian bersih untuk petugas pemanenan 8 Panen

Rantai dingin pada penanganan dan penyimpanan Pemisahan limbah padat dan cair

9 Pengelolaan Limbah

Penanganan limbah aman

Terdapat tempat penanganan udang sementara Tempat penanganan udang bersih dan saniter 10 Penanganan Udang

Tersedia pakaian kerja yang bersih untuk petugas Jumlah toilet mencukupi

Tersedia sabun, lap tangan, gayung, dll 11 Toilet

Kondisi toilet bersih

Tenaga kerja tidak berpenyakit menular (sehat) 12 Tenaga Kerja

Perawatan kebersihan pakaian kerja

B Sub-Model Penilaian Monitoring Parameter Good Aquaculture Practices (GAP)

1 Penanganan Udang

Suhu udang -2 - 2 oC

2 Residu Kimia dalam Udang

Chloramphenicol < 0.3 ppb

Nitrofuran < 1 ppb

Malachite green < 1 ppb

Stilbene Negatif

Anlthelminthes dan Quinolon Negatif

Peniciline dan kelompoknya Negatif

Hormon (katabolik, anabolik) Negatif

3 Bakteri Patogen dalam Udang

Kandungan E. coli Negatif

Kandungan Salmonella Negatif

Kandungan Listeria monocytogen Negatif

Kandungan Vibrio parahaemoliticus Negatif

Kandungan Vibrio cholerae Negatif

4 Kebersihan Air

Kandungan E. coli Negatif

5 Seleksi Benih, Induk, dan Udang

Virus dan bakteri vibrous dalam benih Negatif Virus dan bakteri vibrous dalam induk Negatif

Lanjutan Tabel 4.

ID

Unsur Unsur Penilaian Kriteria

6 Air Tambak

pH air tambak 7 - 8.5

Suhu air tambak 25 - 29 oC

BOD air tambak < 0.2 ppm

NH3 air tambak < 0.1 ppm

Nitrit atau nitrat air tambak < 0.2 ppm

Alkalinitas air tambak > 80 ppm

Vibrio total air tambak < 100 /ml

7 Pakan

Chloramphenicol < 0.3 ppb

Nitrofuran < 0.1 ppb

8 Kualitas Air

Kandungan pestisida Negatif

Kandungan logam berat Negatif

Kandungan bakteri coliform Negatif

2. Model Penilaian Unit Penangkap

MP Unit Penangkap digunakan untuk menilai jaminan mutu dan keamanan pangan udang pada unit penangkap udang/kapal penangkap. MP Unit Penangkap terdiri dari SMP POSS Unit Penangkap dan SMP Monitoring Udang Tangkapan. SMP POSS Unit Penangkap digunakan untuk menilai sanitasi pada kapal penangkap udang, sedangkan SMP Monitoring Udang Tangkapan digunakan untuk menilai mutu dan keamanan udang hasil tangkapan dari bahaya kontaminan.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap sebagai otoritas kompeten saat ini belum memiliki dan menerapkan POSS untuk kapal penangkap udang. SMP POSS Unit Penangkap yang terdiri dari sepuluh unsur penilaian sanitasi disusun dari rancangan POSS Unit Penangkap yang mengacu pada standar European Commission dan CAC (Santoso, 2010).

SMP Monitoring Udang Tangkapan terdiri dari sepuluh unsur penilaian. SMP ini mensyaratkan udang bebas kontaminan dan bakteri patogen yang dapat membahayakan kesehatan. Penyusunan SMP Monitoring Udang Tangkapan mengacu pada daftar jenis dan batas kritis kontaminan atau residu udang hasil tangkapan (Santoso, 2010).

Tabel 5 menunjukkan daftar unsur penilaian dan kriteria dari MP Unit Penangkap.

Tabel 5. Unsur dan Kriteria Penilaian MP Unit Penangkap

ID

Unsur Unsur Penilaian Kriteria

A Sub-Model Penilaian Prosedur Operasi Standar Sanitasi (POSS) Unit Penangkap

1 Daerah Penangkapan Daerah penangkapan tidak tercemar Tata letak menjaga dari kontaminasi silang Dinding dan dek halus dan kedap air

Penerangan di tempat penanganan cukup terang Desain dek mencegah genangan air

Terdapat bak air desinfektan 2 Tata Letak dan Desain

Dilakukan perawatan kebersihan kapal Jumlah toilet memadai

Letak toilet terpisah dari lokasi penanganan Kondisi toilet bersih

3 Toilet

Perlengkapan toilet memadai Alat dan perlengkapan tidak korosif 4 Peralatan dan Perlengkapan

Alat dan perlengkapan bersih dan higienis Bahan yang digunakan aman

Penyimpanan bahan aman dan terpisah Label informasi setiap bahan lengkap dan jelas 5 Penggunaan Bahan Kimia

Dosis dan penggunaan bahan sesuai petunjuk Air bersih, tawar, dan laut mencukupi kebutuhan Tidak terjadi kontaminasi air

Pemasok es terpercaya

Penyimpanan es bersih dan higienis 6 Penggunaan Es dan Air

Es yang digunakan dalam bentuk flakes Terdapat prosedur pembasmian pest Terdapat prosedur pencegahan pest 7 Binatang Penyebar Penyakit

Penyemprotan desinfektan dilakukan rutin Penyimpanan limbah padat terpisah dan aman Penetralan limbah cair sebelum dibuang 8 Penanganan Limbah Udang

Tidak ada penggunaan es bekas

Tenaga kerja sehat dan tidak berpenyakit menular Pemeriksaan rutin kesehatan tenaga kerja Tidak diperkenankan menggunakan obat salep 9 Tenaga Kerja

Pakaian dan perlengkapan kerja memadai Terdapat fasilitas pengolahan limbah cair 10 Fasilitas Pengolahan Limbah

Terdapat penampungan sementara limbah padat

B Sub-Model Penilaian Monitoring Udang Tangkapan

1 Logam Berat Kandungan Pb < 0.5 ppm Kandungan Hg < 0.5 ppm Kandungan Cd < 0.5 ppm 2 Kandungan NH3 Kandungan NH3 < 1 ppb 3 Kandungan TVB-N Kandungan TVB-N < 25 mg/100g 4 Cacing/Parasit Cacing/Parasit Negatif 5 Bakteri Patogen

Kandungan E. coli Negatif

Kandungan Salmonella Negatif

Kandungan Listeria monocytogen Negatif

Kandungan Vibrio parahaemoliticus Negatif

Kandungan Vibrio cholerae Negatif

3. Model Penilaian Unit Importir

Prosedur impor mengandalkan pemeriksaan dokumen dan pengambilan contoh untuk diperiksa di laboratorium. Apabila dokumen impor lengkap dan bahan baku udang tidak mengandung kontaminasi bahan kimia berbahaya dan bakteri patogen seperti dalam Standar

Nasional Indonesia (SNI), maka bahan baku diizinkan masuk ke wilayah Republik Indonesia (Santoso, 2010).

Penyusunan SMP Protokol Impor mengacu pada penggunaan parameter Escherichia coli, Salmonella dan Nitrofuran AOZ dan AMOZ dalam pengujian mutu udang impor (Santoso, 2010). Tabel 6 menunjukkan unsur penilaian dan kriteria pada MP Unit Importir.

Tabel 6. Unsur dan Kriteria Penilaian MP Unit Importir

ID

Unsur Unsur Penilaian Kriteria

Sub-Model Penilaian Protokol Impor

1 Bakteri Patogen

Kandungan E. coli < 0.3 MPN/g

Kandungan Salmonella Negatif

2 Residu Kimia

Kandungan Nitrofuran AOZ < 1 ppb

Kandungan Nitrofuran AMOZ < 1 ppb

4. Model Penilaian Unit Pengumpul

MP Unit Pengumpul terdiri dari SMP POSS Unit Pengumpul dan SMP GHP Unit Pengumpul. SMP POSS Unit Pengumpul digunakan untuk menilai pelaksanaan POSS pada unit pengumpul, sedangkan SMP Monitoring Parameter GHP digunakan sebagai pendekatan penilaian cara penanganan udang yang baik atau Good Handling Practices (GHP).

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan sebagai otoritas kompeten saat ini belum memiliki dan menerapkan POSS untuk unit pengumpul udang. SMP POSS Unit Pengumpul disusun dari rancangan POSS Unit Pengumpul yang mengacu pada standar CAC (Santoso, 2010). SMP POSS Unit Pengumpul terdiri dari sebelas unsur penilaian.

SMP Monitoring Parameter GHP terdiri dari dua unsur penilaian. Penyusunan SMP Monitoring Parameter GHP mengacu pada persyaratan operasional penanganan udang di unit pengumpul (Santoso, 2010).

Tabel 7 menunjukkan unsur penilaian dan kriteria pada MP Unit Pengumpul.

Tabel 7. Unsur dan Kriteria Penilaian MP Unit Pengumpul

ID

Unsur Unsur Penilaian Kriteria

A Sub-Model Penilaian Prosedur Operasi Standar Sanitasi (POSS) Unit Pengumpul

1 Lingkungan Jauh dari sumber kontaminasi

Desain ruangan tertutup dan mencegah kontaminasi Bahan dinding dan lantai halus dan kedap air Kemiringan lantai mencegah genangan air Terdapat bak air desinfektan di setiap pintu masuk Penerangan di ruang penanganan cukup terang Terdapat tempat sampah (tertutup) di ruang penanganan Dilakukan perawatan kebersihan ruangan

2 Tata Letak dan Desain

Terdapat tempat cuci tangan di ruang penanganan Jumlah toilet memadai

Letak toilet terpisah dari ruang penanganan Kondisi toilet bersih

3 Toilet

Perlengkapan toilet lengkap dan memadai

Bahan alat dan perlengkapan halus dan tidak korosif 4 Peralatan dan

Perlengkapan Alat dan perlengkapan bersih dan higienis Jenis bahan yang digunakan tidak berbahaya Penyimpanan bahan aman dan terpisah Label informasi setiap bahan lengkap dan jelas 5 Penggunaan Bahan Kimia

Dosis dan penggunaan bahan sesuai petunjuk Ketersediaan air bersih mencukupi

Tidak terjadi kontaminasi air Pemasok es terpercaya

Penyimpanan es bersih dan higienis 6 Penggunaan Es dan Air

Dokumen terkait