BAB II KAJIAN TEORI
C. Desain Pembelajaran
1. Pengertian Desain Pembelajaran
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai desain pembelajaran atau dikenal juga dengan rancangan instruksional, rancangan pembelajaran dan desain instruksional. Beberapa diantaranya yaitu:
a. Menurut Reigeluth
“Bagi Reigeluth, desain pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan pembelajaran untuk memfasilitasi proses belajar seseorang.”27
b. Menurut Rothwell dan Kazanas
“Rothwell dan Kazanas merumuskan desain pembelajaran terkait dengan peningkatan mutu kinerja seseorang dan pengaruhnya bagi organisasi.”28
26Rusman, h. 189.
27Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), Cet. 2, h. 15.
c. Menurut Gentry
“Baginya, desain pembelajaran adalah suatu proses yang merumuskan dan menentukan tujuan pembelajaran, strategi, teknik, dan media agar tujuan umum tercapai.”29
d. Menurut Dick, Carey & Carey
Ketiga pakar ini, menegaskan bahwa penggunaan konsep pendekatan sistem yang terdiri atas analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi sebagai landasan pemikiran suatu desain pembelajaran. “Desain pembelajaran mencakup seluruh proses yang dilaksanakan pada pendekatan system.”30
e. Menurut Fatah Syukur
“Desain instruksional atau pembelajaran adalah membantu seseorang untuk belajar, dan merupakan sistem.”31
Instruction harus mempunyai perangkat komponen yang saling berinteraksi satu sama lain menuju ke satu tujuan yang telah diterapkan sebelumnya. Jadi, komponen-komponen penyusun dalam pembelajaran bukanlah suatu yang terpisah, tapi suatu kesatuan yang bergerak ke satu arah yaitu tujuan dari pembelajaran tersebut.
Berdasarkan pemaparan para ahli mengenai desain pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa desain pembelajaran adalah suatu rancangan keseluruhan pembelajaran berupa rangkaian prosedur yang merupakan suatu sistem dan proses terdiri dari kegiatan analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi serta memerlukan aspek-aspek pendukungnya. Desain pembelajaran merupakan prosedur yang sistematis yang lebih memerhatikan pemahaman, pengubahan, dan penerapan metode-metode pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru mempunyai tugas untuk memilih dan menentukan metode apa yang dapat digunakan untuk mempermudah penyampaian materi ajar sehingga siswa mudah menerima yang disampaikan guru.
29Ibid., h. 16.
30Ibid.
31Fatah Syukur NC, Teknologi Pendidikan, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2008), Cet. I, h. 32.
2. Hubungan Perencanaan dan Desain Pembelajaran
“Perencanaan pembelajaran (Lesson Plan) berbeda dengan desain pembelajaran (Instructional Design), namun keduanya memiliki hubungan yang sangat erat sebagai program pembelajaran.”32
Perencanaan pembelajaran disusun oleh guru untuk memenuhi kebutuhan guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Menurut Shambaugh dan Mahliaro, kegiatan perencanaan pembelajaran yaitu menerjemahkan kurikulum sekolah kedalam kegiatan pembelajaran di ruang kelas.33 Perencanaan program pembelajaran dapat berupa perencanaan kegiatan harian, mingguan, bahkan tahunan, yang isinya terdiri dari tujuan khusus yang spesifik, prosedur kegiatan belajar mengajar, materi pelajaran, waktu, dan bentuk evaluasi yang akan digunakan.
Perencanaan lebih menekankan penerjemahan kurikulum sekolah sedangkan desain menekankan pada proses merancang program pembelajaran untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun dan mengembangkan desain pembelajaran adalah siswa. Seorang guru yang hendak membuat desain pembelajaran perlu bertanya bagaimana agar siswa dapat mempelajari suatu bahan pelajaran dengan mudah.
3. Komponen-komponen Desain Pembelajaran
Esensi desain pembelajaran mencakup komponen siswa, tujuan, metode, dan evaluasi serta analisis topik. Menurut Kemp, Morrison, & Ross, rincian komponen inti dari desain pembelajaran (siswa, tujuan pembelajaran, metode, dan penilaian) digambarkan dengan lingkaran keempat komponen tersebut yang saling berpotongan satu sama lainnya.34 Itu berarti, antara komponen yang satu dengan yang lain haruslah memiliki fokus perhatian yang sama, serasi, selaras dan seimbang agar pembelajaran dapat berlangsung dengan sukses.
32Sanjaya, op. cit., h. 69.
33Ibid.
a. Siswa (peserta didik)
“Peserta didik sebelum dan selama belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik fisik maupun mental.”35
Jika peserta didik mengalami kelelahan secara fisik maupun mental akibatnya dapat mengurangi konsentrasi dan menggangu daya tangkap peserta didik untuk memahami materi pembelajaran. Selain itu, mengenai tampilan sebuah materi ajar, siswa akan lebih tertarik dan timbul rasa ingin tahunya terhadap materi yang diajarkan jika tampilan materi tersebut menarik hati peserta didik.
b. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan hal yang harus dicapai oleh peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. “Setiap rumusan tujuan pembelajaran selalu dikembangkan berdasarkan kompetensi atau kinerja yang harus dimiliki oleh peserta didik jika ia selesai belajar.”36
Jadi rumusan tujuan pembelajaran menjembatani antara peserta didik dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai selama peroses pembelajaran.
c. Metode
“Metode adalah cara-cara atau teknik yang dianggap jitu untuk menyampaikan materi ajar.” 37
Metode menentukan situasi belajar yang sesungguhnya. “Metode sebagai strategi pembelajaran biasa dikaitkan dengan media, dan waktu yang tersedia untuk belajar.”38
Metode terkait dengan strategi pembelajaran, yang perlu dirancang agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
d. Penilaian
Kegiatan menilai sesuatu merupakan penilaian. Menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu secara subyektif yaitu tergantung alasan masing-masing orang yang menilai dan bersifat kualitatif. Indikator berhasil atau tidaknya pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran dapat diamati dari penilaian hasil belajar. “Sering kali penilaian diukur dengan kemampuan
35Ibid., h. 17.
36Ibid., h. 18.
37Ibid.
menjawab dengan benar sejumlah soal-soal objektif.” 39
Padahal, selain menggunakan instrumen soal-soal berbentuk objektif, penilaian dapat juga dilakukan dengan nonsoal yaitu dengan instrumen pengamatan, wawancara, dan kuesioner.
e. Analisis topik
Selain keempat komponen tersebut, Kemp, Morrison, & Morrison menyebutkan adanya dasar pemikiran lain selain komponen siswa, tujuan pembelajaran, metode dan penilaian yang merupakan esensi dari desain pembelajaran yaitu hasil kajian suatu topik.40“Komponen model analisis topik ini terdiri atas:”41
1) Topik
Topik adalah mata ajaran yang akan dijelaskan kepada peserta didik. Desainer pembelajaran perlu mempelajari karakteristik dan kategori dari topik itu sebagai pengetahuan dan sebagai upaya untuk menentukan alternatif yang harus dipilih terkait dengan kondisi belajar yang harus disiapkan. Model analisis topik ini menjadi landasan pemikiran untuk mengkaji ragam pengetahuan.
2) Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran dirumuskan setelah kategori topik selesai dilaksanakan. Dengan demikian, rumusan tujuan pembelajaran disusun berdasarkan kategori topik.
3) Pembelajaran
Pembelajaran diartikan sebagai KBM konvensional di mana guru dan peserta didik langsung berinteraksi. Dalam hal ini, desain pembelajaran menentukan seluruh aspek strategi pembelajaran sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.
4) Penilaian
Penilaian mencakup dua hal, yaitu belajar dan pembelajaran. Penilaian belajar dilakukan untuk melihat pencapaian tujuan pembelajaran yang dapat dicapai. Selain itu, penilaian dilakukan pula terhadap proses pembelajaran.
39Ibid. 40Ibid., h. 19.
Penilaian ini bertujuan agar faktor penghambat belajar dapat diatasi sehingga proses belajar yang akan datang akan menjadi lebih mudah serta lancar.
5) Revisi
Setelah hasil penilaian diolah, terkait dengan proses belajar, maka bisa dikaji ulang rumusan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan tadi, apakah terlalu mudah atau sebaliknya. Langkah revisi ini dimaksudkan untuk mencari alternatif atau pemecahan masalah belajar yang dialami oleh peserta didik.
4. Sifat Desain Pembelajaran
Menurut Dewi Salma Prawiradilaga, desain pembelajaran mempunyai beberapa sifat yaitu:42
a. Berorientasi dan fokus pada peserta didik
“Setiap individu peserta didik dipertimbangkan memiliki kekhasan masing-masing.”43
Hal tersebut dikarenakan kemampuan internal, kemampuan dasar (prasyarat) yang harus dimiliki sebelum memasuki materi baru, dan gaya belajar masing-masing peserta didik berbeda satu sama lain.
b. Alur berpikir sistemik
“Konsep sistem dan pendekatan sistem diterapkan secara optimal dalam desain pembelajaran sebagai kerangka berpikir.”44
Sistem dimaksudkan sebagai rangkaian komponen dengan masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda-beda, bekerja sama dan berkoordinasi dalam melaksanakan tujuan yang telah dirumuskan.
c. Empiris dan Berulang
“Setiap model desain pembelajaran bersifat empiris.” 45
Empiris maksudnya model ataupun sesuatu teori yang diajukan oleh pakar telah melalui hasil kajian teori serta serangkaian uji coba sebelum dipublikasikan. Berulang dimaksudkan, pengguna dapat menerapkan dan memperbaiki setiap tahapan dari
42Ibid., h. 20.
43Ibid. 44Ibid., h. 22.
model atau sesuatu teori apapun yang bersifat empiris tersebut berulang kali demi tercapainya efektifitas pembelajaran.
5. Komponen Penyusun Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran menerapkan teori belajar, pembelajaran, komunikasi, psikologi, dan informasi. Dari teori-teori tersebut, teori yang paling mendasar adalah teori belajar, pembelajaran, dan komunikasi. “Teori belajar mengkaji kejadian belajar dalam diri seseorang, sedangkan teori pembelajaran adalah faktor eksternal yang memfasilitasi proses belajar.”46
Teori komunikasi mempunyai dampak besar terhadap paradigma pembelajaran, yaitu terkait pemanfaatan media dan sumber belajar serta peran guru di kelas ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Desain pembelajaran disusun oleh sebuah tim penyusun yang bersifat sistemik, yaitu berperan sesuai profesi masing-masing individu penyusun. Menurut Kemp dkk, tim penyusun ini terdiri atas: 47
a. Desainer
Orang yang kompeten dalam merancang desain pembelajaran dan bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mengoordinasikan seluruh perencanaan pembelajaran.
b. Pengajar
Orang yang mengetahui dengan pasti kondisi kelas dan memiliki pengalaman di kelas. Pengajar termasuk guru, dosen, instruktur dan trainer. c. Ahli materi
Orang yang bertanggung jawab untuk memvalidasi materi yang disampaikan pengajar. Seorang ahli materi berhak untuk „meluruskan’ dan memperbaiki materi yang diberikan oleh pengajar.
d. Penilai
Merupakan orang yang bertugas mengkaji data-data yang terkumpul terkait dengan proses pengembangan pembelajaran. Penilai bertanggung jawab
46Ibid. 47Ibid., h. 26.
membantu untuk mengembangkan instrumen untuk mengukur hasil belajar dan pengembangan pembelajaran.
6. Model Desain Pembelajaran
a. Pengertian Model Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran merupakan bagian dari teknologi pendidikan yang sangat banyak ragamnya, ada banyak sekali pakar yang merumuskan dan menampilkan model desain pembelajaran mereka. “Istilah model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur atau sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan berikut saran.”48
Desain pembelajaran bersifat uraian dimaksudkan bahwa suatu model desain pembelajaran dibangun atas dasar teori belajar, pembelajaran, psikologi, komunikasi, dan sistem agar penyelenggaraan proses belajar berjalan dengan baik. Sementara desain pembelajaran sebagai saran bermaksud bahwa desain pembelajaran mengarahkan bagaimana sebaiknya pembelajaran diselenggarakan melalui serangkaian prosedur.
b. Macam-macam Model Desain Pembelajaran
Model-model desain pembelajaran merupakan seperangkat prosedur yang sistematis untuk mngembangkan pembelajaran. Ada beberapa model desain pembelajaran, diantaranya sebagai berikut:
1) Model pengembangan instruksional Briggs
Model ini berorientasi pada sebuah rancangan sistem dengan sasaran pembuatnya adalah dosen atau guru yang berperan sebagai perancang ataupun sebagai tim pengembangan kegiatan pembelajaran. Adapun tim pengembangan terdiri dari dosen, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media dan perancang instruksional. “Briggs berpendapat bahwa model ini sesuai untuk pengembangan program-program latihan jabatan tidak hanya terbatas pada lingkungan program-program akademis saja.” 49
Model pengembangan
48Ibid., h. 33.
instruksional Briggs ini bersandarkan pada keselarasan antara tujuan yang akan dicapai, strategi untuk mencapainya, dan evaluasi keberhasilannya dalam pembelajaran.
2) Model J.E. Kemp
Model ini mengajukan tampilan visual berupa melingkar. Menurut Kemp, tim penyusun desain pembelajaran terdiri atas desainer, pengajar, ahli materi, dan penilai.50 Struktur komponen model desain pembelajaran Kemp yaitu:51
a) Tujuan khusus pembelajaran, b) Analisis tugas, c) Analisis pebelajar, d) Masalah pembelajaran, e) Sumber-sumber pembelajaran, f) Instrumen evaluasi, g) Penyampaian pembelajaran, h) Strategi pembelajaran, i) Urutan isi/materi, j) Evaluasi formatif, k) Evaluasi sumatif, l) Perbaikan, m)Perencanaan, n) Pengelolaan proyek, o) Jasa pendukung. 3) Model Gerlack dan Ely
Model pengembangan instruksional yang dikembangkan oleh Gerlack dan Ely ini dimaksudkan untuk pedoman perencanaan mengajar dengan langkah-langkah sebagai berikut:52
a) Merumuskan tujuan instruksional,
b) Menentukan isi materi pelajaran yang telah disesuaikan dengan TIK, c) Menentukan kemampuan awal peserta didik dengan melakukan pre test,
50Prawiradilaga, op. cit., h. 26. 51Ibid., h. 36.
d) Menentukan teknik dan strategi,
Strategi merupakan pendekatan yang dipakai guru dalam memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber, dan menentukan tugas/peranan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
e) Pengelompokkan belajar,
f) Menetukan media instruksional yang sesuai, g) Menentukan ruang,
h) Memilih media instruksional yang sesuai, i) Mengevaluasi hasil belajar,
Evaluasi ini untuk menilai sejauhmana tujuan instruksional tercapai dan dikembangkan berdasarkan tujuan instruksional.
j) Menganalisis umpan balik.
7. Kategorisasi Ragam Model
Ragam model untuk desain pembelajaran mengacu ke beberapa faktor yaitu faktor tampilan visual, komponen, serta manfaat suatu model desain pembelajaran. Tampilan visual menunjukkan bagaimana desain pembelajaran yang dikemukakan oleh masing-masing pakar disajikan atau digambarkan. “Tampilan visual menunjukkan bagaimana suatu desain pembelajaran disajikan oleh pencetusnya.”53
Beberapa tampilan visual model desain pembelajaran yang ada yaitu sebagai berikut:
a. Prosedural
“Model prosedural menyarankan agar penerapan prinsip desain pembelajaran disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus ditempuh secara berurutan.”54
Berarti, dalam model ini terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui sehingga ketika menyusun desain pembelajaran menjadi lebih teratur dan terarah. Salah satu model yang merupakan model prosedural yaitu model desain pembelajaran Dick, Carey & Carey.
53Prawiradilaga, op. cit., h. 34.
1) Manfaat model Dick, Carey & Carey
a) Alur pelaksanaan model dilaksanakan jelas, biasanya arah diatur dengan simbol tanda panah ( ), garis putus-putus untuk umpan balik (---),
b) Setiap langkah jelas, sehingga mudah diikuti,
c) Dengan keteraturan ini, maka terjadi efektivitas dan efisiensi pelaksanaan. 2) Keterbatasan model Dick Carey, & Carey
a) Kaku, karena setiap langkah sudah ditentukan oleh langkah sebelumnya, b) Tidak semua prosedur pelaksanaan kegiatan belajar mengajar atau peristiwa
belajar dapat dikembangkan menurut langkah-langkah tersebut. b. Melingkar
Selain model prosedural, ada juga model desain pembelajaran melingkar. Karena bentuknya yang melingkar maka tahapan awal dan akhir desain pembelajarannya tidak ditentukan. Model yang termasuk model melingkar adalah model Kemp, dkk.
c. Model berbasis sistem
Model desain pembelajaran berbasis sistem merupakan desain pembelajaran yang dalam pelaksanaannya mengembangkan pendekatan sistem, memiliki alur pelaksanaan yang berurutan. Jadi, ketika tahapan awal belum selesai dilaksanakan maka tahapan selanjutnya belum dapat dilaksanakan. Selain itu, model ini ditinjau dari berbagai sudut pandang, tidak hanya kegiatan di kelas atau proses belajar saja tapi pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu pemecahan masalah yang timbul berdasarkan analisis kebutuhan individu yang belajar.
Model berbasis sistem memiliki ciri-ciri diantaranya sebagai berikut: 1) Jumlah komponen relatif banyak dibandingkan model lain,
2) Seringkali diawali dengan komponen analisis kebutuhan, analisis lain yang terkait dengan pembelajaran seperti lingkungan sekolah atau pekerjaan,
3) Merupakan prosedur pengembangan dilihat dari alur umpan balik dan adanya komponen revisi pada model ini.
Model Dick, Carey & Carey dan Rothwell & Kazanas, merupakan model yang mengacu pada model berbasis sistem.55 Model berbasis sistem merupakan model yang lengkap karena terdiri atas sistem-sistem dan memerlukan waktu yang lama untuk membuatnya. Model ini memerlukan pembentukan sebuah tim kerja yang solid, meliputi semua fasilitas dan SDM yang sesuai agar dapat dilaksanakan serta lebih cocok digunakan untuk mendesain proses belajar di dalam suatu organisasi, dan untuk program pelatihan.
d. Model materi ajar atau pengetahuan
Model ini terkait dengan cara agar topik tertentu yang menjadi bagian dari mata ajaran disampaikan kepada peserta didik. Model materi ajar atau pengetahuan cenderung menggunakan media atau metode tertentu agar peserta didik dapat menguasai materi dengan baik. Secara khusus, model desain materi ajar mempunyai ciri-ciri seperti:
1) Komponen yang ada tidak banyak, dan cenderung lebih sederhana, yaitu tujuan pembelajaran yang akan dikuasai, kategorisasi materi ajar, dan strategi penyampaian,
2) Strategi penyampaian cenderung memberikan masukan bagaimana cara menjelaskan atau menyajikan materi di kelas,
3) Kebanyakan mengacu kepada materi bersifat kognitif, dan dapat dilaksanakan oleh seorang pengajar tanpa tim khusus.
Model ini mempunyai kelemahan sebagai berikut:
1) Komponen tidak lengkap dan sederhana, sehingga tidak mudah mendeteksi kelemahan yang ada pada pembelajaran,
2) Lingkup sempit, karena model ini baik hanya untuk satu topik tertentu,
3) Tidak mencerminkan upaya peserta didik untuk menguasai kompetensi yang harus dicapai.
Contoh model desain materi ajar adalah model CDT (Component Display Theory) yang disusun oleh Merrill. Model CDT mengembangkan berpikir kognitif, karena menurut Merill berpikir kognitif mencakup ragam pengetahuan
55Ibid., h. 42.
fakta, konsep, prosedur, dan prinsip.56 Ragam pengetahuan fakta hanya perlu diingat. Ragam konsep seperti rumus dapat diingat atau dihafal, diterapkan dan ditemukan. Begitu pula halnya untuk ragam prosedur dan prinsip.
e. Model produk
Model produk merupakan produk yang ditandai dengan proses untuk memproduksi suatu bahan ajar. Model ini diawali dengan tahap perencanaan, yaitu rumusan tujuan belajar, analisis kebutuhan peserta didik. Selanjutnya, tahap pengembangan, yakni pengembangan topik, penyusunan draf, produksi prototipe dari satu jenis produk yang akan digunakan untuk belajar. Tahap terakhir yaitu penilaian dengan melaksanakan uji coba prototipe produk serta perbaikannya berdasarkan masukan yang telah diperoleh sebelumnya.
“Manfaat yang dapat diperoleh dari model desain pembelajaran ini, diantaranya:”57
1) Kejelasan pelaksanaan seluruh kegiatan disain pembelajaran,
2) Terkonsentrasi atas produksi bahan ajar tertentu sehingga mudah diikuti setiap langkahnya, dan
3) Model dan cara kerja relatif sederhana, tanpa melibatkan komponen (supra) sistem.
Namun, keterbatasan model produk yaitu tidak ada penjelasan secara langsung tentang pelaksanaan KBM. Model ini hanyalah digunakan untuk menghasilkan sesuatu hal, misalnya penulisan modul. Rowntree merupakan salah seorang yang mengembangkan model produk.58
f. Model kegiatan belajar mengajar
Model ini berfokus pada satu KBM. Model KBM memandu guru mengenai cara mengelola, menciptakan interaksi belajar mengajar dan memotivasi peserta didik. Intinya, kerjasama antara guru dan peserta didik serta pihak-pihak lain yang terlibat dapat dikembangkan dengan model KBM.
56Ibid., h. 44.
57Ibid., h. 45. 58Ibid.
Desain pembelajaran model KBM memiliki ciri-ciri menonjol sebagai berikut:59
1) Relatif lebih banyak komponennya dibanding model materi ajar,
2) Tak jarang aspek perbaikan juga dicantumkan di dalamnya dan sangat memperhatikan peserta didik ditinjau dari proses belajar, tipe belajar, atau kemampuan prasyarat,
3) Mengisyaratkan ada aspek pengelolaan kelas seperti pengelompokan peserta didik menjadi belajar mandiri, dan belajar tim,
4) Menyiratkan peran guru dalam menyampaikan materi dan mengelola kegiatan di kelas,
5) Dapat diterapkan oleh pengajar sendiri tanpa tim khusus.
Adapun beberapa kelemahan desain pembelajaran model KBM yaitu:60 1) Tidak mencakup suatu mata pelajaran tertentu,
2) Tidak semua komponen desain pembelajaran termasuk di dalamnya,
3) Menitikberatkan penyampaian materi dan pengelolaan kelas yang sebaiknya dilakukan oleh pengajar,
4) Aspek lain yang berdampak terhadap proses belajar tidak terdeteksi.
Salah satu model KBM adalah model ASSURE yang dicetus oleh Heinich, dkk sejak tahun 1980-an yang dikembangkan oleh Smaldino, dkk. Model ini tidak menyebutkan strategi pembelajaran secara eksplisit, namun strategi pembelajaran dikembangkan melalui pemilihan dan pemanfaatan metode, media, bahan ajar, serta peran serta peserta didik di kelas. Komponen dari model ASSURE yaitu:
analize learner, state objectives, select methods media materials, utilize media and materials, require learner participation, evaluate and revise.
g. Model inovasi dari desain pembelajaran
Desain pembelajaran merupakan bagian dari teknologi pendidikan yang terus mengalami perkembangan. Terdapat dua model yang termasuk inovasi dalam desain pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1) Model desain belajar konstruktivis,
59Ibid., h. 47.
Model ini menekankan proses belajar oleh peserta didik yang disusun berdasarkan teori konstruktivisme. Peserta didik menempati porsi lebih banyak, menjadi lebih mandiri, dapat melatih kerja sama diantara sesama peserta didik, mengembangkan daya kreatifitas peserta didik dan berperan lebih aktif dalam proses belajar. Selain itu, peserta didik juga berperan dalam menilai proses belajarnya (aspek refleksi).
Namun, karena belum banyaknya peneltian terkait model ini, maka keefektifan model ini belum terindikasi. Kemungkinan pengajar yang belum terbiasa akan lebih sulit untuk menerapkan model ini. Selain itu, melatih peserta didik untuk refleksi, mandiri, dan menilai diri sendiri membutuhkan proses yang tidak mudah.
2) Integrative Learning Design Framework (IDLF)
“Model IDLF adalah model desain pembelajaran yang khusus dikembangkan untuk proses belajar masa depan, yaitu online-learning atau web-based learning yang mengoptimalkan pemanfaatan teknologi telekomunikasi.”61
Model IDLF ini mempunyai tiga tahapan yang disertai secara khusus pandangan terhadap konteks sosial dan budaya, yaitu tahapan eksplorasi, enactment
(penyusunan), serta evaluasi. a) Eksplorasi
Tahapan ini, merupakan tahapan mengumpulkan informasi terkait dengan latar pembelajaran, misalnya informasi tentang peserta didik.
b) Enactment (penyusunan)
Merupakan tahapan pemetaan informasi dari data hasil tahap eksplorasi. Misalnya materi berikut konteksnya, serta menentukan strategi pembelajaran online.
c) Evaluasi
Merupakan tahapan untuk menentukan apakah tujuan pembelajaran, hasil yang diperoleh serta revisi yang harus dilaksanakan berdasarkan masukan yang diterima.
Kekhasan model IDLF ini, yaitu:
a) Berorientasi pada proses belajar di kelas maya,
b) Mengangkat masalah sosial budaya yang sangat menonjol,
c) Memanfaatkan berbagai macam sistem penyampaian serta bahan ajar.
8. Aspek Desain Pembelajaran
Untuk membuat sebuah desain pembelajaran perlu memperhatikan aspek-aspek yang terkait dalam pembelajaran. “Mendesain sebuah pembelajaran membutuhkan konsentrasi terhadap tujuan pembelajaran yang meliputi:”62
a. Kejelasan tujuan pembelajaran (rumusan, realistis),
b. Relevansi tujuan pembelajaran dengan SK/KD/Kurikulum, c. Cakupan dan kedalaman tujuan pembelajaran,
d. Ketepatan penggunaan strategi pembelajaran, e. Interaktivitas,
f. Pemberian motivasi belajar, g. Kontekstualitas dan aktualitas,