• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.1 Desain dan Teknik

Untuk mencapai tujuan penelitian ini diperlukan prinsip pendekatan dan prosedur pemecahan masalah yang relevan. Untuk keperluan itu, penelitian ini pada dasarnya menggunakan metode penelitian Kausal-Komperatif (Ex Pos Facto). Metode ini lebih ditujukan untuk melihat dan mengkaji hubungan antara dua variabel atau lebih. Adapun variabel yang dikaji telah terjadi sebelumnya melalui perlakuan orang lain (Sujana, 2001).

Dalam penelitian ini, berkaitan dengan fenomena diglosai dan sikap bahasa responden, ada dua variabel yang akan diungkap, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Dengan demikian, penelitian ini, dalam hal fenomena diglosia akan mengungkap bagaimana hubungan variabel ranah (variabel bebas) mempengaruhi pilihan bahasa seseorang (variabel terikat). Sedangkan dalam hal sikap penutur bahasa Simalungun akan diungkapkan bagaimana hubungan dua variabel, yakni variabel sikap penutur bahasa Simalungun terhadap bahasa Toba dan bahasa Indonesia dan variabel yang diduga berpengaruh terhadap sikap penutur bahasa Simalungun, yakni faktor internal dan eksternal. Variabel faktor internal dan eksternal ditempatkan sebagai variabel bebas dan sikap penutur bahasa Simalungun terhadap bahasa Toba dan bahasa Indonesia sebagai variabel terikat.

1) Prestise Sosial

Sikap penutur bahasa Simalungun terhadap bahasa Toba dan bahasa Indonesia

Ranah

Penggunaan Bahasa Pilihan Bahasa

Adapun varibel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan fenomena diglosia digambarkan seperti terdapat dalam diagram berikut.

Variabel bebas Variabel terikat

Selanjutnya, varibel bebas dan variabel terikat, yang berkaitan dengan sikap bahasa digambarkan seperti terdapat dalam diagram berikut.

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 2 : Variabel Bebas dan Variabel Terikat

Dalam penyediaan data, istilah yang sarankan Sudaryanto (1993:10—11) menggantikan pengumpulan data, metode yang digunakan adalah metode yang biasa dipakai dalam sosiolinguistik, yakni ancangan (pendekatan) Sosiologi, yakni penelitian perihal kebahasaan di dalam konteks sosial, yang dikaji adalah prilaku kelompok bukan prilaku perseorangan. Dengan demikian, metode yang digunakan, yakni metode survei: metode penelitian untuk mengumpulkan dan menganalisis data sosial melalui daftar pertanyaan atau kuesioner yang sangat berstruktur dan rinci

2) Identitas Diri

3) Motivasi Instrumental

dengan tujuan memperoleh informasi dari sejumlah besar responden yang dianggap mewakili populasi.

Sementara itu, teknik yang digunakan, yakni teknik kuesioner survei dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertutup dan semi tertutup.

Dalam menganalisis data, metode dan teknik yang digunakan, yakni metode statistik dengan mengunakan teknik statistik deskriptif dan statistik analitik. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian dalam bentuk persen dan nilai rata-rata. Data yang dijaring dari para responden adalah pengakuan diri (self-report) dari tiga generasi, yakni kelompok umur remaja, dewasa, dan orang tua (berdasarkan jenis kelamin [gender], pendidikan, dan ranah berdasarkan peristiwa bahasa).

Data penelitian ini untuk setiap ciri karakteristik, yang berkaitan dengan fenomena diglosia dan sikap bahasa, dihitung berdasarkan frekuensi, persentase, dan angka rata-rata nilai (mean). Angka nilai rata-rata dihitung dengan menggunakan skala Likert atau teknik Likert, yaitu dengan cara meminta responden menandai

satu posisi pada skala penilaian (rating scale), misalnya 1—5 sesuai dengan pilihan bahasa dan kesetujuan atau ketidaksetujuannya atas sebuah pertanyaan. Selanjutnya, untuk sikap bahasa responden, di dalam daftar pertanyaan disediakan lima pilihan jawaban dengan bobot (nilai) sebagai berikut. Nilai 5 untuk sangat setuju, 4 untuk setuju, 3 untuk kurang setuju, 2 untuk tidak setuju, dan 1 untuk sangat tidak setuju. Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden inilah nantinya akan diketahui

nilai rata-rata (mean) untuk setiap pertanyaan. Nilai rata-rata ini diperoleh dengan menggunakan rumus berikut.

(n1 x 1) + (n2 x 2) + ... (n5 x 5) n1 + n2 + ... n5

Dalam hal ini, n1 = jumlah responden yang memberikan nilai 1 untuk karakteristik yang bersangkutan, dan seterusnya, terakhir, n5 = jumlah responden yang memberikan nilai 5 untuk karakteristik yang bersangkutan. Nilai rata-rata ini dikelompokkan ke dalam dua kelompok, misalnya nilai 1,00—2,50 dianggap atau ditafsirkan tidak setuju dan itu dikategorikan sikap negatif. Sementara itu, nilai 2,60—5,00 dianggap setuju dan dikategorikan sebagai sikap positif.

Sementara itu, dalam hal fenomena diglosia, untuk pertanyaan yang menyediakan tiga pilihan jawaban, yakni nilai bahasa Simalungun, bahasa Toba, dan bahasa Indonesia akan disesuaikan dengan pilihan jawaban responden sebab jawaban responden bisa lebih dari satu jawaban. Untuk itulah maka jawaban responden dalam pengolahan data akan dikonversikan sesuai dengan jawaban responden atas pertanyan yang diajukan terdiri dari 3 jawaban dapat menjadi 4—7 jawaban. Untuk mencari nilai rata-rata penggunaan bahasa responden rumus yang digunakan sama dengan rumus di atas. Nilai rata-rata yang diperoleh untuk tiap-tiap pertanyaan dikelompokkan menjadi dua, yaitu kecenderungan diglosia yang tidak bocor atau diglosia yang bocor. Selanjutnya, untuk menentukan standar rentang nilai sebagai indikator menentukan bocor atau tidaknya diglosia terlebih dahulu ditentukan nilai tengah (median) dengan mengunakan rumus berikut.

n1 + n2 + n3 + ... n7 n

Dalam hal ini, n1—n7 = nilai indeks jawaban responden dan n = jumlah jawaban. Diglosia diinterpretasikan (ditafsirkan) bocor atau tidak bocor, untuk pertanyaan yang terdiri atas 4 jawaban, berdasarkan rumus di atas, mediannya adalah: 4 + 3 + 2 + 1 = 10 = 2,50. Dengan demikian, jika nilai rata-rata berada 4 4

pada kisaran 1,00—2,50 diglosia diinterpretasikan bocor dan sebaliknya, diglosia diinterpretasikan tidak bocor jika nilai rata-ratanya ada pada kisaran 2,60—4,00.

Untuk pertanyaan yang terdiri atas 5 jawaban, mediannya adalah 5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 15 = 3,00.

5 5

Dengan demikian, jika nilai rata-rata berada pada kisaran 1,00—3,00 diinterpretasikan diglosia bocor, sebaliknya, diglosia ditafsirkan tidak bocor jika nilai rata-ratanya ada pada kisaran 3,10—5,00.

Untuk pertanyaan yang terdiri atas 6 jawaban, mediannya adalah 6 + 5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 21 = 3,50. Dengan demikian, jika nilai rata-rata berada 6 6

pada kisaran 1,00—3,50 diinterpretasikan diglosia bocor, sebaliknya, diglosia ditafsirkan tidak bocor jika nilai rata-ratanya ada pada kisaran 3,60—6,00. Selanjutnya, untuk pertanyaan yang terdiri atas 7 jawaban, mediannya adalah 7 + 6 + 5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 21 = 4,00. Dengan demikian, jika nilai rata-rata 7 7

rata berada pada kisaran 1,00—4,00 diinterpretasikan diglosia bocor, sebaliknya, diglosia ditafsirkan tidak bocor jika nilai rata-rata ada pada kisaran 4,10—7,00. Di samping itu, dengan data tersebut akan dilakukan perhitungan frekuensi dan

persentase penggunaan setiap bahasa tersebut dalam setiap ranah/domain untuk melihat apakah pemertahanan bahasa pada setiap ranah itu masih berlangsung atau tidak karena fenomena diglosia akan berdampak pada lebih disukainya salah satu bahasa sehingga mengakibatkan bahasa yang tidak disukai itu cepat atau lambat akan punah.

Selanjutnya, untuk menentukan persentase penggunaan bahasa responden digunakan rumus: n1 + n2 + ... n5 X 100%

N

Dalam hal ini, n1 = jumlah responden yang memberi jawaban terhadap karakteristik yang bersangkutan dan N = jumlah seluruh responden. Rentang nilai yang diacu sebagai indikator berlangsung atau tidak berlangsungnya pemertahanan bahasa Simalungun berdasarkan persentase penggunaan bahasa ditentukan dengan terlebih dahulu menentukan nilai tengah (median) dengan menggunakan rumus: 100% : 2 = 50%. Dengan demikian, nilai tengah (median) adalah 50% maka rentang nilai 0%--50% mempunyai interpretasi pemertahanan bahasa Simalungun pada penuturnya tidak berlangusung dan rentang nilai 51%--100% mempunyai interpretasi pemertahanan bahasa Simalungun pada penuturnya berlangsung.

Dokumen terkait