• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

4.3 Deskr ipsi Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian

Penelitian menggunakan analisis regresi logistik karena variabel terikat menggunakan variabel dummy yaitu 0 (Non Finacial distress/tidak mengalami kegagalan usaha) dan 1 (mengalami Financial Distress

/kegagalan usaha ). Penggunaan regresi logistik tidak memerlukan uji asumsi klasik data seperti pada regresi linear.

4.3.1 Identifikasi Data Outliers

Berikut adalah regresi logistic yang menggunakan case wise diagnostic, hasil analisis ini mengidentifikasikan adanya data outliers seperti hasil analisis berikut ini :

Dari tabel diatas terdapat 3 data outliers yaitu data ke-2, ke-3, dan ke-16. Data ke-2, meskipun nilai Zresid tidak lebih dari 2.000 akan tetapi data tersebut mengalami misclassified cases. Maka ketiga data tersebut di keluarkan dari model penelitian, sehingga data yang tersisa 61 data. 4.3.2 Uji Penilaian Model (Overall Model Fit)

Uji model ini menggunakan likelihood yang ditransformasikan menjadi -2 LogLikehood (-2logL). Maka hasil uji model ini dapat di lihat sebagai berikut :

Tabel 15 : Uji Overall Model Fit

Hasil Statistik 2LogL pada awal (0) = 77,184 sedang angka -2LogL pada step = 1 adalah 64,611 karena terjadi penurunan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model tersebut menunjukkan model regresi yang baik.

4.3.3 Uji Homer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test

Menguji kesesuaian antara klasifikasi yang diprediksi dengan yang diamati jadi model dikatakan fit. Hasil uji tersebut bisa di lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 16 : Uji Homer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test

Nilai probabilitas Hosmer & Lemeshow pada step 1, Test = 9,755 dengan tingkat signifikansi = 0,283 lebih besar dari tingkat signifikan (0,05), sehingga dapat dikatakan model regresi ini layak digunakan.

4.3.4 Uji Nagelker ke R Square

Nagelkerke R Square adalah nilai koefisien determinasi yang menggambarkan seberapa besar variabel bebas menjelaskan (mempengaruhi) variabel terikat.

Tabel 17 : Uji Nagelker ke R Square

Nilai Nagelkerke R Square = 0,339 berarti bahwa kondisi kesehatan perusahaan dipengaruhi oleh kesebelas variable - variable

bebas sebesar 33,9 persen, sisanya 66,1 persen dipengaruhi oleh variable lain.

4.3.5 Hasil Regresi Logistik

Untuk pengujian masing-masing koefisien regresi digunakan uji Wald dengan melihat nilai probabilitas masing-masing variabel. Dengan criteria. Jika nilai probabilitas lebih kecil (0,05 ) berarti signifikan yang berarti variabel bebas tersebut berpengaruh terhadap variabel Y, jika probabilitas lebih besar dari (0,05 ) Non signifikan (tidak berpengaruh).

Tabel 18 : Hasil Regr ei Logistik

a. Variabel CR_X1, dengan koefisien regresi = -0,003 dengan signifikansi = 0,287 jadi tidak mampu membedakan untuk memprediksi tidak signifikan

b. Variabel BEP_X2,dengan koefisien regresi = -0,117 dengan signifikansi = 0,015 jadi dapat digunakan untuk memprediksi negatif signifikan

c. Variabel DER_X3, dengan koefisien regresi = -0,003 dengan signifikansi = 0,180 jadi tidak mampu membedakan untuk memprediksi tidak signifikan

d. Variabel TOT_X4, dengan koefisien regresi = -0,006 dengan signifikansi = 0,626 jadi tidak mampu membedakan untuk memprediksi tidak signifikan

e. Variabel GS_X5, dengan koefisien regresi = -0,003 dengan signifikansi = 0,215 jadi tidak mampu membedakan untuk memprediksi tidak signifikan

2.3.5 Ketepatan Prediksi

Untuk melihat ketepatan model yang dibentuk dilihat dengan Klasifikasi tabel sebagai berikut:

Tabel 19 : Ketepatan Prediksi

Sampel yang tidak mengalami Financial Distress (0) adalah sebanyak 20 data perusahaan. Hasil prediksi model pada Tabel di atas adalah 10 perusahaan tidak mengalami Financial Distress (0) dan 10 mengalami Financial Distress (1).

Berarti terdapat 10 prediksi yang salah sehingga prediksi yang benar adalah sebanyak 10/20 = 50%. Sedangkan untuk perusahaan yang melakukan mengalami Financial Distress, dari 41 sampel hanya 8 perusahaan yang diprediksi tidak

sesuai oleh model penelitian sehingga kebenaran model untuk perusahaan yang mengalami Financial Distress adalah sebesar 33/41 = 80%. Dengan demikian tabel di atas memberikan nilai overall percentage sebesar (10+33)/61 = 70,5% yang berarti ketepatan model penelitian ini adalah sebesar 70.5%.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian di atas maka uji kecocokan model yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa model regresi logistik yang dihasilkan cocok untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dan dapat diketahui secara bersama – sama variabel rasio likuiditas, laverage, aktivitas dan pertumbuhan tidak mampu membedakan untuk memprediksi Financial Distress (Y), sedangkan rasio profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Financial Distress (Y).

Hasil pengujian pada regresi logistik 1 menunjukkan terdapat 8 data yang mengalami outliers, data yang mengalami outliers adalah data yang memiliki nilai mahal atau data yang memiliki nilai mahal lebih dari 2.000. Maka dari 70 data yang ada tersisa 61 data yang dapat diolah. Pengujian regresi logistik 2 menunjukkan pada step 1 nilai -2 Log Likelihood 64,611 sedangkan pada awal (0) adalah 77,184, karena terjadi

regresi yang baik. Pada pengujian Homer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test yang menunjukkan kesesuaian antara klasifikasi yang diprediksi dengan yang diamati agar model dapat dikatakan fit. Nilai yang di dapat dalam pengujian pada step 1 adalah 9,755 dengan tingkat signifikan 0,283. Pengujian Nagelkerke R Square adalah nilai koefisien determinasi yang menunjukkan besarnya rasio likuiditas, profitabilitas, laverage, aktivitas dan pertumbuhan mempengaruhi Financial Distress (Y) sebesar 33,9%. Dari hasil pengujian yang dilakukan di simpulkan bahwa dari rasio likuiditas, profitabilitas, laverage, aktivitas dan pertumbuhan menunjukkan ketetapan model penelitian ini sebesar 70,5%.

4.4.1 Pr ediksi Cur r en Ratio terhadap Financial Distress

Current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhii kewajiban-kewajiban perusahaan. Rasio ini mengukur antara aktiva lancar dengan hutang jangka pendek. Hasil perhitungan rasio ini mengukur seberapa mampu perusahaan melunasi hutang lancar dengan aktiva lancar. Semakin tinggi aktiva lancar maka semakin baik perusahaaan dapat membayar hutang jangka pendek. Semakin tinggi nilainya maka aktiva perusahaan yang tinggi dan dapat untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu Rasio Likuiditas yaitu Curren Ratio (X1) tidak berpengaruh secara signifikan terhadapa Financial Distress (Y). Koefisien regresi current ratio adalah

-0,003 dengan tingkat signifikansi 0,287%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amilia dan Kristijadi (2003), dalam penelitian Almilia dan Kristijadi menyatakan bahwa Variabel Current Ratio signifikan pada tingkat 10%. Koefisien regresi untuk variabel Current Ratio sebesar -2.4471 dan bertanda negatif, yang menunjukkan bahwa variabel Current Ratio berpengaruh negatif terhadap Financial Distress suatu perusahaan. Current Ratio tidak mampu memprediksi pada Financial Distress, disebabkan karena total asset pada perusahaan. Sedangkan dalam penelitian Pattinasarany (2010) menyatakan bahwa Current Ratio berpengaruh terhadap Financial Distress dengan tingkat signifikan sebesar 0,049 dan

mempunyai nilai koefisien Regresi sebesar 0,683.

Pada penelitian ini current Ratio tidak mampu membedakan untuk memprediksi Financial Distress dikarenakan perusahaan membayar kewajibannya terutama utang jangka pendek (yang sudah jatuh tempo) tepat pada waktunya, dikarenakan perusahaan memiliki dana yang mencukupi. Dengan kata lain, perusahaan mampu memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun kepada pihak dalam perusahaan.

4.4.2 Pr ediksi Basic Ear ning Power Terhadap Financial Distress

Rasio ini digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan asset dan mengelola kegiatan operasional. Basic Earning

menghasilkan laba, dalam hubungannya dengan penjualan dan investasi. Dalam jangka panjang, perusahaan harus mampu menghasilkan keuntungan yang cukup agar dapat membayar kewajibannya. Semakin besar rasio ini menunjukkan bahwa semakin baik perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan. Sebaliknya semakin rendah rasio ini maka semakin buruk perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan.

Pada penelitian ini menyatakan bahwa rasio Basic Earning Power (X2) berpengaruh negatif terhadap Financial Distress (Y) dengan koefisien regresi –0,117 dengan signifikasi 0,015%. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian almilia dan kristijadi (2003) yang menyatakan bahwa Rasio Basic Earning Power tidak berpengaruh terhadap Financial Distress, tingkat signifikan yang diperoleh adalah 0,167% dengan tingkat signifikasi 0,05%. Hal ini menunjukkan nilai rasio Basic Earning Power yaitu laba oprasional dibanding total aktiva semakin tinggi, perusahaan akan cenderung mengalami Financial Distress karena laba oprasional yang tinggi menandakan biaya-biaya (ukuran efisiensi) perusahaan juga tinggi.

4.4.3 Pr ediksi Debt To Equity terhadap Financial Distress

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Rasio ini diukur dengan total hutang dibanding dengan total modal. Semakin tinggi resiko berarti total modal semakin

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio (X3) tidak berpengaruh pada Financial Distress (Y), dengan koefisien regresi -0,003 signifikansi yang digunakan 0,180%. hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nella (2009) yang menyatakan bahwa Variabel Debt to Equity Ratio mempunyai nilai signifikan 0,002% sedangkan tingkat signifikan yang digunakan sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pada perusahaan transportasi mampu untuk melunasi hutang jangka panjang yang terpenuhi dari total modal perusahaan, karena penggunaan Financial Laverage yang tinggi akan meningkatkan rentabilitas modal saham dengan cepat.

4.4.4 Pr ediksi Total Asset Trun Over terhadap Financial Distress

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar aktivitas aktiva yang digunakan pada perusahaan, Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya kelebihan dana yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Rasio ini di ukur dengan menggunakan penjualan dibadingkan dengan total aktiva, dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik.

Pada penelitian ini menyatakan bahwa Total Asset Trun Over tidak berpengaruh pada Financial Distress dengan koefisien regresi -0,006 dan nilai signifikansi 0,626%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nella (2009), dengan nilai signifikan 0,110%. Tingkat signifikan

yang digunakan 0,05% . Sehingga dari hasil penelitian Nella (2009) bahwa Total Asset Trun Over tidak berpengaruh terhadap Financial Distress.

Total Asset Trun Over tidak berpengaruh karena rasio ini cenderung stabil dan mengalami kenaikan, ini merupakan indikasi bahwa perusahaan beroperasi pada volume yang memadai bagi kapasitas investasinya dan mengalami kenaikan yang cukup besar berarti penggunaan aset yang efisien menyebabkan pengembalian dana dalam bentuk kas cepat, sehingga perusahaan tidak akan mengalami Financial Distress atau kesulitan Keuangan.

4.4.5 Pr ediksi Growth Sales Terhadap Financial Distress

Rasio ini digunakan untuk menunjukkan presentasi kenaikan penjualan tahun ini di bandingkan dengan tahun lalu. Semakin besar nilai variabel ini maka semakin baik perusahaan dalam meningkatkan laba penjualan. Berarti semakin besar rasio ini, maka semakin kecil bagi perusahaan untuk mengalami kondisi Financial Distress.

Dalam penelitian ini menyatakan bahwa Growth Sales tidak berpengaruh pada Financial Distress dengan koefisien regresi -0,003 dan nilai signifikansi 0,215%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pattinasarany (2010) yang menyatakan bahwa rasio pertumbuhan penjualan mempunyai nilai tingkat signifikan sebesar 0,982% dan mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,032%, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Financial Distress.

Tidak berpengaruhnya Growth sales terhadap financial distress, karena Growth sales yang diperoleh perusahaan relative stabil atau bahkan mengalami kenaikan setiap tahunnya, sehingga pihak investor akan mendapatkan dividend dan perusahaan mampu memperoleh laba penjualan per-tahun yang baik dan sedang tidak mengalami kesulitan keuangan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan penelitian sebagai berikut :

1. Perusahaan transportasi yang memiliki kemampuan membayar kewajiban jangka pendek, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun kepada pihak dalam perusahaan, ternyata tidak dapat untuk memprediksi perusahaan itu mengalami financial distress. 2. Pada perusahaan transportasi yang nilai rasio Basic Earning Power

yaitu laba oprasional dibanding total aktiva semakin tinggi tetapi justru menunjukkan bahwa perusahaan cenderung mengalami financial distress.

3. Perusahaan transportasi yang memiliki kemampuan membayar hutang jangka panjang yang terpenuhi dari total modal, ternyata tidak dapat memprediksi perusahaan itu mengalami financial distress.

4. Perputaran total aktiva pada perusahaan transportasi menghasilkan laba penjualan yang besar, ternyata juga tidak dapat memprediksi bahwa perusahaan mengalami financial distress.

5. Prosentase kenaikan penjualan perusahaan transportasi setiap tahun nya cenderung mengalami peningkatan, ternyata juga tidak dapat memprediksi financial distress.

5.2 Sar an

Beberapa saran yang dapat diberikan berkaitan dengan penelitia ini antara lain sebagai berikut :

1. Dalam memprediksi Financial Distress dapat menambahkan rasio keuangan yang lain, seperti rasio yang berasal dari neraca, laporan laba rugi dan arus kas.

2. Untuk penelitian lebih lanjut dapat menambahkan sampel dan pemilihan kategori perusahaan, sehingga nilai ketetapan overall persentage (ketepatan model penelitian) lebih besar.

3. Disarankan untuk penelitian selanjutnya menggunakan alat analisis yang lain seperti regresi berganda, analisis Anova, dan multinominal logit untuk mendapatkan hasil yang lebih bervariatif, sehingga lebih .mampu menjelaskan sebagai pemrediksi finansial distress

Dokumen terkait