• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Daerah Penelitian Keadaan Fisik dan Geografi

Desa Silando, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara berada pada ketinggian 1400 m diatas permukaan laut, keadaan suhu rata-rata 250 C, curah hujan rata-rata 900 mm/tahun dan memiliki luas 888 ha. Secara administratif, Desa Silando mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan : Hutaginjang Sebelah Selatan berbatasan dengan : Parik Sabungan Sebelah Barat berbatasan dengan : Bahalimbalo Sebelah Timur berbatasan dengan : Hutaginjang

Jarak dengan pusat pemerintahan kecamatan sejauh 18 km dan jarak dari pusat pemerintahan ibukota kabupaten sejauh 43 km.

Tata Guna Tanah

Penggunaan lahan di desa penelitian menurut fungsinya terdiri dari tanah sawah, tanah kering, bangun pekarangan dan lain-lain. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara ), 2008.

USU Repository © 2009

Tabel 4. Tata Guna Tanah di Desa Silando Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2007

No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1 Tanah Sawah 35 3,94

2 Tanah Kering 364 41

3 Bangun Pekarangan 13 1,46

4 Lain-lain 476 53,60

Jumlah 888 100

(Sumber : Kantor Kepala Desa Silando)

Dari Tabel 4 dapat dikemukakan bahwa penggunaan lahan di Desa Silando selain lebih banyak digunakan untuk keperluan lain juga lebih banyak digunakan untuk tanah kering. Sebagian besar penduduk desa ini bekerja sebagai petani sebagai mata pencaharian utama.

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Silando sebanyak 883 jiwa terdiri dari 456 orang laki-laki dan 427 orang perempuan dengan total keluarga 186 KK. Keadaan penduduk menurut kelompok dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Silando Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2007 Nomor Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0-7 212 24,01 2 7-15 186 21,06 3 16-19 223 25,25 4 20-40 145 16,42 6 >40 117 13,26 Jumlah 883 100

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara ), 2008.

USU Repository © 2009

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat pada kelompok umur 16-19 tahun yakni 223 jiwa dengan persentase sebesar 25,25 % dan yang terkecil adalah kelompok umur >40 tahun yakni 117 jiwa dengan persentase 13,26 %. Hal ini memberi indikasi bahwa ketersediaan tenaga kerja di Desa Silando relatif besar.

Keadaan penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini.

Tabel 6. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Silando Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2007

Nomor Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 30 3,40

4 Pedagang 20 2.27

5 Petani 823 93,20

6 Tukang 4 0,45

8 Jasa 6 0,68

Jumlah 883 100

(Sumber : Kantor Kepala Desa Silando)

Tabel 6 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk Desa Silando sebagian besar adalah petani yaitu sebesar 93,20 %.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Desa Silando dapat dilihat pada Tabel 7 berikut. Tabel 7. Sarana dan Prasarana di Desa Silando Kecamatan Muara

Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2007

Nomor Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit) 1 Sarana Pendidikan • SD 1 2 Sarana Komunikasi • Pesawat TV 44 3 Sarana Transportasi • Mopen • Mobil Gerobak • Sepeda Motor 2 1 14 4 Sarana Kesehatan

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara ), 2008.

USU Repository © 2009 • Polindes • Posyandu 1 1 5 Gereja 4

(Sumber : Kantor Kepala Desa Silando)

Dari keadaan sarana dan prasarana di Desa Silando maka dapat dilihat bahwa kebutuhan masyarakat masih belum dapat terpenuhi dengan baik seperti dibidang pendidikan, kesehatan dan perekonomian.

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel dalam penelitian ini terdiri dari tingkat pendidikan petani, tingkat kosmopolitan, lamanya bertani, frekuensi mengikuti penyuluhan, harga pupuk kimia dan total pendapatan petani yang memakai kompos dan yang tidak memakai kompos. Karakteristik dari kedua sistem penggunaan pupuk tersebut dapat dilihat pada Tabel 8 dibawah ini.

Tabel 8. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Kentang di Desa Silando Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2007

No Karakteristik Rata-rata Rentang Pemakai Kompos Tidak Pemakai Kompos Pemakai Kompos Tidak Pemakai Kompos 1 Tingkat Pendidikan 9,80 10,40 6-12 6-12 2 Tingkat Kosmopolitan 34,80 29,27 17-47 14-45 3 Lama Bertani 15,53 8,83 4-30 2-40 4 Frekuensi Mengikuti Penyuluhan 25,27 20,73 16-30 10-30

5 Harga Pupuk Kimia 716.400 860.666,67 554.000-924.000 634.000-1.060.000 6 Total Pendapatan 24.727.993.33 14.439.253.33 21.210.000-27.471.500 12.340.000-18.177.600

(Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1) a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usahatani. Pendidikan formal juga sangat erat kaitannya dengan kemampuan

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara ), 2008.

USU Repository © 2009

petani dalam hal menerima dan menyerap teknologi dan informasi untuk mengoptimalkan usahataninya. Dari tabel 7 diketahui bahwa rentang tingkat pendidikan formal antara petani yang menggunakan kompos dan petani yang tidak menggunakan kompos adalah sama yaitu antara 6-12 tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa dari kedua jenis sampel memiliki rentang tingkat pendidikan yang sama tetapi berbeda pada rata-rata pendidikannya.

b. Tingkat Kosmopolitan

Petani yang memiliki kemauan untuk mengetahui informasi dari surat kabar, majalah, siaran radio, TV dan buku-buku pertanian, akan lebih mudah dalam menerapkan informasi baru. Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat kosmopolitan petani yang memakai kompos adalah 34,80 dengan rentang 17-47. Sedangkan rata-rata tingkat kosmopolitan petani yang tidak memakai kompos adalah 29,27 dengan rentang 14-45. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kosmopolitan petani sampel yang memakai kompos lebih tinggi dibandingkan dengan petani sampel yang tidak menggunakan kompos.

c. Lama Bertani

Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan usahatani adalah lama bertani. Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata lama bertani petani sampel yang memakai kompos adalah 15,53 tahun dengan rentang 4-30 tahun. Sedangkan rata-rata lama bertani petani sampel yang tidak memakai kompos adalah 8,83 tahun dengan rentang 2-40 tahun. Sehingga dapat dikatakan bahwa lama bertani petani sampel yang memakai kompos lebih lama dan lebih

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara ), 2008.

USU Repository © 2009

banyak dibandingkan dengan lama bertani petani sampel yang tidak menggunakan kompos.

d. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan

Penyuluhan pertanian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk membantu petani beserta anggota keluarganya yaitu memperbaiki cara dan teknik berusahatani sehingga pendapatan petani meningkat. Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata frekuensi mengikuti penyuluhan petani sampel yang memakai kompos adalah 25,27 dengan rentang 16-30. Sedangkan rata-rata frekuensi mengikuti penyuluhan petani sampel yang tidak memakai kompos adalah 20,73 dengan rentang 10-30. Sehingga dapat dikatakan bahwa frekuensi mengikuti penyuluhan petani sampel yang memakai kompos lebih tinggi dibandingkan dengan frekuensi mengikuti penyuluhan petani sampel yang tidak menggunakan kompos.

e. Harga Pupuk Kimia

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata harga pupuk kimia yang digunakan petani sampel yang memakai kompos adalah Rp 716.400 dengan rentang Rp 554.000-924.000. Sedangkan rata-rata harga pupuk kimia yang digunakan petani sampel yang tidak memakai kompos adalah Rp 860.666,67 dengan rentang Rp 634.000-1.060.000. Sehingga dapat dikatakan bahwa harga pupuk kimia yang digunakan petani sampel yang memakai kompos lebih rendah dibandingkan dengan frekuensi mengikuti penyuluhan petani sampel yang tidak menggunakan kompos.

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara ), 2008.

USU Repository © 2009

f. Total Pendapatan

Pendapatan yang diperoleh petani akan mempengaruhi petani dalam mengelola usahataninya. Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan petani sampel yang memakai kompos adalah Rp 24.727.993.33 dengan rentang Rp 21.210.000 - 27.471.500. Sedangkan rata-rata pendapatan petani sampel yang tidak memakai kompos adalah Rp 14.439.253.33dengan rentang Rp 12.340.000 -18.177.600. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendapatan petani sampel yang memakai kompos lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan petani sampel yang tidak menggunakan kompos.

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara ), 2008.

USU Repository © 2009

BAB V

Dokumen terkait