• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Jumlah atau Persentase Petani Kentang yang Menggunakan Kompos Selama Tiga Tahun Terakhir

Selama tiga tahun terakhir pelaksanaan penyuluhan pertanian terutama dalam hal pembuatan kompos berjalan dengan baik. Tetapi pada satu tahun terakhir terdapat penurunan jumlah petani kentang yang menggunakan kompos. Perkembangan jumlah petani kentang yang memakai kompos selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Jumlah Petani Kentang Pemakai Kompos di Desa Silando Selama Tiga Tahun Terakhir

No Uraian 2004 2005 2006 1 • Petani Pemakai Kompos • % Penurunan 72 KK - 72 KK - 56 KK 22 % (Sumber : PPL Desa Silando)

Dari Tabel 9 dapat dilihat jumlah petani kentang pemakai kompos dan persentase penurunannya selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2004 semua petani kentang yang ada di Desa Silando telah menggunakan kompos pada usahataninya yaitu sebanyak 72 KK. Demikian juga pada tahun 2005, tidak ada penurunan jumlah petani kentang yang memakai kompos. Tetapi pada tahun 2006, terjadi penurunan jumlah petani kentang yang memakai kompos yaitu dari 72 KK menjadi 56 KK, dengan persentase penurunan sebesar 22 %. Hal ini disebabkan

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara ), 2008.

USU Repository © 2009

karena kurangnya modal petani dalam membeli kompos. Pada usahatani kentang yang diusahakan petani sampel di daerah penelitian, jumlah pemakaian pupuk kompos lebih besar dibandingkan jumlah pemakaian pupuk kimia. Oleh sebab itu, petani harus mengeluarkan sejumlah besar uang untuk membeli pupuk tersebut. Walaupun petani percaya dan telah membuktikan bahwa pemakaian pupuk kompos pada usahatani dan pengurangan pupuk kimia dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, mereka tetap saja berada pada pendiriannya untuk tidak memakai kompos. Pupuk kompos yang selama ini digunakan diganti menjadi pemakaian pupuk kimia tetapi dengan menambah porsi pupuk kimia tersebut.

Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos di Desa Silando

Sikap petani kentang terhadap teknologi pembuatan kompos diketahui dengan melihat jawaban-jawaban petani kentang terhadap pernyataan-pernyataan yang diberikan. Pernyataan ini dibagi kedalam 15 pernyataan positif dan 15 pernyataan negatif. Sikap dalam hal ini merupakan suatu respon dalam wujud suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap petani bisa berupa positif dan negatif. Untuk pernyataan positif, jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 0, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 1, Ragu-Ragu (R) diberi nilai 2, Setuju (S) diberi nilai 3 dan Sangat Setuju (SS) diberi nilai 4. Demikian sebaliknya untuk pernyataan negatif, jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 4, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 3, Ragu-Ragu (R) diberi nilai 2, Setuju (S) diberi nilai 1 dan Sangat Setuju (SS) diberi nilai 0. Dari jawaban setiap pernyataan akan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi setiap kategori, kemudian secara

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara ), 2008.

USU Repository © 2009

kumulatif dilihat deviasinya menurut deviasi normal, sehingga diperoleh skor (nilai skala untuk masing-masing kategori jawaban), kemudian skor terhadap masing-masing pernyataan dijumlahkan.

Interpretasi terhadap skor masing-masing responden dilakukan dengan mengubah skor tersebut kedalam skor standart yang mana dalam hal ini digunakan model Skala Likert (Skor T). Dengan mengubah skor pada skala sikap menjadi skor T menyebabkan skor ini mengikuti distribusi skor yang mempunyai mean sebesar T=50 dan standart deviasi S=10. Sehingga apabila skor standart > 50, berarti mempunyai sikap yang positif. Jika skor standart ≤ 50, berarti mempunyai sikap negatif.

Sikap petani kentang terhadap teknologi pembuatan kompos di Desa Silando dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos di Desa Silando

No Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Positif 21 70

2 Negatif 9 30

Jumlah 30 100

(Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 7)

Berdasarkan Tabel 10 dapat dikemukakan bahwa dari 30 petani sampel, jumlah petani kentang yang menyatakan sikap positif terhadap teknologi pembuatan kompos sebanyak 21 orang (70 %) dan menyatakan sikap negatif sebanyak 9 orang (30 %). Mayoritas sikap petani kentang adalah positif. Dengan demikian hipotesis dua yang menyatakan bahwa sikap petani kentang positif terhadap teknologi pembuatan kompos dapat diterima.

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara ), 2008.

USU Repository © 2009

Hubungan Karakteristik Sosial Dengan Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos

Faktor sosial ekonomi yang diduga berhubungan dengan sikap petani adalah tingkat pendidikan, tingkat kosmopolitan, lamanya bertani, frekuensi mengikuti penyuluhan, harga pupuk kimia dan total pendapatan.

Untuk mengetahui hubungan faktor sosial ekonomi petani kentang dengan sikapnya terhadap teknologi pembuatan kompos maka dianalisis dengan

menggunakan analisis koefisien korelasi Rank Spearman dengan nilai = 0,05

dan n = 30.

Hubungan Tingkat Pendidikan Petani Kentang Dengan Sikapnya Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos

Cara berpikir seseorang akan dipengaruhi tingkat pendidikan yang dimilikinya dalam melakukan suatu aktifitas dalam kehidupannya sehari-hari. Demikian dengan petani kentang (sampel) ternyata 16,7 % berpendidikan SD, 30 % berpendidikan SMP dan 53,3 % berpendidikan SMA. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap petani terhadap teknologi pembuatan kompos dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.

Tabel 11. Hubungan Tingkat Pendidikan Petani Kentang dengan Sikapnya Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos

No Tingkat Pendidikan Sikap Petani Kentang Total Positif Negatif

1 0-6 4 (13,3) 1 (3,3) 5 (16,7)

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara ), 2008.

USU Repository © 2009

3 10-12 10 (33,3) 6 (20) 16 (53,3)

Jumlah 21 (69,9) 9 (30) 30 (100) (Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 8)

Tabel 11 menunjukkan 16 (53,3 %) orang petani sampel berpendidikan SMA (12 tahun) terdapat 10 (33,3 %) orang yang bersikap positif dan 6 (20 %) orang bersikap negatif. Petani sampel yang tingkat pendidikannya SD terdapat 4 (13,3 %) orang yang bersikap positif dan 1 (3,3 %) bersikap negatif. Sementara petani sampel yang tingkat pendidikannya SMP dominan bersifat positif (23,3 %).

Untuk melihat erat tidaknya hubungan tingkat pendidikan dengan sikapnya terhadap teknologi pembuatan kompos maka dianalisis dengan menggunakan

Korelasi Rank Spearman. Dari hasil analisis diperoleh rs = 0,085 dan thitung = 0,454 serta ttabel = 2,048. Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Hal ini

berarti H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan sikap petani terhadap teknologi pembuatan kompos.. Ini disebabkan karena tingkat pendidikan yang dimiliki petani adalah pendidikan formal yang tidak ada kaitannya dengan usahatani kentang yang dikelolanya.

Hubungan Tingkat Kosmopolitan Petani Kentang Dengan Sikapnya Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos

Tingkat keterbukaan petani terhadap dunia luar yang diukur berdasarkan banyaknya jenis buku/majalah/koran yang dibaca petani, mengikuti siaran radio dan televisi dibidang pertanian dan banyaknya melakukan perjalanan keluar dari desa tempat tinggalnya sehubungan dengan usahataninya, merupakan tingkat kosmopolitan petani yang berhubungan dengan sikap petani terhadap teknologi pembuatan kompos.

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara ), 2008.

USU Repository © 2009

Hubungan tingkat kosmopolitan dengan sikap petani terhadap teknologi pembuatan kompos dapat ditunjukkan melalui perhitungan skor yang diperoleh dari 18 parameter. Setiap parameter skor terendah adalah 0 dan yang tertinggi adalah 4. Skor terendah untuk seluruh parameter adalah 0 dan yang tertinggi adalah 72. Tingkat kosmopolitan tersebut menggunakan tiga kriteria yaitu :

• Kriteria rendah dengan skor 0-23 • Kriteria sedang dengan skor 24-48 • Kriteria tinggi dengan skor 49-72

Untuk melihat hubungan faktor tingkat kosmopolitan dengan sikap petani terhadap teknologi pembuatan kompos dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.

Tabel 12. Hubungan Tingkat Kosmopolitan Petani Kentang dengan Sikapnya Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos

No Tingkat Kosmopolitan

Sikap Petani Kentang

Total Positif Negatif 1 0-23 (Rendah) 3 (10) 4 (13,3) 7 (23,3) 2 24-48 (Sedang) 18 (60) 5 (16,7) 23 (76,7) 3 49-72 (Tinggi) 0 (0) 0 (0) 0 (0) Jumlah 21 (70) 9 (30) 30 (100) (Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 10)

Tabel 12 menunjukkan tidak ada petani kentang yang memiliki tingkat kosmopolitan yang tinggi. Pada tabel 10 menjelaskan bahwa 23 (76,7 %) orang petani sampel yang memiliki tingkat kosmopolitan sedang terdapat 18 (60 %) orang yang bersikap positif dan 5 (16,7 %) orang bersikap negatif. Petani sampel yang tingkat kosmopolitannya rendah terdapat 3 (10 %) orang yang bersikap positif dan 4 (13,3 %) orang bersikap negatif.

Untuk melihat erat tidaknya hubungan tingkat kosmopolitan dengan sikapnya terhadap teknologi pembuatan kompos maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman. Dari hasil analisis diperoleh rs = 0,693

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara ), 2008.

USU Repository © 2009

dan thitung = 5,098 serta ttabel = 2,048. Data ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel. Hal ini berarti H1 diterima dan H0 ditolak, artinya ada hubungan tingkat kosmopolitan dengan sikap petani terhadap teknologi pembuatan kompos. Hal ini menunjukkan bahwa kemauan petani untuk mengetahui informasi dari berbagai media (surat kabar, majalah, radio, TV) dan seringnya melakukan perjalanan keluar daerah baik dalam hubungannya dengan pengelolaan usahatani ataupun tidak akan sangat mempengaruhi petani dalam menerapkan teknologi baru.

Hubungan Lama Bertani Petani Kentang Dengan Sikapnya Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos

Setiap orang belajar dari pengalaman tanpa menerima pengajaran secara formil. Pengalaman bertani tentu saja menambah wawasan petani dalam berusahatani dengan baik. Untuk mengetahui hubungan antara lama bertani dengan sikap petani terhadap teknologi pembuatan kompos dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.

Tabel 13. Hubungan Lama Bertani Petani Kentang dengan Sikapnya Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos

No Lama Bertani Sikap Petani Kentang Total Positif Negatif

1 2-14 10 (33,3) 9 (30) 19 (63,3)

2 15-27 8 (26,7) 0 (0) 8 (26,7)

3 28-40 3 (10) 0 (0) 3 (10)

Jumlah 21 (70) 9 (30) 30 (100) (Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 9)

Untuk melihat erat tidaknya hubungan lama bertani dengan sikapnya terhadap teknologi pembuatan kompos maka dianalisis dengan menggunakan

Korelasi Rank Spearman. Dari hasil analisis diperoleh rs = 0,312 dan thitung = 1,994 serta ttabel = 2,048. Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Hal ini

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara ), 2008.

USU Repository © 2009

berarti H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan lama bertani dengan sikap petani terhadap teknologi pembuatan kompos.

Hubungan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Petani Kentang Dengan Sikapnya Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos

Penyuluhan pertanian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk membantu petani beserta anggota keluarganya yaitu memperbaiki cara dan teknik berusahatani sehingga pendapatan petani meningkat. Hubungan frekuensi mengikuti penyuluhan dengan sikap petani terhadap teknologi pembuatan kompos dapat ditunjukkan melalui perhitungan skor yang diperoleh dari 10 parameter. Setiap parameter skor terendah adalah 1 dan yang tertinggi adalah 4. Skor terendah untuk seluruh parameter adalah 10 dan yang tertinggi adalah 30. Frekuensi mengikuti penyuluhan petani tersebut menggunakan tiga kriteria yaitu :

• Kriteria rendah dengan skor 10-16 • Kriteria sedang dengan skor 17-23 • Kriteria tinggi dengan skor 24-30

Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi mengikuti penyuluhan dengan sikap petani terhadap teknologi pembuatan kompos dapat dilihat pada Tabel 14 berikut.

Tabel 14. Hubungan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Petani Kentang dengan Sikapnya Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos

No Frekuensi Mengikuti

Penyuluhan

Sikap Petani Kentang

Total Positif Negatif 1 10-16 (Rendah) 1 (3,3) 5 (16,7) 6 (20) 2 17-23 (Sedang) 3 (10) 4 (13,3) 7 (23,3) 3 24-30 (Tinggi) 16 (53,3) 1 (3,3) 17 (56,7) Jumlah 20 (66,7) 10 (33,3) 30 (100) (Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 11)

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara ), 2008.

USU Repository © 2009

Untuk melihat erat tidaknya hubungan frekuensi mengikuti penyuluhan dengan sikapnya terhadap teknologi pembuatan kompos maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman. Dari hasil analisis diperoleh rs = 0,673 dan thitung = 4,823 serta ttabel = 2,048. Data ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel. Hal ini berarti H1 diterima dan H0 ditolak, artinya ada hubungan frekuensi mengikuti penyuluhan dengan sikap petani terhadap teknologi pembuatan kompos.

Data ini menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan pertanian secara rutin, terpadu dan berkesinambungan akan dapat membantu petani dalam mengadopsi suatu teknologi yang diberikan. Pemanfaatan teknologi tersebut dapat meningkatkan produktivitas, produksi dan akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani dan anggota keluarganya.

Hubungan Harga Pupuk Kimia Dengan Sikapnya Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos

Harga pupuk kimia berhubungan dengan sikap petani terhadap teknologi pembuatan kompos. Hubungan harga pupuk kimia dengan sikap petani terhadap teknologi pembuatan kompos dapat ditunjukkan melalui penjumlahan harga pupuk kimia yang digunakan petani dalam usahataninya. Untuk mengetahui hubungan antara harga pupuk kimia dengan sikap petani terhadap teknologi pembuatan kompos dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.

Tabel 15. Hubungan Harga Pupuk Kimia dengan Sikapnya Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos

No Harga Pupuk Kimia Sikap Petani Kentang Total Positif Negatif

1 Rp 554.000-723.000 10 (33,3) 2 (6,7) 40 2 Rp 723.000-892.000 7 (23,3) 2 (6,7) 30

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara ), 2008.

USU Repository © 2009

3 Rp 892.000-1.060.000 4 (13,3) 5 (16,7) 30 Jumlah 21 (69,9) 9 (30,1) 30 (100) (Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 12)

Untuk melihat erat tidaknya hubungan harga pupuk kimia dengan sikapnya terhadap teknologi pembuatan kompos maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman. Dari hasil analisis diperoleh rs = 0,125 dan thitung = 0,669 serta ttabel = 2,048. Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan harga pupuk kimia dengan sikap petani terhadap teknologi pembuatan kompos. Hal ini disebabkan karena harga pupuk kimia dipasaran relatif stabil sehingga tidak menyusahkan petani.

Hubungan Total Pendapatan Dengan Sikapnya Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos

Petani yang memiliki tingkat pendapatan usahataninya tinggi akan berusaha lagi mencari informasi dan melakukan inovasi baru agar produksi usahataninya lebih meningkat. Dan petani yang pendapatan usahataninya rendah akan lebih sulit dalam menerapkan inovasi baru. Tingkat pendapatan petani dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :

• Pendapatan Rendah : Rp 12.340.000-17.383.800 • Pendapatan Sedang : Rp 17.383.800-22.427.600 • Pendapatan Tinggi :Rp 22.427.600-27.471.500

Untuk mengetahui hubungan antara total pendapatan dengan sikap petani terhadap teknologi pembuatan kompos dapat dilihat pada Tabel 16 berikut.

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara ), 2008.

USU Repository © 2009

Tabel 16. Hubungan Total Pendapatan dengan Sikapnya Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos

No Total Pendapatan Sikap Petani Kentang Total Positif Negatif

1 Rp 12.340.000-17.383.800 4 (13,3) 9 (30) 13 (43,3) 2 Rp 17.383.800-22.427.600 4 (13,3) 0 (0) 4 (13,3) 3 Rp 22.427.600-27.471.500 13 (43,3) 0(0) 13 (43,3)

Jumlah 21 (70) 9 (30) 30 (100) (Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 13)

Untuk melihat erat tidaknya hubungan total pendapatan dengan sikapnya terhadap teknologi pembuatan kompos maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman. Dari hasil analisis diperoleh rs = 0,559 dan thitung = 3,573 serta ttabel = 2,048. Data ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel. Hal ini berarti H1 diterima dan H0 ditolak, artinya ada hubungan total pendapatan dengan sikap petani terhadap teknologi pembuatan kompos.

Biaya Produksi Usahatani Kentang Petani Pemakai Kompos dan Tidak Pemakai Kompos

Dalam menjalankan usahatani sampai menghasilkan suatu produk, petani tidak lepas dari biaya-biaya yang dikeluarkan. Seorang petani akan selalu berpikir bagaimana mengalokasikan sarana produksi untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal sehingga keuntungan yang diperoleh lebih besar. Usahatani kentang pada petani yang tidak menggunakan kompos meminimalisasi biaya pada pemakaian pupuk kompos sedangkan petani pengguna kompos meminimalisasi biaya pada pemakaian pupuk kimia. Berikut ini adalah Table 17 yaitu rata-rata

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara ), 2008.

USU Repository © 2009

biaya input produksi, biaya penyusutan dan total biaya produksi per Ha untuk usahatani kentang antara pemakai dan tidak pemakai kompos.

Tabel 17. Rata-rata Total Biaya Produksi Per Ha Usahatani Kentang Pemakai Kompos dan Tidak Pemakai Kompos

No Keterangan Pemakai Kompos

Tidak Pemakai Kompos 1 Rata-rata Biaya Input Produksi (Rp/Ha) 14.354.133,33 8.994.000,00 2 Rata-rata Biaya Penyusutan (Rp/Ha) 377.873,33 413.746,67 3 Rata-rata Biaya Tenaga Kerja 14.732.006,67 9.407.746,67 Rata-rata Total Biaya Produksi (Rp/Ha) 29.464.013,33 18.815.493,33 (Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 28)

Dari Tabel 17 diatas dapat dilihat dengan jelas perbedaan rata-rata total biaya produksi (input) per Ha usahatani kentang antara pemakai dan tidak pemakai kompos. Rata-rata biaya input produksi per Ha usahatani kentang pemakai kompos adalah Rp 14.354.133,33/Ha sedangkan tidak pemakai kompos adalah Rp 8.994.000,00/Ha. Untuk rata-rata biaya penyusutan per Ha usahatani kentang pemakai kompos adalah Rp 377.873,33 sedangkan tidak pemakai kompos adalah Rp 413.746,67. Untuk rata-rata biaya tenaga kerja per Ha usahatani kentang pemakai kompos adalah Rp 14.732.006,67 sedangkan tidak pemakai kompos adalah Rp 9.407.746,67. Maka rata-rata total biaya produksi per Ha usahatani kentang pemakai kompos adalah Rp 29.464.013,33 sedangkan tidak pemakai kompos adalah Rp 18.815.493,33. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata total biaya produksi terbesar terdapat pada usahatani kentang petani pemakai kompos.

Perbedaan dari biaya produksi ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara ), 2008.

USU Repository © 2009

1) Perbedaan penggunaan jenis dan harga input, seperti benih, tenaga kerja, pupuk, insektisida dan herbisida.

2) Perbedaan penggunaan dan harga alat-alat usahatani, seperti nilai penyusutan dari setiap alat.

Perbedaan dari biaya produksi tersebut yang paling berpengaruh adalah karena penggunaan pupuk. Petani yang menggunakan kompos mengeluarkan biaya produksi yang lebih tinggi dibandingkan petani yang hanya menggunakan pupuk kimia.

Analisis Perbedaan Biaya Produksi Usahatani Kentang Petani Pemakai Kompos dan Tidak Pemakai Kompos

Untuk menganalisis perbedaan biaya produksi usahatani kentang petani pemakai kompos dan tidak pemakai kompos dilakukan dengan analisis uji beda rata-rata, dimana rata-rata biaya produksi dikonversikan per Ha dari setiap sampel kemudian diuji beda rata-rata (t-test), dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 18. Analisis Uji Beda Rata-rata Biaya Produksi Per Ha Usahatani Kentang Pemakai Kompos dan Tidak Pemakai Kompos

Jenis Pemakai Teknologi Jumlah Sampel Rata-rata Total Biaya Produksi per Ha (Rp/Ha) Pemakai Kompos 15 29.464.013,33 Tidak Pemakai Kompos 15 18.815.493,33 t-hitung = 6,342

t-tabel = 2,048 = 0,05

(Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 28)

Berdasarkan analisis uji beda rata-rata biaya produksi per Ha usahatani kentang petani pemakai kompos dan tidak pemakai kompos diperoleh t-hitung = 6,342 dan t-tabel = 2,048 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Secara nominal diketahui biaya produksi usahatani kentang pemakai kompos lebih tinggi daripada

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara ), 2008.

USU Repository © 2009

tidak pemakai kompos dan secara uji statistik perbedaan biaya produksi itu nyata. Dengan demikian berarti ada perbedaan nyata biaya produksi antara usahatani kentang petani pemakai kompos dan tidak pemakai kompos.

Produktivitas Usahatani Kentang Petani Pemakai Kompos dan Tidak Pemakai Kompos

Nilai produksi yang diperoleh petani dapat dikatakan baik jika tingkat dari produktivitas yang dicapai petani tinggi. Nilai produktivitas diperoleh dari pembagian antara produksi dengan luas lahan yang dikelola untuk komoditi tersebut.

Didaerah penelitian untuk kedua jenis sampel yaitu pemakai dan tidak pemakai kompos, perbedaan mendasar dari pengelolaan usahataninya terdapat pada pemakaian pupuk. Untuk jenis sampel yang memakai kompos, maka pemakaian pupuk kimia dikurangi, tetapi untuk jenis sampel yang tidak memakai kompos, pemakaian pupuk kimia menjadi bertambah dari ukuran seharusnya.

Berikut adalah nilai rata-rata produksi dan produktivitas untuk masing-masing usahatani kentang pemakai kompos dan tidak pemakai kompos didaerah penelitian.

Tabel 19. Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Usahatani Kentang Pemakai Kompos dan Tidak Pemakai Kompos

No Keterangan Pemakai Kompos Tidak Pemakai Kompos 1 Rata-rata Produksi (Ton) 13,15 7,94 2 Rata-rata Luas Lahan (Ha) 0,5 0,5 3 Produktivitas (Ton/Ha) 26,30 15,89 (Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 29)

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara ), 2008.

USU Repository © 2009

Dari Tabel 19 diatas dapat dilihat bahwa total produksi usahatani kentang pemakai kompos adalah sebesar 197,3 ton sedangkan tidak pemakai kompos adalah 119,23 ton. Dari Tabel 19 tersebut juga dapat dilihat bahwa produktivitas usahatani kentang pemakai kompos adalah sebesar 26,30 ton/ha sedangkan tidak pemakai kompos adalah 15,89 ton/ha, sehingga selisih antara kedua jenis sampel tersebut adalah 10,41 ton/ha.

Perbedaan produktivitas hasil usahatani kentang ini salah satu faktornya disebabkan oleh perbedaan pemakaian pupuk pada usahatani. Pemakaian pupuk kompos dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas kentang. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Siagian (2006) yang menyatakan kompos yang dapat memperbaiki sifat fisik tanah sehingga menjadi gembur dan juga dapat memperbaiki sifat biologi tanah yang selanjutnya membantu memperbaiki kesuburan tanah. Resultante dari perbaikan tersebut akan meningkatkan produksi tanaman yang diusahakan baik secara kuantitas maupun kualitas, sehingga usahatani yang dilakukan menjadi menguntungkan. Sedangkan pada usahatani kentang yang tidak menggunakan kompos, produksi yang dihasilkan akan berkurang. Hal ini disebabkan karena pemakaian pupuk kimia yang besar sehingga mengakibatkan kuantitas produksi kentang turun sampai 40 % dan juga kualitas yang dihasilkan tidak sebaik produksi kentang yang menggunakan kompos.

Analisis Perbedaan Produktivitas Usahatani Kentang Petani Pemakai Kompos dan Tidak Pemakai Kompos

Untuk menganalisis perbedaan produktivitas yang diperoleh usahatani kentang petani pemakai kompos dan tidak pemakai kompos dilakukan dengan

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara ), 2008.

USU Repository © 2009

analisis uji beda rata-rata. Uji beda rata-rata produktivitas dapat dilihat pada Tabel 20 berikut.

Tabel 20. Analisis Uji Beda Rata-rata Produktivitas Usahatani Kentang Pemakai Kompos dan Tidak Pemakai Kompos

Jenis Pemakai Teknologi Jumlah Sampel Rata-rata Produktivitas

Pemakai Kompos 15 26,30

Tidak Pemakai Kompos 15 15,89 t-hitung = 11,100

t-tabel = 2,048 = 0,05

(Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 28)

Berdasarkan analisis uji beda rata-rata produktivitas usahatani kentang petani pemakai kompos dan tidak pemakai kompos diperoleh t-hitung = 11,100 dan t-tabel = 2,048 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Secara nominal diketahui produktivitas usahatani kentang pemakai kompos lebih tinggi daripada tidak pemakai kompos dan secara uji statistik perbedaan produktivitas itu nyata. Dengan demikian berarti ada perbedaan nyata produktivitas antara usahatani kentang petani pemakai kompos dan tidak pemakai kompos. Sehingga hipotesis 4 yang menyatakan ada perbedaan produktivitas antara petani kentang yang menggunakan kompos dan yang tidak menggunakan kompos didaerah penelitian diterima.

Pendapatan Usahatani Kentang Petani Pemakai Kompos dan Tidak Pemakai Kompos

Usahatani kentang membutuhkan berbagai macam biaya namun akan memberikan suatu pendapatan yang akan diperoleh petani itu sendiri. Untuk

Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos (Studi Kasus : Desa Silando, Kec.

Dokumen terkait