• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Deskripsi data ini berisi tentang penjelasan kegiatan pelaksanaan penelitian yang dilakukan sebanyak 2 siklus. Adapun kegiatan pada penelitian tindakan kelas ini berawal dari kegiatan penelitian pendahuluan, perencanaan, pelaksanaan penelitian, tahap observasi atau pengamatan, dan refleksi. Berikut penjelasan secara rincinya mengenai tahap-tahap pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini.

1. Penelitian Pendahuluan

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di MI Mathlaul Anwar Benda Baru-Pamulang. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan kegiatan pra penelitian dengan melakukan observasi langsung ke sekolah tempat meneliti. Kegiatan ini merupakan langkah awal yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas. Dalam kegiatan pra penelitian, peneliti melakukan wawancara dengan guru matematika kelas IV, melakukan pengamatan aktivitas belajar mengajar di kelas, dan mendiskusikan pendekatan CTL yang akan digunakan dalam penelitian dengan guru, serta melakukan persiapan-persiapan yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara tersebut, diperoleh informasi bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar matematika di kelas adalah dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saja. Guru merasa kesulitan untuk menggunakan metode lain dikarenakan kurangnya pengetahuan guru akan metode-metode baru yang inovatif, selain itu juga guru beranggapan bahwa metode-metode tersebut hanya mempersulit dan membutuhkan persiapan yang banyak.

Kurangnya penggunaan media pembelajaran dan alat peraga pun membuat pembelajaran di kelas menjadi membosankan. Implikasinya adalah siswa menjadi kurang berpatisipasi aktif dalam kegiatan belajar-mengajar, kebanyakan dari siswa tersebut acuh bahkan sulit diatur dan tidak mau mendengarkan penjelasan yang sedang disampaikan oleh guru.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru matematika, ditentukan kelas IV sebagai kelas yang cocok untuk dilakukan penelitian tindakan kelas, terkait dengan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika yang dianggap masih rendah. Selain itu, pada penelitian pendahuluan ini peneliti melakukan tes uji validitas pada siswa yang sebelumnya sudah pernah mempelajari materi FPB dan KPK yaitu siswa kelas 5 di sekolah tersebut. Tujuannya adalah agar soal-soal yang nanti akan diujikan pada tes siklus dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dianalisis soal-soal mana saja yang sesuai atau valid dengan tingkat kemampuan siswa.

2. Penelitian Siklus I

Tindakan pembelajaran siklus I merupakan tindakan awal yang sangat penting, hal ini dikarenakan analisis dari hasil tindakan pembelajaran ini akan dijadikan sebagai refleksi bagi peneliti pada tindakan pembelajaran selanjutnya. Kegiatan penelitian pada siklus I dilaksanakan empat kali pertemuan, setiap pertemuannya 2x35 menit (2 jam pembelajaran). Adapun tahap pada siklus I adalah sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan segala hal yang akan dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini, diantaranya membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi FPB dan KPK, mempersiapkan LKS sebagai alat evaluasi, media atau alat peraga yang akan

digunakan sebagai pembantu dalam menyampaikan materi, dan

sebagai acuan pedoman penilaian aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan siklus I ini terdiri dari 4 kali pertemuan dengan alokasi waktu (2x35 menit) pada setiap pertemuan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dapat dilihat pada lampiran. Adapun uraian proses pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama ini dilaksanakan pada hari Senin, 1 September

2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dimulai pada pukul 07.30 sampai dengan pukul 08.40.

Pokok bahasan yang disampaikan adalah mengidentifikasi kelipatan suatu bilangan dengan menggunakan garis bilangan. Pada pertemuan pertama ini seluruh siswa yang hadir berjumlah 35 siswa.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pelajaran, mengkondisikan kelas, kemudian melakukan apersepsi dengan cara mengajukan pertanyaan kepada siswa hal yang berkaitan konsep kelipatan. Peneliti memulai dengan pertanyaan “Jika sebuah toko grosir pakaian memberikan bonus sebuah kaos untuk setiap pembelian 4 kaos atau kelipatannya, maka berapa sajakah jumlah kaos yang harus dibeli agar

mendapatkan bonus?”. Ketika peneliti mengajukan pertanyaan seperti itu, awalnya tidak ada seorangpun yang berani menjawab. Tetapi, setelah peneliti meminta, dan mengulang pertanyaannya kembali, akhirnya ada seorang siswa yang menjawab “Saya tahu bu, caranya dengan mencari

kelipatan 4”. Peneliti menjawab “Ya, betul sekali agar pembeli mendapatkan bonus, maka pembeli harus membeli baju tersebut sejumlah

dengan kelipatan 4”.

Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran, peneliti menerapkan pendekatan CTL dengan terlebih dahulu mengelompokkan siswa dan

dengan menggunakan media atau alat peraga, bisa juga dengan pendemonstrasian guru atau siswa di depan kelas. Ketika guru meminta seorang siswa untuk maju ke depan kelas, tidak banyak dari siswa yang mau. Hanya sekitar 5 orang siswa saja yang berani mengacungkan jarinya untuk maju ke depan kelas.

Selanjutnya setelah peneliti menjelaskan sekilas tentang kelipatan, untuk memperkuat pemahaman siswa, peneliti membagikan lembar permasalahan yang berkaitan dengan materi kelipatan pada tiap kelompok. Hal ini dimaksudkan agar siswa belajar untuk membangun pengetahuannya sendiri dan dapat bertukar pikiran oleh temannya yang lain. Dalam pendekatan CTL, kegiatan belajar siswa dengan menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya disebut inkuiri dan konstruktivisme. Ketika siswa sedang mengerjakan lembar permasalahan, peneliti berkeliling mengamati pekerjaan siswa. Pada saat diskusi ini, masih banyak siswa yang hanya menghandalkan salah satu temannya yang pintar saja dan ada pula siswa yang berjalan-jalan keliling kelas mengganggu kelompok lain yang sedang berdiskusi.

Setelah siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya, peneliti meminta perwakilan siswa untuk membacakan hasil diskusinya di depan kelas. Pada kesempatan ini, perwakilan siswa yang mau mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas hanya 2 orang saja dari 6 kelompok yang ada. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dan belum berani berbicara di depan kelas. Selama perwakilan siswa membacakan hasil diskusinya, peneliti memberikan arahan dan koreksi jika terjadi kesalahan pada penjelasan siswa.

Kegiatan akhir pembelajaran atau refleksi dalam CTL, yaitu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa. Dalam kegiatan tanya-jawab ini, guru menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaannya. Dengan menunjuk siswa seperti itu, guru dapat melihat siswa mana saja yang sudah paham dan belum paham terhadap materi yang telah

disampaikan. Adapun untuk tahap bertanya dalam CTL yaitu kegiatan bertanya atau tanya jawab yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Dan untuk tahap penilaian dalam CTL dilakukan peneliti dengan menilai aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan menilai juga dari hasil belajarnya. Kemudian kegiatan penutup dilanjutkan dengan peneliti membuat kesimpulan bersama siswa, menyampaikan materi yang akan datang, dan menutup pembelajaran dengan doa.

2) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari Kamis, 4 September 2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran (2x35 menit) yang dimulai pada pukul 08.40 sampai dengan pukul 09.50. Pokok bahasan yang disampaikan adalah menentukan kelipatan persekutuan dua bilangan. Pada pertemuan kedua ini seluruh siswa yang hadir berjumlah 35 siswa.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pelajaran, mengkondisikan siswa, dan melakukan apersepsi dengan menanyakan tentang pelajaran yang telah lalu. “Siapa yang masih ingat, belajar apa kita kemarin?”, sebagian siswa menjawab “Belajar tentang kelipatan bu”, siswa lain ada yang menjawab lagi “Belajar mencari kelipatan pakai garis

bilangan bu”. Kemudian peneliti menjawab “Ya,benar semua jawaban yang kalian sebutkan tadi, nah untuk hari ini kita akan belajar mengenai kelipatan persekutuan dua bilangan yang merupakan masih kelanjutan dari

materi kelipatan yang lalu”.

Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran, peneliti menerapkan pendekatan CTL dengan terlebih dahulu mengelompokkan siswa dan mengatur posisi duduknya, pengelompokkan siswa ini dilakukan agar siswa dapat bertukar pikiran dengan temannya sehingga dapat menambah pengetahuan siswa. Dalam pendekatan CTL, pengelompokkan siswa ini disebut masyarakat belajar.

Kemudian peneliti memberikan contoh yang berkaitan dengan kelipatan persekutuan dua bilangan. “Misalnya Rizki les matematika setiap

3 hari sekali, sedangkan Pasha les setiap 2 hari sekali. Mereka berdua les ditempat yang sama, nah kira-kira setiap berapa hari saja mereka akan

bertemu bersama di tempat les?”. Beberapa siswa menjawab “Caranya yaitu dengan mencari kelipatan 3 dan kelipatan 2 bu, terus dicari

kelipatannya yang sama”. Peneliti menjawab “Nah benar sekali, caranya dengan mencari masing-masing kelipatan bilangan, lalu mencari kelipatan

yang sama dari kedua bilangan tersebut”. Kemudian peneliti meminta beberapa siswa untuk menentukan kelipatan persekutuan dua bilangan tersebut di depan kelas sehingga menjadi contoh bagi siswa lainnya dan melatih keberanian siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.

“Untuk mecarinya, coba ibu minta 2 orang untuk maju ke depan kelas

menjawab soal yang tadi”. Pencontohan siswa untuk maju ke depan kelas ini merupakan bagian dari kegiatan CTL pemodelan. Ketika peneliti meminta siswa untuk mencontohkan cara mencari kelipatan persekutuan 2 bilangan dengan menggunakan garis bilangan, siswa yang mengacungkan jarinya hanya sekitar 6 siswa, itu pun hanya siswa itu-itu saja yang berani atau mau mengacungkan jarinya. Akhirnya guru memilih 2 orang siswa diantara siswa yang tidak mengacungkan jarinya secara acak tanpa melihat apakah si siswa tersebut memiliki kemahiran lebih atau kurang.

Selanjutnya setelah peneliti menjelaskan sekilas tentang kelipatan persekutuan dua bilangan, untuk memperkuat pemahaman siswa, peneliti membagikan lembar permasalahan yang berkaitan dengan materi kelipatan persekutuan dua bilangan pada tiap kelompok. Hal ini dimaksudkan agar siswa belajar untuk membangun pengetahuannya sendiri dan dapat bertukar pikiran oleh temannya yang lain. Dalam pendekatan CTL, kegiatan belajar

siswa dengan menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri

pengetahuannya disebut inkuiri dan konstruktivisme. Pada saat berdiskusi tampak ada beberapa kelompok yang sudah mulai mengerti akan

menyebutkan 1 bilangan saja. Sedangkan pada soal c siswa dapat menjawab kelipatan persekutuan dari dua bilangan tersebut dengan menyebutkan masing-masing kelipatan dari tiap bilangan. Seharusnya penyebutan masing-masing kelipatan dilakukan untuk jawaban soal a dan b, sedangkan jawaban soal c hanya dengan menyebutkan kelipatan persekutuan dari dua bilangan tersebut.

Kegiatan akhir pembelajaran atau refleksi dalam CTL, yaitu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa. Dalam kegiatan tanya-jawab ini, guru menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaannya. Dengan menunjuk siswa seperti itu, guru dapat melihat siswa mana saja yang sudah paham dan belum paham terhadap materi yang telah disampaikan. Adapun untuk tahap bertanya dalam CTL yaitu kegiatan bertanya atau tanya jawab yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Dan untuk tahap penilaian dalam CTL dilakukan peneliti dengan menilai aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan menilai juga dari hasil belajarnya. Kemudian kegiatan penutup dilanjutkan dengan peneliti membuat kesimpulan bersama siswa, menyampaikan materi yang akan datang, dan menutup pembelajaran dengan doa.

3) Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 5 September

2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dimulai pada pukul 10.15 sampai dengan pukul 11.15.

Pokok bahasan yang disampaikan adalah mengidentifikasi faktor suatu bilangan dengan menggunakan Tabel petak perkalian. Pada pertemuan ketiga ini seluruh siswa yang hadir berjumlah 35 siswa.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pelajaran, mengkondisikan siswa, dan melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan “Jika kalian mempunyai beberapa kuntum bunga dari beberapa

jumlah yang sama?”. Setelah peneliti memberikan pertanyaan tersebut, tidak ada satu siswa pun yang menjawabnya. Hal ini dikarenakan para siswa baru pertama kali menerima materi yang berhubungan dengan faktor suatu bilangan.

Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran, peneliti menerapkan pendekatan CTL dengan terlebih dahulu mengelompokkan siswa dan mengatur posisi duduknya. Pengelompokkan siswa ini dilakukan agar siswa dapat bertukar pikiran dengan temannya sehingga dapat menambah pengetahuan siswa. Dalam pendekatan CTL, pengelompokkan siswa ini disebut masyarakat belajar. Kemudian peneliti menjelaskan sekilas mengenai konsep faktor suatu bilangan dengan menjawab soal yang tadi diajukan dengan menggunakan tabel petak perkalian. “Sekarang ibu akan menjelaskan bagaimana cara mencari faktor dari suatu bilangan. Pertama, misalkan faktor dari 12, maka yang harus kalian lakukan adalah dengan mendaftar perkalian yang mempunyai hasil 12. Kalian semua sudah hafal perkalian kan?”, siswa menjawab “Sudah bu..”. Peneliti pun menjelaskan cara mencari faktor dengan mendaftar perkaliannya dengan menggunakan tabel. Penggunaan tabel ini dimaksudkan agar siswa lebih memahami konsep faktor yang akan menjadi dasar bagi siswa dalam memahami konsep FPB untuk pertemuan selanjutnya.

Kemudian peneliti meminta beberapa siswa untuk menentukan faktor suatu bilangan di depan kelas sehingga menjadi contoh bagi siswa lainnya dan melatih keberanian siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. “Nah, seperti yang tadi sudah ibu jelaskan, maka sekarang

ibu minta 2 orang maju ke depan kelas mencari faktor dari 15 dan 18”. Pencontohan siswa untuk maju ke depan kelas ini merupakan bagian dari kegiatan CTL yaitu pemodelan.

Selanjutnya setelah peneliti menjelaskan sekilas tentang faktor suatu bilangan, untuk memperkuat pemahaman siswa, peneliti membagikan lembar permasalahan yang berkaitan dengan materi faktor suatu bilangan

tanya-jawab ini, guru menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaannya. Dengan menunjuk siswa seperti itu, guru dapat melihat siswa mana saja yang sudah paham dan belum paham terhadap materi yang telah disampaikan. Adapun untuk tahap bertanya dalam CTL yaitu kegiatan bertanya atau tanya jawab yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Dan untuk tahap penilaian dalam CTL dilakukan peneliti dengan menilai aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan menilai juga dari hasil belajarnya. Kemudian kegiatan penutup dilanjutkan dengan peneliti membuat kesimpulan bersama siswa, menyampaikan materi yang akan datang, dan menutup pembelajaran dengan doa.

4) Pertemuan Keempat

Pertemuan keempat ini dilaksanakan pada hari Senin, 8 September

2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dimulai pada pukul 07.30 sampai dengan pukul 08.40.

Pokok bahasan yang disampaikan adalah menentukan faktor persekutuan dua bilangan. Pada pertemuan keempat ini seluruh siswa yang hadir berjumlah 35 siswa.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pelajaran, mengkondisikan siswa, dan melakukan apersepsi dengan menanyakan materi sebelumnya, yaitu mengenai faktor suatu bilangan. “Anak-anak,

kalian masih ingat apa saja yang kemarin kita pelajari?”, siswa menjawab

“Masih bu, kemarin kita belajar mencari faktor, lalu mengerjakan soal

faktor dengan mencari pakai tabel bu”. Selanjutnya setelah siswa mengingat-ingat kembali materi faktor, peneliti melanjutkan ke kegiatan inti pembelajaran, yaitu dengan menerapkan pendekatan CTL. Sebelumnya terlebih dahulu peneliti mengelompokkan siswa dan mengatur posisi duduknya. Pengelompokkan siswa ini dilakukan agar siswa dapat bertukar pikiran dengan temannya sehingga dapat menambah pengetahuan siswa.

Dalam pendekatan CTL, pengelompokkan siswa ini disebut masyarakat belajar.

Kemudian peneliti memberikan contoh yang berkaitan dengan faktor persekutuan dua bilangan. “Misalkan Ghea mempunyai permen 24 buah dan cokelat 18 buah, lalu Ghea ingin membagikan permen dan cokelat tersebut kepada teman-tamannya di kelas, kira-kira permen dan

cokelat tersebut dapat dibagi rata ke berapa orang saja?”. Siswa menjawab “Caranya dengan mencari faktor dari 24 dan 18 bu”. Peneliti menjawab lagi “Iya benar dengan mencari faktor dari 24 dan 18, lalu

mencari faktor yang sama dari keduanya”. Kemudian peneliti meminta 2 siswa untuk menentukan faktor persekutuan dua bilangan dari soal yang tadi diberikan di depan kelas sehingga menjadi contoh bagi siswa lainnya dan melatih keberanian siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Setelah siswa menyebutkan faktor dari masing-masing bilangan, peneliti melanjutkannya dengan menjelaskan faktor persekutuan dari kedua bilangan tersebut. Pencontohan siswa untuk maju di depan kelas ini merupakan bagian dari kegiatan CTL pemodelan.

Selanjutnya setelah peneliti menjelaskan sekilas tentang faktor persekutuan dua bilangan, untuk memperkuat pemahaman siswa, peneliti membagikan lembar permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan materi faktor persekutuan dua bilangan pada tiap kelompok. Hal ini dimaksudkan agar siswa balajar untuk membangun pengetahuannya sendiri dan dapat bertukar pikiran oleh temannya yang lain. Dalam pendekatan

CTL, kegiatan belajar siswa dengan menemukan sendiri dan

mengkonstruksi sendiri pengetahuannya disebut inkuiri dan konstruktivisme. Setelah siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya, peneliti meminta perwakilan siswa untuk membacakan hasil diskusinya di depan kelas. Selama perwakilan siswa membacakan hasil diskusinya, peneliti memberikan arahan dan koreksi jika terjadi kesalahan pada penjelasan siswa.

menilai juga dari hasil belajarnya. Kemudian kegiatan penutup dilanjutkan dengan peneliti membuat kesimpulan bersama siswa, menyampaikan materi yang akan datang, dan menutup pembelajaran dengan doa.

c. Tahap Observasi (Pengamatan)

Tahap pengamatan ini dilakukan pada setiap pertemuan oleh observer yang merupakan guru matematika kelas IV. Pengamatan ini juga dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan pembelajaran. Berikut dijelaskan hasil observasi guru dan aktivitas siswa selama 1 siklus sebanyak 4 pertemuan. Agar lebih efisien, untuk tabel observasi guru pada setiap pertemuan, dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini dengan keterangan yang akan dijelaskan deskripsinya pada tiap pertemuan. Begitu pula dengan hasil observasi aktivitas siswa, untuk kelengkapan hasil observasi di tiap pertemuannya dapat dilihat pada lampiran. Sedangkan pada bagian ini hanya dituliskan rekapitulasinya saja.

Tabel 4.1

Observasi Guru Untuk Setiap Pertemuan

No. Aspek Yang Diamati SB B C K

1. Melakukan pengkondisian kelas 2. Mengajukan pertanyaan/apersepsi 3. Memberikan penjelasan tentang

kompetensi yang hendak dicapai 4. Memberikan penjelasan materi

pelajaran secara lengkap

5. Mengajak siswa untuk melakukan kegiatan belajar dengan menemukan sendiri dan mengonstruksi sendiri pengetahuannya (inkuiri dan konstruktivisme)

6. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan (bertanya) 7. Membagi siswa ke dalam beberapa

kelompok (masyarakat belajar)

8. Memberikan tugas atau latihan kepada siswa

9. Menggunakan media dan / alat peraga (pemodelan dalam CTL)

10. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya maupun menyampaikan pendapat 11. Memberikan respon terhadap

pertanyaan dan jawaban siswa 12. Kesesuaian waktu antara yang tertera

pada RPP dan pelaksanannya 13. Kesesuaian media dan / alat peraga

dengan materi dan strategi

14. Ketepatan penggunaan bahasa yang sesuai dengan perkembangan peserta didik

15. Mengajak siswa untuk melakukan refleksi atau konfirmasi terhadap materi yang telah disampaikan (refleksi)

16. Membuat kesimpulan bersama siswa 17. Melakukan penilaian

Tabel 4.2

Rekapitulasi Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus I No. Aspek Yang Diamati

Siklus I Rata-rata 1 2 3 4 1. Siswa memperhatikan gambar maupun demonstrasi yang ditampilkan pada saat pembelajaran (visual activities) 71,42 77,14 77,14 80 76,42 2. Siswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru (listening activities) 80 85,71 85,71 85,71 84,28 3. Siswa mengerjakan tugas / latihan yang diberikan oleh guru (writing activities)

91,42 94,28 94,28 97,14 94,28

4. Siswa mencatat hal-hal penting atau menyalin materi yang disampaikan

(writing activities) 5. Siswa membuat garis bilangan dalam menentukan kelipatan suatu bilangan (drawing activities) 74,28 85,71 - - 79,99 6. Siswa membuat tabel petak perkalian dalam menentukan faktor suatu bilangan (drawing activities) - - 68,57 57,14 62,85 7. Siswa bertanya, menyanggah, maupun memberikan pendapat pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung (oral activities) 28,57 34,28 34,28 34,28 32,85 8. Siswa menjelaskan jawaban atau mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas (oral activities) 33,33 33,33 50 66,67 45,83 9. Siswa terlihat antusias dan semangat dalam pembelajaran (emotional activities) 74,28 85,71 91,42 94,28 86,42

Rata-rata persentase tiap pertemuan

58,62 67,73 67,67 69,75 Rata-rata persentase siklus

I

= 65,94 Rata-rata persentase

aktivitas siswa di tiap aspek

1) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 1 September 2014, observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya.

Berdasarkan tabel observasi aktivitas mengajar guru di atas, hasil observasi yang telah dilakukan oleh observer menyatakan bahwa peneliti sudah melaksanakan semua aktivitas mengajar sesuai dengan aspek-aspek yang tertulis tersebut, tetapi untuk aspek mengajak siswa melakukan kegiatan belajar dengan menemukan sendiri harus ditingkatkan lagi, sebab pada pertemuan pertama ini peneliti ingin memperkenalkan kepada siswa bagaimana cara mengkonstruksi sendiri pengetahuannya sehingga peneliti masih membantu siswa dalam hal tersebut. Peneliti masih membantu siswa dengan menjelaskan terlebih dahulu secara singkat.

Berdasarkan tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama ini untuk beberapa aktivitas sudah menunjukkan kategori baik, tetapi untuk aktivitas mencatat hal-hal penting (writing activities) dan aktivitas dalam bertanya, berpendapat, maupun presentasi (oral activities) masih perlu ditingkatkan lagi. Dan dapat dilihat pula bahwa persentase rata-rata aktivitas siswa pada pertemuan pertama ini masih dalam kategori kurang.

2) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 4 September 2014, observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya.

Merujuk pada Tabel 4.1 yaitu tabel observasi aktivitas mengajar guru, peneliti sudah melaksanakan semua aktivitas mengajar sesuai dengan aspek-aspek yang tertulis tersebut, tetapi untuk aspek-aspek kesesuaian waktu yang tertera pada RPP dengan pelaksanannya masih perlu ditingkatkan lagi. Sebab, pada

pertemuan kedua ini peneliti kurang memperhatikan antara pembagian waktu pada saat pelaksanaan kegiatan inti dengan pelaksanaan kegiatan penutup. Sehingga diakhir kegiatan penutup, guru melakukan konfirmasi atau refleksi tidak dengan maksimal. Hanya 3 siswa saja yang berpartisipasi dalam

Dokumen terkait