= varians total
HASIL PENELITIAN A. Pengujian Instrumen
B. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen dengan metode pembelajaran GI serta XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen dengan metode pembelajaran TAI di SMA Negeri 1 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012. Data yang diperoleh meliputi: nilai kemampuan matematik, dan nilai prestasi belajar siswa pada materi termokimia yang meliputi prestasi kognitif dan afektif. Berikut ini deskripsi data hasil penelitian tersebut:
1. Kemampuan Matematik
Data kemampuan matematik dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu kemampuan matematik tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai kemampuan matematik ≥ rata-rata nilai kemampuan matematik seluruh siswa dan kategori kemampuan matematik rendah bagi siswa yang mempunyi nilai kemampuan matematik < rata-rata nilai kemampuan matematik seluruh siswa. Perhitungan kategori pembagian kelompok siswa dapat dilihat pada Lampiran 19. Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 67 siswa yang terdiri dari 34 siswa kelas eksperimen dengan metode pembelajaran GI dan 33 siswa kelas eksperimen dengan metode pembelajaran TAI, terdapat 32 siswa mempunyai kemampuan matematik tinggi dan 35 siswa mempunyai kemampuan matematik rendah. Secara rinci disajikan dalam Tabel 12 berikut:
commit to user
49 Tabel 12. Jumlah Siswa yang Mempunyai Kemampuan matematik Tinggi dan
Rendah. Kemampuan matematik
Kelas XI IPA 4 (GI) Kelas XI IPA 3 (TAI) Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Tinggi Rendah 15 18 45,45% 54.55% 17 17 50% 50% Jumlah 33 100% 34 100%
2. Prestasi Belajar Kimia Meteri Termokimia a. Prestasi Belajar Kognitif
Perbandingan prestasi belajar kognitif kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran GI dan TAI dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Kelas GI dan TAI Perbandingan prestasi belajar kognitif siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dan kemampuan matematik rendah dapat dilihat pada Gambar 8.
commit to user
Gambar 8. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Siswa yang Mempunyai Kemampuan Matematik Tinggi dan Rendah
b. Prestasi Belajar Afektif
Perbandingan prestasi belajar afektif kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran GI dan TAI dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Kelas GI dan TAI Perbandingan prestasi belajar afektif siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dan kemampuan matematik rendah dapat dilihat pada Gambar 10.
commit to user
51
Gambar 10. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Siswa yang Mempunyai Kemampuan Matematik Tinggi dan Rendah
C. Pengujian Persyaratan Analisis 1. Uji Kesamaan Rata-rata
Hasil uji kesamaan rata-rata menggunakan SPSS 18 dapat dilihat pada Lampiran 20. Dari perhitungan Uji t Dua Pihak antara kelas Eksperimen 1 dan 2 didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,441, nilai Sig. > 0,05 dan tobs = 0,591 dimana DK ={t| t < -1,96 atau t >1,96}, tobs≠ daerah kritik, artinya Ho diterima atau nilai rata-rata kedua kelas (XI IPA 3 dan XI IPA 4) sama.
Sedangkan hasil uji normalitas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,145 untuk kelas XI IPA 4 dan 0,2 untuk kelas XI IPA 3. Dari kedua kelas nilai Sig.> 0,05 artinya Ho diterima atau kedua kelas berasal dari populasi yang berditribusi normal. Begitu pula dengan uji homogenitas, dengan nilai signifikansi sebesar 0,601. Nilai Sig.> 0,05 artinya Ho diterima atau variansi pada setiap kelas sama (homogen).
2. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil komputasi dengan SPSS 18 dapat dilihat pada Lampiran 21, hasilnya disajikan pada Tabel 13.
commit to user
Tabel 13. Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar pada Masing-masing Kelompok
Kriteria Pengelompokan Data Signifikansi Kognitif Afektif Metode GI
Metode TAI
Kemampuan Matematik Tinggi Kemampuan Matematik Rendah GI – Kemp.Mat Tinggi
GI – Kemp.Mat Rendah TAI – Kemp.Mat Tinggi TAI – Kemp.Mat Rendah
0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,130 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,133 0,194
Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji normalitas diperoleh nilai signifikansi > 0.05, sehingga diperoleh kesimpulan Ho diterima. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa data terdistribusi normal.
3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Uji yang dipakai menggunakan program SPSS 18. Komputasi dari uji ini dapat dilihat pada Lampiran 21, rangkuman hasilnya disajikan pada tabel berikut:
Tabel 14. Hasil Pengujian Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar
Kriteria Perbandingan Signifikansi
Kognitif Afektif
Metode GI - Metode TAI
Kemp.Mat Tinggi – Kemp.Mat Rendah Antar Sel 0.368 0.331 0.436 0.693 0.925 0.659
Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji perbandingan dua varian diperoleh signifikansi > 0.05, sehingga diperoleh kesimpulan Ho diterima. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel mempunyai variansi yang sama (homogen).
commit to user
53 D. Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan analisis variansi (Anava) 2 jalan dengan sel tak sama menggunakan program SPSS 18 dan komputasinya dapat dilihat pada Lampiran 23. Adapun rangkuman hasil Anava dua jalan disajikan sebagai berikut :
Tabel 15. Rangkuman ANAVA Dua Jalan Prestasi Kognitif
Source Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 2364,629a 3 788,210 5,766 ,002 Intercept 321931,628 1 321931,628 2355,092 ,000 Metode 554,668 1 554,668 4,058 ,048 Kemp.Matmtk 1893,611 1 1893,611 13,853 ,000 Metode * Kemp.Matmtk ,467 1 ,467 ,003 ,954 Error 8611,848 63 136,696 Total 331760,000 67 Corrected Total 10976,478 66
a. R Squared = ,215 (Adjusted R Squared = ,178)
Tabel 16. Rangkuman ANAVA Dua Jalan Prestasi Afektif
Source Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 913,577a 3 304,526 5,617 ,002 Intercept 540188,343 1 540188,343 9963,954 ,000 Metode 296,637 1 296,637 5,472 ,023 Kemp.Matmtk 636,564 1 636,564 11,742 ,001 Metode * Kemp.Matmtk 30,613 1 30,613 ,565 ,455 Error 3415,498 63 54,214 Total 544512,000 67 Corrected Total 4329,075 66
a. R Squared = ,211 (Adjusted R Squared = ,173) Kesimpulan:
a. Pada efek utama metode pembelajaran, H0ditolak.
Diperoleh Fobs 4,058 (Kognitif) dan 5,472 (Afektif) > Ftabel (4,00) serta Sig. 0,048 (Kognitif) dan 0,023 (Afektif) < 0,05. Hal ini berarti H0 (metode
commit to user
pembelajaran tidak berpengaruh terhadap prestasi kognitif dan afektif) ditolak, sehingga metode pembelajaran GI dan TAI berpengaruh terhadap prestasi kognitif dan afektif, maka diperlukan uji komparasi ganda.
b. Pada efek utama kemampuan matematik, H0ditolak.
Diperoleh Fobs13,853 (Kognitif) dan 11,742 (Afektif) > Ftabel(4,00) serta Sig. 0,000 (Kognitif) dan 0,001 (Afektif) < 0,05. Hal ini berarti H0 (kemampuan matematik tidak berpengaruh terhadap prestasi kognitif dan afektif) ditolak, sehingga kemampuan matematik tinggi dan rendah siswa berpengaruh terhadap prestasi kognitif dan afektif, maka diperlukan uji komparasi ganda. c. Pada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan matematik,
H0diterima.
Diperoleh Fobs 0,003 (Kognitif) dan 0,565 (Afektif) < Ftabel (4,00) serta Sig. 0,954 (Kognitif) dan 0,455 (Afektif) > 0,05. Hal ini berarti H0 (tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan matematik terhadap prestasi kognitif dan afektif) dterima, sehingga tidak diperlukan uji komparasi ganda.
2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan
Uji lanjut pasca anava atau uji komparasi ganda diperlukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata pada variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini uji komparasi ganda untuk prestasi belajar kognitif dan afektif dilakukan pada hipotesis pertama dan kedua. Pada hipotesis ketiga tidak diperlukan uji komparasi ganda, karena keputusan H0diterima.
a. Aspek Kognitif
Rata-rata prestasi kognitif berdasarkan metode pembelajaran dan kemampuan matematik dapat dilihat pada Tabel 17 dan Gambar 11.
commit to user
55 Tabel 17. Rata-rata Prestasi Kognitif
Metode Pembelajaran Rataan Marginal GI (A1) TAI (A2) Kemampuan Matematik Tinggi (B1) 77,60 72,00 74,80 Rendah (B2) 67,11 61,18 64,15 Rataan Marginal 72,36 66,59
Gambar 11. Rata-rata Prestasi Kognitif
Rangkuman hasil perhitungan uji lanjut anava disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Aspek Kognitif
Komparasi F Ftabel Kesimpulan
A1Vs A2 B1Vs B2 4,05 13,84 4,00 4,00 H0ditolak H0ditolak
Dari Tabel di atas dapat disimpulkan H0 ditolak karena F hitung > F tabel. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara prestasi belajar kognitif siswa yang diajar menggunakan metode GI dengan siswa yang diajar menggunakan metode TAI dan antara siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan matematik rendah. Karena rataan marginal prestasi kognitif kelas dengan metode pembelajaran GI lebih besar daripada kelas dengan metode pembelajaran TAI, maka metode
commit to user
pembelajaran GI memberikan prestasi kognitif yang lebih tinggi daripada metode pembelajaran TAI. Siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi akan meraih prestasi belajar kognitif yang lebih tinggi dari siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah pada materi pokok Termokimia.
b. Aspek Afektif
Rata-rata prestasi afektif berdasarkan metode pembelajaran dan kemampuan matematik dapat dilihat pada Tabel 19 dan Gambar 12.
Tabel 19. Rata-rata Prestasi Afektif
Metode Pembelajaran Rataan Marginal GI (A1) TAI (A2) Kemampuan Matematik Tinggi (B1) 95,87 90,29 93,08 Rendah (B2) 88,33 85,47 86,9 Rataan Marginal 92,1 87,88
Gambar 12. Rata-rata Prestasi Afektif
Rangkuman hasil perhitungan uji lanjut anava disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Aspek Afektif
Komparasi F Ftabel Kesimpulan
A1Vs A2 B1Vs B2 5,69 11,74 4,00 4,00 H0ditolak H0ditolak
commit to user
57 Dari Tabel di atas dapat disimpulkan H0 ditolak karena F hitung > F tabel. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara prestasi belajar afektif siswa yang diajar menggunakan metode GI dengan siswa yang diajar menggunakan metode TAI dan antara siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan matematik rendah. Karena rataan marginal prestasi afektif kelas dengan metode pembelajaran GI lebih besar daripada kelas dengan metode pembelajaran TAI, maka metode pembelajaran GI memberikan prestasi afektif yang lebih tinggi daripada metode pembelajaran TAI. Siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi akan meraih prestasi belajar afektif yang lebih tinggi dari siswa yang memilki kemampuan matematik rendah pada materi pokok Termokimia.
E. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran koopertif metode GI dan TAI terhadap prestasi belajar siswa, pengaruh kemampuan matematik tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa, serta interaksi antara metode pembelajaran GI dan TAI dengan kemampuan matematik terhadap prestasi belajar siswa pada materi termokimia. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster random sampling. Berdasar hasil pengundian diperoleh satu kelas sebagai kelompok eksperimen pertama (kelas XI IPA 4) yang dikenai metode pembelajaran GI, dan satu kelas sebagai kelompok eksperimen kedua (kelas XI IPA 3), yang dikenai metode pembelajaran TAI.
Sebelum dilakukan penelitian, kedua kelas eksperimen diukur kemampuan matematik terlebih dahulu. Pengukuran kemampuan matematik dilakukan dengan pemberian tes kemampuan matematik yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan real serta kesebandingan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah GI dan TAI yang merupakan salah satu jenis metode pembelajaran dari model cooperative learning, dimana dalam pembelajarannya dengan kerja kelompok. Pembentukan kelompok
commit to user
harus dibuat heterogen, dalam penelitian ini digunakan data nilai ulangan struktur atom dan ikatan kimia sebagai dasar pembentukan kelompok. Pada akhir pembelajaran materi termokimia dilakukan test akhir yang bertujuan mengukur prestasi kognitif siswa dan pengisian angket untuk mengukur prestasi afektif.
1. Hipotesis Pertama
Hasil pengujian hipotesis pertama menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama menunjukkan harga Fobs4,058 (Kognitif) dan 5,472 (Afektif) > Ftabel
(4,00) serta Sig. 0,048 (Kognitif) dan 0,023 (Afektif) < 0,05. Hal ini berarti H0
(metode pembelajaran tidak berpengaruh terhadap prestasi kognitif dan afektif) ditolak, sehingga metode pembelajaran GI dan TAI berpengaruh terhadap prestasi kognitif dan afektif, maka diperlukan uji komparasi ganda. Dari uji komparasi ganda diketahui bahwa bahwa pengaruh penggunaan metode penmbelajaran GI dan TAI dalam pembelajaran materi termokimia terhadap prestasi kognitif dan afektif signifikan.
Penggunaan metode pembelajaran GI dan TAI memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi kognitif. Dari data Tabel 17 diketahui bahwa untuk prestasi kognitif, rata-rata kelas yang diajar menggunakan metode pembelajaran GI lebih besar daripada rata-rata kelas yang diajar menggunakan metode pembelajaran TAI. Penyebab keadaan ini diduga karena dalam pembelajaran menggunakan metode GI siswa lebih banyak diberikan kebebasan untuk mendapatkan informasi dan mengelola kelompoknya sendiri sehingga konsep yang diperoleh lebih banyak. Hal ini didukung oleh penelitian Kemal et al (2009: 40) yang menyatakan bahwa dengan metode GI, siswa dapat memperoleh pemahaman konsep dengan baik karena siswa belajar dengan diskusi kelompok dan diberi wewenang dalam pengaturan kelompok mereka sendiri. Selain itu Evi Agustin Lady Patricia (2006: 70) dalam penelitiannya menyatakan dalam metode GI siswa tidak hanya mendapat pemahaman konsep dari satu sumber saja, akan tetapi siswa dapat memperolehnya dari berbagai sumber, sehingga metode GI akan memberikan prestasi belajar yang baik. Sedangkan pada TAI sumber informasi berasal dari asisten sehingga informasi yang diperoleh terbatas pada apa yang diberikan oleh asisten tersebut.
commit to user
59 Sementara itu dalam hal prestasi afektif, penggunaan metode GI dan TAI juga memberikan pengaruh yang berbeda. Dari data Tabel 19 juga diketahui bahwa rata-rata prestasi afektif kelas yang diajar menggunakan metode pembelajaran GI lebih besar daripada rata-rata kelas yang diajar menggunakan metode pembelajaran TAI. Kondisi ini terjadi diduga karena dalam pembelajaran GI siswa merasa lebih nyaman dan senang karena diberikan kebebasan dalam mengelola kelompok, hal ini dapat memicu semangat belajar siswa. Selain itu pada kegiatan diskusi siswa diberikan hak dan kewajiban yang sama terhadap kelompoknya dan juga setiap anggota mencari informasi tentang topik diskusi sendiri, sehingga tingkat kepercayaan terhadap ilmu yang mereka peroleh menjadi lebih tinggi. Hal ini didukung juga oleh penelitian Evi (2006: 71) yang menyatakan metode GI akan menjadikan setiap siswa berperan aktif dalam kegiatan kelompok, masing–masing anggota akan saling berkomunikasi dengan lebih bebas. Sedangkan pada pembelajaran TAI salah seorang asisten dipilih atas dasar kemampuan yang relatif tinggi dan telah mendapatkan pembekalan dari guru mengenai materi termokimia. Tugas seorang asisten adalah menyampaikan dan membantu anggota kelompoknya dalam menguasai materi termokimia, keadaan ini mampu meningkatkan semangat belajar siswa yang menjadi asisten karena merasa diberikan kepercayaan oleh guru. Namun bagi siswa yang bukan asisten semangat belajar menjadi rendah karena merasa kurang yakin dengan apa yang diajarkan oleh teman mereka yang menjadi asisten.
2. Hipotesis Kedua
Hasil pengujian hipotesis kedua menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama menunjukkan harga Fobs 13,853 (Kognitif) dan 11,742 (Afektif) > Ftabel (4,00) serta Sig. 0,000 (Kognitif) dan 0,001 (Afektif) < 0,05. Hal ini berarti H0 (kemampuan matematik tidak berpengaruh terhadap prestasi kognitif dan afektif) ditolak, sehingga kemampuan matematik tinggi dan rendah siswa berpengaruh terhadap prestasi kognitif dan afektif, maka diperlukan uji komparasi ganda. Dari uji komparasi ganda diketahui bahwa bahwa pengaruh kemampuan matematik terhadap prestasi kognitif dan afektif signifikan.
commit to user
Dari data Tabel 17 dan 19 diketahui bahwa untuk prestasi kognitif dan afektif, rata-rata kelompok siswa dengan kemampuan matematik tinggi lebih besar daripada rata-rata kelompok siswa dengan kemampuan matematik rendah. Sehingga siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi akan meraih prestasi belajar kognitif dan afektif yang lebih tinggi dari siswa yang memilki kemampuan matematik rendah pada materi pokok termokimia. Kemampuan matematik dalam penelitian ini meliputi kemampuan penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dua atau lebih bilangan real serta kesebandingan. Dimana kemampuan tersebut sangat berguna untuk menyelesaikan soal hitungan pada termokimia, terkait penentuan harga perubahan entalpi. Materi termokimia adalah materi yang banyak menggunakan perhitungan angka-angka, maka siswa dituntut untuk belajar dan berlatih lebih giat jika ingin menguasai materi termokimia terutama melatih ketelitian perhitungan. Kondisi inilah yang diduga mampu mengubah sikap belajar siswa dalam mempelajari materi termokimia. Siswa dengan kemampuan matematik tinggi akan lebih sering berlatih mengerjakan soal-soal dan juga merasa mampu saat pembelajaran termokimia karena telah mempunyai kemampuan dasar yang cukup yaitu keterampilan dalam mengoperasikan angka-angka, sementara siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah akan segan dalam berlatih mengerjakan soal-soal dan juga merasa kurang mampu dalam proses pembelajaran. Hal ini juga didukung dengan hasil evaluasi untuk setiap pembelajaran termokimia, nilai siswa dengan kemampuan matematik tinggi lebih besar dari nilai siswa dengan kemampuan matematik rendah. Menurut Yogi Prasidayanto (2009: 69) dalam penelitiannya menyatakan bahwa siswa dengan kemampuan matematik tinggi akan lebih mudah dalam menyelesaikan soal hitungan dan lebih aktif dalam pembelajaran karena mereka telah memiliki bekal yang cukup. Kaitan kemampuan matematik dengan penguasaan materi termokimia tersebut dapat menjelaskan bagaimana kemampuan matematik mempengaruhi prestasi kognitif dan afektif siswa.
3. Hipotesis Ketiga
Hasil pengujian hipotesis ketiga menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama menunjukkan harga Fobs0,003 (Kognitif) dan 0,565 (Afektif) < Ftabel
commit to user
61 (4,00) serta Sig. 0,954 (Kognitif) dan 0,455 (Afektif) > 0,05. Hal ini berarti H0
(tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan matematik terhadap prestasi kognitif dan afektif) dterima, sehingga tidak diperlukan uji komparasi ganda.
Dari data Tabel 17 dan 19 diketahui bahwa untuk prestasi kognitif dan afektif, rata-rata siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi akan lebih baik jika diajar dengan metode GI daripada diajar dengan metode TAI, demikian pula pada siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah. Penyebab keadaan ini diduga karena dalam pembelajaran menggunakan metode GI siswa lebih banyak diberikan kebebasan untuk mendapatkan informasi dan mengelola kelompoknya sendiri sehingga konsep yang diperoleh lebih banyak. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran pada kelompok siswa dengan kemampuan matematik tinggi maupun rendah memberikan pengaruh yang sama yaitu prestasinya akan lebih baik jika diajar menggunakan metode GI.
Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan matematik terhadap prestasi kognitif dan afektif pada materi termokimia dapat dikarenakan adanya faktor lain, selain kemampuan matematik yang juga mempengaruhi prestasi belajar termokimia. Faktor lain tersebut dapat berupa faktor eksternal maupun faktor internal siswa, seperti motivasi berprestasi, kondisi kesehatan, dan lain-lain. Hal serupa juga terjadi dalam penelitian Evi (2006) dimana tidak adanya interaksi dikarenakan adanya faktor konsep diri siswa dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi pencapaian belajar siswa, disamping faktor yang diteliti (motivasi berprestasi).
commit to user
62 BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh pembelajaran kimia dengan menggunakan metode Group Investigation (GI) dan Team Assisted Individualization (TAI) terhadap prestasi belajar siswa pada materi termokimia kelas XI semester gasal SMA Negeri 1 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012, yaitu prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan metode GI lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan metode TAI, yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata prestasi kognitif berturut-turut 72,36 dan 66,59, serta nilai rata-rata prestasi afektif berturut-turut 92,1 dan 87,88.
2. Terdapat pengaruh kemampuan matematik siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi termokimia kelas XI semester gasal SMA Negeri 1 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012, siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah, yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata prestasi kognitif berturut-turut 74,8 dan 64,15, serta nilai rata-rata prestasi afektif berturut-turut 93,08 dan 86,9.
3. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif metode Group Investigation (GI) dan Team Assisted Individualization (TAI) dengan kemampuan matematik siswa terhadap prestasi belajar siswa materi termokimia kelas XI semester gasal SMA Negeri 1 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012. Artinya penggunaan metode pembelajaran GI memberikan prestasi belajar yang lebih tinggi dari pada metode pembelajaran TAI untuk semua katagori kemampuan matematik siswa, baik tinggi maupun rendah.
commit to user
63 B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi yang dapat peneliti sampaikan antara lain :
1. Implikasi Teoritis
a. Metode pembelajaran GI dan TAI dapat diterapkan pada siswa yang cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran kimia sehingga dapat melatih dan memberikan kesempatan pada siswa untuk membentuk pemahamannya sendiri.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya. 2. Implikasi Praktis
a. Pada pembelajaran kimia materi termokimia sebaiknya disajikan dengan metode GI.
b. Pada materi termokimia kemampuan matematik siswa perlu mendapatkan perhatian dari guru dalam upaya mendapatkan prestasi belajar siswa yang baik.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Agar metode pembelajaran GI dapat berjalan baik dan sesuai dengan rencana, maka guru perlu: media pembelajaran yang akan digunakan harus sudah disiapkan, materi yang akan disampaikan harus sudah dikuasai dengan baik, dan kelompok dibagi seheterogen mungkin sehingga terjadi interaksi antar siswa didalam kelompoknya.
2. Perlu ada pengukuran kemampuan matematik siswa sebelum pembelajaran termokimia, dan usaha guru dalam peningkatan kemampuan tersebut selama proses pembelajaran, yang dapat dilakukan dengan cara latihan soal hitungan termokimia diberikan secara rutin, serta harus dikerjakan oleh masing-masing siswa secara mandiri.
commit to user
3. Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar, sehingga dapat menambah pengetahuan guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.
commit to user
65