• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Profil SD Purba Adhika

Sekolah Dasar Purba Adhika yang beralamat di Jalan Haji Ipin No.31, Karang Tengah 1, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Lokasi sekolah di lingkungan masyarakat perkotaan. Bagian depan sekolah ini terdapat halaman seperti taman , biasanya digunakan para orang tua siswa menunggu anaknya dan juga terdapat lapangan upacara di bagian depan sekolah.

Gambar 4.1 Gambar 4.2

Gedung Sekolah SD Purba Adhika Halaman Sekolah SD Purba Adhika

Gambar 4.3

Lapangan Upacara SD Purba Adhika

Secara umum bangunan fisik SD Purba Adhika layak untuk digunakan, karena nyaman untuk siswa dalam belajar. Disamping itu terdapat pepohonan dan tanaman yang tumbuh dilingkungan sekolah. Kebersihannya pun sangat terjaga,

dimana setiap kelas dan sudut terdapat tempat sampah dan setiap harinya sekolah dibersihkan oleh petugas kebersihan yang ada di sekolah. Secara rinci fasilitas yang dimiliki oleh SD Purba Adhika adalah 6 ruang kelas yang digunakan untuk belajar siswa kelas 1-6, 1 ruang kepala sekolah yang bergabung dengan ruang guru dan tata usaha, 4 kamar mandi/WC Siswa, 1 kamar mandi/WC guru, 1 ruang tata boga, 1 ruang tata busana, 1 ruang lab bahasa inggris, 1 ruang lab komputer, I

ruang seni music, lapangan upacara, lapangan olahraga, dan tempat parkir.1

Gambar 4.4

Ruang TataUsaha, Ruang Guru, dan Ruang Kepala Sekolah 2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi siswa Autis a. Perencanaan pembelajarana Pendidikan Agama Islam (PAI)

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti terhadap dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SD Purba Adhika selalu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebelum pembelajaran berlangsung, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) biasanya

dibuat oleh guru untuk 2 kali pertemuan.2

SD Purba Adhika dalam satu kelas terdapat siswa yang reguler dan siswa berkebutuhan khusus, tetapi dalam hal ini guru tidak membuat rencana pelaksanaan pembelajaran secara khusus untuk siswa berkebutuhan khusus. Rencana pelaksanaan pembelajaran siswa berkebutuhan khusus disamakan dengan siswa reguler.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, guru PAI dalam pembelajaran menggunakan metode ceramah, metode diskusi, dan metode Tanya

1

Observasi Peneliti Pada 25 Agustus 2014

2

jawab dalam pembelajaran. Selain itu guru juga tidak membuat media pembelajaran yang khusus, hanya menggunakan media pembelajaran yang ada di sekolah. Materi untuk siswa berkebutuhan khusus pun sama dengan siswa reguler3.

b. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

Penelitian ini dilakukan untuk melihat proses pembelajaran PAI bagi siswa autis di SD Purba Adhika. Maka dapat ditampilkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada saat penelitian.

Pembelajaran efektif di SD Purba Adhika dilaksanakan selama 4 hari yaitu hari senin sampai dengan kamis, mulai jam 08.00-14.00 (khusus kelas 4,5&6),

dan jam 08.00-13.00 (untuk kelas 1,2,&3). Untuk hari jum’at digunakan untuk

kegiatan ekstrakurikuler seperti sepak bola, bulu tangkis, pramuka, dokter kecil, Drumband, seni tari, dan seni lukis. Sedangkan proses pelaksanaan pembelajaran PAI diberikan hanya satu kali dalam seminggu yaitu pada hari kamis jam

10.30-11.30 (2x30 menit).4

SD Purba Adhika memiliki 3 guru dalam masing-masing kelas, yaitu pertama guru umum/mata pelajaran (guru R), kedua guru kelas (guru S), dan ketiga guru pendamping khusus bagi siswa ABK seperti autis (guru P). untuk guru pendamping khusus siswa ABK jumlahnya disesuaikan dengan jumlah siswa ABK dalam masing-masing kelas, karena terkadang masing-masing kelas memiliki jumlah siswa ABK yang berbeda. Selama proses pelaksanaan pembelajaran guru pendamping khusus (guru P) selalu mendampingi siswa autis dalam belajar. Siswa A adalah siswa autis dengan jenis kelamin laik-laki, sedangkan siswa B adalah siswa autis dengan jenis kelamin perempuan. Pelaksanaan pembelajaran PAI terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,

dan penutup.5

1) Kegiatan Pendahuluan

Guru adalah sebagai pengelola kegiatan proses pembelajaran dimana dalam hal ini guru berperan dan bertugas untuk mengelola kelas. Jika guru dapat

3

Observasi Peneliti Pada 11 September 2014

4

Observasi Peneliti Pada 4 September 2014

5

mengelola kelas dengan baik, maka pembelajaran juga dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil pengamatan pada saat observasi, guru R dan guru S selalu mengkondisikan siswa dan kelas dengan baik sebelum pembelajaran dimulai. Pembelajaran akan dimulai ketika siswa sudah duduk dengan rapih, tidak ada siswa yang sibuk sendiri dan mengobrol. Cara guru R dan guru S dalam

mengkondisikan siswa dan kelas yaitu dengan membaca do’a secara bersama

-sama yang dipimpin oleh guru dan diiringi dengan mengucapkan salam.6

Siswa A dan B mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Dalam aspek mempersiapkan fasilitas dan sumber belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar, siswa A baik dan mandiri dalam mempersiapkan fasilitas dan sumber belajar. Sedangkan siswa B cukup baik dan belum mandiri dalam mempersiapkan fasilitas dan sumber belajar, karena harus menunggu perintah dari guru pendamping khusus, terkadang guru pendamping

khusus yang mempersiapkannya.7

Guru R dan guru S kemudian mengecek dan memeriksa kehadiran siswa dengan menanyakan kepada siswa siapa saja yang tidak hadir. Pada kegiatan apersepsi, guru R mengulas materi sebelumnya dan memberikan pertanyaan kepada siswa yang berkaitan dengan materi sebelumnya tanpa membedakan

antara siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus.8

Sementara guru P melakukan kegiatan apersepsi langsung kepada siswa autis. Salah satu contoh materi PAI sebelumnya yaitu membahas mengenai sifat wajib bagi Allah. Maka guru menuliskan di papan tulis mengenai sifat wajib bagi Allah, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal tersebut. Guru menunjuk salah satu siswa untuk maju kedepan dan mengerjakan soal tersebut. Sementara guru pendamping khusus (guru P)

mendampingi siswa A dan B dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.9

Keberhasilan seorang guru pada kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran terlihat ketika seorang guru mampu atau tidaknya dalam memotivasi siswa untuk

6

Observasi Peneliti Pada September-November 2014

7

Observasi Peneliti Pada September-November 2014

8

Observasi Peneliti Pada September-November 2014

9

belajar. Pada aspek ini guru R sudah baik dalam memotivasi siswa untuk belajar. Cara guru R dalam memotivasi siswa yaitu dengan cara bernyanyi bersama-sama sebelum belajar, setelah itu guru R menyampaikan tujuan dan indikator yang ingin dicapai dalam materi pelajaran pada hari itu.

Gambar 4.5

Keadaan Kelas saat Proses Pembelajaran 2) Kegiatan Inti

Guru R Pada aspek penguasaan materi pelajaran sudah baik. Guru R menyampaikan materi pelajaran di depan kelas dengan tempo sedang dan dilakukan secara berulang-ulang. Sedangkan guru P dalam menyampaikan materi pelajaran dengan tempo perlahan, menyesuaikan dengan kebutuhan siswa autis. Guru R selalu mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari agar lebih mudah dipahami oleh siswa, khususnya siswa berkebutuhan khusus. Misalnya ketika guru menjelaskan salah satu sifat wajib Allah itu wujud, maka guru R memberikan contoh tentang isi alam semesta ini dan menjelaskan kepada siswa bahwa adanya alam semesta ini merupakan bukti bahwa Allah itu memiliki sifat wujud yang artinya ada. Respon siswa autis cukup baik dalam memperhatikan penjelasan dari guru dan cukup baik juga untuk mencatat penjelasan dari guru. Interaksi siswa autis dengan siswa lainnya kurang baik, karena siswa autis ini cenderung memiliki dunianya sendiri. Seperti ada yang suka berbicara sendiri (membeo) dan ada yang cenderung bersikap diam karena susah berinteraksi dengan teman sebayanya. Sedangkan interaksi dengan guru sudah baik. Pada aspek interaksi terhadap media yang digunakan oleh guru, siswa autis cenderung cukup tertarik terhadap media yang digunakan oleh guru R. karena siswa autis cenderung asyik dengan dunianya sendiri. Sehingga cukup ada sedikit

interaksi dengan media yang digunakan oleh guru R. sikap siswa autis pada aspek bertanya dalam proses pembelajaran cukup baik, karena siswa autis cenderung kurang memperhatikan penjelasan guru dan pada aspek menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru juga sudah cukup baik, walaupun terkadang harus

dibantu oleh guru pendamping khusus mereka.10

Guru R pada aspek strategi dan metode pembelajaran sudah baik. Karena pada aspek ini, guru R sudah melaksanakan pembelajaran secara runtut, dapat menguasai kelas, dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam menyampaikan materi pelajaran kepada semua siswa, guru R mempergunakan metode ceramah dan Tanya jawab. sehingga dalam proses belajar mengajar terdapat interaksi antara guru dan siswa. Penggunaan metode yang dapat melibatkan siswa untuk aktif biasanya disesuaikan dengan judul materi yang akan disampaikan. Misalnya materi mengenai adzan dan iqomah, dalam materi ini guru R membuat metode pembelajaran seperti menjodohkan antara nama-nama sifat wajib Allah dengan artinya. Kemudian Guru R memberikan kesempatan kepada siswa (termasuk siswa autis) untuk maju ke depan dan mengerjakan latihan

dengan menjodohkan antara nama-nama sifat wajib Allah dengan artinya.11

Gambar 4.6

keterlibatan siswa dalam metode yang dibuat Guru R

Selanjutnya pada aspek respon belajar siswa B sudah cukup baik, karena pada saat guru R menjelaskan materi pelajaran, siswa B memperhatikan penjelasan guru R, tidak mengobrol dan bermain-main sendiri. Sedangkan siswa A pada aspek respon belajar kurang baik, karena pada saat guru R menjelaskan

10

Observasi Peneliti Pada September-November 2014

11

materi pelajaran, siswa A ini cenderung mengobrol, bermain-main sendiri, dan jarang memperhatikan penjelasan dari guru. Ketika terjadi permasalahan seperti ini, maka tugas guru pendamping khusus (guru P) untuk memberikan arahan

kepada siswa tersebut agar memperhatikan kembali penjelasan dari guru R.12

Gambar 4.7

Respon belajar siswa A dan Siswa B saat guru menjelaskan materi Pemilihan metode pembelajaran tentu akan mempengaruhi media pembelajaran yang digunakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

Menurut Daryanto media adalah “salah satu komponen komunikasi dalam

pembelajaran, agar siswa lebih memahami materi yang dijelaskan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan sarana perantara dalam proses pembelajaran yang dapat mempengaruhi kondisi dan

lingkungan belajar.13

Guru R dan guru P pada aspek keterampilan bertanya sudah baik. Dalam memberikan pertanyaan guru R selalu memberikan kesempatan kepada siswa A dan siswa B untuk menjawab pertanyaan serta guru R antusias terhadap jawaban siswa. Contohnya seperti ketika guru R memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai sifat wajib bagi Allah yaitu (sebutkan 5 sifat wajib bagi Allah), kemudian guru R memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawabnya. Guru R menanyakan jawabannya kepada siswa autis, guru R sangat antusias dengan jawaban siswa dengan memberikan tepuk tangan, walaupun terkadang

12

Observasi Peneliti Pada September-November 2014

13

dalam menjawab pertanyaan dari guru R, siswa autis ini dibantu oleh guru

pendamping mereka.14

Penilaian hasil belajar biasanya dilakukan pada akhir pembelajaran berdasarkan kemampuan siswa yang sesuai dengan tujuan yaitu untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi yang baru dipelajarinya. Bentuk soal untuk siswa autis disamakan dengan siswa lainnya. Namun dalam mengerjakan soal ini, siswa B dibantu oleh guru pendampingnya. Sedangkan siswa A sudah mandiri dalam mengerjakan soal. Tetapi tetap saja harus didampingi. Karena kalau tidak didampingi. Siswa A ini banyak berkhayal dan tidak akan mengerjakan soal tersebut. Ketika soal latihan selesai dikerjakan oleh siswa, kemudian guru R membahas soal tersebut di depan kelas dan terkadang juga soal

langsung dinilai oleh guru R.15

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa cara guru p dalam membantu siswa B, yaitu dengan benar-benar menuntun siswa B dalam mengerjakan latihan yang diberikan guru R. sedangkan siswa A sudah cukup mandiri dalam mengerjakan latihan yang diberikan guru R. jd guru p hanya mendampingi dan mengarahkan siswa B saja. Agar tidak terlalu banyak berkhayal

ketika belajar.16

Gambar 4.10

Keterlibatan Guru Pendamping Khusus dalam mengerjakan soal

Kegiatan inti pada aspek penggunaan bahasa, guru R dan guru P menggunakan bahasa Indonesia. Guru R dan guru P menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas, baik, dan benar serta dalam penyampaian pesan dengan

14

Observasi Peneliti Pada September-November 2014

15

Observasi Peneliti Pada September-November 2014

16

gaya yang sesuai sehingga dapat dipahami, baik oleh siswa normal maupun oleh

siswa berkebutuhan khusus.17

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup pada pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dilakukan oleh guru R adalah menyimpulkan materi bersama siswa autis, terkadang juga guru memberikan pekerjaan rumah untuk siswa. Kegiatan penutup untuk siswa A dan siswa B menyimpulkan materi pelajaran bersama guru P.18

c. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi Siswa Autis Evaluasi dalam setiap program sangat penting untuk dilakukan, begitu pula dalam suatu pembelajaran. Karena evaluasi bertujuan untuk mengetahui bagaimana ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan. Untuk mengetahui evaluasi yang dilakukan, peneliti melakukan pengamatan langsung saat proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan, evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) bagi siswa siswa autis disamakan dengan siswa reguler, namun ada sedikit perbedaan. Jika siswa autis tidak dapat mengerjakan soal yang guru R berikan. Maka guru R memberikan remedial dan melakukan latihan kembali terhadap siswa autis tersebut yang dibantu dengan

guru pendamping.19

Evaluasi tidak dapat dipisahkan dengan penilaian, karena setiap evaluasi dilakukan pasti ada nilainya dan hal itu dilakukan untuk mengetahui apakah siswa tersebut telah mencapai ketuntasan yang ditetapkan atau belum. Standar penilaian dan nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) ditetapkan oleh masing-masing sekolah. Berikut ini penuturan guru PAI (R):

“kriteria ketuntasan minimum (KKM) dan bentuk soal saat ulangan antara

siswa autis dan siswa reguler disamakan. Namun, jika siswa autis tidak dapat

17

Observasi Peneliti Pada September-November 2014

18

Observasi Peneliti Pada September-November 2014

19

mengerjakan soal tersebut. Maka guru R memberikan remedial dan latihan

kembali kepada siswa autis tersebut dengan dibantu oleh guru pendamping”.20

Peneliti juga melakukan wawancara dengan kepala sekolah mengenai

kriteria ketuntasan minimum. berikut penuturannya:”untuk masalah kriteria

ketuntasan minimum (KKM) sepenuhnya saya serahkan kepada guru kelas dan

guru bidang studi”.21

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dapat disimpulkan bahwa kriteria ketuntasan minimum (KKM) ditetapkan oleh kebijakan sekolah dan kebijakan dari masing-masing guru bidang studi. evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) bagi siswa autis disamakan dengan siswa reguler, namun ada sedikit perbedaan. Jika siswa autis tidak dapat mengerjakan soal yang guru R berikan. Maka guru R memberikan remedial dan melakukan latihan kembali terhadap siswa autis tersebut yang dibantu dengan guru pendamping.

Evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dilaksanakan di SD Purba Adhika tidak berbeda dengan Evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dilaksanakan di sekolah reguler, hanya saja cara pelaksanaannya yang sedikit berbeda.

Peneliti melakukan pengamatan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu kegiatan ulangan harian (UH) dan ulangan tengah semester (UTS). Ulangan harian dan ulangan tengah semester dilakukan secara tertulis dan dilaksanakan di kelas. Ulangan harian dan ulangan tengah semester pelajaran pendidikan agama islam (PAI) di sekolah tersebut pelakasanaannya sama sebagaimana ulangan harian yang dilaksanakan di sekolah reguler. Pada pelaksanaan evaluasi pelajaran pendidikan agama islam (PAI) khusus untuk siswa autis sebelum ulangan harian dan ulangan tengah semester dilaksanakan, guru R memberikan contoh soal ulangan sebagai bahan latihan di rumah sebelum ulangan harian dan ulangan tengah semester dilaksanakan. Kemudian siswa autis ini dibantu oleh orang tua mereka dalam mengerjakan latihan contoh soal ulangan.

20

Wawancara dengan guru PAI kelas III setelah proses pembelajaran pada tanggal 9 Oktober 2014

21

Wawancara dengan Kepala Sekolah setelah proses pembelajaran pada tanggal 30 Oktober 2014

Ketika ulangan harian dan ulangan tengah semester dilaksanakan, siswa A dan siswa B masih mendapatkan arahan dari guru pendamping mereka dalam

mengerjakan soal ulangan yang diberikan oleh guru R.22

Berdasarkan uraian di atas. Dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran PAI di SD Purba Adhika tidak berbeda dengan evaluasi pembelajaran PAI di sekolah reguler. Hanya saja dalam pelaksanaannya diperlukan perhatian dan kesabaran yang luar biasa bagi guru mata pelajaran (guru R) dan guru pendamping khusus (guru P) agar tujuan pembelajaran dapat dicapai baik bagi siswa reguler maupun bagi siswa autis. Dengan demikian secara perlahan siswa autis dapat diterima di lingkungan siswa reguler dan tidak ada lagi perbedaan antara siswa reguler dengan siswa autis.

Solusi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi siswa autis di sekolah inklusif yaitu bahwa Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang tidak membedakan antara siswa reguler dengan siswa berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusif ini akan mencapai keberhasilan jika (1) adanya keterbukaan antara pihak sekolah, guru, dan orang tua yang digunakan sebagai media informasi untuk membantu anak dalam mengejar ketertinggalan di kelas, (2) siswa autis memiliki guru pendamping khusus ketika proses pembelajaran, (3) idealnya siswa autis memiliki program pembelajaran individu (PPI) dan (4) memiliki ruangan khusus untuk melakukan terapi.

Masalah penting yang sering dihadapi bagi guru sekolah inklusif ketika proses pembelajaran di kelas adalah memilih materi dan bahan ajar yang digunakan. Karena sekolah inklusif itu merupakan sekolah yang dimana antara siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus belajar bersama di dalam satu ruangan. Jadi, seorang guru sekolah inklusif harus pandai memilih materi dan bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menyesuikan karakteristik antara siswa reguler dengan siswa berkebutuhan khusus.

Upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan bagi pendidikan inklusif, guru dituntut untuk terampil dalam merancang pembelajaran. Mengembangkan bahan ajar yang akan disampaikan, serta menggunakan metode dan strategi

22

pembelajaran yang berpusat kepada siswa autis. Guru sekolah inklusif sebaiknya juga melakukan asesmen. Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang perkembangan siswa. Tujuan utama dari asesmen adalah untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan program pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus. Sedangkan tugas sekolah dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan inklusif seharusnya sekolah mengadakan kerja sama dengan rumah sakit dan klinik terapi bagi siswa autis. Beberapa program terapi bagi penunjang siswa autis antara lain (1) terapi perilaku membantu untuk menghilangkan atau mengurangi perilaku bermasalah misalnya tidak merespon saat dipanggil atau diajak bicara, stimulasi diri, emosi atau tantrum, perilaku stereotip, hyperaktifitas, dan lain-lain, (2) terapi wicara membantu bagi individu yang mengalami gangguan komunikasi termasuk didalamnya adalah gangguan terlambat bicara dan gangguan motorik mulut lain, (3) terapi okupasi membantu untuk pertumbuhan dan perkembangan anak agar tercapai kemandirian dalam produktivitasnya, kemampuan perawatan diri serta kemampuan penggunaan waktu luang.

Dokumen terkait