A. Hasil dan Analisis Data Penelitian
3. Deskripsi Data Penelitian
Data penelitian dikumpulkan dari 82 orang responden. Daftar nama responden terdapat pada Lampiran 9. Sedangkan data karakteristik sosial-ekonomi responden tersaji pada Lampiran 10. Data karakteristik sosial-ekonomi responden tersebut dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner karakteristik pribadi responden yang disertakan bersama-sama dengan kuesioner untuk pengukuran variabel (Lampiran 4).
a. Data Faktor Peserta Didik
Peserta didik di SPP-SPMA Tanjungsari walaupun tidak semuanya berasal dari keluarga petani, namun pada umumnya berasal dari lingkungan pertanian. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar peserta didik berdomisili di sekitar wilayah Sumedang yang merupakan daerah pertanian. Keadaan ini menjadi faktor pendorong tingginya minat peserta didik terhadap pertanian dan pendidikan pertanian.
Rata-rata tingkat sosial-ekonomi peserta didik di SPP-SPMA Tanjungsari relatif tidak terlalu tinggi. Pada umumnya perekonomian dan juga keadaan sosial peserta didik dapat dikatakan termasuk dalam kriteria menengah ke bawah. Untuk menggambarkan keadaan sosial-ekonomi peserta didik di SPP-SPMA Tanjungsari, pada Lampiran 10 disajikan data keadaan sosial-ekonomi peserta didik responden. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa sebagian besar orang tua peserta didik memiliki pendapatan rendah dengan tingkat pendidikan SLTA ke bawah.
Keadaan pendaftar dan peserta didik di SPP-SPMA Tanjungsari jumlahnya terus meningkat dari tahun ajaran 2006/2007 sampai dengan 2008/2009. Jumlah peserta didik pada tahun ajaran 2006/2007 adalah 164 orang, kemudian pada tahun 2007/2008 meningkat menjadi 166 orang. Demikian pula pada tahun 2008/2009, jumlah peserta didik meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 206 orang. Untuk pendaftar calon peserta didik, pada tahun ajaran 2006/2007 berjumlah 173 orang, tahun ajaran 2007/2008 meningkat menjadi 189
orang, dan tahun 2008/2009 juga meningkat menjadi 310 orang. Data keadaan pendaftar dan peserta didik di SPP-SPMA Tanjungsari terdapat pada Tabel 10.
Tabel 10. Keadaan Pendaftar dan Peserta Didik di SPP-SPMA Tanjungsari Tahun Ajaran Jumlah Pendaftar Jumlah Peserta Didik
2006/2007 173 164
2007/2008 189 166
2008/2009 310 206
Peserta didik di SPP-SPMA Tanjungsari terdiri dari peserta didik pada Program Studi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Budidaya Perikanan, dan Penyuluhan Pertanian. Keadaan peserta didik setiap program studi pada tahun ajaran 2008/2009 dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Keadaan Peserta Didik per Program Studi pada T.A. 2008/2009 Jumlah Peserta Didik Program Studi Tingkat
I
Tingkat II
Tingkat
III Jumlah
Tanaman Pangan dan Hortikultura 118 76 81 275
Budidaya Perikanan 41 46 40 127
Penyuluhan Pertanian 47 44 43 134
Jumlah 206 166 164 536
Pada Tabel 11 terlihat bahwa peserta didik pada tahun ajaran 2008/2009 sebagian besar terdapat pada Program Studi Tanaman Pangan dan Hortikultura. Data tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya peserta didik lebih berminat untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi Tanaman Pangan dan Hortikultura dibandingkan dengan dua program studi lainnya. Hal ini dapat dijelaskan oleh karena wilayah Tanjungsari dan Sumedang merupakan salah satu
sentra tanaman pangan dan hortikultura, sehingga dimungkinkan peserta didik berpandangan bahwa kompetensi yang diperoleh dari proses pendidikan pada Program Studi Tanaman Pangan dan Hortikultura lebih dibutuhkan di daerahnya.
Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian, diperoleh data faktor peserta didik (variabel X1), yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11.
Berdasarkan kriteria nilai masing-masing variabel seperti terdapat pada Lampiran 5, dapat ditentukan kecenderungan nilai faktor peserta didik yang disajikan pada Gambar 3 (Lampiran 11).
Gambar 3. Kecenderungan Nilai Faktor Peserta Didik (X1).
Faktor peserta didik terdiri dari keadaan sosial-ekonomi, kemampuan dasar, dan motivasi peserta didik. Soedijarto (1997:87) mengemukakan bahwa salah satu komponen penentu keberhasilan proses pendidikan adalah peserta didik
0.00 19.51 60.98 19.51 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 (%) X1
FAKTOR PESERTA DIDIK
Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
dengan latar belakang sosial ekonomi kultural, kemampuan dasar kognitif, dan motivasinya.
Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa sebanyak 60,98% responden memberikan nilai faktor peserta didik yang tinggi (Lampiran 11). Demikian pula dengan rata-rata nilai faktor peserta didik, seperti terdapat pada Lampiran 11, yaitu sebesar 31,21 termasuk dalam kriteria tinggi. Data tersebut menunjukkan responden cenderung berpendapat atau menilai bahwa keadaan sosial-ekonomi, kemampuan dasar, dan motivasi mereka dalam mendukung proses pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari adalah tinggi. Berkaitan dengan itu, dapat dikemukakan beberapa hal, yaitu:
- Keadaan sosial-ekonomi peserta didik mampu mendukung proses pendidikan mereka di SPP-SPMA Tanjungsari. Biaya pendidikan (SPP) di SPP-SPMA Tanjungsari relatif tidak mahal, yaitu Rp.10.000 per bulan. Selain itu, sebanyak 70 peserta didik di SPP-SPMA Tanjungsari setiap tahunnya memperoleh beasiswa. Berkaitan dengan itu, sangat dimungkinkan peserta didik relatif tidak mengalami permasalahan kesulitan biaya pendidikan. Artinya, walaupun keadaan sosial-ekonominya tidak terlalu tinggi (Lampiran 10), namun menurut peserta didik tetap mampu mendukung proses pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari.
- Kemampuan dasar peserta didik yang dilihat dari pengalaman prestasi, dapat mendukung proses pendidikan mereka di SPP-SPMA Tanjungsari. Sebelum peserta didik diterima untuk belajar di SPP-SPMA Tanjungsari, mereka terlebih dahulu harus lulus dalam ujian tertulis dan wawancara. Ujian tertulis
dan wawancara tersebut dilaksanakan untuk menilai apakah peserta didik memiliki kemampuan dasar standar untuk dapat belajar di SPP-SPMA Tanjungsari. Berkaitan dengan itu, peserta didik yang telah memenuhi persyaratan lulus ujian tertulis dan wawancara tersebut, dapat dikatakan bahwa pada saat mereka memulai pendidikan, mereka telah memiliki kemampuan dasar yang dapat mendukung proses pendidikannya di SPP- SPMA Tanjungsari.
- Rata-rata peserta didik mengikuti pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari oleh karena keinginan sendiri dan ketertarikannya pada pendidikan pertanian. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar peserta didik berasal dari lingkungan masyarakat pertanian, sehingga mereka memiliki motivasi yang lebih tinggi untuk mengikuti pendidikan bidang pertanian. Tingginya motivasi terebut merupakan nilai tambah dalam mendukung keberhasilan mereka. Menurut Wlodkowski (1991:4), motivasi penting karena merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pembelajaran. Motivasi yang tinggi akan semakin mendorong semangat dan kemampuan belajar, sehingga pada akhirnya semakin mendukung keberhasilan proses pendidikan.
b. Data Faktor Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan dalam penelitian ini adalah guru. SDM guru di SPP- SPMA Tanjungsari terdiri dari guru tetap sebanyak 40 orang dan guru honorer sebanyak 25 orang. Keadaan SDM guru di SPP-SPMA Tanjungsari tercantum pada Tabel 12.
Tabel 12. Keadaan SDM Guru di SPP-SPMA Tanjungsari pada T.A. 2008/2009 Tingkat Pendidikan Komponen SDM S3 S2 S1 D3 SLTA Jumlah Pendidik - Guru Tetap 0 3 24 2 11 40 - Guru Honorer 1 1 13 5 5 25 Total 1 4 37 7 16 65
Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa sebagian besar SDM guru, yaitu sebanyak 42 orang atau 64,62%, memiliki tingkat pendidikan S1 ke atas. Keadaan SDM guru tersebut memungkinkan untuk dapat mendukung proses pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari. Di samping itu, SDM guru di SPP-SPMA Tanjungsari senantiasa diupayakan peningkatan kualitasnya, yaitu dengan menyelenggarakan Pendidikan Guru Pertanian secara khusus, agar dapat memenuhi kebutuhan nyata di lapangan.
Pada Tabel 12 juga terlihat adanya guru, baik tetap maupun honorer, yang memiliki tingkat pendidikan SLTA, dan guru honorer dengan tingkat pendidikan S3. Guru dengan tingkat pendidikan SLTA seluruhnya merupakan instruktur lapangan yang bertugas membantu proses pembelajaran praktik di lapangan. Sedangkan guru honorer dengan tingkat pendidikan S3 merupakan guru yang berasal dari Fakultas Pertanian, Universitas Winaya Mukti (UNWIM), yaitu lembaga pendidikan tinggi yang juga dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian, diperoleh data faktor tenaga kependidikan (variabel X2) yang terdapat pada Lampiran 12.
Faktor tenaga kependidikan meliputi kompetensi, kemampuan mengajar, dan kedisiplinan guru. Crowl et al. (1997:14) menyatakan bahwa guru yang efektif di antaranya harus memiliki komitmen pada kegiatan pembelajaran, dan memahami mata pelajaran yang diajarkan serta bagaimana mengajarkannya. Komitmen pada pembelajaran dapat ditunjukkan dengan tingkat kedisiplinan guru, sedangkan pemahaman mata pelajaran yang diajarkan dan bagaimana mengajarkannya dapat dilihat dari kompetensi dan kemampuan mengajar.
Gambar 4. Kecenderungan Nilai Faktor Tenaga Kependidikan (X2).
Gambar 4 menunjukkan bahwa sebanyak 56,10% responden memberikan nilai faktor tenaga kependidikan yang tinggi (Lampiran 12). Rata-rata nilai faktor tenaga kependidikan, seperti terdapat pada Lampiran 12, yaitu sebesar 29,65 termasuk dalam kriteria tinggi. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa sebagian
2.44 32.93 56.10 8.54 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 (%) X2
FAKTOR TENAGA KEPENDIDIKAN
Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
besar responden menilai bahwa kompetensi, kemampuan mengajar, dan kedisiplinan guru mereka termasuk tinggi.
Nilai faktor tenaga kependidikan yang tinggi dapat dijelaskan oleh keadaan SDM guru di SPP-SPMA Tanjungsari yang sebagian besar, bahkan hampir seluruhnya, telah berpendidikan S1 (Tabel 6). Usman (2002), dalam Karsidi (2007:71), mengatakan bahwa salah satu syarat agar guru dapat melaksanakan tugasnya adalah memiliki tingkat pendidikan yang memadai. Tingkat pendidikan guru tentu akan berhubungan dengan kompetensinya. Guru dengan pendidikan S1 sangat dimungkinkan telah memiliki kompetensi yang diperlukan untuk proses pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari. Selain itu, SPP- SPMA Tanjungsari juga telah berupaya untuk senantiasa meningkatkan kualitas tenaga guru melalui penyelenggaraan Pendidikan Guru Pertanian secara khusus, sehingga mendukung terwujudnya guru yang memiliki kompetensi, kemampuan mengajar, dan kedisiplinan sesuai harapan peserta didik.
c. Data Faktor Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Saat ini telah dikembangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
KBK merupakan kurikulum dengan pendekatan kompetensi. Dalam hal ini, kompetensi merupakan indikator yang menunjuk pada perbuatan yang dapat diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek perilaku, serta tahap-tahap
pelaksanaannya secara utuh. Berbeda dengan pendekatan lainnya, pendekatan kompetensi lebih menekankan pada kemampuan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan. KBK memfokuskan pada penguasaan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan (Mulyasa, 2006:39- 40,69).
KTSP merupakan tindak lanjut dari pembaruan KBK. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berlaku. Sebagaimana halnya pada KBK, pengembangan KTSP memfokuskan pada kompetensi tertentu, berupa perilaku yang utuh (logical sequence) dan terpadu (integrative), serta dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud hasil belajar (Mulyasa, 2007:8-16, 146).
SPP-SPMA Tanjungsari menerapkan kurikulum dengan pendekatan kompetensi (Tabel 7). Hal ini dapat dijelaskan dengan proses pembelajaran praktik dengan bobot 70%, yang sebelumnya didahului dengan pembelajaran teori dengan bobot 30%. Proses pembelajaran telah dilaksanakan dengan menekankan pada penguasaan kompetensi-kompetensi tertentu di bidang pertanian oleh peserta didik, berupa pengetahuan dan keterampilan bidang pertanian yang dapat
didemonstrasikan peserta didik dengan tahap-tahap pelaksanaan yang utuh dan terpadu.
Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian, diperoleh data faktor kurikulum (variabel X3) yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 13.
Kecenderungan nilai faktor kurikulum disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Kecenderungan Nilai Faktor Kurikulum (X3).
Faktor kurikulum terdiri dari kesesuaian mata pelajaran dengan kompetensi yang dibutuhkan, proses belajar-mengajar, dan evaluasi yang diterapkan di SPP-SPMA Tanjungsari. Menurut Soedijarto (1997:87), mutu hasil pendidikan pada hakekatnya dipengaruhi oleh beberapa komponen, salah satunya adalah sistem kurikulum dengan materi kurikulum yang direncanakan (mata pelajaran), proses belajar-mengajar, dan sistem evaluasi.
0.00 1.22 59.76 39.02 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 (%) X3 FAKTOR KURIKULUM Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
Dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa sebanyak 59,76% responden memberikan nilai faktor kurikulum yang tinggi dan 39,02% lainnya memberikan nilai faktor kurikulum sangat tinggi (Lampiran 13). Rata-rata nilai faktor kurikulum yaitu sebesar 33,66 (Lampiran 13) termasuk dalam kriteria tinggi. Hal tersebut menunjukkan responden cenderung berpendapat atau menilai bahwa tingkat kesesuaian mata pelajaran dengan kompetensi yang dibutuhkan, proses belajar-mengajar yang dilaksanakan, dan sistem evaluasi yang diterapkan, tergolong tinggi.
Rata-rata nilai faktor kurikulum yang termasuk kriteria tinggi (33,66), dimungkinkan disebabkan oleh karena beberapa karakteristik kurikulum di SPP- SPMA Tanjungsari, sebagai berikut:
- Mata pelajaran yang diberikan relevan dengan pencapaian kompetensi di bidang pertanian (Tabel 7).
- Pelaksanaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan praktik daripada teori, sehingga peserta didik dapat menguasai keterampilan bidang pertanian secara lebih baik.
- Sistem evaluasi yang diterapkan di antaranya adalah Uji Kompetensi yang memungkinkan peserta didik memperoleh Sertifikat Kompetensi yang dapat digunakan pada saat bekerja.
Karakteristik kurikulum tersebut telah memenuhi kebutuhan peserta didik berupa kompetensi bidang pertanian beserta sertifikasinya. Wlodkowski (1991:58- 62) mengemukakan bahwa pembelajar (peserta didik) termotivasi untuk belajar, salah satunya oleh karena adanya kebutuhan. Artinya, kepuasan peserta didik
terhadap proses pembelajaran, tercapai pada saat kebutuhan peserta didik dapat terpenuhi.
d. Data Faktor Sarana dan Prasarana
SPP-SPMA Tanjungsari telah memiliki sarana dan prasarana pendukung proses pembelajaran, baik teori maupun praktik. Sarana dan prasarana tersebut antara lain: ruang pelatihan, asrama putri, asrama pelatihan, ruang kelas, aula, rumah kaca, laboratorium kimia, laboratorium fisika, laboratorium biologi, laboratorium bahasa, laboratorium komputer, perpustakaan, ruang kerohanian, ruang pasca panen, bengkel latih, gudang hasil/benih, ruang koperasi, kandang ternak, rumah dinas, rumah jaga, dan pos satpam.
Perpustakaan di SPP-SPMA Tanjungsari telah didukung oleh sarana dan prasarana yang memenuhi standar. Perpustakaan dikelola oleh pustakawan, dan menerapkan sistem pelayanan self service dengan dukungan katalog. Koleksi buku yang tersedia di antaranya yaitu: kepustakaan umum, manajemen, agribisnis, agroindustri, kewirausahaan, jurnal, tabloid, koran, leaflet, dan majalah.
Khusus untuk pembelajaran praktik, SPP-SPMA Tanjungsari juga mempunyai lahan seluas 15,389 hektar, yang terdiri dari: sawah; kolam; lahan darat, meliputi: kebun praktik, kebun koleksi, kebun induk, dan kebun unit produksi.
Selain itu, SPP-SPMA Tanjungsari juga telah didukung oleh sarana olah raga, pelayanan kesehatan, jalan, dan barang non teknis kantor seperti alat-alat elektronik, alat pertanian, alat bengkel, alat klimatologi, dan lain sebagainya yang merupakan pendukung proses pembelajaran.
Secara umum sarana dan prasarana pendukung proses pembelajaran praktik sudah memadai, baik kuantitas maupun kualitasnya. Namun, untuk proses pembelajaran teori masih belum didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang optimal. Hal ini terlihat dari keadaan ruang kelas yang kurang baik dalam hal pencahayaan, ventilasi, kebersihan, dan keteraturan ruangan; serta ketersediaan alat, media dan teknologi pengajaran yang masih belum memadai.
Faktor sarana dan prasarana pada penelitian meliputi ketersediaan sarana dan prasarana, baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam mendukung proses pembelajaran teori dan praktik, serta teknologi yang digunakan dalam proses pembelajaran. Ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran akan mampu meningkatkan motivasi belajar dan efektivitas pembelajaran. Demikian pula dengan teknologi yang digunakan dalam pembelajaran. Ihde (1979) menyatakan bahwa teknologi dalam pendidikan perlu dipahami baik konteks maupun tujuannya. Perbedaan alat dan teknologi yang digunakan akan memberikan perbedaan hasil transformasi pengetahuan (Seemann, 2003:30-36). Pernyataan tersebut bermakna bahwa teknologi dapat menentukan efektivitas pendidikan.
Sebaran data faktor sarana dan prasarana (variabel X4) secara lengkap
terdapat pada Lampiran 14. Kecenderungan nilai faktor sarana dan prasarana dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 menunjukkan bahwa sebanyak 58,54% responden, memberikan nilai faktor sarana dan prasarana yang tinggi (Lampiran 14). Demikian pula dengan rata-rata nilai faktor sarana dan prasarana, yaitu sebesar 29,93, termasuk
pada kriteria tinggi (Lampiran 14). Hal tersebut menunjukkan responden cenderung berpendapat atau menilai bahwa tingkat ketersediaan sarana dan prasarana serta teknologi dalam mendukung proses pembelajaran adalah tinggi.
Gambar 6. Kecenderungan Nilai Faktor Sarana dan Prasarana (X4).
Keadaan sarana dan prasarana di SPP-SPMA Tanjungsari, khususnya untuk mendukung proses pembelajaran praktik dapat dikatakan baik (subbab A.1.g). Lahan praktik meliputi sawah, kolam, dan lahan darat, serta sarana dan prasarana lainnya seperti rumah kaca, laboratorium, bengkel latih, dan lain sebagainya telah mendukung proses pembelajaran. Selain itu, pada saat praktik peserta didik difasilitasi dengan alat-alat praktik yang disediakan oleh sekolah. Begitu pula dengan teknologi, terutama komputer, SPP-SPMA Tanjungsari telah memiliki instalasi laboratorium komputer. Ketersediaan sarana dan prasarana yang baik khususnya yang mendukung pembelajaran praktik tersebut, tidak
1.22 31.71 58.54 8.54 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 (%) X4
FAKTOR SARANA DAN PRASARANA
Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
terlepas dari status SPP-SPMA Tanjungsari sebagai SPP-SPMA unggulan dan percontohan di Provinsi Jawa Barat.
Beberapa kelemahan yang ditemukan di lapangan, yang dimungkinkan memberi pengaruh negatif terhadap penilaian peserta didik berkaitan dengan faktor sarana dan prasarana, di antaranya yaitu: (i) Keadaan ruang kelas yang belum memadai, seperti kurang pencahayaan dan ventilasi udara, serta kebersihan yang belum secara berkelanjutan terpelihara dengan baik; dan (ii) Belum mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran di kelas, seperti Over Head Projector atau LCD Projector. Berkaitan dengan kelemahan point ii, pada dasarnya pemilihan dan penggunaan media pembelajaran harus disesuaikan di antaranya dengan keadaan peserta didik, keterampilan guru/pelatih, budaya organisasi, fasilitas yang tersedia, dan prinsip-prinsip pembelajaran (Davies, 2005:124). Artinya, penggunaan media pembelajaran yang modern mungkin tidak tepat diterapkan pada suatu proses pembelajaran. Namun demikian, perlu dipertimbangkan juga bahwa penggunaan media pembelajaran, termasuk teknologi, akan mempengaruhi motivasi belajar peserta didik, sebagaimana dikemukakan Dick dan Reiser (1989:89), penggunaan media pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik dan pada akhirnya memotivasi mereka.
e. Data Faktor Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga peserta didik di SPP-SPMA Tanjungsari tidak seluruhnya memiliki karakteristik lingkungan pertanian. Sebagai gambaran, pada lingkungan keluarga peserta didik responden, dari 82 orang peserta didik responden, hanya 17 orang atau 20,7% peserta didik yang keluarganya
bermatapencaharian di sektor pertanian. Namun demikian, hampir seluruh keluarga peserta didik berasal dari daerah Kabupaten Sumedang yang berarti berasal dari lingkungan masyarakat pertanian, sehingga pada kenyataannya lingkungan keluarga peserta didik secara umum karakteristiknya telah dipengaruhi oleh lingkungan masyarakatnya yang merupakan lingkungan masyarakat pertanian.
Dari hasil pengumpulan data penelitian diperoleh data faktor lingkungan keluarga (variabel X5) seperti tersaji pada Lampiran 15. Kecenderungan nilai
faktor lingkungan keluarga ditampilkan pada Gambar 7.
Faktor lingkungan keluarga meliputi karakteristik lingkungan keluarga dalam mendukung pendidikan peserta didik dan partisipasi keluarga dalam membayar biaya pendidikan, mengikuti pertemuan sekolah, dan dalam pengembangan motivasi belajar peserta didik. Jordan dan Porath (2006:185-186) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik budaya dan agama dengan komitmen pada pendidikan. Karakteristik budaya dan agama pada lingkungan keluarga sangat dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan dari keluarga yang bersangkutan. Selanjutnya, Mudjiman (2007:48-49) mengemukakan bahwa lingkungan keluarga menunjang pembangunan motivasi peserta didik, yang antara lain dalam bentuk dukungan seperti partisipasi dalam membayar biaya pendidikan.
Pada Gambar 7 terlihat bahwa 63,41% responden memberikan nilai faktor lingkungan keluarga yang tinggi (Lampiran 15). Rata-rata nilai faktor lingkungan keluarga, seperti terdapat pada Lampiran 15, yaitu sebesar 31,12 termasuk dalam
kriteria tinggi. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menilai tingkat dukungan karakteristik lingkungan keluarga dan partisipasi keluarga dalam proses pendidikan mereka termasuk tinggi.
Gambar 7. Kecenderungan Nilai Faktor Lingkungan Keluarga (X5).
Tingginya rata-rata nilai faktor lingkungan keluarga dapat dijelaskan terutama oleh karena tingginya dorongan/dukungan dan partisipasi lingkungan keluarga dalam proses pendidikan peserta didik di SPP-SPMA Tanjungsari. Tingginya dorongan dan partisipasi lingkungan keluarga tersebut berhubungan dengan karakteristik lingkungan di mana keluarga peserta didik tinggal, yaitu bahwa hampir seluruh keluarga peserta didik tinggal di lingkungan pertanian. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa SPP-SPMA Tanjungsari berada di wilayah Kabupaten Sumedang yang perekonomiannya berbasiskan sektor pertanian. Berkaitan dengan itu, lingkungan keluarga yang berada di
0.00 21.95 63.41 14.63 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 (%) X5
FAKTOR LINGKUNGAN KELUARGA
Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
lingkungan pertanian dimungkinkan telah menjadi faktor pendorong keluarga peserta didik untuk memberikan dukungan kepada peserta didik agar mereka dapat melaksanakan dan menyelesaikan pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari dengan baik.
Sedangkan untuk karakteristik lingkungan keluarga, berdasarkan temuan di lapangan diketahui bahwa hanya sebagian kecil peserta didik yang berasal dari keluarga petani (Lampiran 10). Namun demikian, sebagian besar karakteristik keluarga peserta didik memiliki kaitan yang erat dengan karakteristik lingkungan pertanian, seperti misalkan ada keluarga peserta didik yang orang tuanya bekerja sebagai pegawai pemerintah di instansi yang berkaitan dengan sektor pertanian (Dinas Pertanian, BPP, dan lain sebagainya). Hal tersebut telah menyebabkan peserta didik tetap menilai bahwa karakteristik lingkungan keluarganya telah mendukung pendidikannya di SPP-SPMA Tanjungsari.
f. Data Faktor Lingkungan Masyarakat
SPP-SPMA Tanjungsari berada di wilayah Tanjungsari, Sumedang. Sumedang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat dan berbatasan langsung dengan ibu kota provinsi, Bandung. Seperti halnya kabupaten lain, kabupaten yang memiliki luas wilayah 153.124 hektar dan jumlah penduduk hampir 1 juta jiwa ini, juga menyimpan cukup banyak potensi di sektor pertanian, peternakan, dan kehutanan. Beberapa komoditi unggulan Kabupaten Sumedang antara lain ubi Cilembu, salak Cipondoh, pisang, dan singkong. Sedangkan Tanjungsari merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sumedang. Perekonomian masyarakat di kecamatan ini berbasis sektor pertanian. Komoditi
unggulan daerah ini terutama sayuran dan buah-buahan (hortikultura), ubi-ubian (pangan), serta susu sapi (peternakan).
Berkaitan dengan masyarakat di wilayah Sumedang, khususnya Tanjungsari yang sebagian besar perekonomiannya berbasis sektor pertanian, menunjukkan bahwa lingkungan masyarakat di mana SPP-SPMA Tanjungsari