• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

B. Hasil Penelitian

3. Deskripsi data penelitian

3. Deskripsi Data Penelitian

Berdasarkan deskripsi data penelitian dapat dilakukan pengelompokan yang mengacu pada kriteria kategorisasi. Azwar (2000) menyatakan bahwa

kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa skor subjek penelitian terdistribusi normal. Kriterianya terbagi atas tiga kategori yaitu: rendah, sedang, dan tinggi.

Pengkategorisasian tiga jenjang (tinggi, sedang, rendah) merupakan pengkategorisasian minimal yang digunakan oleh peneliti. Apabila hanya dilakukan pengkategorisasian dalam 2 jenjang (misalnya tinggi dan rendah) maka akan menghadapi resiko kesalahan yang cukup besar bagi skor-skor yang terletak di sekitar nilai rerata kelompok (Azwar, 2000). Pengkategorisasian dalam 3 jenjang digunakan untuk menghindari resiko kesalahan yang cukup besar dan untuk keefisienan. Kriteria kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan norma kategorisasi sebagai berikut (Azwar, 2000).

Tabel 13. Kategorisasi Skor Motivasi Berprestasi Siswa

Kategori Rumusan Skor

rendah X< (µ-1,0σ)

sedang (µ-1,0σ) ≤ X (µ+1,0σ)

tinggi (µ+1,0σ) ≤ X

a. Variabel Motivasi Berprestasi

Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang motivasi berprestasi subjek penelitian, untuk itu peneliti menggunakan alat ukur berupa Skala Motivasi Berprestasi.

Dari 28 pernyataan pada Skala Motivasi Berprestasi yang rentang nilainya berkisar 0-3 menghasilkan kemungkinan total tertinggi 84 dan total terendah 0. Penggolongan nilai skala 0-3 yang memiliki arti 3 (sangat sesuai), 2 (sesuai), 1

tidak sesuai), 0 (sangat tidak sesuai) untuk sikap dan sifat yang merupakan indikator dari siswa yang memiliki motivasi berprestasi. Penggolongan ini berlaku untuk pernyataan favorable, sedangkan untuk pernyataan unfavorable, penggolongan nilai skala memiliki arti yang sebaliknya.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh diketahui bahwa skor tertinggi yang berhasil didapatkan oleh subjek adalah 84 dan skor terendah dari subjek adalah 39, dengan deskripsi total sebagai berikut.

Tabel 14. Deskripsi Skor Motivasi Berprestasi

N Minimum Maksimum Rerata Std. Deviasi

RerataEmpirik 65 39 84 62.89 11.233

Rerata Hipotetik 65 0 84 42.00 59.397

Merujuk pada tabel 14, diketahui bahwa nilai rerata empirik (mean empiric) motivasi berprestasi yang diperoleh sebesar 62,89 dengan standard deviation (SD) sebesar 11,233. Sementara nilai rerata hipotetik (mean hipotetic)

diperoleh sebesar 42.00 dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai rerata hipotetik < nilai rerata empirik, sehingga dapat dikatakan bahwa rata-rata subjek penelitian memiliki motivasi berprestasi yang lebih tinggi dari pada rata-rata statistik.

Kategorisasi motivasi berprestasi dari nilai rerata hipotetik sebesar 42,00 dan standard deviation (SD) sebesar 59,397 terlihat dalam tabel 15 berikut ini.

Tabel 15. Data Kategorisasi Skor Motivasi Berprestasi

Kategori Skor Frekuensi Persentase Persentase Kumulatif

rendah X<70 47 72,31 % 72,31 %

sedang 70≤X≤98 18 27,69 % 100 %

Berdasarkan tabel 15, diketahui bahwa tidak ada subjek penelitian yang tergolong ke dalam kategori motivasi berprestasi tinggi, subjek yang tergolong ke dalam kategori motivasi berprestasi sedang yaitu sebanyak 18 orang (27,69%), dan subjek yang tergolong ke dalam kategori motivasi berprestasi rendah yaitu sebanyak 47 orang (72,31%).

b. Variabel Manajemen Kelas pada Guru

1) Data manajemen kelas pada guru didapatkan dari tiga orang guru kelas yang diminta mengisi kuesioner dan diobservasi selama kegiatan belajar mengajar. Kuesioner manajemen kelas memuat 37 pernyataan yang rentang nilainya berkisar 0-3 menghasilkan kemungkinan total tertinggi 111 dan total terendah 0. Penggolongan nilai skala 0-3 yang memiliki arti 3 (sangat sesuai), 2 (sesuai), 1 (tidak sesuai), 0 (sangat tidak sesuai) untuk sikap dan sifat yang merupakan indikator dari guru yang memiliki kemampuan manajemen kelas. Penggolongan ini berlaku untuk pernyataan favorable, sedangkan untuk pernyataan unfavorable, penggolongan nilai skala memiliki arti yang sebaliknya. Skor yang didapatkan oleh ketiga subjek adalah 103, 64 dan 74.

Tabel 16. Deskripsi Skor Manajemen Kelas

N Minimum Maksimum Rerata Std. Deviasi

Rerata Empirik 3 64.00 103.00 80.3333 20.25669

Merujuk pada tabel 16, diketahui bahwa nilai rerata empirik (mean empiric)

manajemen kelas yang diperoleh sebesar 80,833 dengan standard deviation (SD) sebesar 20,25669. Sementara nilai rerata hipotetik (mean hipotetic)

diperoleh sebesar 55,50 dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai rerata hipotetik<nilai rerata empirik, sehingga dapat dikatakan bahwa rata-rata subjek penelitian memiliki manajemen kelas yang lebih tinggi dari pada rata-rata statistik.

2) Pelaksanaan observasi dilakukan guna memperkaya data manajemen kelas yang didapatkan dari alat ukur kuesioner. Observasi dilakukan sebanyak tiga kali pada setiap guru oleh dua orang observer. Guru yang diobservasi adalah guru (wali kelas) dari siswa-siswi yang menjadi sampel penelitian. Hasil observasi Manajemen Kelas Guru adalah sebagai berikut.

Tabel 17. Hasil Observasi Manajemen Kelas Guru PENGAMATAN SUBJEK KE- A B C I 68.5 40.5 43 II 73 40.5 54 III 73 51 58 Total 214.5 132 155

Hasil observasi dan kuesioner manajemen setiap guru selanjutnya dijumlahkan untuk mendapatkan gambaran manajemen kelas dengan menggunakan Z-score.

Untuk lebih jelasnya, hasil observasi dan data kuesioner manajemen kelas dapat dilihat pada tabel 18 berikut.

Tabel 18. Hasil Observasi dan Kuesioner Manajemen Kelas Guru Hasil

Observasi

Kuesioner Zobservasi Zkuesioner Jumlah

A 214.5 103 1.11178 1.11897 2.23075

B 132 64 -0.826 -0.80632 -1.63232

C 155 74 -0.28577 -0.31265 -0.59842

Pengkategorian skor Manajemen Kelas guru dibagi atas dua jenjang, yaitu efektif dan tidak efektif dengan ketentuan sebagaimana tercantum pada tabel 19.

Tabel 19. Kategorisasi Skor Manajemen Kelas

Kategori Skor

Efektif Z > 0 Tidak efektif Z < 0

Berdasarkan tabel 19, maka guru yang tergolong memiliki kemampuan manajemen kelas efektif adalah guru A, sedangkan guru yang tergolong memiliki kemampuan manajemen kelas tidak efektif adalah guru B dan C.

3. Hasil Tambahan Penelitian

Hasil tambahan penelitian ini didapatkan dari observasi yang dilakukan untuk mengetahui manajemen kelas guru. Jumlah guru yang diobservasi adalah tiga orang guru (wali kelas) yang siswa-siswi di kelasnya menjadi sampel penelitian. Pemaparan deskripsi hasil observasi ini bersifat kualitatif dan tidak dilakukan perhitungan statistik karena sifatnya sebagai data tambahan penelitian.

a. Hasil Observasi Manajemen Kelas Guru A di SD Swasta Pertiwi

Ketika bel tanda masuk kelas berbunyi, guru sudah bersiap di depan kelas untuk menyuruh semua siswa masuk ke dalam kelas. Guru selalu membuka pelajaran dengan berdoa bersama-sama dengan seluruh siswa. Penjelasan mengenai pelajaran yang akan dipelajari pada hari itu hampir selalu dilakukan oleh guru. Guru menerangkan terlebih dahulu topik pelajaran secara umum kemudian ke topik yang lebih khusus. Penggunaan metode pembelajaran juga dinilai sesuai, guru terlihat mampu membuat siswanya menjadi antusias, tidak ada yang terlihat mengantuk atau melamun. Guru sangat sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan topik pelajaran. Hampir semua siswa mengangkat tangan karena ingin menjawab. Guru mengamati siswa yang tidak mengangkat tangannya dan bertanya mengapa siswa tersebut tidak ingin menjawab pertanyaan, apakah karena ia tidak mengerti pelajaran atau karena ia tidak membaca topik pelajaran ini sebelumnya.

Selama pelajaran berlangsung, guru tidak memiliki kendala dalam penggunaan peralatan pembelajaran maupun alat mengajar. Semua tersedia dengan kondisi yang baik dan guru mampu menggunakannya secara maksimal. Guru cukup dapat mengatur aspek fisik kelas dengan baik. Guru dapat menyesuaikan tampilan di papan tulis agar dapat dibaca dengan jelas oleh seluruh siswa dan mengatur meja-meja agar terlihat rapi dan nyaman. Posisi, ukuran dan bentuk jendela di kelas tidak menimbulkan gangguan karena lalu lalang orang di luar kelas diantisipasi dengan memakai tirai. Sayangnya, pintu selalu terbuka meskipun pencahayaan dan sirkulasi tidak terganggu apabila pintu ditutup. Pencahayaan,

suhu serta sirkulasi udara di kelas cukup baik. Posisi kelas berada di lantai dua dan jauh dari pusat keramaian di sekolah, sehingga kebisingan tidak menghambat kegiatan belajar mengajar. Sementara itu, benda-benda hasil kerja siswa, prakarya, hasil ekperimen, alat bantu atau alat peraga di kelas ditata dengan cukup baik. Posisi duduk siswa sudah sesuai dengan kebutuhan siswa dan terlindung dari cahaya yang menyilaukan. Keadaan kelas cukup bersih dan guru mampu mengefektifkan jadwal piket kelas. Setiap waktu istirahat, siswa yang mendapat giliran piket kebersihan terlihat menyapu kelas dan memunguti sampah.

Peraturan dan prosedur di kelas berjalan dengan sangat baik. Setiap siswa yang hendak ke kamar kecil atau keluar kelas, meminta izin terlebih dahulu kepada guru. Begitu juga halnya ketika siswa ingin bertanya, maka siswa mengangkat tangannya terlebih dahulu. Ketika ada siswa yang tidak mengerjakan tugas, guru menegurnya dengan baik tanpa menghentikan pelajaran. Selama pelaksanaan observasi, tidak ditemukan siswa yang melakukan pelanggaran peraturan.

Guru sering memberi kesempatan bertanya atau mengemukakan pendapat untuk menciptakan suasana aktif di kelas. Setiap anak terlihat antusias untuk mengemukakan pendapat ketika guru memberi kesempatan. Sementara itu, untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif dan menyenangkan, guru menceritakan hal-hal lucu sehingga siswa tidak terlihat bosan.

Cara guru berpakaian rapi, bersih dan sopan. Guru tidak pernah terlambat masuk kelas, bahkan guru sudah duduk di bangku di depan kelas sebelum jam pelajaran di mulai. Selama jam pelajaran berlangsung, guru tidak pernah

meninggalkan kelas dan dapat mengelola waktu belajar dengan efektif. Ketika jam pelajaran telah berakhir, guru mampu menginstruksikan seluruh siswa untuk segera mengakhiri pelajaran dan beralih ke mata pelajaran baru atau segera beristirahat apabila waktu istirahat telah tiba.

b. Hasil Observasi Manajemen Kelas Guru B di SD Swasta Pertiwi

Ketika bel tanda masuk kelas berbunyi, guru B sudah bersiap di depan kelas untuk menyuruh semua siswa masuk ke dalam kelas. Guru selalu membuka pelajaran dengan berdoa bersama-sama dengan seluruh siswa. Guru tidak memberikan penjelasan mengenai pelajaran yang akan dipelajari pada hari itu. Guru lebih banyak diam dan duduk di kursinya. Saat pelajaran matematika, guru memberi penjelasan materi sambil duduk di kursi, sehingga siswa tidak dapat melihat guru. Guru tidak menggunakan metode pembelajaran yang sesuai. Ketika menjelaskan bagaimana mengubah bilangan bulat menjadi bilangan persen, guru hanya menggunakan metode ceramah, tanpa memberi contoh cara pengerjaannya di papan tulis. Hal ini membuat seorang siswa bertanya-tanya ke teman sebangkunya. Tidak sedikit siswa yang terlihat mengobrol, mengantuk bahkan ada yang membaca buku lain.

Guru tidak pernah mengajukan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan topik pelajaran. Setelah selesai menjelaskan materi, guru meminta siswa membaca sendiri buku dan mencoba mengerjakan contoh soal. Ketika siswa mengerjakan soal, guru tidak melakukan pemantauan dengan mendatangi meja-meja siswa. Guru membiarkan siswa mengerjakan tugas sendiri, sementara guru hanya duduk

diam di kursinya. Tidak semua siswa mengerjakan tugas yang diperintahkan. Sebagian besar asyik mengobrol dengan teman sebangkunya, sehingga suasana kelas menjadi gaduh. Saat suasana kelas terlalu berisik, guru meminta siswa merendahkan suaranya dengan nada tinggi dan memarahi siswa yang mengobrol.

Selama pelajaran berlangsung, guru tidak menggunakan media & peralatan pembelajaran maupun alat mengajar, meskipun sebenarnya hal ini dirasa sangat dibutuhkan untuk membantu menjelaskan materi. Semua media & peralatan pembelajaran maupun alat mengajar tersedia dengan kondisi yang baik, namun tidak digunakan sama sekali.

Guru cukup dapat mengatur aspek fisik kelas dengan baik, guru mengatur meja-meja agar terlihat rapi dan nyaman. Posisi, ukuran dan bentuk jendela di kelas tidak menimbulkan gangguan karena lalu lalang orang di luar kelas diantisipasi dengan memakai tirai. Sayangnya, pintu selalu terbuka. Letak pintu yang berada di sisi kiri belakang kelas membuat siswa yang duduk di bangku paling belakang tidak konsentasi pada pelajaran. Siswa sering melihat kea rah luar, bahkan berkomunikasi dengan siswa dari kelas lain.

Terkadang pencahayaan dirasa kurang sehingga kelas terasa gelap. Guru tidak melakukan apapun ketika ruangan terasa gelap, sehingga siswa sendiri yang menyalakan lampu. Suhu serta sirkulasi udara di kelas cukup baik. Posisi kelas yang berada di lantai satu, tepat di sebelah kantin utama dan berada di depan kantin lainnya, sehingga kebisingan selalu menghambat kegiatan belajar mengajar terutama ketika kelas tiga dan empat yang waktu istirahatnya lebih dulu dari kelas lima telah memasuki waktu istirahat. Guru memiliki intonasi dan volume suara

yang sangat pelan yang membuat siswa tidak dapat mendengar suara guru. Beberapa siswa yang duduk di bagian belakang sering meminta pengulangan apa yang baru disampaikan oleh guru. Sementara itu, benda-benda hasil kerja siswa, prakarya, hasil ekperimen, alat bantu atau alat peraga di kelas ditata dengan cukup baik. Posisi duduk siswa sudah sesuai dengan kebutuhan siswa dan terlindung dari cahaya yang menyilaukan. Mengenai masalah kebersihan, keadaan kelas kotor, banyak terdapat sampah di lantai dan tidak tersedia tempat sampah.

Peraturan dan prosedur tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Kondisi kelas yang tidak jauh dari toilet membuat siswa bebas keluar masuk kelas untuk ke toilet tanpa meminta izin dari guru. Guru juga tidak menegur siswa yang keluar masuk kelas tanpa izin ini. Guru tidak pernah memberi kesempatan bertanya atau mengemukakan pendapat, sehingga siswa menjadi pasif di kelas dan melakukan aktivitas lain di luar kegiatan belajar mengajar. Guru tidak pernah menyisipkan humor di antara kegiatan belajar mengajar. Guru justru cukup sering berbicara dengan nada tinggi dan memarahi siswa. Ketika guru marah, siswa tenang untuk sementara dan kemudian membuat keributan lagi.

Cara guru berpakaian rapi, bersih dan sopan. Guru tidak pernah terlambat masuk kelas, namun beberapa kali keluar kelas selama jam pelajaran berlangsung dan duduk di bangku depan kelas tanpa melakukan aktivitas tertentu. Ketika jam pelajaran telah berakhir, guru mampu menginstruksikan seluruh siswa untuk segera mengakhiri pelajaran dan beralih ke mata pelajaran baru atau segera beristirahat apabila waktu istirahat telah tiba.

c. Hasil Observasi Manajemen Kelas Guru C di SD Swasta Pertiwi

Ketika bel tanda masuk kelas berbunyi, guru sudah bersiap di depan kelas untuk menyuruh semua siswa masuk ke dalam kelas. Guru selalu membuka pelajaran dengan berdoa bersama-sama dengan seluruh siswa. Penjelasan mengenai pelajaran yang akan dipelajari pada hari itu terkadang dilakukan, terkadang tidak. Cara guru menerangkan terasa santai, siswa siswi seperti tidak menyadari bahwa mereka sudah memasuki pembahasan materi pelajaran. Guru bercerita tentang satu topik yang berkaitan dengan pelajaran dan meminta pendapat siswa. Sayangnya, tidak ada siswa yang memberikan pendapatnya. Penggunaan metode pembelajaran guru sudah cukup sesuai, namun guru kurang mampu membuat siswanya menjadi antusias. Guru terlalu banyak menyisipkan humor, sehingga ketika guru sedikit serius, siswa tidak menjadi antusias.

Tidak adanya siswa yang memberikan pendapat atau mengajukan pertanyaan sepertinya membuat guru jarang memberi pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan topik pelajaran. Selama pelajaran berlangsung, guru tidak memiliki kendala dalam penggunaan peralatan pembelajaran maupun alat mengajar. Semua tersedia dengan kondisi yang baik dan guru mampu menggunakannya secara maksimal.

Guru cukup dapat mengatur aspek fisik kelas dengan baik. Guru dapat menyesuaikan tampilan di papan tulis agar dapat dibaca dengan jelas oleh seluruh siswa dan mengatur meja-meja agar terlihat rapi dan nyaman. Posisi, ukuran dan bentuk jendela di kelas tidak menimbulkan gangguan karena lalu lalang orang di luar kelas diantisipasi dengan memakai tirai. Pencahayaan, suhu serta sirkulasi

udara di kelas cukup baik. Posisi kelas berada di lantai dua dan jauh dari pusat keramaian di sekolah, sehingga kebisingan tidak menghambat kegiatan belajar mengajar. Tidak ada benda-benda hasil kerja siswa, prakarya, hasil ekperimen, alat bantu atau alat peraga di kelas, sehingga dinding kelas terlihat kosong. Posisi duduk siswa sudah sesuai dengan kebutuhan siswa dan terlindung dari cahaya yang menyilaukan. Keadaan kelas cukup bersih dan guru mampu mengefektifkan jadwal piket kelas. Setiap waktu istirahat, siswa yang mendapat giliran piket kebersihan terlihat menyapu kelas dan memunguti sampah. Sayangnya, siswa memanfaatkan kesempatan ini untuk berlama-lama di luar kelas. Teguran guru untuk mempercepat aktivitas siswa yang sedang menyapu tersebut diabaikan oleh siswa.

Peraturan dan prosedur di kelas berjalan cukup baik, namun belum maksimal. Setiap siswa yang hendak ke kamar kecil atau keluar kelas, meminta izin terlebih dahulu kepada guru namun ketika mereka berada di luar kelas, siswa tidak benar-benar ke toilet, melainkan sekedar berdiri-berdiri di depan toilet. Guru tidak menyadari keadaan ini, sementara siswa di dalam kelas tertawa-tawa kecil melihat keadaan tersebut.

Cara guru berpakaian rapi, bersih dan sopan. Guru tidak pernah terlambat masuk kelas, bahkan guru sudah bersiap berdiri di depan pintu kelas sebelum jam pelajaran di mulai. Selama jam pelajaran berlangsung, guru sesekali meninggalkan kelas tapi tidak terlalu lama. Ketika jam pelajaran telah berakhir, guru tidak menginstruksikan seluruh siswa untuk segera mengakhiri pelajaran dan

beralih ke mata pelajaran baru, sehingga pelajaran selanjutnya terlambat dimulai. Begitu juga ketika waktu istirahat telah tiba.

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan, diskusi, dan saran-saran berkaitan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data penelitian dapat ditarik kesimpulan, bahwa:

1. Ada hubungan positif yang signifikan antara manajemen kelas dengan motivasi berprestasi siswa dengan r = 0,341 dengan taraf signifikansi p = 0,003 (p < 0,05).

2. Hipotesis diterima, bahwa manajemen kelas mempengaruhi motivasi berprestasi siswa. Sumbangan efektif yang diberikan manajemen kelas terhadap motivasi berprestasi pada siswa sebesar 11,6%, yang berarti bahwa manajemen kelas mempengaruhi motivasi berprestasi sebesar 11,6%.

3. Berdasarkan deskripsi data penelitian manajemen kelas, dari tiga orang guru yang diteliti, satu orang guru memiliki manajemen kelas efektif dan dua orang guru memiliki manajemen kelas tidak efektif.

4. Berdasarkan deskripsi data penelitian motivasi berprestasi, diperoleh bahwa jumlah subjek penelitian terbanyak berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 72,31 %.

5. Pada kelas yang diajar oleh guru A yang memiliki manajemen kelas efektif, berdasarkan rerata hipotetik, jumlah siswa yang memiliki motivasi sedang sebanyak 10 orang (41,67%) dan sebanyak 14 orang (58,33%) siswa memiliki motivasi berprestasi rendah.

6. Pada kelas yang diajar oleh guru B yang memiliki manajemen kelas tidak efektif, berdasarkan rerata hipotetik, jumlah siswa yang memiliki motivasi berprestasi sedang sebanyak 4 orang (20%) dan 16 orang (80%) siswa memiliki motivasi berprestasi rendah.

7. Pada kelas yang diajar oleh guru C yang memiliki manajemen kelas tidak efektif, berdasarkan rerata hipotetik, jumlah siswa yang memiliki motivasi berprestasi sedang sebanyak 4 orang (19%) dan sebanyak 17 orang (81%) siswa memiliki motivasi berprestasi rendah.

B. DISKUSI

Hasil analisa korelasi antara manajemen kelas dengan motivasi berprestasi pada siswa menghasilkan koefisien korelasi positif yang signifikan antara manajemen kelas dengan motivasi berprestasi, artinya semakin efektif manajemen kelas guru maka semakin tinggi motivasi berprestasi yang dimiliki siswa dan semakin tidak efektif manajemen kelas guru maka semakin rendah motivasi berprestasi siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Radd (dalam Eggen & Kauchack, 2004) yang mengindikasikan bahwa kelas yang dikelola dengan efektif dapat meningkatkan motivasi berprestasi.

Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi (r2), didapat bahwa sumbangan efektif variabel manajemen kelas terhadap motivasi berprestasi sebesar 11,6 %. Sedangkan 88,4 % menunjukkan besarnya pengaruh variabel lain dalam meningkatkan motivasi berprestasi. Sehingga, dalam penelitian ini variabel manajemen kelas tidak sepenuhnya mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi berprestasi pada siswa.

Jumlah siswa yang memiliki motivasi berprestasi tingkat sedang terbanyak berada di kelas A yang diajar oleh Guru A yaitu sebanyak 10 orang (41,67%), sedangkan yang diajar oleh guru B dan guru C hanya berjumlah 4 orang di setiap kelas atau 20 % saja.

Jumlah siswa yang memiliki motivasi berprestasi tingkat rendah terbanyak berada pada kelas B dan C yaitu 16 orang (80%) dan 17 (81%) sedangkan pada kelas A hanya berjumlah 14 orang (58,33%).

Berdasarkan hasil observasi manajemen kelas guru A, B, dan C di SD Swasta Pertiwi, Guru A memiliki persiapan bahan mengajar yang paling baik dibanding guru B dan C. Guru A selalu menyampaikan pelajaran apa yang akan dipelajari pada hari itu. Guru menerangkan terlebih dahulu topik pelajaran secara umum kemudian ke topik yang lebih khusus. Pada guru B hal ini tidak dilakukan sama sekali, sedangkan guru C terkadang melakukannya.

Sarana dan alat peraga, media & peralatan pembelajaran serta alat mengajar tersedia dalam kondisi yang baik di ketiga buah kelas. Namun guru yang menggunakannya hanya guru A dan C. Guru B jarang sekali menggunakan

peralatan pembelajaran, padahal seharusnya guru menggunakannya untuk membantu menjelaskan materi pelajaran.

Kemampuan pengaturan ruang kelas yang paling baik ada pada guru A. Guru A cukup dapat mengatur tampilan di depan kelas atau dipapan tulis, mengatur posisi duduk siswa, akses menuju area padat, pencahayaan, suhu dan sirkulasi udara, kebisingan, maupun menata benda-benda di kelas atau pajangan. Guru B dan guru C tidak sebaik guru A dalam pengaturan fisik kelas ini. Misalnya, guru B kurang memperhatikan masalah pencahayaan dan kebersihan di kelas, sedangkan guru C kurang memperhatikan masalah tampilan di papan tulis dan menata benda-benda pajangan di kelas seperti slogan yang dapat menginspirasi siswa dalam kelas, moto kelas, peraturan kelas, daftar kelengkapan kelas dan sebagainya.

Guru A memiliki kemampuan paling baik dalam mewujudkan situasi dan kondisi belajar mengajar yang kondusif. Hal ini terlihat dari kemampuan menegakkan peraturan dan prosedur di kelas, mampu menciptakan suasana aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar mengajar, mampu menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan, dan memiliki kedisiplinan yang paling baik di antara guru B dan C. Ketiga guru memiliki penampilan fisik dan pemilihan istilah atau bahasa dalam menerangkan pelajaran yang baik.

Berkaitan dengan pengaturan waktu, guru A memiliki kemampuan pengaturan waktu paling baik. Guru A memiliki alur mengajar yang runtut, mampu memantau seluruh siswa agar tidak melakukan kegiatan lain dan mampu

Dokumen terkait