• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Manajemen Kelas (Classroom Management) Terhadap Motivasi Berprestasi Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Manajemen Kelas (Classroom Management) Terhadap Motivasi Berprestasi Siswa"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

MAYA YULIA SAFITRI

NIM : 041301073

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

memberikan begitu banyak rahmat serta kemudahan dalam penyusunan skripsi

yang berjudul ”Pengaruh Manajemen Kelas (Classroom Management) terhadap

Motivasi Berprestasi Siswa”, guna memperoleh gelar sarjana jenjang strata (S1) di

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Penulis sampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada orang tuaku,

Drs. H. Bunyamin, M.Si dan Hj. Yeyet Herawati, S.H., M.Si serta mertuaku,

Moh. Imtichan dan Mayor (CKM) Sri Purwanti, mempersembahkan ini kepada

Ibu dan Bapak adalah suatu kebahagiaan, semoga berkenan dan menjadi

kebanggaan. Kepada kakakku, Hilman Rismayadi dan Mega Oktavinna, Kalyca,

Mbak Hesty, Mas Bowo, Bunga, Mbak Mely, Mas Imam dan Imelda, terima

kasih untuk dukungan selama ini ya. Kepada suami tersayang, Irfan Indriastono,

S.S., terima kasih untuk semuanya, kebersamaan kita adalah energi yang membuat

semua ini terasa mudah untuk dijalani.

Selain itu, penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, tentu sangat sulit untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu,

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof.Dr. Chairul Yoel, Sp.A(K) selaku Dekan Fakultas Psikologi.

2. Ibu Emmy Mariatin, MA., Psi, selaku dosen pembimbing akademik.

3. Ibu Desvi Yanti Mukhtar, M.Si, psikolog, selaku dosen pembimbing

(3)

menyerah. Terima kasih banyak, Bu. Tidak lupa kepada Ibu Sri Supriyantini,

M.Si, psikolog; Ibu Rr. Lita Hadiati, S.Psi, psi. Terima kasih atas segala

bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Sukaesi Marianti, M.Si dan Ibu Etti Rahmawati, M.Si, terima kasih atas

waktunya untuk bimbingan statistik, sungguh bantuan yang berarti. Juga

kepada seluruh staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk semuanya.

6. Eqi Mardhani, Atwirlany Ritonga, S.Psi., Nesa Anggia Pinem, sahabatku..

terima kasih untuk empat tahun yang penuh warna, canda tawa, kesetiaan dan

kebersamaan, serta Junedi Sembiring, S.Psi, Asroni Widodo, dan Kristiandi,

semoga sukses dengan rencana masing-masing.

7. Seluruh angkatan 2004 yang tidak bisa disebutkan satu persatu serta seluruh

mahasiswa Psikologi USU, terima kasih telah menjadi lingkungan yang baik

dan mempengaruhiku untuk menjadi lebih baik.

8. Kepada seluruh guru di SD Pertiwi Medan dan adik-adik di kelas 5, terima

kasih atas semua bantuannya, terutama kepada Bapak J.A Hasan dan Ibu Erna.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan.

Peneliti mengharapkan masukan dan saran membangun dari semua pihak. Akhir

kata, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Juni 2008

(4)

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan ... 1

B. Identifikasi Permasalahan ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Berprestasi ... 10

1. Pengertian Motif dan motivasi ... 11

2. Pengertian Motivasi berprestasi ... 11

3. Ciri-ciri Siswa dengan Motivasi Berprestasi Tinggi ... 12

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi ... 16

B. Manajemen Kelas (Classroom Management) ... 17

1. Pengertian Manajemen Kelas ... 17

2. Aspek-aspek manajemen kelas ... 18

(5)

D. Pengaruh Manajemen Kelas dengan Motivasi Berprestasi Siswa .. 23

E. Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 26

B. Defenisi Operasional ... 26

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ... 27

1. Populasi dan sampel ... 27

2. Metode pengambilan sampel... 28

D. Instrumen yang digunakan ... 28

1. Pengukuran motivasi berprestasi siswa ... 28

2. Pengukuran manajemen kelas ... 31

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 39

F. Metode Analisa Data ... 40

G. Metode Pengolahan Data Penelitian ... 42

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN ...

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ...

B. Hasil Penelitian ...

1. Uji asumsi ...

2. Hasil utama penelitian ...

3. Deskripsi data penelitian ...

(6)

C. Saran

(7)

Tabel 2 Blue Print Skala Motivasi Berprestasi Sebelum Uji Coba ... Tabel 3 Penilaian Kuesioner Manajemen Kelas ... Tabel 4 Blue Print Kuesioner Manajemen Kelas Sebelum Uji Coba ... Tabel 5 Penilaian aitem Observasi Manajemen Kelas ... Tabel 6 Pedoman Pelaksanaan Observasi ... Tabel 7 Blue Print Skala Motivasi Berprestasi Setelah Uji Coba ... Tabel 8 Blue Print Kuesioner Manajemen Kelas Setelah Uji Coba ... Tabel 9 Jadwal Pelaksanaan Observasi ... Tabel 10 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... Tabel 11 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... Tabel 12 Uji Sebaran Normal Variabel dengan Tes Kolmogorov-Smirnov

(8)
(9)
(10)

Motivasi berprestasi siswa merupakan salah satu prasyarat yang amat penting dalam belajar. Salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya motivasi berprestasi adalah lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung.

Kelas sebagai lingkungan tempat proses pembelajaran, perlu dikelola dengan efektif dalam rangka menciptakan lingkungan kelas yang kondusif. Hal ini merupakan tanggung jawab guru sebagai pihak pendidik untuk memiliki kemampuan manajemen kelas.

Manajemen kelas pada penelitian ini adalah usaha sadar guru untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis yang mengarah kepada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi dan kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah manajemen kelas mempengaruhi motivasi berprestasi siswa. Hipotesis penelitian ini adalah manajemen kelas mempengaruhi motivasi berprestasi siswa. Teknik pengambilan sampel adalah cluster random sampling. Subjek penelitian adalah siswa kelas 5 SD yang berasal dari tiga kelas di SD Swasta Pertiwi. Jumlah subjek penelitian adalah 65 orang. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Motivasi Berprestasi yang diberikan kepada siswa dan Kuesioner Manajemen Kelas yang diberikan kepada guru. Selain kuesioner, peneliti juga melakukan observasi manajemen kelas guru yang dilakukan sebanyak tiga kali kepada setiap guru. Guru yang diobservasi dan diberikan kuesioner merupakan guru (wali kelas) dari kelas yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

Hasil utama penelitian dengan menggunakan analisis regresi adalah ada hubungan positif yang signifikan antara manajemen kelas dengan motivasi berprestasi siswa dengan r = 0,341 dengan taraf signifikansi p = 0,003 (p < 0,05). Hipotesis penelitian diterima, bahwa manajemen kelas mempengaruhi motivasi berprestasi siswa. Sumbangan efektif yang diberikan manajemen kelas terhadap motivasi berprestasi pada siswa sebesar 11,6%, yang berarti bahwa manajemen kelas mempengaruhi motivasi berprestasi sebesar 11,6%.

(11)

Motivasi berprestasi siswa merupakan salah satu prasyarat yang amat penting dalam belajar. Salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya motivasi berprestasi adalah lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung.

Kelas sebagai lingkungan tempat proses pembelajaran, perlu dikelola dengan efektif dalam rangka menciptakan lingkungan kelas yang kondusif. Hal ini merupakan tanggung jawab guru sebagai pihak pendidik untuk memiliki kemampuan manajemen kelas.

Manajemen kelas pada penelitian ini adalah usaha sadar guru untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis yang mengarah kepada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi dan kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah manajemen kelas mempengaruhi motivasi berprestasi siswa. Hipotesis penelitian ini adalah manajemen kelas mempengaruhi motivasi berprestasi siswa. Teknik pengambilan sampel adalah cluster random sampling. Subjek penelitian adalah siswa kelas 5 SD yang berasal dari tiga kelas di SD Swasta Pertiwi. Jumlah subjek penelitian adalah 65 orang. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Motivasi Berprestasi yang diberikan kepada siswa dan Kuesioner Manajemen Kelas yang diberikan kepada guru. Selain kuesioner, peneliti juga melakukan observasi manajemen kelas guru yang dilakukan sebanyak tiga kali kepada setiap guru. Guru yang diobservasi dan diberikan kuesioner merupakan guru (wali kelas) dari kelas yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

Hasil utama penelitian dengan menggunakan analisis regresi adalah ada hubungan positif yang signifikan antara manajemen kelas dengan motivasi berprestasi siswa dengan r = 0,341 dengan taraf signifikansi p = 0,003 (p < 0,05). Hipotesis penelitian diterima, bahwa manajemen kelas mempengaruhi motivasi berprestasi siswa. Sumbangan efektif yang diberikan manajemen kelas terhadap motivasi berprestasi pada siswa sebesar 11,6%, yang berarti bahwa manajemen kelas mempengaruhi motivasi berprestasi sebesar 11,6%.

(12)

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu prasyarat yang amat penting dalam belajar adalah motivasi

siswa. Pintrich dan Schunk (2002) mengatakan bahwa motivasi memiliki peranan

penting dalam proses belajar karena motivasi dapat mempengaruhi apa,

bagaimana, dan kapan siswa belajar. Bila siswa memiliki motivasi berprestasi

yang tinggi maka proses belajar dan perilaku siswa akan terarah untuk mencapai

prestasi akademis yang diharapkan. Pentingnya motivasi juga dinyatakan oleh

Djamarah (2002) yang mengatakan bahwa tanpa motivasi siswa tidak akan

mungkin melakukan aktivitas belajar. Selain dalam hal belajar, kurangnya

motivasi juga mengakibatkan siswa kurang berhasil dalam meraih prestasi

(Sumarni, 2005).

Menurut McClelland dan Atkinson (dalam Djiwandono, 2002), motivasi

yang paling penting dalam dunia pendidikan adalah motivasi berprestasi.

Penelitian oleh Budiardjo (1998) menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki

motivasi berprestasi tinggi akan memiliki prestasi akademis yang tinggi (Sukadji

dkk, 2001). Penelitian lain juga mendukung pernyataan tersebut. Mulyani (2008)

mengungkapkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi

dengan prestasi belajar matematika pada siswa SMA. Siswa yang tidak memiliki

motivasi berprestasi akan melalaikan pengerjaan tugas bila tidak ada konsekuensi

(13)

Motif berprestasi (achievement motives) merupakan salah satu motif yang

diungkap oleh McClelland (dalam Sukadji dkk, 2001). Menurutnya, manusia

dalam berinteraksi dengan lingkungannya dipengaruhi oleh berbagai motif yang

terbagi dalam tiga kelompok, yaitu motif afiliasi, motif berkuasa, dan motif

berprestasi. Motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong seseorang untuk

mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan, baik

berasal dari standar prestasinya sendiri di waktu lalu ataupun prestasi orang lain

(Sukadji dkk, 2001).

Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap motivasi berprestasi

sebagaimana dijelaskan oleh McClelland (dalam Sukadji dkk, 2001). Faktor

pertama adalah harapan orang tua terhadap anaknya. Orang tua yang

mengharapkan anaknya bekerja keras untuk mencapai sukses akan mendorong

anak tersebut bertingkah laku yang mengarah kepada pencapaian tugas. Berikut

ini merupakan gambaran motivasi siswa dan harapan orang tua (komunikasi

personal dengan seorang guru sekolah dasar di Medan, 12/09/2007):

”Motivasi itu sesuatu yang wajib ada di diri anak. Tapi, anak sering tidak termotivasi untuk mengikuti pelajaran karena kurangnya perhatian dari orang tua.. kadang, orang tua mengajak anak pergi padahal seharusnya anak itu belajar pada waktu malam hari dan orang tua juga menyuruh anak untuk menunda pekerjaan rumah mereka.. inilah yang membuat anak malas belajar, tidak mengerjakan pekerjaan rumah dan mengantuk di kelas yang akhirnya membuat si anak tidak punya motivasi lagi. Padahal, kalau aja orang tua mau memberi perhatian dan dukungan, membiarkan anak belajar dengan tenang pada malam hari tanpa televisi, dan menyemangati anak supaya punya prestasi, saya yakin anak itu bisa menguasai pelajaran, bahkan meraih prestasi".

Faktor kedua adalah pengalaman anak pada tahun-tahun pertama

(14)

seseorang dipelajari pada masa kanak-kanak awal melalui interaksi dengan orang

tua maupun figur lain. Faktor ketiga adalah latar belakang budaya tempat anak

dibesarkan. Bila dibesarkan dalam budaya yang menekankan pentingnya keuletan,

kerja keras, sikap inisiatif, dan kompetitif, maka dalam diri seseorang akan

berkembang hasrat berprestasi yang tinggi. Faktor keempat adalah peniruan

tingkah laku (modelling) anak terhadap figur lain dan faktor terakhir adalah

lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung (Sukadji dkk, 2001).

Kelas sebagai lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung

merupakan suatu tempat yang unik, memiliki karakteristik sosial beragam serta

karakteristik psikologis yang khas. Hal ini ternyata dapat berpengaruh dalam

meningkatkan atau menurunkan motivasi siswa (Brophy dan Good, 1986).

Perasaan yang tercipta terhadap lingkungan kelas disebut iklim kelas (Eggen dan

Kauchack, 2004). Iklim kelas yang positif dapat dicapai apabila guru mampu

mengelola kelas dengan efektif (Parson, 2001).

Pelaksanaan manajemen kelas menuntut guru melakukan beberapa hal

agar dapat menciptakan dan memelihara kelas yang produktif dan efektif

(Winataputra, 2002). Guru yang memiliki kemampuan melakukan manajemen

kelas sanggup melibatkan seluruh siswa agar aktif dalam proses belajar mengajar,

mengendalikan aktivitas siswa yang dapat mengganggu, serta mengatur waktu

dalam proses belajar mengajar secara efisien sehingga kelas menjadi lingkungan

yang kondusif untuk melakukan proses belajar mengajar (Djiwandono, 2002).

Manajemen kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses

(15)

belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan

situasi dan kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga

pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai. (Dirjen

PUOD dan Dirjen Dikdasmen dalam Hadis, 2006).

Penyiapan bahan belajar mengacu pada persiapan guru dalam menguasai

materi yang hendak ia ajarkan, termasuk persiapan mengenai bagaimana teknik

atau metode penyampaian materi (Widyastono, 2006). Berikut adalah gambaran

pentingnya penyiapan bahan belajar oleh guru (komunikasi personal dengan

seorang guru sekolah dasar di Medan, 12/09/2007):

” guru itu harus punya persiapan sebelum mengajar di kelas, minimal dia membaca pelajaran itu sehari sebelumnya. Kalau guru itu tidak tahu apa

lah yang akan diajarkannya pada si murid, dia akan sibuk membaca buku

saat menerangkan. Nah, pada saat itu, siswa yang main-main, yang tidak serius belajar, tidak lagi bisa terawasi. Jadilah kelas itu ribut.”

Penyiapan sarana dan alat peraga mengacu pada kesiapan guru dalam

menyiapkan alat peraga maupun berbagai kelengkapan yang diperlukan dalam

menunjang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (Wahab, 2007). Pengaturan

ruang belajar mengacu pada aspek fisik kelas (Eggen dan Kauchack, 2004). Guru

harus dapat mengelola kelasnya agar menjadi tempat yang nyaman untuk kegiatan

belajar mengajar. Berikut adalah gambaran pentingnya pengelolaan aspek fisik

kelas dari sudut pandang seorang siswa (komunikasi personal,3/1/2008).

(16)

Mewujudkan situasi dan kondisi yang menunjang pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar merujuk pada kemampuan guru dalam penegakan aturan di

dalam kelas sebagai bentuk pencegahan maupun penanganan terhadap perilaku

siswa yang mengganggu (Arends, 2001). Selain itu, erat kaitannya dengan

kemampuan guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif,

efektif dan menyenangkan. Aspek terakhir adalah pengaturan waktu secara efektif

dan efisien untuk belajar tanpa terganggu oleh perilaku siswa maupun guru itu

sendiri. (Djiwandono, 2002).

Manajemen kelas memiliki arti penting berkaitan dengan tujuan

keberadaannya. Menurut Dirjen. PUOD dan Dirjen. Dikdasmen (dalam Hadis,

2006), tujuan manajemen kelas adalah mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik

sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang

memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal

mungkin. Tujuan kedua adalah menghilangkan berbagai hambatan yang dapat

menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran, menyediakan dan mengatur

fasilitas belajar serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa

belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa di dalam

kelas, serta membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial,

ekonomi, budaya, serta sifat-sifat individunya.

Pengembangan manajemen kelas amat startegis karena langsung dapat

membantu belajar siswa. Namun, manajemen kelas sebagai salah satu aspek

penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, sering diabaikan dalam

(17)

Berikut ini adalah pemaparan salah seorang guru mengenai manajemen kelas

(komunikasi personal, 12/09/2007):

”sebagai guru, kami menyadari bahwa kelas itu pasti harus dikelola. Untunglah kami ada di sekolah swasta yang bisa dibilang sudah tidak punya masalah dengan bagaimana mengelola kelas. Setiap akhir semester, kami mendapat pelatihan singkat tentang bagaimana meningkatkan kualitas kami sebagai guru, salah satunya ya cara mengelola kelas ini. Misalnya, bagaimana waktu ada anak yang ribut di kelas, harusnya diapakan.. ya, banyaklah.”

Ketika ditanya pendapat guru mengenai kebijakan pemerintah terhadap

manajemen kelas, pendapat guru adalah:

”pemerintah saat ini terlalu sibuk dengan kurikulum, tapi malah mengabaikan hal lain, begitu. Sudah begitu, sebentar-sebentar kurikulum ganti. Ini kan bikin si guru itu sibuk mengejar-ngejar kurikulum, jadi kualitas dia sebagai guru itu gak dipentingkan lagi. Bisa jadi dia menguasai kurikulum yang paling baru, tapi dia gak diasahnya kemampuan lain. Bayangkanlah, ada guru pandainya entah kayak gimana, tapi gak bisa dia menyuruh siswanya untuk tidak ribut di kelas.”

Pelaksanaan manajemen kelas tidak terbatas pada tingkatan pendidikan

tertentu. Sekolah dasar sebagai tingkat pendidikan formal paling awal merupakan

tempat memberikan pendidikan sebagai dasar pengetahuan untuk melanjutkan ke

sekolah yang lebih tinggi (KBBI, 2001). Sekolah dasar juga merupakan dasar

dalam menanamkan nilai-nilai positif ke jenjang pendidikan lanjutan. Hal ini

sebagaimana disampaikan oleh seorang guru melalui wawancara (12/09/2007):

” sekolah dasar itu penting..karena dia itu awal pendidikan lainnya, terutama masalah kedisiplinan. Jadi, apa-apa yang dibuat ke anak itu pada waktu dia di SD, akan terus dibawa ’nya itu hingga ke tingkat SMP, SMA terus sampai ke Perguruan Tinggi.”

Siswa pada usia sekolah dasar, menurut teori psikososial Erickson (dalam

(18)

memenuhi harapan yang dibuat oleh sekolah dan tanggung jawabnya di rumah.

Apabila siswa atau anak tersebut tidak dapat memenuhi apa yang diharapkan

kepadanya, maka anak tersebut akan merasakan inferior. Eggen dan Kauchack

(2004) mengungkapkan bahwa pada usia sekolah dasar, siswa memiliki

karakteristik yang khas, yaitu: siswa bertambah mandiri, tetapi tetap menyukai

perhatian dan kasih sayang guru, merespon pujian, pengakuan, insentif yang nyata

(konkret) dengan baik, mengerti aturan dan mau menerima konsekuensi, dan

senang berpartisipasi dalam proses pembuatan aturan.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat motivasi berprestasi pada siswa

kelas 5 sekolah dasar yang rata-rata berusia 10-12 tahun. Perkembangan kognitf

anak pada usia ini menurut Piaget (dalam Santrock, 2004) tergolong ke dalam

tahap operasional konkret (concrete operational stage). Pada tahap ini anak mulai

dapat berpikir secara operasional dan logis dalam situasi konkret, anak juga

mampu mengklasifikasi dan membagi objek ke dalam kumpulan tertentu

berdasarkan hubungannya.

Berdasarkan uraian mengenai motivasi berprestasi dan manajemen kelas di

atas, peneliti ingin melihat apakah manajemen kelas mempengaruhi motivasi

berprestasi siswa di tingkatan sekolah dasar.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang ditelili pada penelitian ini adalah apakah manajemen

(19)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh manajemen

kelas terhadap motivasi berprestasi siswa.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat secara teoritis

dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya temuan dalam bidang

psikologi, khususnya psikologi pendidikan sekaligus memberi sumbangan

pemikiran bagi penelitian lanjutan di masa yang akan datang.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca,

guru, orang tua maupun kalangan pendidik lainnya dalam meningkatkan

motivasi berprestasi siswa berkaitan dengan manajemen kelas.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini adalah:

BAB I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah

penelitian, identifikasi permasalahan, tujuan dan manfaat

(20)

BAB II : Landasan Teori

Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan

dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang dimuat

adalah teori yang berhubungan dengan manajemen kelas

dan motivasi berprestasi siswa.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai identifikasi variabel

penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode

pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur,

serta metode analisa data.

BAB IV : Analisa dan Interpretasi Data Penelitian

Bab ini memuat tentang pengolahan data penelitian,

gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian dan

juga membahas data-data penelitian ditinjau dari teori

yang relevan.

BAB V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari

penelitian, diskusi hasil penelitian, serta saran-saran yang

diperlukan baik untuk penyempurnaan penelitian atau

untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan

(21)

A. Motivasi Berprestasi

1. Pengertian motif dan motivasi

Motif merupakan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang

yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak. Motivasi merupakan suatu

usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar individu

bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Dengan demikian, motivasi merupakan kekuatan untuk mencapai tujuan,

sedangkan motif merupakan alasan dilakukannya suatu perilaku (Purwanto,

1990). Namun, motif dan motivasi seringkali dipakai dalam pengertian yang sama

(Sukadji, 1993).

Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yaitu movere yang memiliki arti

”gerak” (Pintrich dan Schunk, 2002). Secara umum, motivasi diartikan sebagai

kondisi psikologis (internal state) yang menimbulkan, mengarahkan, dan

mempertahankan tingkah laku tertentu. Mc. Donald mengatakan bahwa motivasi

adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan

timbulnya perasaan (afeksi) dan reaksi untuk mencapai tujuan (Djamarah, 2002).

McClelland (dalam Sukadji dkk, 2001) membagi motif dalam tiga

kelompok, yaitu:

a. motif afiliasi (affiliation motives) adalah motif yang mengarahkan

(22)

b. motif berkuasa (power motives) yaitu motif yang menyebabkan

seseorang ingin menguasai atau mendominasi orang lain dalam

berhubungan dengan lingkungannya.

c. motif berprestasi (achievement motives) yaitu motif yang mendorong

seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu

ukuran keunggulan, baik berasal dari standar prestasinya sendiri di

waktu lalu ataupun prestasi orang lain.

2. Pengertian motivasi berprestasi

Menurut McClelland (dalam Sukadji dkk, 2001), motivasi berprestasi

merupakan motif yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam

bersaing dengan suatu ukuran keunggulan baik berasal dari standar prestasinya

sendiri di waktu lalu ataupun prestasi orang lain.

Heckhausen (dalam Haditono, 1979) mendefinisikan motivasi berprestasi

adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri individu sehingga individu selalu

berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuan

setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar

keunggulan tersebut.

Murray (dalam Widyastono, 2006) menyatakan bahwa motivasi

berprestasi adalah keinginan untuk menyelesaikan suatu tugas yang sulit atau

dorongan untuk mengatasi rintangan dan memelihara kualitas kerja yang tinggi,

serta bersaing melalui usaha untuk melebihi perbuatan yang lampau atau

(23)

Berdasarkan pemaparan di atas, motivasi berprestasi adalah suatu

dorongan yang terdapat dalam diri individu untuk mencapai keberhasilan dalam

bersaing sehingga individu selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan

atau memelihara kemampuan setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan

menggunakan standar keunggulan baik berasal dari standar prestasinya sendiri di

waktu lalu ataupun prestasi orang lain.

3. Karakteristik siswa yang memiliki motivasi berprestasi

McClelland (1987) mengemukakan beberapa karakteristik individu dengan

motivasi berprestasi tinggi dan rendah, yaitu:

a. Pemilihan tingkat kesulitan tugas

Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung memilih tugas

dengan tingkat kesulitan menengah (moderate task difficulty), sementara

individu dengan motivasi berprestasi rendah cenderung memilih tugas

dengan tingkat kesulitan yang sangat tinggi atau sangat rendah.

Banyak studi empiris menunjukkan bahwa subjek dengan kebutuhan

berprestasi tinggi lebih memilih tugas dengan tingkat kesulitan menengah,

karena individu berkesempatan untuk membuktikan bahwa ia mampu

melakukan sesuatu dengan lebih baik (McClelland, 1987).

Weiner (dalam McClelland, 1987) mengatakan bahwa pemilihan tingkat

kesulitan tugas berhubungan dengan seberapa besar usaha yang

dilakukan oleh individu untuk memperoleh kesuksesan. Tugas yang

(24)

mengetahui seberapa besar usaha yang telah mereka lakukan untuk

mencapai kesuksesan. Tugas sulit membuat individu tidak dapat

mengetahui usaha yang sudah dihasilkan karena betapapun besar usaha

yang telah mereka lakukan, namun mereka mengalami kegagalan.

b. Ketahanan atau ketekunan (persistance) dalam mengerjakan tugas

Individu dengan motivasi berprestasi tinggi akan lebih bertahan atau tekun

dalam mengerjakan berbagai tugas, tidak mudah menyerah ketika

mengalami kegagalan dan cenderung untuk terus mencoba menyelesaikan

tugas, sementara individu dengan motivasi berprestasi rendah cenderung

memiliki ketekunan yang rendah. Ketekunan individu dengan motivasi

berprestasi rendah terbatas pada rasa takut akan kegagalan dan

menghindari tugas dengan tingkat kesulitan menengah.

c. Harapan terhadap umpan balik (feedback)

Individu dengan motivasi berprestasi tinggi selalu mengharapkan umpan

balik (feedback) atas tugas yang sudah dilakukan, bersifat konkret atau

nyata mengenai seberapa baik hasil kerja yang telah dilakukan. Individu

dengan motivasi berprestasi rendah tidak mengharapkan umpan balik atas

tugas yang sudah dilakukan. Bagi individu dengan motivasi berprestasi

tinggi, umpan balik yang bersifat materi seperti uang, bukan merupakan

pendorong untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik, namun digunakan

(25)

d. Harapan atas hadiah (reward)

Individu dengan motivasi berprestasi tinggi tidak mengharapkan hadiah

(reward) dalam menyelesaikan sebuah tugas. Individu lebih tertarik untuk

merasakan kepuasan intrinsik (intrinsic satisfaction), seperti menunjukkan

kecerdasan atau memperlihatkan kemampuan di hadapan orang lain

daripada mengharapkan hadiah. Individu dengan motivasi berprestasi

rendah mengharapkan hadiah (reward) yang bersifat penerimaan dari

lingkungan sosial, pujian, uang atau barang.

e. Kemampuan dalam melakukan inovasi (innovativeness)

Inovatif dapat diartikan mampu melakukan sesuatu lebih baik dengan cara

berbeda dari biasanya. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi akan

menyelesaikan tugas dengan lebih baik, menyelesaikan tugas dengan cara

berbeda dari biasanya, menghindari hal-hal rutin, aktif mencari informasi

untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu, serta

cenderung menyukai hal-hal yang sifatnya menantang daripada individu

yang memiliki motivasi berprestasi rendah.

Sukadji dkk (2001) mengemukakan ciri-ciri siswa dengan motivasi

berprestasi sebagai berikut:

a. Selalu berusaha, tidak mudah menyerah dalam mencapai sukses maupun

dalam berkompetisi, dengan menentukan sendiri standar,

b. Secara umum tidak menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas-tugas

(26)

c. Dalam melakukan sesuatu tidak didorong atau dipengaruhi oleh reward

(hadiah atau uang),

d. Cenderung mengambil resiko yang wajar (bertaraf sedang) dan

diperhitungkan, tidak akan melakukan hal-hal yang dianggapnya terlalu

mudah ataupun terlalu sulit,

e. Mencoba memperoleh umpan balik dari perbuatannya,

f. Mencermati lingkungan dan mencari kesempatan peluang,

g. Bergaul lebih untuk memperoleh pengalaman,

h. Menyenangi situasi menantang sehingga dapat memanfaatkan

kemampuannya,

i. Cenderung mencari cara-cara yang unik dalam menyelesaikan suatu

masalah,

j. Kreatif,

k. Seakan-akan dikejar waktu dalam bekerja atau belajar.

Karakteristik siswa yang memiliki motivasi berprestasi pada penelitian ini

merujuk pada karakteristik individu dengan motivasi berprestasi yang

diungkapkan oleh McClelland (1987), yaitu:

a. Pemilihan tingkat kesulitan tugas

b. Ketahanan atau ketekunan (persistance) dalam mengerjakan tugas

c. Harapan terhadap umpan balik (feedback)

d. Harapan atas hadiah (reward) dalam bekerja

(27)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi

McClelland (dalam Sukadji dkk, 2001) menjelaskan faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap motif berprestasi, yaitu:

a. Harapan orang tua terhadap anaknya

Orang tua yang mengharapkan anaknya bekerja keras dan berjuang untuk

mencapai sukses akan mendorong anak tersebut untuk bertingkah laku

yang mengarah kepada pencapaian prestasi.

b. Pengalaman anak pada tahun-tahun pertama kehidupan

Adanya perbedaan pengalaman masa lalu pada setiap orang menyebabkan

terjadinya variasi tinggi rendahnya kecenderungan untuk berprestasi pada

diri seseorang. Hal ini biasanya dipelajari pada masa kanak-kanak awal,

terutama melalui interaksi dengan orang tua maupun figur lain.

c. Latar belakang budaya tempat anak dibesarkan

Bila dibesarkan dalam budaya yang menekankan pentingnya keuletan,

kerja keras, sikap inisiatif dan kompetitif, serta suasana yang selalu

mendorong individu untuk memecahkan masalah secara mandiri tanpa

dihantui perasaan takut gagal, maka dalam diri seseorang akan

berkembang hasrat berprestasi yang tinggi.

d. Peniruan tingkah laku (modelling) anak terhadap figur lain

Melalui ”observational learning” anak meniru banyak karakteristik dari

model, termasuk dalam kebutuhan untuk berprestasi jika model memiliki

(28)

e. Lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung

Lingkungan belajar yang menyenangkan, tidak mengancam, memberi

semangat dan sikap optimisme bagi siswa dalam belajar, cenderung akan

mendorong seseorang untuk tertarik belajar, memiliki toleransi terhadap

suasana kompetisi dan tidak khawatir akan kegagalan.

B. Manajemen Kelas (Classroom Management) 1. Pengertian manajemen kelas

Edmund, Emmer dan Evertson (dalam Djiwandono, 2002) mendefinisikan

manajemen kelas sebagai tingkah laku guru yang dapat menghasilkan prestasi

siswa yang tinggi karena keterlibatan siswa secara aktif di kelas, tingkah laku

siswa yang tidak banyak mengganggu kegiatan guru dan siswa lain, serta

menggunakan waktu belajar yang efisien.

Parsons (2001) menyatakan bahwa manajemen kelas adalah seluruh

perilaku positif yang dilakukan guru untuk memfasilitasi proses belajar siswa

yang merujuk pada seluruh aktivitas yang dibutuhkan untuk menciptakan dan

memelihara lingkungan belajar yang tertib.

Kemampuan guru untuk mengelola waktu, ruang, sumber daya dan

perilaku siswa untuk menciptakan iklim yang dapat mendorong siswa untuk

belajar merupakan pengertian manajemen kelas menurut Alberto & Troutman

(dalam Henson & Eller, 1999)

Manajemen kelas menurut Dirjen. PUOD dan Dirjen. Dikdasmen (dalam

(29)

mengajar secara sistematis yang mengarah kepada penyiapan bahan belajar,

penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi

dan kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran

berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, manajemen kelas pada penelitian

ini adalah usaha sadar guru untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar

secara sistematis yang mengarah kepada penyiapan bahan belajar, penyiapan

sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi dan kondisi

proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan

dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.

2. Aspek-aspek manajemen kelas

Aspek manajemen kelas menurut Dirjen. PUOD dan Dirjen. Dikdasmen (dalam

Hadis, 2006), yaitu:

a. Penyiapan bahan belajar

Guru diharapkan membuat perencanaan yang dituangkan dalam bentuk

persiapan mengajar atau satuan acara pelajaran (satpel) sebelum

melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Kemp (dalam Widyastono,

2006) mengatakan bahwa dalam menyusun persiapan mengajar, pada

hakikatnya, guru harus mengetahui apa yang harus diajarkan (tujuan

pengajaran), metode dan strategi pembelajaran serta sumber yang

digunakan untuk mencapai tujuan, dan bagaimana mengevaluasi

(30)

b. Penyiapan sarana dan alat peraga

Guru dituntut memaksimalkan proses belajar mengajar dengan

mempersiapkan media pembelajaran, peralatan pembelajaran dan alat

mengajar serta kemampuan menggunakan alat bantu dan sumber belajar

yang beragam sesuai mata pelajaran, misalnya: alat yang tersedia atau

yang dibuat sendiri, gambar, studi kasus, nara sumber dan sebagainya.

c. Pengaturan ruang belajar

Eggen dan Kauchack (2004) mengatakan bahwa pengaturan ruang belajar

mengacu pada aspek fisik kelas, sehingga guru harus mempertimbangkan

beberapa hal, yaitu:

1) visibility: kelas harus diatur sehingga setiap siswa dapat melihat

papan tulis, proyektor atau tampilan lain.

2) accessibility: kelas harus didisain sehingga akses untuk area yang

padat tetap bersih dan terpisah dari tempat lainnya seperti tempat

menyimpan minum, loker dan sebagainya.

3) distractibility: kelas harus diatur sehingga gangguan-gangguan yang

potensial seperti lalu lalang orang tidak terlihat melalui pintu dan

jendela kelas.

4) pencahayaan, guru memperhatikan kapan lampu atau penerangan

lainnya harus dihidupkan atau sebaliknya.

5) suhu dan sirkulasi udara, guru memperhatikan apakah siswa merasa

(31)

6) kebisingan, bagaimana guru melindungi kelas dari kebisingan yang

berasal dari luar ruang kelas.

7) pajangan, bagaimana pajangan di kelas di tata, baik itu digantung di

dinding maupun dipajang di lemari penyimpanan khusus.

8) pengaturan posisi duduk siswa, adakah rotasi duduk yang dilakukan

secara rutin atau prioritas tempat duduk paling depan bagi siswa

berkebutuhan khusus.

9) kebersihan, bagaimana kebersihan di kelas, apakah tersedia alat-alat

kebersihan dan bagaimana melibatkan siswa dalam menjaga

kebersihan kelas.

d. Mewujudkan situasi belajar mengajar yang kondusif

1) ada peraturan dan prosedur yang ditegakkan

Peraturan adalah pernyataan yang menjelaskan apa yang harus

dilakukan dan apa yang dilarang dilakukan selama di kelas. Prosedur

adalah penjelasan mengenai bagaimana melakukan sesuatu,

menyangkut pergerakan siswa (student movement) maupun obrolan

siswa (student talk) dan bagaimana siswa melakukan rutinitasnya.

Situasi belajar mengajar yang kondusif dapat terwujud apabila ada

peraturan dan prosedur yang telah disosialisasikan di dalam kelas oleh

guru kepada seluruh siswa. Stelah proses sosialisasi berjalan dengan

(32)

hal penting untuk menjaga kelestarian peraturan dan prosedur di

kelas.

2) kemampuan guru dalam penegakan aturan di dalam kelas sebagai

bentuk pencegahan maupun penanganan terhadap perilaku siswa yang

mengganggu. Mewujudkan situasi belajar mengajar yang kondusif

menuntut guru untuk mampu menegakkan aturan di dalam kelas

untuk mencegah maupun menangani terjadinya kekacauan yang dapat

menyebabkan kegiatan belajar mengajar menjadi terhambat.

3) kemampuan guru dalam menciptakan suasana aktif sedemikian rupa

sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan

gagasan. Guru dituntut memberi kesempatan siswa untuk bertanya

atau mengemukakan gagasan yang dilakukan dengan cara yang baik,

tanpa pemaksaan atau menawarkan hadiah tertentu.

4) guru menciptakan kegiatan belajar kreatif yang beragam sehingga

memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Keberagaman cara

mengajar guru di kelas, seperti meminta siswa menceritakan

pengalaman pribadi mengenai materi yang sesuai dengan topik

pembahasan, memberi kesempatan melakukan pengamatan atau

percobaan merupakan kemampuan yang dituntut ada pada diri guru

agar menciptakan kegiatan belajar mengajar yang berbeda dan kreatif.

5) suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa

memusatkan perhatiannya secara penuh pada saat belajar.

(33)

hal-hal lucu dalam proporsi yang wajar dan tidak mengganggu pelajaran

merupakan sesuatu yang dapat mewujudkan situasi belajar mengajar

yang kondusif dan menyenangkan.

6) penampilan fisik guru, berkaitan dengan bagaimana penampilan fisik

guru saat mengajar, apakah pakaian serta riasan yang digunakannya

sesuai dengan perannya sebagai guru, tidak berlebihan, sopan dan

rapi.

7) kedisiplinan guru di kelas, berkaitan dengan kedisiplinan untuk hadir

tepat waktu dan perilaku lainnya saat berada di dalam kelas.

8) intonasi yaitu tinggi rendahnya suara guru saat mengajar serta volume

suara. Situasi belajar mengajar akan menjadi kurang kondusif ketika

siswa tidak dapat mendengar suara guru yang sedang menjelaskan

materi karena suara guru yang pelan atau tidak terdengar. Nada suara

guru yang datar selama menjelaskan materi juga menimbulkan

suasana kelas menjadi kurang kondusif karena siswa mudah merasa

bosan dan mengantuk.

9) pemilihan istilah atau bahasa dalam menerangkan pelajaran.

Penyampaian materi dari guru kepada siswa tidak luput dari

penggunaan bahasa maupun istilah. Pemilihan istilah atau bahasa

yang tidak dimengerti siswa saat guru menerangkan pelajaran akan

(34)

d. Pengaturan waktu

1). smoothness yaitu guru mampu memberi pelajaran secara runtut dan

menghindari loncatan-loncatan dari satu topik ke topik lain. Ketika

guru menerangkan suatu materi, guru harus tetap fokus pada materi

yang ia sampaikan agar loncatan-loncatan topik atau materi tidak

terjadi. Selain membuat siswa merasa bingung, guru yang sering

mengganti-ganti topik atau materi sebelum materi tersebut selesai

dijelaskan juga dapat membuang waktu efektif pelajaran.

2). withitness yaitu kemampuan guru untuk mengetahui apa yang

dilakukan siswanya. Guru yang cermat dapat menemukan siswa yang

sedang bahkan akan melakukan sesuatu yang mengganggu kegiatan

belajar mengajar tanpa menghentikan pelajaran.

3). overlapping yaitu kemampuan guru dalam melakukan interupsi secara

diam-diam, tanpa menghentikan pelajaran dan tanpa diketahui siswa

lainnya.

4) transition yaitu kemampuan guru dalam mengatur dari satu aktivitas

ke aktivitas lain seperti dari satu mata pelajaran ke mata pelajaran lain

(35)

3. Tujuan manajemen kelas

a. Tujuan manajemen kelas menurut Dirjen. PUOD dan Dirjen. Dikdasmen,

(dalam Hadis, 2006):

1). mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar

maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta

didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.

2). menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi

terwujudnya interaksi pembelajaran, menyediakan dan mengatur

fasilitas belajar serta perabot belajar yang mendukung dan

memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial,

emosional, dan intelektual siswa di dalam kelas, serta membina dan

membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi,

budaya, serta sifat-sifat individunya.

b. Tujuan manajemen kelas yang diungkapkan oleh Parson (2001):

1). membantu siswa untuk tetap fokus pada tugas, sehingga konsentrasi

siswa tidak terganggu pada hal-hal yang tidak berkaitan dengan

pelajaran maupun kegiatan belajar mengajar, misalnya suara bising

yang terjadi di luar kelas.

2). mengurangi gangguan dalam belajar. Gangguan ini dapat terjadi kapan

saja dan bersumber dari mana saja, bisa dari dalam kelas maupun dari

luar kelas, sehingga kelas yang dikelola dengan baik dapat mengurangi

(36)

3). mengorganisasikan dan memfasilitasi aktivitas belajar. Kelas yang

berlangsung tanpa ada perencanaan dan pengorganisasian akan

menghambat efektivitas kegiatan belajar mengajar di kelas.

4). meningkatkan keterlibatan dan partisipasi siswa. Guru yang mampu

melibatkan siswa dalam setiap aktivitas di kelas dapat membuat siswa

merasa sebagai bagian dari kelas, sehingga siswa dapat berpartisipasi

aktif di kelas.

5). membantu siswa untuk mengatur diri mereka sendiri dan membantu

siswa untuk bertanggung jawab atas tiap perilaku mereka sebagai

akibat tindakan mereka di kelas. Manajemen kelas yang baik

menekankan pentingnya penegakan aturan dan prosedur di kelas,

sehingga setiap siswa memiliki kewajiban untuk mematuhinya. Ketika

siswa melanggar peraturan hal ini dapat mengajarkan siswa bahwa ia

harus bertanggung jawab atas perilakunya.

C. Siswa

1. Pengertian siswa

Siswa (KBBI, 2001) adalah orang (anak) yang sedang berguru (belajar,

bersekolah). Darisman (2004) mengatakan bahwa murid atau siswa di sekolah

diartikan sebagai objek apabila ditinjau dari keberadaannya untuk menerima

(37)

Pengertian siswa dalam penelitian ini adalah seseorang (anak) yang

menjadi objek penerima pengetahuan dan kemampuan yang disampaikan oleh

guru.

2. Karakteristik siswa sekolah dasar

Eggen dan Kauchack (2004) mengungkapkan karakteristik siswa kelas tiga

hingga kelas enam sekolah dasar, yaitu:

a. Bertambah mandiri, tetapi tetap menyukai perhatian dan kasih sayang

guru,

b. Merespon pujian, pengakuan, insentif yang nyata (konkret) dengan baik,

c. Mengerti aturan dan mau menerima konsekuensi,

d. Senang berpartisipasi dalam proses pembuatan aturan,

e. Mengetahui seberapa jauh mereka dapat berusaha,

f. Peraturan perlu ditegakkan secara konsisten dan terus menerus diulang

atau diingatkan.

Menurut teori psikososial Erickson (dalam Lahey, 2004), siswa pada usia

sekolah dasar, termasuk pada tahapan industry vs inferiority. Anak pada tahap ini

sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Siswa belajar untuk

memenuhi harapan yang dibuat oleh sekolah dan tanggung jawabnya di rumah.

Dorongan untuk mengetahui dan berbuat sesuatu terhadap lingkungannya sangat

besar, tetapi di lain pihak karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan

(38)

kegagalan. Hambatan, kegagalan dan tidak dapat memenuhi apa yang diharapkan

terhadap diri anak dapat menyebabkan anak merasa rendah diri atau inferior.

Perkembangan kognitf anak pada usia sekolah dasar (7-12 tahun) menurut

Piaget (dalam Santrock, 2004) tergolong ke dalam tahap operasional konkret

(concrete operational stage). Pada tahap ini anak mulai dapat berpikir secara

operasional dan logis dalam situasi konkret, anak juga mampu mengklasifikasi

dan membagi objek ke dalam kumpulan tertentu berdasarkan hubungannya.

D. Pengaruh Manajemen Kelas terhadap Motivasi Berprestasi Siswa

Motivasi berprestasi merupakan sesuatu yang harus ada pada diri siswa.

Kurangnya motivasi berprestasi dapat berdampak terhadap pencapaian prestasi

akademik yang rendah karena siswa yang tidak memiliki motivasi tidak akan

mungkin melakukan aktivitas belajar (Djamarah, 2002).

Ada lima buah faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi siswa,

yaitu: harapan orang tua terhadap anaknya, pengalaman anak pada tahun-tahun

pertama kehidupan, latar belakang budaya tempat anak dibesarkan, peniruan

tingkah laku (modelling) anak terhadap figur lain, dan lingkungan tempat proses

pembelajaran berlangsung (Sukadji dkk, 2001).

Kelas adalah salah satu lingkungan tempat proses pembelajaran

berlangsung. Kelas perlu dikelola dengan efektif dalam rangka menciptakan

lingkungan kelas yang dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Guru

sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab besar terhadap kegiatan belajar

(39)

Manajemen kelas adalah usaha sadar guru untuk mengatur kegiatan proses

belajar mengajar secara sistematis yang mengarah kepada penyiapan bahan

belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan

situasi dan kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga

pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.

Manajemen kelas yang efektif dapat menciptakan lingkungan belajar yang

tertib, aman dan kondusif karena pada pelaksanaan manajemen kelas yang efektif,

guru dituntut untuk mengelola kelasnya dan memfasilitasi siswa dalam belajar.

Dengan demikian, kelas yang dikelola dengan efektif dapat meningkatkan

motivasi berprestasi siswa sebagaimana penelitian oleh Radd (dalam Eggen dan

Kauchak, 2004) yang mengungkapkan bahwa manajemen kelas yang efektif dapat

meningkatkan motivasi siswa.

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian dari beberapa teori di atas, maka peneliti mengajukan

hipotesis: manajemen kelas (classroom management) mempengaruhi motivasi

(40)

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pendekatan

korelasional yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

manajemen kelas terhadap motivasi berprestasi pada siswa.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel tergantung (dependent variabel)

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah motivasi berprestasi

(achievement motivation).

2. Variabel bebas (independent variabel)

Variabel bebas dipilih dan dimanipulasi oleh peneliti untuk melihat efeknya

terhadap variabel lain. Adapun variabel bebas pada penelitian ini adalah

manajemen kelas (classroom management).

B. Defenisi Operasional

1. Variabel tergantung: motivasi berprestasi

Motivasi berprestasi adalah dorongan yang terdapat dalam diri individu

untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing, sehingga individu selalu berusaha

atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi

(41)

yang berasal dari standar prestasinya sendiri di masa yang telah lalu ataupun

prestasi orang lain.

Motivasi berprestasi diukur dengan menggunakan Skala Motivasi

Berprestasi berdasarkan teori McClelland (1987) mengenai karakteristik individu

dengan motivasi berprestasi. Adapun karakteristik individu dengan motivasi

berprestasi pada penelitian ini ada lima, yaitu: pemilihan tingkat kesulitan tugas,

ketahanan atau ketekunan dalam mengerjakan tugas, harapan terhadap umpan

balik (feedback), harapan atas hadiah, dan kemampuan dalam melakukan inovasi. Semakin tinggi skor yang didapat individu dalam Skala Motivasi Berprestasi

ini, maka semakin tinggi motivasi berprestasi individu. Semakin rendah skor yang

didapat individu dalam Skala Motivasi Berprestasi, maka semakin rendah

motivasi berprestasinya.

2. Variabel bebas: manajemen kelas (classroom management)

Manajemen kelas adalah usaha sadar guru untuk mengatur kegiatan proses

belajar mengajar secara sistematis yang mengarah kepada penyiapan bahan

belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan

situasi dan kondisi proses belajar mengajar serta pengaturan waktu sehingga

pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.

Manajemen kelas pada penelitian ini diukur dengan menggunakan metode

kuesioner yang disebarkan kepada beberapa orang guru dan mengobservasi guru

pada saat sedang mengajar. Pengukuran dengan metode kuesioner maupun

(42)

Dirjen. PUOD dan Dirjen. Dikdasmen (dalam Hadis, 2006), yaitu aspek

penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang

belajar, kondisi proses belajar mengajar, dan pengaturan waktu.

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi dan sampel

Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas 5 sekolah dasar swasta

Pertiwi yang berlokasi di Jalan Budi Pembangunan No. 1 Pulo Brayan Darat,

Medan. Usia rata-rata siswa adalah 10-12 tahun.

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas 5 yang terpilih

secara acak yaitu siswa-siswi kelas 5-4, 5-5, dan 5-6. Alasan pemilihan sampel

kelas 5 adalah karena siswa kelas 5 SD memiliki karakteristik yang

memungkinkan untuk diteliti secara langsung terhadap sampel, sedangkan alasan

pemilihan SD Swasta Pertiwi karena jumlah kelas 5 di sekolah cukup banyak

yaitu 9 buah kelas. Banyaknya kelas ini memungkinkan penelitian dilakukan di

dalam kondisi kebijakan, peraturan, kondisi sekolah yang sama, yang tentunya

berkaitan dengan manajemen kelas guru.

2. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengambilan sampel acak klaster (cluster random sampling). Dalam teknik pengambilan sampel ini, sampel diambil secara acak terhadap

(43)

Prosedur klaster dilakukan dalam menentukan sampel penelitian, siswa

siswi yang terpilih bukan sebagai individu tetapi sebagai kelompok individu yang

berasal dari satu kelas. Prosedur random dilakukan dalam menentukan tiga buah

kelas dari total sembilan buah kelas. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 65

orang.

D. Instrumen yang Digunakan

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan skala untuk mengukur motivasi

berprestasi yang dikenakan pada siswa dan metode kuesioner serta observasi

untuk mengukur kemampuan manajemen kelas (classroom management) guru.

1. Pengukuran motivasi berprestasi siswa

Motivasi merupakan suatu konstrak atau konsep psikologis yang

menggambarkan aspek kepribadian individu, sehingga pengukuran motivasi

berprestasi pada siswa menggunakan skala (Azwar, 2005).

Pertimbangan penggunaan skala dalam pengukuran motivasi berprestasi

adalah sebagai berikut (Hadi, 2000):

a. subjek adalah individu yang paling tahu tentang dirinya,

b. apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat

dipercaya,

c. interpretasi subjek tentang peryataan-pernyataan yang diajukan kepadanya

(44)

Skala Motivasi Berprestasi ini dibuat berdasarkan karakteristik individu

dengan motivasi berprestasi, yaitu:

a. Memilih tugas dengan tingkat kesulitan menengah (moderate task difficulty),

b. Bertahan atau tekun dalam mengerjakan berbagai tugas, tidak mudah

menyerah ketika mengalami kegagalan dan cenderung untuk terus

mencoba menyelesaikan tugas,

c. Mengharapkan umpan balik (feedback) yang sifatnya konkret atau nyata mengenai seberapa baik hasil kerja yang telah dilakukan,

d. Tidak mengharapkan hadiah (reward), individu lebih tertarik untuk merasakan kepuasan intrinsik (intrinsic satisfaction),

e. Inovatif, melakukan sesuatu lebih baik dengan cara berbeda dari biasanya,

menghindari hal-hal rutin, aktif mencari informasi untuk menemukan cara

yang lebih baik dalam melakukan sesuatu, dan cenderung menyukai

hal-hal yang sifatnya menantang.

Skala Motivasi Berprestasi menggunakan model skala Likert di mana

peneliti menggunakan 4 pilihan jawaban, yaitu SS (sangat sesuai), S (sesuai), TS

(tidak sesuai), dan STS (sangat tidak sesuai). Penilaian bergerak dari 3 sampai 0

untuk aitem-aitem yang favorabel dan 0 sampai 3 untuk aitem-aitem yang

(45)

Di bawah ini adalah tabel penilaian Skala Motivasi Berprestasi.

Tabel 1. Penilaian Skala Motivasi Berprestasi

Bentuk

Semakin tinggi skor yang diperoleh siswa dalam Skala Motivasi

Berprestasi ini, maka semakin tinggi motivasi berprestasi siswa dan semakin

rendah skor yang diperoleh siswa dalam Skala Motivasi Berprestasi ini, maka

semakin rendah motivasi berprestasi pada siswa.

Skala Motivasi Berprestasi memiliki distribusi aitem-aitem sebagaimana

terdapat pada blue print tabel 2.

Tabel 2. Blue Print Skala Motivasi Berprestasi Sebelum Uji Coba

No. Karakteristik

Aitem

Total Favorable Unfavorable

1. Pemilihan tingkat kesulitan tugas

4. Harapan atas hadiah (reward)

9, 19, 29, 39 4, 14, 24, 34 8

5. Kemampuan dalam

melakukan inovasi

2. Pengukuran manajemen kelas

a. Metode kuesioner digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen

(46)

yang dianggap fakta dan kebenaran yang diketahui oleh subjek (Azwar,

2005).

Aspek-aspek manajemen kelas yang akan diukur melalui metode

kuesioner yaitu:

1). penyiapan bahan belajar

Guru diharapkan membuat perencanaan yang dituangkan dalam bentuk

persiapan mengajar atau satuan acara pelajaran (satpel) sebelum

melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Kemp (dalam Widyastono,

2006) mengatakan bahwa dalam menyusun persiapan mengajar, pada

hakikatnya, guru harus mengetahui apa yang harus diajarkan (tujuan

pengajaran), prosedur dan sumber yang digunakan untuk mencapai

tujuan, dan bagaimana mengevaluasi pembelajaran.

2). penyiapan sarana dan alat peraga

Guru dituntut memaksimalkan proses belajar mengajar dengan

keharusan memiliki kemampuan menggunakan alat bantu dan sumber

belajar yang beragam sesuai mata pelajaran, misal: alat yang tersedia

atau yang dibuat sendiri, gambar, studi kasus, nara sumber dan

sebagainya.

3). pengaturan ruang belajar

Eggen dan Kauchack (2004) mengatakan bahwa pengaturan ruang

belajar mengacu pada aspek fisik kelas, sehingga guru harus

(47)

a) visibility: kelas harus diatur sehingga setiap siswa dapat melihat papan tulis, proyektor atau tampilan lain.

b)accessibility: kelas harus didisain sehingga akses untuk area yang padat tetap bersih dan terpisah dari tempat lainnya seperti tempat

menyimpan minum, loker dan sebagainya.

c) distractibility: kelas harus diatur sehingga gangguan-gangguan yang potensial seperti lalu lalang orang tidak terlihat melalui pintu dan

jendela kelas.

d)pencahayaan, guru memperhatikan kapan lampu atau penerangan

lainnya harus dihidupkan atau sebaliknya.

e) suhu dan sirkulasi udara, guru memperhatikan apakah siswa merasa

suhu ruangan cukup nyaman untuk belajar atau tidak.

f) kebisingan, bagaimana guru melindungi kelas dari kebisingan yang

berasal dari luar ruang kelas.

g)pajangan, bagaimana pajangan di kelas di tata, apakah diatur oleh

guru, baik itu digantung di dinding maupun dipajang di lemari

penyimpanan khusus.

h)pengaturan posisi duduk siswa, adakah rotasi duduk yang dilakukan

secara rutin atau prioritas tempat duduk paling depan bagi siswa

berkebutuhan khusus.

i) kebersihan kelas, kebersihan, bagaimana kebersihan di kelas,

apakah tersedia alat-alat kebersihan dan bagaimana melibatkan

(48)

4). mewujudkan situasi belajar mengajar yang kondusif

a) ada peraturan dan prosedur yang ditegakkan

b)kemampuan guru dalam penegakan aturan di dalam kelas sebagai

bentuk pencegahan maupun penanganan terhadap perilaku siswa

yang mengganggu.

c) kemampuan guru dalam menciptakan suasana aktif sedemikian rupa

sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan

mengemukakan gagasan.

d)kemampuan guru dalam menciptakan kegiatan belajar kreatif yang

beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.

e) suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa

memusatkan perhatiannya secara penuh pada saat belajar.

f) penampilan fisik guru, berkaitan dengan bagaimana penampilan

fisik guru saat mengajar, apakah pakaian serta riasan yang

digunakannya sesuai dengan perannya sebagai guru.

g)kedisiplinan guru di kelas, berkaitan dengan kedisiplinan untuk

hadir tepat waktu dan perilaku lainnya saat berada di dalam kelas.

h)intonasi yaitu tinggi rendahnya suara guru saat mengajar serta

volume suara.

i) pemilihan istilah atau bahasa dalam menerangkan pelajaran

5). pengaturan waktu

(49)

b). withitness yaitu kemampuan guru untuk mengetahui apa yang dilakukan siswanya.

c). overlapping yaitu kemampuan guru dalam melakukan interupsi secara diam-diam, tanpa menghentikan pelajaran dan tanpa

diketahui siswa lainnya.

d). transition yaitu guru mampu mengatur dari satu aktivitas ke aktivitas lain seperti dari satu mata pelajaran ke mata pelajaran lain

atau dari satu pelajaran ke waktu istirahat.

Tabel 3. Penilaian Kuesioner Manajemen Kelas

Pilihan Jawaban Skor

TP 0 KD 1 SR 2 SL 3

Semakin tinggi skor yang diperoleh guru dalam Kuesioner Manajemen

Kelas, maka semakin tinggi kemampuan manajemen kelas guru dan semakin

rendah skor yang diperoleh guru dalam Kuesioner Manajemen Kelas, maka

(50)

Kuesioner Manajemen Kelas memiliki distribusi aitem-aitem sebagaimana

terdapat pada blue print tabel 4.

Tabel 4. Blue Print Kuesioner Manajemen Kelas Sebelum Uji Coba

Aspek Aitem

1,2,3,4,5 9,18,19,20,24 10

2. Penyiapan

71,72,73,74 75,76,77,78 8

Total 39 39 78 b. Metode observasi digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen

kelas karena observasi memberikan data dari seting alami (Hadi, 2000).

Teknik observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi

sistematik yang disebut juga observasi berkerangka (structured observation). Pelaksanaan observasi sistematik menggunakan pedoman pelaksanaan observasi untuk membatasi lingkup observasi. Jumlah aitem

(51)

Setiap aitem memiliki jenjang penilaian yang bergerak dari skor 0 hingga

2.

Tabel 5. Penilaian aitem Observasi Manajemen Kelas

Skor Jenis aitem

0 Manajemen kelas tidak efektif

1 Manajemen kelas cukup efektif, namun belum

maksimal

2 Manajemen kelas efektif

Semakin tinggi skor yang diperoleh guru dalam Observasi

Manajemen Kelas, maka semakin tinggi kemampuan manajemen kelas

guru dan semakin rendah skor yang diperoleh guru dalam Observasi

Manajemen Kelas, maka semakin rendah kemampuan manajemen kelas

guru.

Berikut adalah Pedoman Pelaksanaan Observasi Manajemen Kelas

yang dibuat guna membatasi lingkup observasi dan memudahkan

pengamatan oleh kedua observer.

Tabel 6. Pedoman Pelaksanaan Observasi Pelaku Interaksi: Guru

ASPEK INDIKATOR

1. Penyiapan bahan belajar

a. persiapan materi dalam bentuk persiapan mengajar atau satuan acara pelajaran.

b. mengetahui apa yang harus diajarkan (tujuan

pengajaran).

c. menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

(52)

2. Penyiapan sarana dan alat peraga

a. mempersiapkan media pembelajaran, peralatan

pembelajaran atau alat mengajar yang digunakan untuk membantu kegiatan belajar mengajar.

• Media pembelajaran: segala sesuatu yang digunakan untuk melakukan pembelajaran, seperti: patung anatomi tubuh, mikroskop, globe, peta, dsb.

• Peralatan pembelajaran: kelengkapan yang memperlancar kegiatan belajar mengajar, seperti: papan tulis, OHP, infocus.

• Alat mengajar: segala sesuatu yang digunakan guru untuk membantu kegiatan guru dalam mengajar, seperti: kapur tulis, spidol, penghapus papan tulis, penggaris panjang, dsb.

b. penggunaan & ketersediaan media pembelajaran, peralatan pembelajaran atau alat mengajar di kelas.

c. memiliki kemampuan menggunakan media

pembelajaran, peralatan pembelajaran atau alat mengajar.

3. Pengaturan ruang belajar

a.visibility: kelas harus diatur sehingga setiap siswa dapat melihat papan tulis, proyektor atau tampilan lain.

b.accessibility: kelas harus didisain sehingga akses untuk area yang padat tetap bersih dan terpisah dari tempat lainnya seperti tempat menyimpan minum, loker dan sebagainya.

c. distractibility: kelas harus diatur sehingga gangguan-gangguan yang potensial seperti lalu lalang orang tidak terlihat melalui pintu dan jendela kelas.

d.pencahayaan, guru memperhatikan kapan lampu atau penerangan lainnya harus dihidupkan atau sebaliknya. e. suhu dan sirkulasi udara, guru memperhatikan apakah

siswa merasa suhu ruangan cukup nyaman untuk belajar atau tidak.

f. kebisingan, bagaimana guru melindungi kelas dari kebisingan yang berasal dari luar ruang kelas.

g.pajangan, bagaimana pajangan di kelas di tata, baik itu digantung di dinding maupun dipajang di lemari penyimpanan khusus.

h.pengaturan posisi duduk siswa, apakah posisi duduk siswa sesuai dengan kebutuhannya.

(53)

4. Mewujudkan situasi dan kondisi proses belajar mengajar

a. ada peraturan dan prosedur yang ditegakkan

* peraturan: pernyataan yang menjelaskan apa yang harus dilakukan dan apa yang dilarang dilakukan selama di kelas.

* prosedur: penjelasan mengenai bagaimana melakukan sesuatu, menyangkut pergerakan siswa (student movement) maupun obrolan siswa (student talk) dan bagaimana siswa melakukan rutinitasnya.

b.kemampuan guru dalam penegakan aturan di dalam kelas sebagai bentuk pencegahan maupun penanganan terhadap perilaku siswa yang mengganggu.

c. kemampuan guru dalam menciptakan suasana aktif sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.

d.guru menciptakan kegiatan belajar kreatif yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. e. suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga

siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada saat belajar.

f. penampilan fisik guru g.kedisiplinan guru di kelas

h.intonasi yaitu tinggi rendahnya suara guru saat mengajar serta volume suara.

i. pemilihan istilah atau bahasa dalam menerangkan pelajaran.

5. Pengaturan waktu

a. smoothness yaitu guru mampu memberi pelajaran secara terurut dan menghindari loncatan-loncatan dari satu topik ke topik lain atau dari satu pelajaran ke pelajaran lain. b.withitness yaitu kemampuan guru untuk mengetahui apa

yang dilakukan siswanya.

c. overlapping yaitu kemampuan guru dalam melakukan interupsi secara diam-diam, tanpa menghentikan pelajaran dan tanpa diketahui siswa lainnya.

(54)

E. Validitas, Reliabilitas dan Uji Daya Beda Alat Ukur

1. Validitas Item

Pengujian validitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji coba alat ukur

dalam menjalankan fungsinya. Validitas isi adalah sejauh mana suatu tes yang

merupakan seperangkat soal, dilihat dari isinya benar-benar mengukur apa yang

dimaksudkan untuk diukur (Hadi, 2000). Validitas isi juga merupakan validitas

yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional dan

melalui professional judgement (Azwar, 2004). Dalam penelitian ini, peneliti meminta professional judgement dari dosen eksperimen dan dosen pembimbing skripsi di Fakultas Psikologi USU.

2. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat

ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang

berbeda (Hadi, 2000). Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien

reliabilitas merupakan indikator konsistensi butir-butir pernyataan tes dalam

menjalankan fungsi ukurnya secara bersama-sama. Reliabilitas alat ukur ini

sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang

mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000).

Dalam penelitian ini teknik reliabilitas yang digunakan adalah teknik satu

kali pengukuran atau disebut juga konsistensi internal (Suryabrata, 2000).

(55)

Pengujian reliabilitas skala penelitian dilakukan dengan mengolah data-data

dengan bantuan program SPSS 15,0 for Windows.

3. Uji Daya Beda

Uji daya beda butir pernyataan dilakukan untuk melihat sejauhmana butir

pernyataan mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang

memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang

digunakan dalam analisis butir pernyataan ini adalah dengan memilih butir-butir

pernyataan yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes.

Dengan kata lain, peneliti memilih butir pernyataan yang mengukur hal yang

sama dengan apa yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan (Azwar, 1999).

Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien

korelasi antara distribusi skor pada aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu

skor aitem dikorelasikan dengan skor total tes. Prosedur pengujian ini akan

menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks

diskriminasi aitem (Azwar, 2004). Pengujian daya beda aitem ini dilakukan

dengan menggunakan SPSS 15.0 for Windows.

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur 1. Skala Motivasi Berprestasi

Uji coba Skala Motivasi Berprestasi dilakukan sebanyak dua kali karena

berdasarkan uji coba pertama Skala Motivasi Berprestasi ternyata ada satu aspek

Gambar

Tabel 1. Penilaian Skala Motivasi Berprestasi Skor
Tabel 3. Penilaian Kuesioner Manajemen Kelas  Pilihan Jawaban Skor
Tabel 4.  Blue Print Kuesioner Manajemen Kelas Sebelum Uji Coba Aspek  Aitem Aitem  Jumlah
Tabel 5. Penilaian aitem Observasi Manajemen Kelas Jenis aitem Manajemen kelas tidak efektif
+7

Referensi

Dokumen terkait

signifikan antara persepsi siswa tentang kemampuan manajemen kelas dengan basil belajar s.iswa (2) terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dengan

Dengan demikian dapat dimaknai bahwa manajemen kelas, motivasi serta lingkungan belajar yang baik maka akan meningkatkan kedisiplinan belajar

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh sikap manajemen diri dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar pada mata pelajaran ekonomi siswa kelas XI IPS SMA

Sumbangan efektif yang diberikan manajemen kelas terhadap motivasi berprestasi pada siswa sebesar 11,6%, yang berarti bahwa manajemen kelas mempengaruhi motivasi berprestasi

Hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, yakni dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah SMA Negeri 06 Pontianak kelas X IIS, motivasi berprestasi berpengaruh

Dari pemaparan makalah diatas mengenai manajemen kelas, dapat diambil intisari bahwa manajemen kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen kelas dan motivasi belajar peserta didik terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas V SD

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen kelas dan motivasi belajar peserta didik terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas V SD