• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Penelitian

Ada 3 kegiatan penting yang dilaksanakan oleh peneliti, yaitu (1) wawancara yang dilaksanakan dengan pendidik dan peserta didik kelas XI IPA 1, (2) observasi, yang dilakukan peneliti untuk mengetahui situasi di dalam

102

kelas serta aktivitas yang dilakukan pendidik dan peserta didik di dalam kelas XI IPA 1, dan (3) pemberian angket bagi seluruh peserta didik.

Observasi atau pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengamati seluruh komponen yang berhubungan dengan proses pembelajaran bahasa Jerman sebelum diberi tindakan. Observasi yang dilakukan peneliti terhadap pendidik, antara lain (1) perencanaan, (2) memulai pembelajaran, (3) mengelola kegiatan pembelajaran, (4) pengelolaan waktu dan mengorganisasi peserta didik, serta (5) melaksanakan penilaian. Kemudian peneliti juga melakukan observasi terhadap peserta didik, observasi yang dilakukan meliputi, (1) sikap positif peserta didik, (2) motivasi peserta didik, (3) interaksi antara peserta didik dan pendidik, dan (4) kemampuan peserta didik dalam keterampilan berbicara bahasa Jerman. Pengamatan sikap positif peserta didik yang diamati oleh peneliti selama proses pembelajaran bahasa Jerman berlangsung, antara lain (1) sikap santun peserta didik terhadap pendidik, (2) sikap disiplin peserta didik, (3) rasa tanggung jawab, (4) sikap peduli (5) sikap toleran dan (6) sikap aktif. Observasi juga dilakukan pada proses belajar mengajar, yang meliputi (1) metode pembelajaran, (2) teknik pembelajaran, (3) media pembelajaran, (4) buku ajar pembelajaran. Kemudian pengamatan terhadap pengelolaan kelas, meliputi (1) situasi dan kondisi kelas pada pembelajaran bahasa Jerman, (2) kelengkapan lain yang mendukung pembelajaran bahasa Jerman.

Wawancara yang dilakukan peneliti terhadap pendidik guna mengetahui pendapat pendidik terhadap proses pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman yang dilakukan oleh pendidik selama ini dan sikap positif peserta didik

103

selama proses pembelajaran sedang berlangsung. Wawancara yang dilaksanakan merupakan jenis wawancara terarah, dimana topik dalam percakapan wawancara sudah disiapkan sebelumnya oleh peneliti meskipun dalam kenyataannya peneliti dapat lebih fleksibel untuk menggali data sesuai dengan situasi dan kondisi kolaborator. Kisi-kisi wawancara yang peneliti ajukan pada umumnya adalah (1) persiapan (RPP), (2) pelaksanan proses belajar mengajar bahasa Jerman, (3) penggunaan metode, teknik, media, dan buku ajar, (4) pengelolaan kelas yang terdiri atas situasi, fasilitas kelas, dan lab bahasa, (5) hambatan dalam proses pembelajaran berbicara bahasa Jerman, (6) penggunaan kartu domino pada pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman, serta (7) sikap positif peserta didik dalam pembelajaran bahasa Jerman. Wawancara yang dilakukan peneliti terhadap pendidik bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang muncul pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kemudian peneliti bersama pendidik saling berkolaborasi dan berdiskusi untuk memecahkan permasalahan yang terjadi. Wawancara juga dilakukan oleh peneliti terhadap peserta didik. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pendapat peserta didik berkaitan dengan situasi serta proses mengajar pendidik ketika mengajar pembelajaran bahasa Jerman. Kisi-kisi wawancara yang peneliti ajukan kepada peserta didik, antara lain (1) proses mengajar pendidik di kelas, (2) peserta didik, (3) pengelolaan kelas, (4) pelaksanan proses belajar mengajar bahasa Jerman, serta (5) sikap positif peserta didik pada proses pembelajaran bahasa Jerman.

Pemberian angket terbuka terhadap peserta didik dimaksudkan untuk mengetahui secara rinci pendapat peserta didik melalui tulisan yakni tentang

104

proses pembelajaran atau informasi mengenai kondisi peserta didik sebelum diberikan tindakan. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir hal-hal yang tidak terungkap dalam wawancara. Angket diberikan kepada peserta didik sebanyak tiga kali. Kisi-kisi pertanyaan dalam angket terbuka, meliputi (1) pemberlakuan kartu domino di sekolah, (2) media yang digunakan pendidik dalam pembelajaran bahasa Jerman, (3) hambatan yang ditemui dalam pembelajaran bahasa Jerman, (4) kesulitan yang dialami peserta didik ketika mempelajari keterampilan berbicara bahasa Jerman, (5) penawaran kartu domino dalam pembelajaran bahasa Jerman, (5) perubahan sikap positif yang dialami peserta didik setelah dilaksanakan tindakan ketika diterapkan kartu domino (6) harapan peserta didik pada pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman.

a. Deskripsi Data Observasi

Observasi awal sebelum melaksanakan tindakan pada siklus I dan siklus II dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu observasi pertama dilaksanakan di kelas XI IPA 1 yaitu pada hari Kamis, tanggal 17 Juli 2014 pukul 09.20-10.15 WIB. Kemudian observasi yang kedua dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 7 Agustus 2014 pada pukul 10.15–11.45 WIB. Observasi tersebut bertujuan untuk mengamati proses pembelajaran bahasa Jerman secara umum dan secara keseluruhan dari awal hingga akhir pembelajaran. Berikut ini adalah kesimpulan hasil observasi yang telah dilaksanakan oleh peneliti.

1) Observasi Pendidik

Pendidik membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan kabar peserta didik menggunakan bahasa Jerman. Kemudian

105

pendidik mereview pelajaran yang lalu, yaitu pemberian tugas berupa wawancara dengan guru-guru yang dijadikan tugas rumah. Pendidik meminta peserta didik untuk mengumpulkan tugas tersebut. Pendidik memberikan apersepsi sesuai dengan materi yang akan disampaikan oleh peserta didik yaitu pendidik meminta peserta didik untuk menceritakan gurunya serta dapat menyebutkan siapa saja guru yang mereka kenal di sekolah beserta mata pelajaran yang diampunya. Pendidik juga mengajar sesuai dengan RPP yang telah disusun sebelumnya.

Pada saat proses pembelajaran bahasa Jerman berlangsung pendidik memberikan pancingan-pancingan pertanyaan sederhana menggunakan bahasa Jerman, terkadang menggunakan bahasa Indonesia dengan tujuan agar peserta didik terpancing untuk dapat berbicara. Jika terdapat pertanyaan yang tidak diketahui maksudnya oleh peserta didik, maka pendidik akan memberikan contoh ataupun demonstrasi agar memudahkan peserta didik memahami maksud dari pendidik. Pendidik akan menegur untuk membetulkan kosakata ataupun pengucapan, bila peserta didik mengucapkan kosakata maupun kalimat yang salah dalam menggunakan bahasa Jerman. Pendidik juga memberikan motivasi agar peserta didik tidak takut salah dalam menjawab pertanyaan dari pendidik serta apabila peserta didik dapat menjawab pertanyaan dengan benar,

pendidik memberikan pujian seperti “bagus”, “gut” dan “super” maupun

“tosh” dengan peserta didik.

Pendidik menyampaikan materi dengan menggunakan media whiteboard

dan buku Kontakte Deutsch 1. Kemudian setelah pendidik selesai menyampaikan materi, pendidik membagikan fotocopian kertas materi berupa

106

latihan pada Kontakte Deutsch 1, halaman 87, Ü3, kepada peserta didik dan meminta peserta didik untuk membuat cerita tentang gurunya. Pendidik menyampaikan tugas tersebut dengan tidak jelas, hal ini membuat sebagian besar peserta didik terlihat kebingungan untuk mengerjakan tugas tersebut. Pendidik kurang bergerak dinamis, sehingga peserta didik yang seharusnya mengerjakan tugas tersebut menjadi beraktivitas lain, seperti mengobrol dengan teman sebangkunya maupun bermain Handphone. Pendidik hanya berjalan berkeliling untuk melihat hasil pekerjaan dari masing-masing peserta didik. Hal ini memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya kembali kepada pendidik seperti bagaimana cara menulis serta perintah yang dimaksud oleh pendidik. Pendidik membahas tugas tersebut dengan menunjuk masing-masing peserta didik untuk membacakan tugas tersebut, namun tidak semua peserta didik berhasil untuk membacakan tugasnya tersebut, dikarenakan waktu telah habis.

Pembelajaran diakhiri tanpa melaksanakan evaluasi, hal ini disebabkan oleh lamanya waktu peserta didik pada saat maju satu persatu untuk membacakan hasil tugas tersebut, sehingga pendidik tidak memiliki waktu untuk mengevaluasi dengan baik. Pendidik menutup pelajaran dengan mengucapkan salam penutup “Assalamua’laikum Wr. Wb danTschüβ!”.

Secara keseluruhan pendidik dapat mengendalikan kelas dengan baik, namun masih ada beberapa peserta didik yang masih sering mengobrol dengan teman sebangku maupun bermain Handphone, namun pendidik masih dirasa kurang baik pada saat mengalokasikan waktu.

107

2) Observasi Peserta Didik

Peserta didik kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Sedayu Bantul memiliki jumlah sebanyak 32 peserta didik. Terdiri dari 11 peserta didik laki-laki dan 21 peserta didik perempuan. Pada saat peneliti mengamati, masih terdapat peserta didik yang tidak memiliki sikap positif, seperti bersikap kurang disiplin ketika pendidik akan memulai pembelajaran. Hal ini terlihat, ketika pendidik telah masuk ke dalam kelas, sebagian peserta didik masih terlihat saling mengobrol dengan teman sebangku, berlarian di dalam kelas maupun bermain Handphone. Terdapat pula peserta didik yang terlambat masuk kelas dengan alasan dari toilet maupun kantin.

Pada saat proses pembelajaran berlangsung, terlihat peserta didik yang duduk di bangku pada barisan belakang melakukan aktivitas lain seperti berbincang-bincang dengan sesama peserta didik, mengerjakan tugas selain mata pelajaran bahasa Jerman, bahkan ada pula yang masih bermain

Handphone. Sikap beberapa peserta didik tersebut terlihat kurang peduli maupun disiplin ketika pendidik sedang menerangkan pelajaran bahasa Jerman, namun mereka tetap bersikap santun terhadap pendidik. Peserta didikpun juga terlihat tidak bersemangat untuk mengikuti pembelajaran bahasa Jerman. Hal ini berbeda dengan peserta didik yang duduk di bangku pada barisan depan, peserta didik tersebut terlihat bersikap disiplin, santun dan peduli untuk memperhatikan pendidik, ketika sedang menerangkan pelajaran bahasa Jerman, bahkan ketika pendidik memberikan pertanyaan peserta didik tersebut terlihat antusias untuk menjawab pertanyaan pendidik secara spontan, walaupun peserta didik tersebut menjawab dengan menggunakan bahasa Indonesia ataupun kurang tepat.

108

Meskipun demikian, rata-rata peserta didik masih terlihat pasif selama proses pembelajaran berlangsung, hal ini terlihat ketika pendidik memancing pertanyaan kepada peserta didik, tidak ada peserta didik yang secara aktif langsung mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan dari pendidik. Peserta didik terlihat kurang peduli ketika pendidik bertanya kepada peserta didik, ada juga yang terlihat langsung membuka kamus untuk mengetahui arti dari pertanyaan yang diberikan oleh pendidik, dan ada pula yang sibuk menulis materi yang diberikan oleh pendidik. Kemudian tindakan yang diambil oleh pendidik agar peserta didik berkeinginan untuk menjawab pertanyaan dari pendidik adalah pendidik menunjuk salah satu peserta didik untuk dapat menjawab pertanyaan dari pendidik. Peserta didik hanya berani menjawab secara bersama-sama dengan teman sekelasnya maupun secara bersahut-sahutan saja.

Dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman, peserta didik masih terlihat kesulitan untuk berbicara menggunakan bahasa Jerman. Sebagian besar peserta didik masih salah dalam melafalkan kosakata dalam bahasa Jerman, misalnya ketika mengucapkan kosakata “kommen“, dibaca “kamen“. Hal ini dikarenakan pendidik jarang melatih keterampilan berbicara bahasa Jerman. Pendidik juga telah memberi tahu bahwa pelafalan yang benar adalah “kommen“ bukan “kamen“, namun peserta didik masih tetap mengucapkan kata “kamen“ ketika diminta untuk mempresentasikan keterampilan berbicara bahasa Jerman. Sebagian besar peserta didik masih menganggap pelafalan bahasa Jerman sama seperti bahasa Inggris, sehingga pelafalan yang sama masih terulang hingga pendidik membiarkan pengulangan

109

yang salah tersebut tanpa ada usaha untuk membetulkan kembali. Peserta didik perlu untuk sering dilatih dan dibimbing oleh pendidik agar pelafalan kosakata bahasa Jerman peserta didik menjadi benar dan terarah. Pada saat peserta didik mengucapkan kata ataupun kalimat dalam bahasa Jerman, peserta didik masih mengucapkan dengan ragu-ragu bahkan terlihat tidak berekspresi, ada pula yang mengucapkan kalimat dalam bahasa Jerman dengan suara yang amat lirih, sehingga pendidik meminta peserta didik tersebut untuk mengulangi dengan suara yang lantang.

Peneliti mengamati sikap positif peserta didik selama pembelajaran bahasa Jerman berlangsung. Terdapat beberapa indikator sikap positif yang diamati oleh peneliti, yaitu (1) santun, (2) disiplin, (3) peduli, (4) tanggung jawab, (5) toleran, serta (6) aktif. Berikut adalah hasil pengamatan sikap positif peserta didik kelas XI IPA 1.

Tabel 12. Sikap Positif Peserta Didik Kelas XI IPA 1 Pra Tindakan No Sikap Positif Peserta Didik Jumlah

Skor

% Sikap Positif Santun Disiplin Peduli Tanggung

Jawab Toleran Aktif 1 2 2 2 2 2 2 12 50 2 3 2 2 2 2 2 13 54 3 3 2 2 2 1 2 12 50 4 2 3 1 1 2 1 10 42 5 3 1 2 2 2 2 12 50 6 2 2 1 2 2 1 10 42 7 2 1 2 2 1 2 10 42 8 1 2 2 2 2 2 11 46 9 3 2 2 1 2 1 11 46 10 2 1 2 2 2 2 11 46 11 2 1 1 2 2 1 9 38 12 2 3 1 1 3 2 12 50 13 2 2 1 2 2 1 10 42 14 2 1 2 2 3 2 12 50

110 15 2 1 2 2 2 1 10 42 16 3 2 1 2 1 1 10 42 17 1 2 2 3 1 2 11 46 18 2 1 1 2 2 2 10 42 19 2 2 2 2 1 2 11 46 20 1 2 1 2 2 1 9 38 21 2 2 2 2 2 2 12 50 22 2 1 2 2 1 2 10 42 23 2 3 1 1 1 2 10 42 24 2 1 1 2 2 1 9 38 25 2 1 2 2 2 2 11 46 26 1 2 2 1 2 2 10 42 27 2 1 2 1 2 2 10 42 28 2 1 2 1 1 1 8 33 29 2 2 2 1 1 2 10 42 30 2 2 1 2 1 2 10 42 31 2 1 2 1 1 1 8 33 32 2 2 2 2 2 1 11 46 % 50,78 42,18 41,40 43,75 42,96 40,62 43,81 Keterangan penskoran sikap positif peserta didik adalah sebagai berikut. 0 : sangat kurang

1 : kurang konsisten 2 : mulai konsisten 3 : konsisten 4 : selalu konsisten

Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik terlihat kurang minat maupun antusias dalam pembelajaran bahasa Jerman. Peserta didik rata-rata terlihat kurang memiliki sikap positif seperti disiplin, peduli, toleran, serta aktif selama proses pembelajaran bahasa Jerman berlangsung. Sikap positif rata-rata peserta didik hanya sebesar 43,81%. Masih banyak peserta didik yang kurang memiliki sikap yang santun, disiplin, peduli, tanggung jawab, toleran dan aktif. Hal ini terlihat jelas pada peserta didik yang duduk pada bangku barisan belakang, beberapa peserta didik tersebut masih kurang menghargai pendidik ketika pendidik sedang menerangkan pelajaran

111

bahasa Jerman. Kemudian peserta didik yang cukup aktif dalam menjawab pertanyaan pendidik, hanya beberapa peserta didik dan rata-rata yang aktif adalah yang duduk pada bangku di barisan depan. Peserta didik yang duduk pada bangku barisan belakang sangat pasif dan sibuk melakukan aktivitas lain. Peserta didik hanya mencatat penjelasan dari pendidik tanpa ingin terlibat aktif dalam menjawab pertanyaan pendidik. Kendala yang rata-rata peserta didik alami adalah kesulitan untuk mengucapkan kata ataupun kalimat bahasa Jerman sesuai dengan grammatik yang benar serta intonasi ketika peserta didik diminta untuk berbicara bahasa Jerman.

Observasi juga dilakukan pada penilaian keterampilan peserta didik. Indikator terampil tersebut, menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan materi yang diberikan pendidik kepada peserta didik. Terdapat 3 penilaian keterampilan, yakni (1) kurang terampil, (2) terampil, serta (3) sangat terampil.

Tabel 13. Penilaian Keterampilan Peserta Didik Kelas XI IPA 1 Pra Tindakan

No Keterampilan

Menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan

masalah Jumlah Skor % Keterampilan Individu KT T ST 1 0 - - 0 16,7 2 0 - - 0 0 3 0 - - 0 0 4 0 - - 0 0 5 0 - - 0 0 6 - 1 - 1 16,7 7 0 - - 0 0 8 - 1 - 1 16,7 9 0 - - 0 0 10 - 1 - 1 16,7 11 0 - - 0 0

112

K

Keterangan : KT : Kurang terampil, T: Terampil, ST: Sangat Terampil Berdasarkan tabel tersebut, keterampilan rata-rata peserta didik sebesar 5,74%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian peserta didik masih kurang terampil dalam menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah. Kendala yang peserta didik alami adalah peserta didik masih terlihat bingung untuk memecahkan masalah seperti mengartikan arti kata secara individu ataupun kelompok dan masih perlu dibimbing oleh pendidik, walaupun peserta didik telah diberikan kesempatan untuk membuka kamus, mencari arti kosakata tersebut, peserta didik masih terlihat pasif untuk dapat menerapkan materi yang telah diterangkan oleh pendidik.

Pada pertemuan kedua, peneliti kembali melakukan observasi pra tindakan. Observasi juga dilakukan peneliti melalui keterampilan berbicara bahasa Jerman

12 - 1 - 1 16,7 13 0 - - 0 0 14 - 1 - 1 16,7 15 0 - - 0 0 16 0 - - 0 0 17 0 - - 0 0 18 - 1 - 1 16,7 19 0 - - 0 0 20 0 - - 0 0 21 0 - - 0 0 22 - 1 - 1 16,7 23 0 - - 0 0 24 - 1 - 1 16,7 25 0 - - 0 0 26 0 - - 0 0 27 0 - - 0 0 28 - 1 - 1 16,7 29 0 - - 0 0 30 0 - - 0 0 31 0 - - 0 0 32 - 1 - 1 16,7 % 5,74

113

peserta didik. Setelah peneliti melakukan observasi, peneliti meminta kepada pendidik berupa daftar nilai keterampilan berbicara peserta didik kelas X1 IPA 1.

Tabel 14. Nilai Keterampilan Berbicara Peserta Didik Kelas XI IPA 1 SMA N 1 Sedayu Bantul

PRA TINDAKAN Nomor Responden Nilai 1 66 2 72 3 70 4 60 5 52 6 50 7 55 8 73 9 70 10 75 11 58 12 48 13 55 14 75 15 62 16 73 17 70 18 78 19 62 20 73 21 55 22 68 23 55 24 70 25 60 26 78 27 58 28 60 29 55 30 72 31 55 32 62 Rata-rata 63.90

114

Rata-rata nilai keterampilan berbicara peserta didik adalah 63,90 dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 66. Sebanyak 15 peserta didik atau sebesar 46,87% dari seluruh peserta didik yang berjumlah 32 peserta didik memiliki nilai di atas KKM, sedangkan sebanyak 17 peserta didik atau sebesar 53,12% dari seluruh peserta didik memiliki nilai di bawah KKM. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai keterampilan berbicara peserta didik kelas X1 IPA 1 masih belum optimal, sehingga diperlukan pengupayaan khusus untuk dapat meningkatkan nilai keterampilan berbicara terhadap peserta didik yang nilainya di bawah KKM.

3) Observasi Proses Belajar Mengajar

Media yang dipergunakan oleh pendidik cenderung masih menggunakan papan tulis serta fotocopian materi dan soal. Pendidik masih menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan pembelajaran bahasa Jerman, hal ini membuat para peserta didik tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran bahasa Jerman. Peserta didik juga menunjukkan sikap yang kurang positif terhadap pendidik, hal ini terlihat ketika pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, hanya beberapa peserta didik yang mau untuk terlibat aktif. Terlebih lagi ketika pendidik memancing peserta didik dengan beberapa pertanyaan bahasa Jerman, terlihat hanya beberapa peserta didik, yang bersedia mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan. Penyampaian materi yang disampaikan oleh pendidikpun dalam pembelajaran bahasa Jerman cenderung kurang jelas, sehingga membuat sebagian peserta didik bingung dan tidak paham. Selain itu peserta didik juga terlihat tidak peduli serta disiplin ketika pendidik sedang menerangkan materi

115

pembelajaran. Kemudian ketika diminta untuk berdiskusi dalam kelompok, peserta didik terlihat melakukan aktivitas yang lain seperti mengerjakan tugas yang lain dan tidak bersedia membantu teman satu kelompoknya untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh pendidik, serta mengobrol dengan peserta didik yang berasal dari kelompok lain. Buku ajar yang digunakan dalam pembelajaran adalah Kontakte Deutsch 1. Buku penunjangnya adalah Themen neu, Einfach, Ich Liebe Deutsch serta LKS der Löwe. Kamus juga dipergunakan oleh pendidik dan peserta didik.

4) Observasi Kelas

Lokasi SMA N 1 Sedayu, Bantul berada di Jalan Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta 55753. SMA Negeri 1 Sedayu membuka 32 kelas untuk semua tingkatan. Terdapat pula kelas reguler dan kelas Cerdas Istimewa (CI). Kelas reguler terdiri atas 9 kelas untuk kelas X, 9 kelas untuk kelas XI, 10 kelas untuk kelas XII. Sedangkan untuk kelas Cerdas Istimewa (CI) terdiri atas 4 kelas, 2 kelas untuk kelas akselerasi (kelas X dan kelas XI) dan 2 kelas untuk kelas pengayaan (kelas X dan kelas XI). Untuk kelas X, XI dan XII telah disediakan 2 jurusan yang dapat dipilih peserta didik sesuai bakat dan minat masing-masing, yaitu IPA dan IPS.

Kelas X dibagi menjadi 4 kelas jurusan IPA dan 5 kelas jurusan IPS. Kelas XI dibagi menjadi 4 kelas jurusan IPA dan 5 kelas jurusan IPS. Sementara kelas XII dibagi menjadi 5 kelas jurusan IPA dan 5 kelas jurusan IPS. Masing- masing kelas rata-rata memiliki 30 sampai 35 siswa. Kelas X1 IPA maupun IPS masing-masing kelas memiliki 16 sampai 18 meja dan 30 sampai 35 kursi untuk peserta didik, serta 1 meja dan 1 kursi untuk pendidik.

116

Setiap kelasnya memiliki whiteboard, papan administrasi, lemari, jam dinding, kipas angin dan alat kebersihan.

b. Hasil Wawancara

Wawancara dengan pendidik dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 18 Juli 2014 pukul 08.30 WIB. Pada wawancara tersebut peneliti dapat mengambil kesimpulan berupa gambaran umum dari proses belajar mengajar bahasa Jerman di kelas XI IPA 1. Pada wawancara ini, ditemukan beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa Jerman khususnya keterampilan berbicara. Berikut adalah permasalahan yang teridentifikasi dari hasil wawancara yang dilakukan dengan pendidik.

1) Peserta didik masih mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata-kata dalam bahasa Jerman, dan menganggap pengucapan bahasa Inggris lebih mudah daripada bahasa Jerman. Berikut adalah kutipan yang diungkapkan oleh pendidik.

Ya, khususnya untuk keterampilan berbicara itu memang agak sulit ya, agak-agak susah, karena memang e..bahasa Jerman itu sendiri berbeda dengan bahasa Inggris, kadang susah itu membacanya sama dengan bahasa Inggris, nah itu padahal sebenarnya malah lebih mudah membacanya kecuali emang bener-bener tertentu saja ya

misalnya siswa itu menafsirkan misalnya ketika ada umlaut.”

2) Prestasi belajar keterampilan berbicara peserta didik masih rendah daripada keterampilan yang lain. Berikut adalah kutipan yang diungkapkan oleh pendidik.

“Iya, kalo prestasinya memang ya tidak sebagus disana ketika keterampilan schreiben atau menulis, atau lesen karena memang butuh e... teknik tertentu dalam pembelajaran keterampilan yang

117

3) Peserta didik masih terkendala dengan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk dilatih keterampilan berbicaranya oleh pendidik. Berikut adalah kutipan yang diungkapkan oleh pendidik.

“Keterampilan berbicara itu kan sebenarnya kombinasi dari empat

keterampilan itu, secara spesifikasinya misalnya ketika kita berbicara

memang kalo pas kita berbicara itu agak lama ya, me…makan waktu,

nah itu. Jadi kadang, ketika e.. spesifikasinya akan dinilai itu adalah berbicara kalau pas latihannya itu ketika misalnya ketika ada teks gitu kan, dimana ketika übung adalah latihannya itu berbicara saya kira nggak semua sesuai, tapi ketika dinilai, ada penilaiannya itu, ya itu berlaku mungkin berlaku, kadang butuh waktu, nggak cukup, kadang

nggak 100%.”

4) Peserta didik kurang bersemangat untuk mengikuti pembelajaran bahasa Jerman. Berikut adalah kutipan yang diungkapkan oleh pendidik.

“Ya, biasanya untuk berbicara, itu anak-anak memang kadang agak

ee… kura..ng semangat karna mungkin dia merasa bahwa ketika kelas

X, kelas XI itu wortschzatsnya mungkin belum banyak, jadi bingung

apa yang diomongkan.”

5) Peserta didik memiliki kendala dalam penguasaan kosakata bahasa Jerman dan media ataupun teknik yang digunakan pendidik kurang bervariatif. Berikut adalah kutipan yang diungkapkan oleh pendidik.

“Ya, hambatan atau kelemahan siswa dalam hal berbicara itu pertama

wortschatznya kurang, kemudian juga mungkin medianya atau teknik atau medianya yang mungkin kurang tepat, jadi supaya anak itu bisa

lebih unggul atau lebih lancar untuk berbicara bahasa Jerman.” 6) Peserta didik terkendala dalam segi sikap positif dan motivasi dalam

pembelajaran bahasa Jerman. Berikut adalah kutipan yang diungkapkan oleh pendidik.

“Ya, saya kira sih hampir sama dengan yang tadi, hambatan atau

kelemahan anak dalam berbicara, itu pertama mungkin anak itu takut, karna memang kosakatanya juga masih kurang, apa yang mau diomongkan sih, walaupun ketika sudah ditunjukkan temanya ini, mereka dalam hal menyiapkan juga itu mungkin dia nggak PD

118

membuat kalimatnya, padahal sementara kita sebagai pendidik itu, apapun yang dia buat itu nggak masalah sebenarnya ketika diomongkan masalah grammar atau kosakata gampang kita nanti dibuatkan.

7) Kondisi dan situasi kelas tidak mendukung, dikarenakan kondisi kelas yang ramai dan peserta didik kurang peduli dengan peserta didik lain yang sedang dilatih keterampilan berbicara oleh pendidik. Berikut adalah kutipan yang diungkapkan oleh pendidik.

“Iya, memang kadang tergantung dari siswanya juga, atau tergantung

kelasnya juga, ya. Nah itu, kita harus apa, ngatur juga, ketika misalnya berbicara karna biasanya ketika kita mulai menilai suatu sikap itu, maka omongan orang tidak didengarkan, memang ketika